• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Kesehatan Tulang pada Remaja

Tumbuh besar (growing up) adalah ciri khas yang mencolok dari pubertas (Narendra, dkk, 2010). Sebelum pubertas, pertumbuhan linier (kecepatan tinggi badan) berkurang, dimana kemudian selama pubertas kecepatan tumbuh tinggi ini bertambah cepat secara mendadak (heigh spurt) (Narendra, dkk, 2010). Ketika pertumbuhan linear berlangsung dengan kecepatan maksimal, remaja dikatakan sedang mengalami Peak Height Velocity (PHV)-nya atau kecepatan pertumbuhan tinggi maksimal (Narendra, dkk, 2010).

Soetjiningsih (2004) mengungkapkan bahwa peningkatan massa tulang merupakan ciri yang pasti dari pertumbuhan fisik pada remaja. Pada masa pubertas semua tulang mengalami perubahan kuantitatif maupun kualititatif (Soetjiningsih, 2007), artinya tulang tidak hanya mengalami pertumbuhan tetapi juga bertambah menjadi lebih padat (Wirakusumah, 2007). Pada masa pubertas tersebut densitas tulang meningkat (laki-laki lebih dari perempuan) dimana terjadi pertumbuhan tulang memanjang dan melebar sampai epifise menutup dan pertumbuhan tinggi berhenti (Soetjiningsih, 2007). Selain itu, pada masa remaja sekitar 40% dari total massa tulang terbentuk (Baroncelli,

dkk, 2005) dan 90% dari kepadatan mineral tulang saat dewasa diperoleh pada akhir masa remaja (Bailey, dkk, 1996 dalam Ruth, dkk, 2008).

2. Cara Meningkatkan Kesehatan Tulang

Terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan tulang, diantaranya (National Institutes of Health , Osteoporosis and Related Bone Disease-National Resource Center, 2011):

a. Mengkonsumsi asupan kalsium dan vitamin D dengan tepat

Asupan kalsium yang cukup dapat membantu melindungi tulang sepanjang hidup. Pada anak-anak dan remaja, mengonsumsi asupan kalsium yang cukup dapat membantu menghasilkan massa tulang maksimum yang lebih tinggi (Cosman, 2009). Massa tulang maksimum adalah jumlah tulang maksimum yang pernah dicapai seseorang (Cosman, 2009). Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary References Intake dalam Brontzman (2007) merekomendasikan jumlah kalsium yang harus dikonsumsi oleh remaja atau dewasa awal (9-18 tahun) adalah 1.300 mg per hari. Di Indonesia, berdasarkan hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004, angka kecukupan gizi (AKG) untuk kebutuhan kalsium bagi remaja usia 13-19 tahun sebesar 1.000 mg/hari (Fikawati, dkk, 2005). Bagi anak-anak dan remaja dianjurkan untuk mengkonsumsi susu berkalsium dua gelas sehari untuk mencukupi kebutuhan asupan kalsium setiap hari (Astawan, 2008). Sumber makanan sehari-hari yang mengandung kalsium dapat diperoleh dari susu kedelai, yoghurt, pink wild salmon, kangkung, bayam, tahu (Roizen & Mehmet, 2009), kacang-kacangan, telur, dan keju (Djayadi, 2007).

Vitamin D berfungsi meningkatkan penyerapan kalisum dalam tubuh (Edelman & Mandle, 2010). Brontzman (2007) merekomendasikan asupan vitamin D sebanyak 400-800 IU setiap hari. Sumber vitamin D dapat diperoleh dari telur (kuning telur), ikan laut (salmon dan sarden), margarin, dan susu dengan vitamin D (Edelman & Mandle, 2010). b. Olah raga

Olah raga memiliki peran penting dalam peningkatan massa tulang saat remaja (Edelman & Mandle, 2010). Olahraga menahan beban bermanfaat untuk menambah massa tulang dan otot, bahkan mencegah terjadinya fraktur tulang (Tandra, 2009). Olahraga menahan beban seperti berjalan kaki, berlari, melompat, atau mengangkat beban baik untuk pencegahan osteoporosis (Franzen, 2011) dan terutama olah raga berlari dan melompat dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang (Edelman & Mandle, 2010). Olahraga ini dapat dilakukan selama 3 sampai 5 kali dalam seminggu (Brontzman, 2007; Bloomfield & Smith, 2003 dalam Edelman & Mandle, 2010) selama 20 sampai 30 menit atau lebih (Bloomfield & Smith, 2003 dalam Edelman & Mandle, 2010). Olahraga dengan melawan gravitasi dapat mempertahankan dan meningkatkan kekuatan tulang dengan peningkatan massa tulang atau dengan memperlambat penuaan terkait pengeroposan tulang (Franzen, 2011). Olah raga menahan beban meningkatkan ukuran otot, dan otot yang lebih besar dapat mengerahkan kekuatan otot yang lebih (Rauch, et al, 2004 dalam Rundle, 2006). Peningkatkan kekuatan otot pada tulang meningkatkan beban mekanik pada tulang yang akan menyebabkan

pembentukan tulang meningkat (Rauch, et al, 2004 dalam Rundle, 2006). Peningkatan pembentukan tulang akan meningkatkan kepadatan mineral tulang dan kekuatan pertumbuhan rangka tubuh (Rauch, et al, 2004 dalam Rundle, 2006). Pembentukan tulang dan penyerapan tulang diatur oleh beban mekanis yang disebabkan oleh kekuatan otot (Silverwood 2003 dalam Rundle, 2006). Olah raga menahan beban menyebabkan tekanan mekanis pada tulang, yang mengarah kepada respon pembentukan tulang, mengakibatkan hipertrofi tulang dan meningkatkan kekuatan dan kepadatan tulang(Janz, 2002 dalam Rundle, 2006).

c. Menghindari minum minuman beralkohol yang berlebihan dan merokok.

Mengonsumsi alkohol secara berlebihan mempunyai dampak yang sangat besar pada massa tulang karena alkohol dapat langsung mempengaruhi sel tulang dan mengganggu proses pembentukan tulang kembali (Cosman, 2007). Merokok dapat meningkatkan risiko patah tulang pinggul sebesar 100 persen. Merokok secara langsung meracuni sel-sel pembentuk tulang. Selain itu merokok juga mengurangi kadar hormon estrogen dan dapat mengakibatkan menopause dini (Cosman, 2007). Hormon reproduksi (hormon estrogen) mempengaruhi kepadatan dan kekuatan tulang. Pada wanita yang telah menopause hormon reproduksi (estrogen) dan timbunan kalsium menurun (Suratun, dkk, 2006).

d. Paparan sinar matahari

Kekurangan vitamin D dalam jumlah yang sangat banyak , meskipun tidak menyebabkan riketsia, tapi vitamin D dapat menjadikan anak-anak dan remaja mencapai tinggi tubuh dan puncak massa tulang yang maksimal (Holick, 2004 dalam Cashman, 2013).Vitamin D dibentuk secara alami di dalam tubuh setelah kulit terpapar dengan sinar matahari. Terpapar sinar matahari setiap hari selama 15 menit (Brontzman, 2007) pada pagi hari jam 06.00-09.00 dan sore hari jam 16.00-18.00 (Matoa, 2011) merupakan waktu bagi tubuh untuk membuat dan menyimpan semua vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh. Kemampuan untuk membuat vitamin D pada kulit menurun seiring dengan peningkatan usia (Brontzman, 2007).

e. Mencegah Jatuh

Jatuh bisa menyebabkan tulang menjadi patah, terutama pada orang yang mengalami osteoporosis (National Institutes of Health , Osteoporosis and Related Bone Disease-National Resource Center, 2011). Salah satu cara pencegahan jatuh diantaranya dengan meningkatkan keseimbangan dan kekuatan tubuh dengan berolah raga jalan kaki dan yoga (National Institutes of Health , Osteoporosis and Related Bone Disease-National Resource Center, 2011).

Selain kelima cara diatas peneliti juga mendapatkan cara lain yang dapat meningkatkan kesehatan tulang yaitu dengan menghindari berat badan yang rendah atau terlalu kurus.

f. Menghindari berat badan yang rendah atau terlalu kurus (< 127 pound).

Berat badan adalah faktor yang menentukan pembentukan tulang dan juga berfungsi sebagai memberikan perlindungan mekanis bagi tubuh (Wirakusumah, 2007). Menurut International Osteoporosis Foundation (2012) berat badan yang sangat rendah dihubungkan dengan perkembangan puncak massa tulang yang lebih rendah pada remaja. Badan yang gemuk dapat memberikan beban pada tubuh setiap hari sehingga dapat mendorong proses pembentukan tulang (Wirakusumah, 2007). Selain itu badan yang gemuk dapat mempermudah produksi hormon estrogen dari jaringan lemak (Wirakusumah, 2007). Diet, terutama jika dilakukan berulang kali, membahayakan kesehatan tulang karena tubuh tidak mendapat cukup nutrisi penting seperti kalsium, vitamin D dan protein yang diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang dan otot (International Osteoporosis Foundation, 2012).

Dokumen terkait