• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka

2.1.6 Kesempatan Investasi

Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi yang menghasilkan keuntungan. Jika terdapat kesempatan investasi yang menguntungkan, maka manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, karena semakin besar kesempatan investasi yang menguntungkan maka investasi yang dilakukan akan semakin besar (Prapaska, 2012).

Buniarto (2011), menjelaskan kesempatan investasi merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi dimasa mendatang. Kesempatan investasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Prospek pertumbuhan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak manajemen dan investor.

Kesempatan investasi juga dikenal dengan investment opportunity set (IOS). Secara umum kesempatan investasi menggambarkan tentang luasnya atau peluang investasi bagi suatu perusahaan namun sangat bergantung pada pengeluaran perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dapat

dikatakan bahwa kesempatan investasi bersifat diobservasi sehingga perlu dipilih satu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel kebijakan dan lain-lain. Terdapat beberapa proksi yang digunakan untuk mengukur kesempatan investasi. Kallapur dan Trombley (2001) menyatakan bahwa proksi kesempatan investasi digolongkan menjadi empat, yaitu:

1) Proksi berbasis pada harga

Kesempatan investasi berbasis harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan, sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi ini didasari atas suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva yang dimiliki. Kesempatan investasi yang didasari atas harga akan terbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktif yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Macam proksi kesempatan investasi berbasis harga misalnya, Market to Book of Equity, Market to Book Value of Asets, ProxyTobin’Q, Earning to Price Ratio.

2) Proksi berbasis investasi

Kesempatan investasi berdasarkan investasi mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai kesempatan investasi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkat investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu

yang lama dalam suatu perusahaan. Proksi ini berbentuk suatu rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap, misalnya: the ratio of R&D assets, the ratio of R&D to sales, investment intensisity, ratio of capital expenditure to book value of assets.

3) Proksi berbasis varian

Proksi kesempatan investasi berbasis varian mengungkapkan bahwa suatu opsi akan lebih bernilai jika menggunakan variability return yang mendasari peningkatan aktiva. Contoh proksi set kesempatan investasi berbasis varian, yaitu: variance of return, assets betas, and varianceof assets deflated sales. 4) Proksi gabungan dari proksi individual

Alternatif proksi gabungan kesempatan investasi dilakukan sebagi upaya untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi individual, sehingga akan menghasilkan pengukuran yang lebih baik untuk kesempatan investasi. Metode dapat dilakukan untuk menggabungkan beberapa proksi individual menjadi satu proksi yang akan diuji lebih lanjut adalah dengan menggunakan analisis faktor.

Berdasarkan keempat jenis proksi yang menggambarkan beragam ukuran kesempatan investasi akan memungkin peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi kesempatan investasi. Kesempatan investasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio market to book value yang merupakan proksi berbasis harga. Hal ini didasarkan pada penelitian Paranita

(2011) dan didukung berdasarkan hasil penelitian Sami et al. (2004) yang menunjukkan bahwa market to book value terbukti secara konsisten memiliki korelasi yang tinggi dengan realisasi pertumbuhan perusahaan. Market to book value memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan yang dianggap baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan.

Market to book value merupakan rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya yang diukur dengan membandingkan harga pasar per lembar saham dengan nilai buku perlembar sahamnya (Brigham dan Houston, 2010:151). Nilai buku suatu aktiva adalah nilai akuntansi dari aktiva tersebut. Nilai buku perusahaan sama dengan perbedaan nilai uang antara aktiva (aset) total perusahaan dengan kewajibannya serta saham preferennya, seperti yang tercantum dalam neracanya, sedangkan nilai pasar aktiva adalah harga pasar dari aktiva jika diperdagangkan di pasar terbuka. Nilai pasar sering kali dipilih dari nilai tertinggi antara likuiditas atau kelangsungan usaha perusahaan (Horne dan Machowicz, 2012:108)

Sartono (2000:146) menyatakan bahwa tidak jarang perusahaan menghadapi masalah lain dalam memilih kesempatan investasi sementara di pihak lain perusahaan dihadapkan pada keterbatasan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana. Kesempatan investasi di dalam perusahaan adalah menyangkut pemilihan investasi yang diinginkan dari sekelompok atau set kesempatan investasi yang ada, memilih salah satu atau lebih alternatif investasi

yang dinilai paling menguntungkan. Memilih investasi yang paling menguntungkan dan risiko yang paling kecil, disini manajer dapat mengelola keuangan dengan baik dan akan menarik investor. Semakin baiknya keputusan investasi yang diambil perusahaan, maka investor akan menaruh kepercayaannya untuk mendapatkan keuntungan.Semakin banyaknya investor yang tertarik maka permintaan saham pun bertambah dan akan meningkatkan nilai penjualan.

2.1.7 Leverage

Struktur utang atau leverage merupakan gambaran dari jumlah besar atau kecilnya pemakaian utang oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktivitas operasionalnya. Rizqia, dkk (2013) menyatakan bahwa dalam menajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Tujuan perusahaan menggunakan leverage adalah agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapat keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

Konsep leverage ini sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat trade-off antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai keputusan finansial. Leverage dapat dipahami sebagai

penaksir risiko yang melekat pada suatu perusahaan. Hal ini berarti leverage yang semakin besar menunjukkan risiko investasi yang besar pula. Leverage keuangan merupakan total utang dilaporkan ke ekuitas sebuah perusahaan, yang mencerminkan kapasitas manajer keuangan untuk menarik sumber daya eksternal keuangan dalam rangka meningkatkan efisiensi ekuitas (Kzistami,2011).

Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya selain juga berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan porsi hutangnya, maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan risiko keuangan (Joni dan Lina, 2010). Keputusan pembiayaan suatu perusahaan pada dasarnya harus mengarah pada struktur modal optimal. Struktur modal menunjuk pada perbedaan pilihan yang digunakan perusahaan untuk membiayai modalnya (Saleem et al. 2013). Modal sebagai komponen struktur modal relevan dengan nilai perusahaan, dan jangka panjang hutang juga ditemukan menjadi penentu utama nilai perusahaan (Antwi, 2012)

Tingkat leverage suatu perusahaan dapat menggambarkan risiko keuangan perusahaan, karena leverage merupakan suatu alat ukur besar atau kecilnya perusahan yang bergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Walaupun hutang berarti risiko, hal ini juga memberikan potensi bagi pemilik perusahaan. Jika hutang dikelola dengan baik dan bila laba usaha lebih besar dan cukup untuk menutup beban hutang, tingkat pengembalian akan

memperbesar bagian pemegang saham karena adanya leverage keuangan (Fraser dan Ormiston, 2001:185). Secara umum dalam manajemen keuangan dikenal dua macam leverage, yaitu sebagai berikut (Maryam, 2014)

1) Leverage operasi

Leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue atau penerimaan yang diperoleh pengguna aktiva itu cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya varibel. Yang merupakan suatu cara untuk mengukur risiko usaha dari suatu perusahaan. Biaya tetap tersebut misalnya, beban penyusutan gedung dan peralatan kantor, biaya asuransi, dan biaya lain yang muncul dari penggguna fasilitas manajemen. Biaya operasi tetap dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada seluruh biaya operasi yang tetap dan variabel.

2) Leverage keuangan ( financial leverage)

Financial leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

Berdasarkan aspek keuangan, leverage dapat dihitung dengan rasio yang tergolong dalam rasio solvabilitas atau disebut juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya (Hanafi, 2009:81). Perusahaan yang tidak solvable, berarti total hutang yang dimiliki perusahaan

lebih besar daripada total asetnya. Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang rendah akan menghadapi risiko kerugian yang lebih kecil pada saat perekonomian sedang menurun, tetapi memiliki tingkat return yang rendah pada saat perekonomian tinggi dan sebaliknya (Wiagustini, 2010:76).

Leverage dapat diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang mengukur risiko struktur modal dengan membandingkan dana dari kreditur (hutang) dengan investor (Fraser dan Ormiston, 2001:185).

Dokumen terkait