PENGARUH LIKUIDITAS, DIVIDEND PAYOUT RATIO, KESEMPATAN INVESTASI DAN LEVERAGE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK
INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
DESAK GEDE SARI KUSUMADEWI NIM:1215251047
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
PENGARUH LIKUIDITAS, DIVIDEND PAYOUT RATIO, KESEMPATAN INVESTASI DAN LEVERAGE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
DESAK GEDE SARI KUSUMADEWI NIM:1215251047
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana Denpasar
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 17 Juni 2016
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua : Prof. Dr. I Gst. Bgs. Wiksuana, SE, MS ...
2. Sekretaris : Drs.Gede Mertha Sudiartha, MM ...
3. Anggota : Dra. Nyoman Abundanti, MM ...
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen
(Dr. I Gusti Ayu Ketut Giantari, SE., M.Si) NIP. 19611002 198601 2 003
Pembimbing
PENGARUH LIKUIDITAS, DIVIDEND PAYOUT RATIO, KESEMPATAN INVESTASI, DAN LEVERAGE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di
dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiat, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Denpasar, Juni 2016
Mahasiswa,
MATERAI 6000
Desak Gede Sari Kusumadewi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Dividend Payout Ratio, Kesempatan Investasi, dan Leverage Terhadap Price Earning Ratio Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia”. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1) Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Udayana.
2) Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.
3) Dr. I Gusti Ayu Ketut Giantari, SE., M.Si.,dan Agoes Ganesha Rahyuda, SE.,
MT.,Ph.D selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Udayana.
4) Drs. Ketut Suardika Natha, M.Si, dan Drs. I Made Jember, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Udayana.
5) Ni Made Rastini, SE., MM selaku Koordinator Jurusan Manajemen Program
Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6) Drs. Gede Mertha Sudiarhta. MM selaku dosen pembimbing yang memberikan
7) Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas
Udayana atas segala bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh
pendidikan.
8) Keluarga tercinta: Orang Tua (Dewa Made Dwi Kamayudha dan Wayan
Sumanti), Adik (Desak Hari Wijayanti, Desak Sri Pratiwi, Dewa Prayoga
Suputra) yang selalu memberikan, semangat, fasilitas, motivasi, dan doa yang
selama penulis menempuh kuliah serta dalam proses penyusunan skripsi ini.
9) Teman-teman seperjuangan di Program Ekstensi, Elin Sukmawati, Junita Sari,
Adi Pinanditha Agus Wirajaya, Eka Surya, Dina, dan lain-lain yang selalu
memberikan semangat, saran dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
10) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
motivasi dan semangat selama penyusunan skipsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini perlu penyempurnaan lebih
lanjut. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaaan skripsi
ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Denpasar, Juni 2016
Judul : Pengaruh Likuiditas, Dividend Payout Ratio, Kesempatan Investasi dan Leverage terhadap Price Earning Ratio pada Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia
Nama : DesakGede Sari Kusumadewi NIM : 1215251047
Abstrak
Industri barang konsumsi merupakan suatu cabang perusahaan manufaktur
yang mempunyai peran aktif dalam pasar modal. Price earning ratio mencerminkan
seberapa besar seorang investor bersedia membayar harga sebuah saham untuk
memperoleh pendapatan setelah pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh likuiditas, dividend payout ratio, kesempatan investasi dan leverage terhadap
price earning ratio pada sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang berjumlah 37 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling sehingga didapat sebanyak 10 sampel perusahaan pada sektor
industri barang konsumsi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
adalah observasi non partisipan, dengan data berupa laporan keuangan yang diperoleh
dari www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear
berganda dengan aplikasi SPSS13 for windows.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas dan
dividend payout ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap price earning
ratio, kesempatan invetasi berpengaruh positif signifikan terhadap price earning ratio
dan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap price earning ratio pada sektor
industri barang konsumsi di BEI.
Kata Kunci: likuiditas, dividend payout ratio, kesempatan inveatsi, leverage, price
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... .iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR. ... x
DAFTAR LAMPIRAN. ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 10
1.5 Sistematika Penulisan……….... ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 KajianPustaka ... 13
2.1.1 Saham ... 13
2.1.2 Price earning ratio. ... 14
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio ... 16
2.1.4 Likuiditas ... 17
2.1.5 Dividend payout ratio ... 20
2.1.6 Kesempatan investasi ... 24
2.1.7 Leverage ... 28
2.2 Hipotesis Penelitian ... 31
2.2.1 Pengaruh likuiditas terhadap price earning ratio ... 31
2.2.2 Pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio ... 32
2.2.3 Pengaruh kesempatan investasi terhadap price earning ratio ... 33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ... 36
3.2 Lokasi Penelitian ... 37
3.3 Objek Penelitian ... 37
3.4 Identifikasi Variabel ... 37
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 38
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 41
3.7 Populasi, Sampel danMetode Pengumpulan Sampel ... 41
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 42
3.9 Teknik Analisis Data ... 43
3.9.1 Analisis linier berganda ... 43
3.9.2 Uji asumsi klasik ... 44
3.9.3 Uji kelayakan model ... 46
3.9.3 Uji koefisien determinasi (R2) ... 47
3.9.4 Uji statistik ... 47
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umun Sektor Industri Barang Konsumsi ... 49
4.2 Hasil Penelitian. ... ...50
4.2.1 Hasil statistik deskriptif ... 50
4.2.2 Hasil uji asumsi klasik ... 52
4.2.3 Hasil analisis regresi linier berganda ... 56
4.2.4 Hasil uji kelayakan model ... 58
4.2.5 Hasil uji hipotesis ... 59
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
4.3.1 Pengaruh likuiditas terhadap price earning ratio ... 61
4.3.2 Pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio ... 62
4.3.3 Pengaruh kesempatan investasi terhadap price earning ratio ... 63
4.3.4 Pengaruh leverage terhadap price earning ratio ... 64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 66
5.2 Saran ... 68
DAFTAR RUJUKAN ... 69
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Hasil Statistik Deskriptif... 50
4.2 Hasil Pengujian Normalitas. ... 52
4.3 Perhitungan Tolerance dan Variance Inflation Factor. ... 53
4.4 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 54
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55
4.6 Hasil Analisis Regresi... 56
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1 Daftar Populasi . ... 76
2 Pemilihan Kriteria Sampel. ... 78
3 Daftar Sampel ... 80
4 Data Dasar ... 81
5 Hasil Analisis Deskriptif ... 83
6 Uji Asumsi Klasik. ... 84
7 Uji Multikoliniearitas ... 85
8 Uji Autokorelasi ... 86
9 Uji Heteroskedastisitas ... 87
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan perusahaan.
Investasi pasar saham memberikan earning yang lebih tinggi dibandingkan
dengan menyimpan uang di bank dalam bentuk deposito yang rata-rata hanya
memberikan earning 6% pertahun (Rahma, dkk. 2014). Informasi mengenai
investasi saham yang dilakukan oleh investor maupun emiten dapat dilihat dari
analisis laporan rasio keuangan suatu perusahaan. Salah satu rasio yang banyak
digunakan oleh investor dalam menganalisis nilai saham untuk pengambilan
keputusan investasi saham adalah price earning ratio (Malikova & Brabec, 2012)
Price earning ratio mencerminkan seberapa besar seorang investor
bersedia membayar harga sebuah saham untuk memperoleh pendapatan setelah
pajak. Saham dengan price earning ratio yang tinggi memberikan indikasi bahwa
prospek ke depannya saham tersebut baik dan akan tercermin pada tingginya
harga saham (Purwaningrum, 2013).
Price earning ratio digunakan untuk menentukan apakah investasi yang
dilakukan menguntungkan atau merugikan, dengan cara membandingkan antara
harga per lembar saham dengan laba bersih per sahamnya. Sebelum melakukan
investasi baik pemerintah maupun pihak swasta diharapkan untuk menganalisis
Besaran price earning ratio akan berubah-ubah mengikuti perubahan harga di
pasar dan proyeksi laba bersih perseroan, jika harga naik proyeksi laba tetap,
maka price earning ratio akan naik, sebaliknya jika proyeksi laba naik, harga
dipasar tidak bergerak maka price earning ratio akan turun (Pratama, 2015).
Price earning ratio juga menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dengan demikian price
earning ratio digunakan oleh investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang (Arslan, 2014). Perhitungan
price earning ratio berfokus pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Nilai
laba bersih yang dihasilkan perusahaan mencerminkan kinerja perusahaan
sesungguhnya (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:75). Besarnya price earning ratio
biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan. Jika price earning ratio
perusahaan tinggi berarti saham perusahaan dapat memberikan return yang besar
bagi investor (Arisona, 2013).
Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
price earning ratio sebagai bahan pertimbangan bagi investor yang akan
berinvestasi di suatu perusahaan, adapun beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi price earning ratio, seperti penjualan, ukuran perusahaan,
pertumbuhan, dan leverage. Beberapa faktor lain juga dapat memprediksi
variabilitas dari price earning ratio yang dapat diukur denagn rasio-rasio
keuangan tahunan perusahaan. Rasio tersebut memberikan gambaran kondisi
dividend payout ratio, dan kesempatan investasi. Penelitian ini juga
menggunakan beberapa factor yang memiliki pengaruh terhadap price earning
ratio dan adanya research gap dari penelitian sebelumnya.
Investasi saham yang dibiayai dana internal perusahaan dipengaruhi
oleh likuiditas. Kondisi likuiditas dapat ditunjukkan oleh nilai arus kas yaitu laba
ditahan yang digunakan untuk membiayai investasi perusahaan (Christian:
2013). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan mendanai operasional
perusahan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Artinya jika
kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek jatuh tempo mampukah pihak perusahaan
mengatasi hal tersebut (Hidayat, 2010). Current rasio adalah rasio untuk
menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar
dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek,
dengan semakin meningkatnya current ratio perusahaan ada kemungkinan akan
meningkatkan harga saham perusahaan tersebut yang akan mempengaruhi price
earning ratio, sebaliknya jika semakin rendah rasio ini akan mengakibatkan
penurunan harga pasar dari saham yang bersangkutan, sehingga akan
menurunkan nilai price earning ratio. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh positif signifikan antara likuiditas terhadap price earning ratio
(Pramadika, 2011).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Halim
bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap price earning ratio.
Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Aziz (2010), Ali (2012) dan
Anggraini (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif
terhadap price earning ratio.
Dividend payout ratio merupakan proporsi laba yang dibagikan pada
pemegang saham. Dividend payout ratio berkaitan dengan arus dividen yang
akan diterima oleh para investor (Damasita, 2011). Informasi mengenai dividen
yang akan dibayarkan sangat berarti bagi investor untuk memutuskan saham
mana yang akan dibeli. Perubahan atas dividend payout ratio dapat
mempengaruhi perubahan price earning ratio (Husnan, 2001). Apabila laba
yang ditahan semakin kecil maka pertumbuhan laba yang akan dibagikan kepada
investor akan semakin besar sehingga penilaian saham akan price earning ratio
akan meningkat (Hussainey, dkk. 2011).
Dividend payout ratio dinyatakan berpengaruh positif terhadap price
earning ratio, dividend payout ratio dapat mencerminkan keadaan perusahaan,
dimana nilai dividend payout ratio yang kecil dapat mencerminkan laba
perusahaan yang berkurang, yang berarti dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan keadaan sebuah perusahaan yang sedang kekurangan dana.
Nilai dividend payout ratio yang rendah, sangat mempengaruhi minat investor
dalam berinvestasi. Investor yang berorientasi pada dividen mengharapkan
dividend payout ratio ini tinggi sehingga harga saham akan mengalami
payout ratio mengalami kenaikan, price earning ratio akan mengalami kenaikan,
dan price earning ratio akan turun jika dividend payout ratio mengalami
penurunan, dengan semakin rendah dividend payout ratio yang dibagikan
perusahaan kepada investor maka bagi investor merupakan sinyal yang kurang
baik dalam berinvestasi dan akan semakin rendah pula price earning ratio. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Damasita (2012),
Fegriadi (2013) Susilowati (2003), Halim (2005), Suryaputri dan Astuti (2003),
(Afza & Tahir, 2012), dan Mangku (2000) menemukan bukti empiris bahwa
dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap price earning ratio. Hasil
penelitian yang berbeda ditemukan oleh Aji dan Pangestuti (2012) mengatakan
bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap price
earning ratio.
Peluang pertumbuhan bisa terlihat pada kesempatan investasi, emiten
dapat menganalisis harga saham jika berinvesatsi jangka panjang dengan
menggunakan price earning ratio. Jika perusahaan mempunyai price earning
ratio tinggi akan menarik investor untuk membeli saham (Terestiani, 2011).
Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi
yang dapat menghasilkan keuntungan (Nugroho dan Hartono,2002).
Kesempatan investasi di dalam perusahaan adalah menyangkut pemilihan
investasi yang diinginkan dari sekelompok atau set kesempatan investasi yang
ada, memilih salah satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling
kesempatan investasi yang menunjukkan lebih luas di mana nilai perusahaan
yang nantinya tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan
datang dengan net present value positif (Ayuningtias dan Kurnia, 2013).
Kesempatan investasi menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan
dari prospek pertumbuhan. Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan
perbedaan antara nilai pasar saham dengan nilai buku dan adanya kesempatan
investasi yang dapat menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi kesempatan
investasi maka perusahaan akan memiliki nilai di masa mendatang dan akan
dinilai tinggi oleh investor (Jati 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Terestiani (2011), Ayuningtias dan
Kurnia (2013) dan Zaki (2013) menunjukkan terdapat pengaruh positif
kesempatan investasi terhadap price earning ratio. Price earning ratio
perusahaan dipengaruhi oleh kesempatan investasi, karena semakin besar
kesempatan investasi yang menguntungkan maka laba yang dihasilkan semakin
besar, dalam hal ini manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut
untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, sehingga investor
tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Hasil yang berbeda
ditunjukkan dalam penelitian oleh Prasetyantoko (2006) dan Lindananty
(2004), yang menunjukkan bahwa kesempatan investasi berpengaruh negatif
terhadap investasi pada perusahaan karena dengan kesempatan investasi yang
tinggi perusahaan bisa saja mengalami kendala dalam menerbitkan saham baru
Pendanaan eksternal perusahaan dapat diperoleh dari penerbitan saham,
maupun utang yang diukur menggunakan leverage. Ukuran leverage dapat
menggambarkan seberapa jauh suatu perusahaan dibelanjakan dengan hutang,
dimana menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
finansialnya. Semakin besar leverage mencerminkan risiko perusahaan yang
relatif tinggi karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
masih membutuhkan modal pinjaman untuk membiayai operasional
perusahaan. Apabila perusahaan tersebut masih membutuhkan modal
pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan
difokuskan untuk mengembalikan pinjaman modal, akibatnya para investor
cenderung menghindari saham-saham yang memiliki leverage yang tinggi.
Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan
menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak
dengan menurunnya nilai return perusahaan, sehingga dapat disimpulkan
semakin tinggi leverage maka price earning ratio perusahaan akan semakin
kecil (Melati, 2011).
Mangku (2000), Anggraini (2012) dan Halim (2005) menyatakan bahwa
leverage akan berpengaruh negatif terhadap price earning ratio, hal ini berarti
bahwa semakin tinggi leverage yang ditanggung perusahaan maka akan semakin
rendah price earning ratio, sebaliknya semakin rendah leverage yang ditanggung
berbeda yang dilakukan oleh Pramadika (2011) dan Daulata (2005) mengatakan
bahwa leverage berpengaruh positif terhadap price earning ratio.
Sektor industri barang konsumsi merupakan suatu cabang perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahan-perusahan
yang tergabung dalam sektor industri barang konsumsi merupakan salah satu
sektor perusahaan yang mampu bertahan di tengah kondisi perekonomian
Indonesia walaupun dalam keadaan krisis atau tidak, karena barang konsumsi
tetap menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Tingkat pemakaian
masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia
yang semakin komplek dan meningkat. Adapun alasan dipilihnya kelompok
sektor industri barang konsumsi sebagai objek penelitian karena sektor industri
barang konsumsi adalah perusahaan yang memiliki karakteristik industri yang
produknya selalu dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, selain itu
sektor industri barang konsumsi telah tercatat dalam waktu yang relatif lama dan
cukup dikenal luas dengan kinerja yang cukup baik. Perusahaan yang tergabung
dalam kelompok ini memiliki tingkat daya persaingan yang tinggi, juga
pergerakan harga saham emiten dalam industri ini yang meningkat menarik minat
investor terhadap saham perusahaan-perusahaan ini yang dilihat dari fluktuasi
harga sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian-penelitian mengenai price earnings ratio dilakukan untuk
merugikan. Price earning patio mempunyai kelebihan antara lain karena
kemudahan dan kepraktisan, serta adanya standar yang memudahkan pemodal
untuk melakukan perbandingan penilaian terhadap perusahaan lain pada industri
yang sama. Price earning patio menunjukkan seberapa besar para investor
bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan sehingga
merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan (Pramadika,
2011). Secara teori price earning ratio dipengaruhi beberapa faktor seperti
likuiditas, dividend payout ratio, kesempatan investasi, dan leverage.
Dikarenakan masih terdapat research gap pada masing-masing variabel yang
mempengaruhi price earning ratio, maka hal ini membuat peneliti terdorong
untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Pengaruh Likuiditas, Dividend
Payout Ratio, Kesempatan Investasi, dan Leverage Terhadap Price Earning
Ratio Pada Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2014.
1.2 Rumusan Masalah Penelit ian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio?
2) Apakah dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap price earning
3) Apakah kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap price earning
ratio?
4) Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh likuiditas terhadap price earning
ratio.
2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh dividend payout ratio terhadap price
earning ratio.
3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kesempatan investasi terhadap price
earning ratio.
4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh leverage terhadap price earning
ratio.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai
berikut :
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
likuiditas, dividend payout ratio, kesempatan investasi, dan leverage terhadap
Efek Indonesia yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dan pembanding
dalam penelitian yang akan datang.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan dan sebagai
bahan pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan dalam
melakukan investasi saham.
1.5 Sistematika Penulisan
Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, digunakan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang relevan sebagai
acuan dan landasan untuk mendukung pokok permasalahan yang
berkaitan price earning ratio, likuiditas, dividend payout ratio,
kesempatan investasi, leverage dan hipotesis penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian,
operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode
penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data
yang digunakan.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan yang diteliti,
deskripsi data hasil penelitian, dan pembahasan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan.
BAB V Simpulan dan Saran
Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam
pembahasan serta saran-saran yang diberikan untuk pengembangan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau perusahaan. Besarnya kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar
penyertaan yang ditanamkan diperusahaan (Darmaji dan Fakhruddin, 2008).
Keputusan seseorang untuk membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu
saham diatas harga pasar, sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai
perkiraan suatu saham dibawah harga pasar. Untuk menentukan nilai saham,
pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang
ada di pasar modal (Sunariyah, 2004).
Naik atau turunnya harga saham tergantung dari perubahan satu atau
lebih faktor yang mempengaruhi. Pada saat kondisi perusahaan menurun, pada
umumnya harga saham perusahaan juga turun, demikian pula sebaliknya. Pada
saham biasa (common stock) selain tingkat keuntungan yang belum diketahui
terdapat juga ekspektasi bahwa harga saham akan naik sejalan dengan
pertumbuhan perusahaan. Hal ini berbeda dengan penilaian untuk saham prioritas
dan obligasi, dimana penilaiannya didasarkan atas tingkat keuntungan dengan
2.1.2 Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering
digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai suatu saham tertentu. Pendekatan
ini mendasarkan atas rasio antara harga perlembar saham di pasar modal dengan
tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham (Brigham dan
Houston, 2006:110). Price earning ratio merupakan ukuran yang paling banyak
digunakan oleh investor untuk memutuskan apakah investasi modal yang
dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Price earning ratio juga
menunjukkan berapa besar para investor bersedia membayar untuk setiap
keuntungan yang dilaporkan perusahaan. Price earning ratio digunakan untuk
membangun strategi investasi yang baik dalam memprediksi harga saham di
pasar saham, tingginya price earning ratio dapat meningkatkan kinerja saham
perusahaan di periode yang akan datang dan menentukan besarnya modal dalam
saham.
Oleh karena itu, price earning ratio sering menjadi suatu ukuran yang
penting bagi para calon investor dalam berinvestasi. Price earning ratio juga
merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau
harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham
melalui rasio-rasio keuangan seperti price earning ratio dikarenakan adanya
investasi saham. Semakin tinggi rasio ini maka pertumbuhan laba yang
diharapkan juga akan meningkat (Fahmi, 2012:138).
Menurut Sutrisno (2005:240) rasio ini menunjukkan perbandingan
antara harga saham atau harga perolehan yang ditawarkan dengan pendapatan
yang diterma. Price earning ratio yang tinggi menunjukkan prestasi perusahaan
dimasa yang akan datang cukup tinggi. Kegunaan price earning ratio adalah
untuk melihat bagaimana pasar menilai kinerja saham suatu perusahaan
terhadap kinerja perusahaan yang tercermin pada earning per share (EPS).
Perusahaan diharapkan akan mempunyai prospek yang baik maka memiliki
price earning ratio yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan
mempunyai prosek yang rendah maka akan memiliki price earning ratio yang
rendah. Semakin berkembang dan semakin terintegrasinya pasar modal, maka
analisis terhadap faktor yang mempengaruhi price earning ratio mempunyai
arti penting bagi investor sebelum mengambil keputusan. Rendahnya price
earning ratio dapat terjadi karena menurunnya harga saham dan meningkatnya
laba ditahan dibandingkan pembagian dividen, sebaliknya price earning ratio
tinggi dapat terjadi karena penurunan laba ditahan, dan meningkatnya
pembagian dividen kepada pemegang saham, sehingga permintaan saham
meningkat, tetapi investor percaya penurunan laba bersih atau saham tersebut
hanya bersifat temporer dan akan pulih pada tahun berikutnya. Investor lebih
Price earning ratio yang rendah dapat mengidentifikasi bahwa
perusahaan tersebut mencatat perolehan laba yang statis atau beresiko tinggi,
sehingga investor tidak tertarik untuk membeli saham. Price earning ratio
digunakan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan
perusahaan
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
Faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio menurut Husnan
(2003:297) adalah sebagai berikut:
1) Dividen Payout Ratio (DPR)
Merupakan bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas dividen
kepada para pemegang saham, semakin tnggi dividend payout ratio maka
semakin tinggi pula price earning ratio .
2) Tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal, semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal, maka akan
mengakibatkan nilai price earning ratio semakin rendah.
3) Expected Growth Rate
Merupakan ekspektasi pertumbuhan laba yang diperoleh suatu perusahaan
pada tahun tertentu, semakin tinggi expected growth rateakan
2.1.4 Likuiditas
Keputusan investasi yang dibuat perusahaan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan menghasilkan kas yang dapat memenuhi kebutuhan
jangka pendek atau yang disebut likuiditas perusahaan. Likuiditas merupakan
faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan keputusan pendanaan melalui
hutang, namun penjelasan tersebut menyatakan besarnya pembayaran hutang
yang harus ditanggung perusahaan (Hidayat, 2010).
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya dalam jangka waktu pendek dengan aset lancar yang tersedia. Aset
lancar adalah aset yang diharapkan menjadi kas dalam jangka waktu singkat
(biasanya kurang dari satu tahun) yang meliputi kas, efek yang diperdagangkan,
piutang usaha, dan persediaan, sedangkan hutang lancar merupakan hutang yang
harus dipenuhi dalam waktu dekat misalnya membayar gaji, membayar biaya
operasional, membayar hutang jangka pendek, dan lain sebagainya yang
membutuhkan pembayaran segera. Agar perusahaan selalu likuid, maka posisi
dana lancar yang tersedia harus lebih besar daripada hutang lancar. Perusahaan
yang tidak likuid berarti perusahaan itu tidak sehat (Wiagustini, 2010:76).
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mulai lambat membayar
tagihan (utang usaha), pinjaman bank, dan kewajiban lainnya yang akan
meningkatkan kewajiban lancar. Jika kewajiban lancar naik lebih cepat daripada
aset lancar, rasio lancar akan turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah
Satu keunggulan dari melihat aset dan kewajiban lancar adalah nilai
buku dan nilai pasarnya kemungkinan besar akan sama. Sering kali aset dan
kewajiban tidak bertahan cukup lama sehingga menyebabkan kedua nilai tadi
berbeda terlalu jauh. Aset dan kewajiban lancar berubah dengan cepat, sehingga
jumlah aset dan kewajiban hari ini mungkin bukan panduan yang dapat
diandalkan untuk masa depan (Ross, et al. 2009:79).
Rasio likuiditas adalah rasio yang paling banyak mendapatkan perhatian
baik dari para analis maupun investor. Walaupun analisis terhadap likuiditas ini
membutuhkan bantuan lain, sepeti anggaran kas (cash budget), penggunaan rasio
ini mudah dan cepat (Raharjaputra, 2009:199). Rasio likuiditas yang sudah
umum dikenal sebagai berikut:
1) Current ratio: rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar (current asets)
dengan hutang (current liabilities). Secara umum aset lancar terdiri dari kas
dan setara kas, surat berharga, piutang dagang, persediaan, biaya dibayar
dimuka, dan aset lancar lainnya. Utang lancar terdiri atas utang dagang, utang
bank, utang pajak, utang muka pelanggan, dan lainnya. Rasio ini digunakan
sebagai alat ukur atas kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang dan
kewajiban jangka pendeknya (Raharjaputra, 2009:199). Semakin tinggi rasio
lancar, maka akan semakin besar kemampuan perusahaan membayar berbagai
tagihannya, akan tetapi rasio ini harus dianggap sebagai ukuran kasar karena
tidak memperhitungkan likuiditas dari setiap komponen aktiva lancar.
piutang yang belum jatuh tempo, umunya akan dianggap lebih likuid daripada
perusahaan yang aktiva lancarnya terutama terdiri atas persediaan (Horne dan
Machowicz, 2012:207).
2) Acid test ratio/quick ratio: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya dengan mengurangkan persediaan yang
dianggap kurang likuid karena prosesnya cukup panjang, yaitu melalui
penjualan dan kemudian piutang dagang atau tunai (Raharjaputra, 2009:200).
Quick ratio memberikan ukuran yang mendalam tentang likuiditas daripada
rasio lancar (Horne dan Machowicz, 2012:207).
3) Rasio kas (cash ratio): rasio kas merupakan perbandingan antara kas dengan
total hutang lancar, yang dapat juga dihitung dengan mengikutsertakan
surat-surat berharga. Kas dan surat-surat berharga merupakan alat likuid yang paling
dipercaya. Rasio kas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam
perusahaan dan surat-surat berharga yang segera dapat diuangkan. Bertambah
tinggi cash ratio berarti jumlah uang tunai yang tersedia makin besar sehingga
pelunasan utang pada saat jatuh tempo tidak akan mengalami kesulitan
(Riyanto, 2001:121)
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa rasio likuiditas digunakan
untuk mengukur kecukupan sumber kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban
mengalami kesulitan dalam mendanai investasinya apabila perusahaan mampu
menghasilkan kas dalam membiayai investasi. Semakin besar likuiditas
perusahaan struktur modalnya atau hutangnya akan semakin berkurang, karena
dengan likuiditas yang tinggi, perusahaan memiliki dana tersedia yang dapat
digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan perusahaan dengan modal
sendiri, dalam pengambilan keputusan investasi biaya modal sendiri justru
diperhitungkan daripada menanggung risiko. Likuiditas dalam penelitian ini
diproksikan dengan current ratio, yaitu rasio antara aktiva lancar dengan hutang
lancar.
2.1.5 Dividend Payout Ratio (DPR)
Perusahaan harus menetapkan kebijakan dividen untuk mencapai tujuan
perusahaan, karena menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak
para pemegang saham. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap perilaku
investor, sehinggakebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting
dalam pengambilan keputusan investasi (Wiagustini, 2010:255).
Dividend payout ratio adalah rasio yang mencerminkan kemampuan
perusahaan di dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya
(Khurniaji, 2013). Dividend payout ratio yang tinggi, akan ditangkap sebagai
sinyal positif bagi investor. Rakhimsyah dan Gunawan (2011) menyatakan
bahwa tingkat dividend payout ratioyang tinggi mengindikasikan bahwa
akan datang. Sinyal tersebut secara tidak langsung akan berdampak terhadap
peningkatan keputusan investasi suatu perusahaan.
Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang
dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam
bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan
para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial
karena memperkecil laba ditahan, namu dividend payout ratio semakin kecil
akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi internal financial
perusahaan akan semakin kuat. Perusahaan hanya dapat membagikan dividen
semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar,
jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan
dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan
modal sendiri.
Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan perusahaan yang
dipengaruhi oleh struktur kepemilikan dalam perusahaan. Dividen dapat
digunakan untuk mengurangi agency problem dalam perusahaan (Shubiri et al.
2012). Setiap perusahaan memiliki proporsi pembagian dividen yang
berbeda-beda tergantung dari laba yang diperoleh dan saham yang dimiliki. Besarnya
dividen yang akan dibagikan tergantung dari keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Perusahaan dalam membagikan dividen juga didasarkan pada
membayar kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali dalam
perusahaan.
Osegbue et al. (2014) menyatakan dividen dialokasikan sebagai jumlah
tetap per saham kepada pemilik atau pemegang saham usaha periode tertentu.
Biasanya sebagai pembagian keuntungan dan rekomendasi yang dibuat oleh
manajer keuangan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi
sumber dana internal, sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba
yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin
besar (Sartono, 2010:281).
Kebijakan dividen berpengaruh terhadap aliran dana, struktur finansial,
likuiditas perusahaan dan perilaku investor. Kebijakan dividen merupakan salah
satu faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi suatu perusahaan,
karena dipengaruhi oleh tersedianya dana dan biaya modal. Ketersediaan dana
dan biaya modal dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang ditahan. Alfredo
(2011), menyatakan dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham dapat
berbentuk:
1) Dividen yang berbentuk uang
Pembagian dividen yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk uang.
Para pemegang saham akan menerima dividen seberapa tarif per lembar
2) Dividen yang berbentuk aktiva (selain kas dan saham sendiri)
Dividen yang dibagikan kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai, tetapi
berupa aktiva seperti saham perusahaan atau barang-barang hasil produksi
perusahaan yang membagikan dividen tersebut. Pemegang saham yang
menerima dividen seperti ini mencatat dalam bukunya dengan jumlah sebesar
harga pasar yang diterimanya.
3)Dividen saham (stock dividend)
Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi
saham disebut dividen saham. Saham yang diterima berbetuk saham yang
sama dengan yang dimiliki atau saham jenis yang lain
Perusahaan yang memiliki peluang investasi yang menguntungkan
cenderung menghasilkan sasaran rasio pembayaran yang rendah, dan
kemampuan perusahaan untuk mempercepat atau menunda proyek
memungkinkan perusahaan memiliki kebijakan dividen yang stabil. Abdul
Halim (2005), menyatakan bahwa rasio pembayaran dividen atau dividend
payout ratio melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai
dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan
kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang
tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Pembayaran
dividen penting bagi perusahaan yang melakukan investasi karena dividen
penghasilannya saat ini dan membantu menjaga harga pasar saham (Gill et al,.
2010)
Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per
share (DPS) dengan earning per share (EPS), jadi perspektif yang dilihat adalah
pertumbuhan DPS terhadap pertumbuhan EPS.
2.1.6 Kesempatan Investasi
Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan
investasi yang menghasilkan keuntungan. Jika terdapat kesempatan investasi
yang menguntungkan, maka manajer berusaha mengambil peluang-peluang
tersebut untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, karena semakin
besar kesempatan investasi yang menguntungkan maka investasi yang dilakukan
akan semakin besar (Prapaska, 2012).
Buniarto (2011), menjelaskan kesempatan investasi merupakan hasil
dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi dimasa mendatang. Kesempatan
investasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan
dari prospek pertumbuhan. Prospek pertumbuhan merupakan suatu harapan yang
diinginkan oleh pihak manajemen dan investor.
Kesempatan investasi juga dikenal dengan investment opportunity set
(IOS). Secara umum kesempatan investasi menggambarkan tentang luasnya atau
peluang investasi bagi suatu perusahaan namun sangat bergantung pada
dikatakan bahwa kesempatan investasi bersifat diobservasi sehingga perlu dipilih
satu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel kebijakan dan lain-lain.
Terdapat beberapa proksi yang digunakan untuk mengukur kesempatan investasi.
Kallapur dan Trombley (2001) menyatakan bahwa proksi kesempatan investasi
digolongkan menjadi empat, yaitu:
1) Proksi berbasis pada harga
Kesempatan investasi berbasis harga merupakan proksi yang menyatakan
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan, sebagian dinyatakan dalam harga
pasar. Proksi ini didasari atas suatu ide yang menyatakan bahwa prospek
pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham
dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi
secara relatif untuk aktiva yang dimiliki. Kesempatan investasi yang didasari
atas harga akan terbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktif yang dimiliki
dan nilai pasar perusahaan. Macam proksi kesempatan investasi berbasis
harga misalnya, Market to Book of Equity, Market to Book Value of Asets,
ProxyTobin’Q, Earning to Price Ratio.
2) Proksi berbasis investasi
Kesempatan investasi berdasarkan investasi mengungkapkan bahwa suatu
kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai kesempatan
investasi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi
yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkat investasi yang tinggi pula
yang lama dalam suatu perusahaan. Proksi ini berbentuk suatu rasio yang
membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam
bentuk aktiva tetap, misalnya: the ratio of R&D assets, the ratio of R&D to
sales, investment intensisity, ratio of capital expenditure to book value of
assets.
3) Proksi berbasis varian
Proksi kesempatan investasi berbasis varian mengungkapkan bahwa suatu
opsi akan lebih bernilai jika menggunakan variability return yang mendasari
peningkatan aktiva. Contoh proksi set kesempatan investasi berbasis varian,
yaitu: variance of return, assets betas, and varianceof assets deflated sales.
4) Proksi gabungan dari proksi individual
Alternatif proksi gabungan kesempatan investasi dilakukan sebagi upaya
untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi individual,
sehingga akan menghasilkan pengukuran yang lebih baik untuk kesempatan
investasi. Metode dapat dilakukan untuk menggabungkan beberapa proksi
individual menjadi satu proksi yang akan diuji lebih lanjut adalah dengan
menggunakan analisis faktor.
Berdasarkan keempat jenis proksi yang menggambarkan beragam
ukuran kesempatan investasi akan memungkin peneliti menggunakan beragam
rasio sebagai proksi kesempatan investasi. Kesempatan investasi dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio market to book value yang
(2011) dan didukung berdasarkan hasil penelitian Sami et al. (2004) yang
menunjukkan bahwa market to book value terbukti secara konsisten memiliki
korelasi yang tinggi dengan realisasi pertumbuhan perusahaan. Market to book
value memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan
yang dianggap baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan laba dan arus
kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan.
Market to book value merupakan rasio harga pasar suatu saham terhadap
nilai bukunya yang diukur dengan membandingkan harga pasar per lembar
saham dengan nilai buku perlembar sahamnya (Brigham dan Houston,
2010:151). Nilai buku suatu aktiva adalah nilai akuntansi dari aktiva tersebut.
Nilai buku perusahaan sama dengan perbedaan nilai uang antara aktiva (aset)
total perusahaan dengan kewajibannya serta saham preferennya, seperti yang
tercantum dalam neracanya, sedangkan nilai pasar aktiva adalah harga pasar dari
aktiva jika diperdagangkan di pasar terbuka. Nilai pasar sering kali dipilih dari
nilai tertinggi antara likuiditas atau kelangsungan usaha perusahaan (Horne dan
Machowicz, 2012:108)
Sartono (2000:146) menyatakan bahwa tidak jarang perusahaan
menghadapi masalah lain dalam memilih kesempatan investasi sementara di
pihak lain perusahaan dihadapkan pada keterbatasan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dana. Kesempatan investasi di dalam perusahaan adalah
menyangkut pemilihan investasi yang diinginkan dari sekelompok atau set
yang dinilai paling menguntungkan. Memilih investasi yang paling
menguntungkan dan risiko yang paling kecil, disini manajer dapat mengelola
keuangan dengan baik dan akan menarik investor. Semakin baiknya keputusan
investasi yang diambil perusahaan, maka investor akan menaruh kepercayaannya
untuk mendapatkan keuntungan.Semakin banyaknya investor yang tertarik maka
permintaan saham pun bertambah dan akan meningkatkan nilai penjualan.
2.1.7 Leverage
Struktur utang atau leverage merupakan gambaran dari jumlah besar
atau kecilnya pemakaian utang oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk
membiayai aktivitas operasionalnya. Rizqia, dkk (2013) menyatakan bahwa
dalam menajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana
oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham. Tujuan perusahaan menggunakan
leverage adalah agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset
dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan variabilitas (risiko)
keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapat keuntungan yang lebih
rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan
keuntungan pemegang saham.
Konsep leverage ini sangat penting terutama untuk menunjukkan
kepada analis keuangan dalam melihat trade-off antara risiko dan tingkat
penaksir risiko yang melekat pada suatu perusahaan. Hal ini berarti leverage yang
semakin besar menunjukkan risiko investasi yang besar pula. Leverage keuangan
merupakan total utang dilaporkan ke ekuitas sebuah perusahaan, yang
mencerminkan kapasitas manajer keuangan untuk menarik sumber daya
eksternal keuangan dalam rangka meningkatkan efisiensi ekuitas
(Kzistami,2011).
Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan
kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya selain juga
berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan
meningkatkan porsi hutangnya, maka perusahaan ini dengan sendirinya akan
meningkatkan risiko keuangan (Joni dan Lina, 2010). Keputusan pembiayaan
suatu perusahaan pada dasarnya harus mengarah pada struktur modal optimal.
Struktur modal menunjuk pada perbedaan pilihan yang digunakan perusahaan
untuk membiayai modalnya (Saleem et al. 2013). Modal sebagai komponen
struktur modal relevan dengan nilai perusahaan, dan jangka panjang hutang juga
ditemukan menjadi penentu utama nilai perusahaan (Antwi, 2012)
Tingkat leverage suatu perusahaan dapat menggambarkan risiko
keuangan perusahaan, karena leverage merupakan suatu alat ukur besar atau
kecilnya perusahan yang bergantung pada kreditur dalam membiayai aset
perusahaan. Walaupun hutang berarti risiko, hal ini juga memberikan potensi
bagi pemilik perusahaan. Jika hutang dikelola dengan baik dan bila laba usaha
memperbesar bagian pemegang saham karena adanya leverage keuangan (Fraser
dan Ormiston, 2001:185). Secara umum dalam manajemen keuangan dikenal dua
macam leverage, yaitu sebagai berikut (Maryam, 2014)
1) Leverage operasi
Leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan
harapan bahwa revenue atau penerimaan yang diperoleh pengguna aktiva itu
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya varibel. Yang merupakan suatu cara
untuk mengukur risiko usaha dari suatu perusahaan. Biaya tetap tersebut
misalnya, beban penyusutan gedung dan peralatan kantor, biaya asuransi, dan
biaya lain yang muncul dari penggguna fasilitas manajemen. Biaya operasi tetap
dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih
besar daripada seluruh biaya operasi yang tetap dan variabel.
2) Leverage keuangan ( financial leverage)
Financial leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban
tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih
besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham.
Berdasarkan aspek keuangan, leverage dapat dihitung dengan rasio
yang tergolong dalam rasio solvabilitas atau disebut juga rasio leverage. Rasio
leverage merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya (Hanafi, 2009:81).
lebih besar daripada total asetnya. Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas
yang rendah akan menghadapi risiko kerugian yang lebih kecil pada saat
perekonomian sedang menurun, tetapi memiliki tingkat return yang rendah pada
saat perekonomian tinggi dan sebaliknya (Wiagustini, 2010:76).
Leverage dapat diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER
merupakan rasio yang mengukur risiko struktur modal dengan membandingkan
dana dari kreditur (hutang) dengan investor (Fraser dan Ormiston, 2001:185).
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh likuiditas terhadap price earning ratio
Investasi saham yang dibiayai dana internal perusahaan dipengaruhi
oleh likuiditas. Kondisi likuiditas dapat ditunjukkan oleh nilai arus kas yaitu laba
ditahan yang digunakan untuk membiayai investasi perusahaan (Christian:
2013). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan mendanai operasional
perusahan dan melunasi kewajban jangka pendeknya. Artinya jika
kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek jatuh tempo mampukah pihak perusahaan
mengatasi hal tersebut (Hidayat, 2010). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
pendek, dengan semakin meningkatnya likuditas perusahaan ada kemungkinan
akan meningkatkan harga saham perusahaan yang diakibatkan dari
price earning ratio. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif
signifikan antara likuiditas terhadap price earning ratio (Pramadika, 2011)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Halim
(2005), Kurnianto (2013), Harmono (2004), dan Hayati (2010) yang mengatakan
bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap price earning ratio.
Berdasakan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap price earning ratio.
2.2.2 Pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio
Perubahan atas dividend payout ratio dapat mempengaruhi perubahan
price earning ratio (Husnan, 2001). Dividend payout ratio juga mencerminkan
keadaan perusahaan, dimana nilai dividend payout ratio yang kecil dapat
mencerminkan laba perusahaan yang berkurang, yang berarti dapat digunakan
untuk mengidentifikasikan keadaan sebuah perusahaan yang sedang kekurangan
dana. Nilai dividend payout ratio yang kurang, sangat mempengaruhi minat
investor dalam berinvestasi. Investor yang berorientasi pada dividen
mengharapkan dividend payout ratio ini tinggi sehingga harga saham akan
mengalami peningkatan dan kemudian investor akan memperoleh capital gain.
Apabila laba yang ditahan semakin kecil maka pertumbuhan laba yang akan
dibagikan kepada investor akan semakin besar sehingga penilaian saham akan
meningkat yang menyebabkan investor tertarik untuk berinvestasi sehingga price
Pengaruh devidend payout ratio terhadap price earning ratio, seperti
yang dinyatakan oleh Suryaputri dan Astuti (2003), Mangku (2000) menyatakan
bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap price earning ratio,
hal ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio yang dibagikan
perusahaan kepada investor maka akan semakin tinggi pula price earning ratio,
sebaliknya semakin rendah dividend payout ratio yang dibagikan perusahaan
kepada investor maka akan semakin rendah pula price earning ratio. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Damasita (2012), Fegriadi
(2013), Susilowati (2003), Halim (2005), Suryaputri dan Astuti (2003)
menemukan bukti empiris bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif
terhadap price earning ratio. Berdasakan uraian di atas dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H
2: Dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap price earning
ratio.
2.2.3 Pengaruh kesempatan investasi terhadap price earning ratio
Kesempatan investasi menentukan kemampuannya memperoleh
keuntungan dari prospek pertumbuhan. Potensi pertumbuhan dapat diitunjukkan
dengan perbedaan antara nilai pasar saham dengan nilai buku dan adanya
kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi
kesempatan investasi maka perusahaan akan memiliki nilai dimasa mendatang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Terestiani (2011), Ayuningtias dan
Kurnia (2013) dan Zaki (2013) menunjukkan terdapat pengaruh positif signifikan
kesempatan investasi terhadap price earning ratio. Price earning
ratioperusahaan dipengaruhi oleh kesempatan investasi, karena semakin besar
kesempatan investasi yang menguntungkan maka laba yang dihasilkan semakin
besar, dalam hal ini manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut
untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, dengan adanya daya
tarik tersebut akan berdampak pada semakin banyaknya calon investor untuk
memiliki saham perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan price earning
ratio. Berdasakan uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Kesempatan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap price earning
ratio.
2.2.4 Pengaruh leverage terhadap price earning ratio.
Ukuran leverage dapat menggambarkan seberapa jauh suatu perusahaan
dibelanjakan dengan hutang, dimana menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Semakin besar leverage
mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi karena hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masih membutuhkan modal pinjaman
untuk membiayai operasional perusahaan. Apabila perusahaan tersebut masih
membutuhkan modal pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang dihasilkan
oleh perusahaan akan difokuskan untuk mengembalikan pinjaman modal,
leverage yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut
maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan
berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan, sehingga dapat
disimpulkan semakin tinggi leverage maka price earning ratio perusahaan akan
semakin kecil (Melati, 2011).
Mangku (2000), Anggraini (2012) dan Halim (2005) menyatakan bahwa
leverage akan berpengaruh negatif terhadap price earning ratio, hal ini berarti
bahwa semakin tinggi leverage yang ditanggung perusahaan maka akan semakin
rendah price earning ratio. Berdasakan uraian diatas dirumuskan hipotesis
sebagai berikut: