• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Likuiditas Divident Payout Ratio, Kesempatan Investasi Dan Leverage Terhadap Price Earning Ratio Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Likuiditas Divident Payout Ratio, Kesempatan Investasi Dan Leverage Terhadap Price Earning Ratio Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LIKUIDITAS, DIVIDEND PAYOUT RATIO, KESEMPATAN INVESTASI DAN LEVERAGE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK

INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

DESAK GEDE SARI KUSUMADEWI NIM:1215251047

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

PENGARUH LIKUIDITAS, DIVIDEND PAYOUT RATIO, KESEMPATAN INVESTASI DAN LEVERAGE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

DESAK GEDE SARI KUSUMADEWI NIM:1215251047

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana Denpasar

(3)

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 17 Juni 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Prof. Dr. I Gst. Bgs. Wiksuana, SE, MS ...

2. Sekretaris : Drs.Gede Mertha Sudiartha, MM ...

3. Anggota : Dra. Nyoman Abundanti, MM ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen

(Dr. I Gusti Ayu Ketut Giantari, SE., M.Si) NIP. 19611002 198601 2 003

Pembimbing

(4)

PENGARUH LIKUIDITAS, DIVIDEND PAYOUT RATIO, KESEMPATAN INVESTASI, DAN LEVERAGE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA

SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di

dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang

lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur plagiat, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Denpasar, Juni 2016

Mahasiswa,

MATERAI 6000

Desak Gede Sari Kusumadewi

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Dividend Payout Ratio, Kesempatan Investasi, dan Leverage Terhadap Price Earning Ratio Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia”. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1) Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Udayana.

2) Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

3) Dr. I Gusti Ayu Ketut Giantari, SE., M.Si.,dan Agoes Ganesha Rahyuda, SE.,

MT.,Ph.D selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Udayana.

4) Drs. Ketut Suardika Natha, M.Si, dan Drs. I Made Jember, M.Si selaku Ketua

dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Udayana.

5) Ni Made Rastini, SE., MM selaku Koordinator Jurusan Manajemen Program

Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6) Drs. Gede Mertha Sudiarhta. MM selaku dosen pembimbing yang memberikan

(6)

7) Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas

Udayana atas segala bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh

pendidikan.

8) Keluarga tercinta: Orang Tua (Dewa Made Dwi Kamayudha dan Wayan

Sumanti), Adik (Desak Hari Wijayanti, Desak Sri Pratiwi, Dewa Prayoga

Suputra) yang selalu memberikan, semangat, fasilitas, motivasi, dan doa yang

selama penulis menempuh kuliah serta dalam proses penyusunan skripsi ini.

9) Teman-teman seperjuangan di Program Ekstensi, Elin Sukmawati, Junita Sari,

Adi Pinanditha Agus Wirajaya, Eka Surya, Dina, dan lain-lain yang selalu

memberikan semangat, saran dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

10) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

motivasi dan semangat selama penyusunan skipsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini perlu penyempurnaan lebih

lanjut. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaaan skripsi

ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, Juni 2016

(7)

Judul : Pengaruh Likuiditas, Dividend Payout Ratio, Kesempatan Investasi dan Leverage terhadap Price Earning Ratio pada Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

Nama : DesakGede Sari Kusumadewi NIM : 1215251047

Abstrak

Industri barang konsumsi merupakan suatu cabang perusahaan manufaktur

yang mempunyai peran aktif dalam pasar modal. Price earning ratio mencerminkan

seberapa besar seorang investor bersedia membayar harga sebuah saham untuk

memperoleh pendapatan setelah pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh likuiditas, dividend payout ratio, kesempatan investasi dan leverage terhadap

price earning ratio pada sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia

periode 2010-2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi

yang berjumlah 37 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling sehingga didapat sebanyak 10 sampel perusahaan pada sektor

industri barang konsumsi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

adalah observasi non partisipan, dengan data berupa laporan keuangan yang diperoleh

dari www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear

berganda dengan aplikasi SPSS13 for windows.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas dan

dividend payout ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap price earning

ratio, kesempatan invetasi berpengaruh positif signifikan terhadap price earning ratio

dan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap price earning ratio pada sektor

industri barang konsumsi di BEI.

Kata Kunci: likuiditas, dividend payout ratio, kesempatan inveatsi, leverage, price

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... .iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR. ... x

DAFTAR LAMPIRAN. ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penulisan……….... ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 KajianPustaka ... 13

2.1.1 Saham ... 13

2.1.2 Price earning ratio. ... 14

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio ... 16

2.1.4 Likuiditas ... 17

2.1.5 Dividend payout ratio ... 20

2.1.6 Kesempatan investasi ... 24

2.1.7 Leverage ... 28

2.2 Hipotesis Penelitian ... 31

2.2.1 Pengaruh likuiditas terhadap price earning ratio ... 31

2.2.2 Pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio ... 32

2.2.3 Pengaruh kesempatan investasi terhadap price earning ratio ... 33

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Objek Penelitian ... 37

3.4 Identifikasi Variabel ... 37

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 38

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.7 Populasi, Sampel danMetode Pengumpulan Sampel ... 41

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.9 Teknik Analisis Data ... 43

3.9.1 Analisis linier berganda ... 43

3.9.2 Uji asumsi klasik ... 44

3.9.3 Uji kelayakan model ... 46

3.9.3 Uji koefisien determinasi (R2) ... 47

3.9.4 Uji statistik ... 47

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umun Sektor Industri Barang Konsumsi ... 49

4.2 Hasil Penelitian. ... ...50

4.2.1 Hasil statistik deskriptif ... 50

4.2.2 Hasil uji asumsi klasik ... 52

4.2.3 Hasil analisis regresi linier berganda ... 56

4.2.4 Hasil uji kelayakan model ... 58

4.2.5 Hasil uji hipotesis ... 59

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

4.3.1 Pengaruh likuiditas terhadap price earning ratio ... 61

4.3.2 Pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio ... 62

4.3.3 Pengaruh kesempatan investasi terhadap price earning ratio ... 63

4.3.4 Pengaruh leverage terhadap price earning ratio ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 68

DAFTAR RUJUKAN ... 69

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Hasil Statistik Deskriptif... 50

4.2 Hasil Pengujian Normalitas. ... 52

4.3 Perhitungan Tolerance dan Variance Inflation Factor. ... 53

4.4 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 54

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.6 Hasil Analisis Regresi... 56

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Daftar Populasi . ... 76

2 Pemilihan Kriteria Sampel. ... 78

3 Daftar Sampel ... 80

4 Data Dasar ... 81

5 Hasil Analisis Deskriptif ... 83

6 Uji Asumsi Klasik. ... 84

7 Uji Multikoliniearitas ... 85

8 Uji Autokorelasi ... 86

9 Uji Heteroskedastisitas ... 87

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan perusahaan.

Investasi pasar saham memberikan earning yang lebih tinggi dibandingkan

dengan menyimpan uang di bank dalam bentuk deposito yang rata-rata hanya

memberikan earning 6% pertahun (Rahma, dkk. 2014). Informasi mengenai

investasi saham yang dilakukan oleh investor maupun emiten dapat dilihat dari

analisis laporan rasio keuangan suatu perusahaan. Salah satu rasio yang banyak

digunakan oleh investor dalam menganalisis nilai saham untuk pengambilan

keputusan investasi saham adalah price earning ratio (Malikova & Brabec, 2012)

Price earning ratio mencerminkan seberapa besar seorang investor

bersedia membayar harga sebuah saham untuk memperoleh pendapatan setelah

pajak. Saham dengan price earning ratio yang tinggi memberikan indikasi bahwa

prospek ke depannya saham tersebut baik dan akan tercermin pada tingginya

harga saham (Purwaningrum, 2013).

Price earning ratio digunakan untuk menentukan apakah investasi yang

dilakukan menguntungkan atau merugikan, dengan cara membandingkan antara

harga per lembar saham dengan laba bersih per sahamnya. Sebelum melakukan

investasi baik pemerintah maupun pihak swasta diharapkan untuk menganalisis

(14)

Besaran price earning ratio akan berubah-ubah mengikuti perubahan harga di

pasar dan proyeksi laba bersih perseroan, jika harga naik proyeksi laba tetap,

maka price earning ratio akan naik, sebaliknya jika proyeksi laba naik, harga

dipasar tidak bergerak maka price earning ratio akan turun (Pratama, 2015).

Price earning ratio juga menggambarkan apresiasi pasar terhadap

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dengan demikian price

earning ratio digunakan oleh investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang (Arslan, 2014). Perhitungan

price earning ratio berfokus pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Nilai

laba bersih yang dihasilkan perusahaan mencerminkan kinerja perusahaan

sesungguhnya (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:75). Besarnya price earning ratio

biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan. Jika price earning ratio

perusahaan tinggi berarti saham perusahaan dapat memberikan return yang besar

bagi investor (Arisona, 2013).

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

price earning ratio sebagai bahan pertimbangan bagi investor yang akan

berinvestasi di suatu perusahaan, adapun beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi price earning ratio, seperti penjualan, ukuran perusahaan,

pertumbuhan, dan leverage. Beberapa faktor lain juga dapat memprediksi

variabilitas dari price earning ratio yang dapat diukur denagn rasio-rasio

keuangan tahunan perusahaan. Rasio tersebut memberikan gambaran kondisi

(15)

dividend payout ratio, dan kesempatan investasi. Penelitian ini juga

menggunakan beberapa factor yang memiliki pengaruh terhadap price earning

ratio dan adanya research gap dari penelitian sebelumnya.

Investasi saham yang dibiayai dana internal perusahaan dipengaruhi

oleh likuiditas. Kondisi likuiditas dapat ditunjukkan oleh nilai arus kas yaitu laba

ditahan yang digunakan untuk membiayai investasi perusahaan (Christian:

2013). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan mendanai operasional

perusahan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Artinya jika

kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek jatuh tempo mampukah pihak perusahaan

mengatasi hal tersebut (Hidayat, 2010). Current rasio adalah rasio untuk

menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar

dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek,

dengan semakin meningkatnya current ratio perusahaan ada kemungkinan akan

meningkatkan harga saham perusahaan tersebut yang akan mempengaruhi price

earning ratio, sebaliknya jika semakin rendah rasio ini akan mengakibatkan

penurunan harga pasar dari saham yang bersangkutan, sehingga akan

menurunkan nilai price earning ratio. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat

pengaruh positif signifikan antara likuiditas terhadap price earning ratio

(Pramadika, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Halim

(16)

bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap price earning ratio.

Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Aziz (2010), Ali (2012) dan

Anggraini (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif

terhadap price earning ratio.

Dividend payout ratio merupakan proporsi laba yang dibagikan pada

pemegang saham. Dividend payout ratio berkaitan dengan arus dividen yang

akan diterima oleh para investor (Damasita, 2011). Informasi mengenai dividen

yang akan dibayarkan sangat berarti bagi investor untuk memutuskan saham

mana yang akan dibeli. Perubahan atas dividend payout ratio dapat

mempengaruhi perubahan price earning ratio (Husnan, 2001). Apabila laba

yang ditahan semakin kecil maka pertumbuhan laba yang akan dibagikan kepada

investor akan semakin besar sehingga penilaian saham akan price earning ratio

akan meningkat (Hussainey, dkk. 2011).

Dividend payout ratio dinyatakan berpengaruh positif terhadap price

earning ratio, dividend payout ratio dapat mencerminkan keadaan perusahaan,

dimana nilai dividend payout ratio yang kecil dapat mencerminkan laba

perusahaan yang berkurang, yang berarti dapat digunakan untuk

mengidentifikasikan keadaan sebuah perusahaan yang sedang kekurangan dana.

Nilai dividend payout ratio yang rendah, sangat mempengaruhi minat investor

dalam berinvestasi. Investor yang berorientasi pada dividen mengharapkan

dividend payout ratio ini tinggi sehingga harga saham akan mengalami

(17)

payout ratio mengalami kenaikan, price earning ratio akan mengalami kenaikan,

dan price earning ratio akan turun jika dividend payout ratio mengalami

penurunan, dengan semakin rendah dividend payout ratio yang dibagikan

perusahaan kepada investor maka bagi investor merupakan sinyal yang kurang

baik dalam berinvestasi dan akan semakin rendah pula price earning ratio. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Damasita (2012),

Fegriadi (2013) Susilowati (2003), Halim (2005), Suryaputri dan Astuti (2003),

(Afza & Tahir, 2012), dan Mangku (2000) menemukan bukti empiris bahwa

dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap price earning ratio. Hasil

penelitian yang berbeda ditemukan oleh Aji dan Pangestuti (2012) mengatakan

bahwa dividend payout ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap price

earning ratio.

Peluang pertumbuhan bisa terlihat pada kesempatan investasi, emiten

dapat menganalisis harga saham jika berinvesatsi jangka panjang dengan

menggunakan price earning ratio. Jika perusahaan mempunyai price earning

ratio tinggi akan menarik investor untuk membeli saham (Terestiani, 2011).

Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi

yang dapat menghasilkan keuntungan (Nugroho dan Hartono,2002).

Kesempatan investasi di dalam perusahaan adalah menyangkut pemilihan

investasi yang diinginkan dari sekelompok atau set kesempatan investasi yang

ada, memilih salah satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling

(18)

kesempatan investasi yang menunjukkan lebih luas di mana nilai perusahaan

yang nantinya tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan

datang dengan net present value positif (Ayuningtias dan Kurnia, 2013).

Kesempatan investasi menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan

dari prospek pertumbuhan. Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan

perbedaan antara nilai pasar saham dengan nilai buku dan adanya kesempatan

investasi yang dapat menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi kesempatan

investasi maka perusahaan akan memiliki nilai di masa mendatang dan akan

dinilai tinggi oleh investor (Jati 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Terestiani (2011), Ayuningtias dan

Kurnia (2013) dan Zaki (2013) menunjukkan terdapat pengaruh positif

kesempatan investasi terhadap price earning ratio. Price earning ratio

perusahaan dipengaruhi oleh kesempatan investasi, karena semakin besar

kesempatan investasi yang menguntungkan maka laba yang dihasilkan semakin

besar, dalam hal ini manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut

untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, sehingga investor

tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Hasil yang berbeda

ditunjukkan dalam penelitian oleh Prasetyantoko (2006) dan Lindananty

(2004), yang menunjukkan bahwa kesempatan investasi berpengaruh negatif

terhadap investasi pada perusahaan karena dengan kesempatan investasi yang

tinggi perusahaan bisa saja mengalami kendala dalam menerbitkan saham baru

(19)

Pendanaan eksternal perusahaan dapat diperoleh dari penerbitan saham,

maupun utang yang diukur menggunakan leverage. Ukuran leverage dapat

menggambarkan seberapa jauh suatu perusahaan dibelanjakan dengan hutang,

dimana menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

finansialnya. Semakin besar leverage mencerminkan risiko perusahaan yang

relatif tinggi karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

masih membutuhkan modal pinjaman untuk membiayai operasional

perusahaan. Apabila perusahaan tersebut masih membutuhkan modal

pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan

difokuskan untuk mengembalikan pinjaman modal, akibatnya para investor

cenderung menghindari saham-saham yang memiliki leverage yang tinggi.

Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan

menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak

dengan menurunnya nilai return perusahaan, sehingga dapat disimpulkan

semakin tinggi leverage maka price earning ratio perusahaan akan semakin

kecil (Melati, 2011).

Mangku (2000), Anggraini (2012) dan Halim (2005) menyatakan bahwa

leverage akan berpengaruh negatif terhadap price earning ratio, hal ini berarti

bahwa semakin tinggi leverage yang ditanggung perusahaan maka akan semakin

rendah price earning ratio, sebaliknya semakin rendah leverage yang ditanggung

(20)

berbeda yang dilakukan oleh Pramadika (2011) dan Daulata (2005) mengatakan

bahwa leverage berpengaruh positif terhadap price earning ratio.

Sektor industri barang konsumsi merupakan suatu cabang perusahaan

manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahan-perusahan

yang tergabung dalam sektor industri barang konsumsi merupakan salah satu

sektor perusahaan yang mampu bertahan di tengah kondisi perekonomian

Indonesia walaupun dalam keadaan krisis atau tidak, karena barang konsumsi

tetap menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Tingkat pemakaian

masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia

yang semakin komplek dan meningkat. Adapun alasan dipilihnya kelompok

sektor industri barang konsumsi sebagai objek penelitian karena sektor industri

barang konsumsi adalah perusahaan yang memiliki karakteristik industri yang

produknya selalu dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, selain itu

sektor industri barang konsumsi telah tercatat dalam waktu yang relatif lama dan

cukup dikenal luas dengan kinerja yang cukup baik. Perusahaan yang tergabung

dalam kelompok ini memiliki tingkat daya persaingan yang tinggi, juga

pergerakan harga saham emiten dalam industri ini yang meningkat menarik minat

investor terhadap saham perusahaan-perusahaan ini yang dilihat dari fluktuasi

harga sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian-penelitian mengenai price earnings ratio dilakukan untuk

(21)

merugikan. Price earning patio mempunyai kelebihan antara lain karena

kemudahan dan kepraktisan, serta adanya standar yang memudahkan pemodal

untuk melakukan perbandingan penilaian terhadap perusahaan lain pada industri

yang sama. Price earning patio menunjukkan seberapa besar para investor

bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan sehingga

merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan (Pramadika,

2011). Secara teori price earning ratio dipengaruhi beberapa faktor seperti

likuiditas, dividend payout ratio, kesempatan investasi, dan leverage.

Dikarenakan masih terdapat research gap pada masing-masing variabel yang

mempengaruhi price earning ratio, maka hal ini membuat peneliti terdorong

untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Pengaruh Likuiditas, Dividend

Payout Ratio, Kesempatan Investasi, dan Leverage Terhadap Price Earning

Ratio Pada Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode

2010-2014.

1.2 Rumusan Masalah Penelit ian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan

masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio?

2) Apakah dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap price earning

(22)

3) Apakah kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap price earning

ratio?

4) Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh likuiditas terhadap price earning

ratio.

2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh dividend payout ratio terhadap price

earning ratio.

3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kesempatan investasi terhadap price

earning ratio.

4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh leverage terhadap price earning

ratio.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai

berikut :

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh

likuiditas, dividend payout ratio, kesempatan investasi, dan leverage terhadap

(23)

Efek Indonesia yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dan pembanding

dalam penelitian yang akan datang.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan dan sebagai

bahan pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan dalam

melakukan investasi saham.

1.5 Sistematika Penulisan

Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, digunakan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang relevan sebagai

acuan dan landasan untuk mendukung pokok permasalahan yang

berkaitan price earning ratio, likuiditas, dividend payout ratio,

kesempatan investasi, leverage dan hipotesis penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian,

(24)

operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode

penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data

yang digunakan.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan yang diteliti,

deskripsi data hasil penelitian, dan pembahasan dari hasil penelitian

yang telah dilakukan.

BAB V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam

pembahasan serta saran-saran yang diberikan untuk pengembangan

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan

seseorang atau perusahaan. Besarnya kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar

penyertaan yang ditanamkan diperusahaan (Darmaji dan Fakhruddin, 2008).

Keputusan seseorang untuk membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu

saham diatas harga pasar, sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai

perkiraan suatu saham dibawah harga pasar. Untuk menentukan nilai saham,

pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang

ada di pasar modal (Sunariyah, 2004).

Naik atau turunnya harga saham tergantung dari perubahan satu atau

lebih faktor yang mempengaruhi. Pada saat kondisi perusahaan menurun, pada

umumnya harga saham perusahaan juga turun, demikian pula sebaliknya. Pada

saham biasa (common stock) selain tingkat keuntungan yang belum diketahui

terdapat juga ekspektasi bahwa harga saham akan naik sejalan dengan

pertumbuhan perusahaan. Hal ini berbeda dengan penilaian untuk saham prioritas

dan obligasi, dimana penilaiannya didasarkan atas tingkat keuntungan dengan

(26)

2.1.2 Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering

digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai suatu saham tertentu. Pendekatan

ini mendasarkan atas rasio antara harga perlembar saham di pasar modal dengan

tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham (Brigham dan

Houston, 2006:110). Price earning ratio merupakan ukuran yang paling banyak

digunakan oleh investor untuk memutuskan apakah investasi modal yang

dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Price earning ratio juga

menunjukkan berapa besar para investor bersedia membayar untuk setiap

keuntungan yang dilaporkan perusahaan. Price earning ratio digunakan untuk

membangun strategi investasi yang baik dalam memprediksi harga saham di

pasar saham, tingginya price earning ratio dapat meningkatkan kinerja saham

perusahaan di periode yang akan datang dan menentukan besarnya modal dalam

saham.

Oleh karena itu, price earning ratio sering menjadi suatu ukuran yang

penting bagi para calon investor dalam berinvestasi. Price earning ratio juga

merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau

harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham

melalui rasio-rasio keuangan seperti price earning ratio dikarenakan adanya

(27)

investasi saham. Semakin tinggi rasio ini maka pertumbuhan laba yang

diharapkan juga akan meningkat (Fahmi, 2012:138).

Menurut Sutrisno (2005:240) rasio ini menunjukkan perbandingan

antara harga saham atau harga perolehan yang ditawarkan dengan pendapatan

yang diterma. Price earning ratio yang tinggi menunjukkan prestasi perusahaan

dimasa yang akan datang cukup tinggi. Kegunaan price earning ratio adalah

untuk melihat bagaimana pasar menilai kinerja saham suatu perusahaan

terhadap kinerja perusahaan yang tercermin pada earning per share (EPS).

Perusahaan diharapkan akan mempunyai prospek yang baik maka memiliki

price earning ratio yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan

mempunyai prosek yang rendah maka akan memiliki price earning ratio yang

rendah. Semakin berkembang dan semakin terintegrasinya pasar modal, maka

analisis terhadap faktor yang mempengaruhi price earning ratio mempunyai

arti penting bagi investor sebelum mengambil keputusan. Rendahnya price

earning ratio dapat terjadi karena menurunnya harga saham dan meningkatnya

laba ditahan dibandingkan pembagian dividen, sebaliknya price earning ratio

tinggi dapat terjadi karena penurunan laba ditahan, dan meningkatnya

pembagian dividen kepada pemegang saham, sehingga permintaan saham

meningkat, tetapi investor percaya penurunan laba bersih atau saham tersebut

hanya bersifat temporer dan akan pulih pada tahun berikutnya. Investor lebih

(28)

Price earning ratio yang rendah dapat mengidentifikasi bahwa

perusahaan tersebut mencatat perolehan laba yang statis atau beresiko tinggi,

sehingga investor tidak tertarik untuk membeli saham. Price earning ratio

digunakan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan

perusahaan

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio

Faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio menurut Husnan

(2003:297) adalah sebagai berikut:

1) Dividen Payout Ratio (DPR)

Merupakan bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas dividen

kepada para pemegang saham, semakin tnggi dividend payout ratio maka

semakin tinggi pula price earning ratio .

2) Tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal, semakin tinggi

tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal, maka akan

mengakibatkan nilai price earning ratio semakin rendah.

3) Expected Growth Rate

Merupakan ekspektasi pertumbuhan laba yang diperoleh suatu perusahaan

pada tahun tertentu, semakin tinggi expected growth rateakan

(29)

2.1.4 Likuiditas

Keputusan investasi yang dibuat perusahaan dipengaruhi oleh

kemampuan perusahaan menghasilkan kas yang dapat memenuhi kebutuhan

jangka pendek atau yang disebut likuiditas perusahaan. Likuiditas merupakan

faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan keputusan pendanaan melalui

hutang, namun penjelasan tersebut menyatakan besarnya pembayaran hutang

yang harus ditanggung perusahaan (Hidayat, 2010).

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

finansialnya dalam jangka waktu pendek dengan aset lancar yang tersedia. Aset

lancar adalah aset yang diharapkan menjadi kas dalam jangka waktu singkat

(biasanya kurang dari satu tahun) yang meliputi kas, efek yang diperdagangkan,

piutang usaha, dan persediaan, sedangkan hutang lancar merupakan hutang yang

harus dipenuhi dalam waktu dekat misalnya membayar gaji, membayar biaya

operasional, membayar hutang jangka pendek, dan lain sebagainya yang

membutuhkan pembayaran segera. Agar perusahaan selalu likuid, maka posisi

dana lancar yang tersedia harus lebih besar daripada hutang lancar. Perusahaan

yang tidak likuid berarti perusahaan itu tidak sehat (Wiagustini, 2010:76).

Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mulai lambat membayar

tagihan (utang usaha), pinjaman bank, dan kewajiban lainnya yang akan

meningkatkan kewajiban lancar. Jika kewajiban lancar naik lebih cepat daripada

aset lancar, rasio lancar akan turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah

(30)

Satu keunggulan dari melihat aset dan kewajiban lancar adalah nilai

buku dan nilai pasarnya kemungkinan besar akan sama. Sering kali aset dan

kewajiban tidak bertahan cukup lama sehingga menyebabkan kedua nilai tadi

berbeda terlalu jauh. Aset dan kewajiban lancar berubah dengan cepat, sehingga

jumlah aset dan kewajiban hari ini mungkin bukan panduan yang dapat

diandalkan untuk masa depan (Ross, et al. 2009:79).

Rasio likuiditas adalah rasio yang paling banyak mendapatkan perhatian

baik dari para analis maupun investor. Walaupun analisis terhadap likuiditas ini

membutuhkan bantuan lain, sepeti anggaran kas (cash budget), penggunaan rasio

ini mudah dan cepat (Raharjaputra, 2009:199). Rasio likuiditas yang sudah

umum dikenal sebagai berikut:

1) Current ratio: rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar (current asets)

dengan hutang (current liabilities). Secara umum aset lancar terdiri dari kas

dan setara kas, surat berharga, piutang dagang, persediaan, biaya dibayar

dimuka, dan aset lancar lainnya. Utang lancar terdiri atas utang dagang, utang

bank, utang pajak, utang muka pelanggan, dan lainnya. Rasio ini digunakan

sebagai alat ukur atas kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang dan

kewajiban jangka pendeknya (Raharjaputra, 2009:199). Semakin tinggi rasio

lancar, maka akan semakin besar kemampuan perusahaan membayar berbagai

tagihannya, akan tetapi rasio ini harus dianggap sebagai ukuran kasar karena

tidak memperhitungkan likuiditas dari setiap komponen aktiva lancar.

(31)

piutang yang belum jatuh tempo, umunya akan dianggap lebih likuid daripada

perusahaan yang aktiva lancarnya terutama terdiri atas persediaan (Horne dan

Machowicz, 2012:207).

2) Acid test ratio/quick ratio: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajibannya dengan mengurangkan persediaan yang

dianggap kurang likuid karena prosesnya cukup panjang, yaitu melalui

penjualan dan kemudian piutang dagang atau tunai (Raharjaputra, 2009:200).

Quick ratio memberikan ukuran yang mendalam tentang likuiditas daripada

rasio lancar (Horne dan Machowicz, 2012:207).

3) Rasio kas (cash ratio): rasio kas merupakan perbandingan antara kas dengan

total hutang lancar, yang dapat juga dihitung dengan mengikutsertakan

surat-surat berharga. Kas dan surat-surat berharga merupakan alat likuid yang paling

dipercaya. Rasio kas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam

perusahaan dan surat-surat berharga yang segera dapat diuangkan. Bertambah

tinggi cash ratio berarti jumlah uang tunai yang tersedia makin besar sehingga

pelunasan utang pada saat jatuh tempo tidak akan mengalami kesulitan

(Riyanto, 2001:121)

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa rasio likuiditas digunakan

untuk mengukur kecukupan sumber kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban

(32)

mengalami kesulitan dalam mendanai investasinya apabila perusahaan mampu

menghasilkan kas dalam membiayai investasi. Semakin besar likuiditas

perusahaan struktur modalnya atau hutangnya akan semakin berkurang, karena

dengan likuiditas yang tinggi, perusahaan memiliki dana tersedia yang dapat

digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan perusahaan dengan modal

sendiri, dalam pengambilan keputusan investasi biaya modal sendiri justru

diperhitungkan daripada menanggung risiko. Likuiditas dalam penelitian ini

diproksikan dengan current ratio, yaitu rasio antara aktiva lancar dengan hutang

lancar.

2.1.5 Dividend Payout Ratio (DPR)

Perusahaan harus menetapkan kebijakan dividen untuk mencapai tujuan

perusahaan, karena menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak

para pemegang saham. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap perilaku

investor, sehinggakebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting

dalam pengambilan keputusan investasi (Wiagustini, 2010:255).

Dividend payout ratio adalah rasio yang mencerminkan kemampuan

perusahaan di dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya

(Khurniaji, 2013). Dividend payout ratio yang tinggi, akan ditangkap sebagai

sinyal positif bagi investor. Rakhimsyah dan Gunawan (2011) menyatakan

bahwa tingkat dividend payout ratioyang tinggi mengindikasikan bahwa

(33)

akan datang. Sinyal tersebut secara tidak langsung akan berdampak terhadap

peningkatan keputusan investasi suatu perusahaan.

Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang

dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam

bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan

para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial

karena memperkecil laba ditahan, namu dividend payout ratio semakin kecil

akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi internal financial

perusahaan akan semakin kuat. Perusahaan hanya dapat membagikan dividen

semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar,

jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan

dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan

modal sendiri.

Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan perusahaan yang

dipengaruhi oleh struktur kepemilikan dalam perusahaan. Dividen dapat

digunakan untuk mengurangi agency problem dalam perusahaan (Shubiri et al.

2012). Setiap perusahaan memiliki proporsi pembagian dividen yang

berbeda-beda tergantung dari laba yang diperoleh dan saham yang dimiliki. Besarnya

dividen yang akan dibagikan tergantung dari keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS). Perusahaan dalam membagikan dividen juga didasarkan pada

(34)

membayar kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali dalam

perusahaan.

Osegbue et al. (2014) menyatakan dividen dialokasikan sebagai jumlah

tetap per saham kepada pemilik atau pemegang saham usaha periode tertentu.

Biasanya sebagai pembagian keuntungan dan rekomendasi yang dibuat oleh

manajer keuangan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai

dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi

sumber dana internal, sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba

yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin

besar (Sartono, 2010:281).

Kebijakan dividen berpengaruh terhadap aliran dana, struktur finansial,

likuiditas perusahaan dan perilaku investor. Kebijakan dividen merupakan salah

satu faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi suatu perusahaan,

karena dipengaruhi oleh tersedianya dana dan biaya modal. Ketersediaan dana

dan biaya modal dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang ditahan. Alfredo

(2011), menyatakan dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham dapat

berbentuk:

1) Dividen yang berbentuk uang

Pembagian dividen yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk uang.

Para pemegang saham akan menerima dividen seberapa tarif per lembar

(35)

2) Dividen yang berbentuk aktiva (selain kas dan saham sendiri)

Dividen yang dibagikan kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai, tetapi

berupa aktiva seperti saham perusahaan atau barang-barang hasil produksi

perusahaan yang membagikan dividen tersebut. Pemegang saham yang

menerima dividen seperti ini mencatat dalam bukunya dengan jumlah sebesar

harga pasar yang diterimanya.

3)Dividen saham (stock dividend)

Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi

saham disebut dividen saham. Saham yang diterima berbetuk saham yang

sama dengan yang dimiliki atau saham jenis yang lain

Perusahaan yang memiliki peluang investasi yang menguntungkan

cenderung menghasilkan sasaran rasio pembayaran yang rendah, dan

kemampuan perusahaan untuk mempercepat atau menunda proyek

memungkinkan perusahaan memiliki kebijakan dividen yang stabil. Abdul

Halim (2005), menyatakan bahwa rasio pembayaran dividen atau dividend

payout ratio melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai

dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan

kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang

tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Pembayaran

dividen penting bagi perusahaan yang melakukan investasi karena dividen

(36)

penghasilannya saat ini dan membantu menjaga harga pasar saham (Gill et al,.

2010)

Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per

share (DPS) dengan earning per share (EPS), jadi perspektif yang dilihat adalah

pertumbuhan DPS terhadap pertumbuhan EPS.

2.1.6 Kesempatan Investasi

Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan

investasi yang menghasilkan keuntungan. Jika terdapat kesempatan investasi

yang menguntungkan, maka manajer berusaha mengambil peluang-peluang

tersebut untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, karena semakin

besar kesempatan investasi yang menguntungkan maka investasi yang dilakukan

akan semakin besar (Prapaska, 2012).

Buniarto (2011), menjelaskan kesempatan investasi merupakan hasil

dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi dimasa mendatang. Kesempatan

investasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan

dari prospek pertumbuhan. Prospek pertumbuhan merupakan suatu harapan yang

diinginkan oleh pihak manajemen dan investor.

Kesempatan investasi juga dikenal dengan investment opportunity set

(IOS). Secara umum kesempatan investasi menggambarkan tentang luasnya atau

peluang investasi bagi suatu perusahaan namun sangat bergantung pada

(37)

dikatakan bahwa kesempatan investasi bersifat diobservasi sehingga perlu dipilih

satu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel kebijakan dan lain-lain.

Terdapat beberapa proksi yang digunakan untuk mengukur kesempatan investasi.

Kallapur dan Trombley (2001) menyatakan bahwa proksi kesempatan investasi

digolongkan menjadi empat, yaitu:

1) Proksi berbasis pada harga

Kesempatan investasi berbasis harga merupakan proksi yang menyatakan

bahwa prospek pertumbuhan perusahaan, sebagian dinyatakan dalam harga

pasar. Proksi ini didasari atas suatu ide yang menyatakan bahwa prospek

pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham

dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi

secara relatif untuk aktiva yang dimiliki. Kesempatan investasi yang didasari

atas harga akan terbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktif yang dimiliki

dan nilai pasar perusahaan. Macam proksi kesempatan investasi berbasis

harga misalnya, Market to Book of Equity, Market to Book Value of Asets,

ProxyTobin’Q, Earning to Price Ratio.

2) Proksi berbasis investasi

Kesempatan investasi berdasarkan investasi mengungkapkan bahwa suatu

kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai kesempatan

investasi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi

yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkat investasi yang tinggi pula

(38)

yang lama dalam suatu perusahaan. Proksi ini berbentuk suatu rasio yang

membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam

bentuk aktiva tetap, misalnya: the ratio of R&D assets, the ratio of R&D to

sales, investment intensisity, ratio of capital expenditure to book value of

assets.

3) Proksi berbasis varian

Proksi kesempatan investasi berbasis varian mengungkapkan bahwa suatu

opsi akan lebih bernilai jika menggunakan variability return yang mendasari

peningkatan aktiva. Contoh proksi set kesempatan investasi berbasis varian,

yaitu: variance of return, assets betas, and varianceof assets deflated sales.

4) Proksi gabungan dari proksi individual

Alternatif proksi gabungan kesempatan investasi dilakukan sebagi upaya

untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi individual,

sehingga akan menghasilkan pengukuran yang lebih baik untuk kesempatan

investasi. Metode dapat dilakukan untuk menggabungkan beberapa proksi

individual menjadi satu proksi yang akan diuji lebih lanjut adalah dengan

menggunakan analisis faktor.

Berdasarkan keempat jenis proksi yang menggambarkan beragam

ukuran kesempatan investasi akan memungkin peneliti menggunakan beragam

rasio sebagai proksi kesempatan investasi. Kesempatan investasi dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio market to book value yang

(39)

(2011) dan didukung berdasarkan hasil penelitian Sami et al. (2004) yang

menunjukkan bahwa market to book value terbukti secara konsisten memiliki

korelasi yang tinggi dengan realisasi pertumbuhan perusahaan. Market to book

value memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan

yang dianggap baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan laba dan arus

kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan.

Market to book value merupakan rasio harga pasar suatu saham terhadap

nilai bukunya yang diukur dengan membandingkan harga pasar per lembar

saham dengan nilai buku perlembar sahamnya (Brigham dan Houston,

2010:151). Nilai buku suatu aktiva adalah nilai akuntansi dari aktiva tersebut.

Nilai buku perusahaan sama dengan perbedaan nilai uang antara aktiva (aset)

total perusahaan dengan kewajibannya serta saham preferennya, seperti yang

tercantum dalam neracanya, sedangkan nilai pasar aktiva adalah harga pasar dari

aktiva jika diperdagangkan di pasar terbuka. Nilai pasar sering kali dipilih dari

nilai tertinggi antara likuiditas atau kelangsungan usaha perusahaan (Horne dan

Machowicz, 2012:108)

Sartono (2000:146) menyatakan bahwa tidak jarang perusahaan

menghadapi masalah lain dalam memilih kesempatan investasi sementara di

pihak lain perusahaan dihadapkan pada keterbatasan kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan dana. Kesempatan investasi di dalam perusahaan adalah

menyangkut pemilihan investasi yang diinginkan dari sekelompok atau set

(40)

yang dinilai paling menguntungkan. Memilih investasi yang paling

menguntungkan dan risiko yang paling kecil, disini manajer dapat mengelola

keuangan dengan baik dan akan menarik investor. Semakin baiknya keputusan

investasi yang diambil perusahaan, maka investor akan menaruh kepercayaannya

untuk mendapatkan keuntungan.Semakin banyaknya investor yang tertarik maka

permintaan saham pun bertambah dan akan meningkatkan nilai penjualan.

2.1.7 Leverage

Struktur utang atau leverage merupakan gambaran dari jumlah besar

atau kecilnya pemakaian utang oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk

membiayai aktivitas operasionalnya. Rizqia, dkk (2013) menyatakan bahwa

dalam menajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana

oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan

keuntungan potensial pemegang saham. Tujuan perusahaan menggunakan

leverage adalah agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset

dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan variabilitas (risiko)

keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapat keuntungan yang lebih

rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan

keuntungan pemegang saham.

Konsep leverage ini sangat penting terutama untuk menunjukkan

kepada analis keuangan dalam melihat trade-off antara risiko dan tingkat

(41)

penaksir risiko yang melekat pada suatu perusahaan. Hal ini berarti leverage yang

semakin besar menunjukkan risiko investasi yang besar pula. Leverage keuangan

merupakan total utang dilaporkan ke ekuitas sebuah perusahaan, yang

mencerminkan kapasitas manajer keuangan untuk menarik sumber daya

eksternal keuangan dalam rangka meningkatkan efisiensi ekuitas

(Kzistami,2011).

Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan

kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya selain juga

berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan

meningkatkan porsi hutangnya, maka perusahaan ini dengan sendirinya akan

meningkatkan risiko keuangan (Joni dan Lina, 2010). Keputusan pembiayaan

suatu perusahaan pada dasarnya harus mengarah pada struktur modal optimal.

Struktur modal menunjuk pada perbedaan pilihan yang digunakan perusahaan

untuk membiayai modalnya (Saleem et al. 2013). Modal sebagai komponen

struktur modal relevan dengan nilai perusahaan, dan jangka panjang hutang juga

ditemukan menjadi penentu utama nilai perusahaan (Antwi, 2012)

Tingkat leverage suatu perusahaan dapat menggambarkan risiko

keuangan perusahaan, karena leverage merupakan suatu alat ukur besar atau

kecilnya perusahan yang bergantung pada kreditur dalam membiayai aset

perusahaan. Walaupun hutang berarti risiko, hal ini juga memberikan potensi

bagi pemilik perusahaan. Jika hutang dikelola dengan baik dan bila laba usaha

(42)

memperbesar bagian pemegang saham karena adanya leverage keuangan (Fraser

dan Ormiston, 2001:185). Secara umum dalam manajemen keuangan dikenal dua

macam leverage, yaitu sebagai berikut (Maryam, 2014)

1) Leverage operasi

Leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan

harapan bahwa revenue atau penerimaan yang diperoleh pengguna aktiva itu

cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya varibel. Yang merupakan suatu cara

untuk mengukur risiko usaha dari suatu perusahaan. Biaya tetap tersebut

misalnya, beban penyusutan gedung dan peralatan kantor, biaya asuransi, dan

biaya lain yang muncul dari penggguna fasilitas manajemen. Biaya operasi tetap

dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih

besar daripada seluruh biaya operasi yang tetap dan variabel.

2) Leverage keuangan ( financial leverage)

Financial leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban

tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih

besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang

tersedia bagi pemegang saham.

Berdasarkan aspek keuangan, leverage dapat dihitung dengan rasio

yang tergolong dalam rasio solvabilitas atau disebut juga rasio leverage. Rasio

leverage merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya (Hanafi, 2009:81).

(43)

lebih besar daripada total asetnya. Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas

yang rendah akan menghadapi risiko kerugian yang lebih kecil pada saat

perekonomian sedang menurun, tetapi memiliki tingkat return yang rendah pada

saat perekonomian tinggi dan sebaliknya (Wiagustini, 2010:76).

Leverage dapat diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER

merupakan rasio yang mengukur risiko struktur modal dengan membandingkan

dana dari kreditur (hutang) dengan investor (Fraser dan Ormiston, 2001:185).

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh likuiditas terhadap price earning ratio

Investasi saham yang dibiayai dana internal perusahaan dipengaruhi

oleh likuiditas. Kondisi likuiditas dapat ditunjukkan oleh nilai arus kas yaitu laba

ditahan yang digunakan untuk membiayai investasi perusahaan (Christian:

2013). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan mendanai operasional

perusahan dan melunasi kewajban jangka pendeknya. Artinya jika

kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek jatuh tempo mampukah pihak perusahaan

mengatasi hal tersebut (Hidayat, 2010). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin

besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka

pendek, dengan semakin meningkatnya likuditas perusahaan ada kemungkinan

akan meningkatkan harga saham perusahaan yang diakibatkan dari

(44)

price earning ratio. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif

signifikan antara likuiditas terhadap price earning ratio (Pramadika, 2011)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Halim

(2005), Kurnianto (2013), Harmono (2004), dan Hayati (2010) yang mengatakan

bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap price earning ratio.

Berdasakan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap price earning ratio.

2.2.2 Pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio

Perubahan atas dividend payout ratio dapat mempengaruhi perubahan

price earning ratio (Husnan, 2001). Dividend payout ratio juga mencerminkan

keadaan perusahaan, dimana nilai dividend payout ratio yang kecil dapat

mencerminkan laba perusahaan yang berkurang, yang berarti dapat digunakan

untuk mengidentifikasikan keadaan sebuah perusahaan yang sedang kekurangan

dana. Nilai dividend payout ratio yang kurang, sangat mempengaruhi minat

investor dalam berinvestasi. Investor yang berorientasi pada dividen

mengharapkan dividend payout ratio ini tinggi sehingga harga saham akan

mengalami peningkatan dan kemudian investor akan memperoleh capital gain.

Apabila laba yang ditahan semakin kecil maka pertumbuhan laba yang akan

dibagikan kepada investor akan semakin besar sehingga penilaian saham akan

meningkat yang menyebabkan investor tertarik untuk berinvestasi sehingga price

(45)

Pengaruh devidend payout ratio terhadap price earning ratio, seperti

yang dinyatakan oleh Suryaputri dan Astuti (2003), Mangku (2000) menyatakan

bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap price earning ratio,

hal ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio yang dibagikan

perusahaan kepada investor maka akan semakin tinggi pula price earning ratio,

sebaliknya semakin rendah dividend payout ratio yang dibagikan perusahaan

kepada investor maka akan semakin rendah pula price earning ratio. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Damasita (2012), Fegriadi

(2013), Susilowati (2003), Halim (2005), Suryaputri dan Astuti (2003)

menemukan bukti empiris bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif

terhadap price earning ratio. Berdasakan uraian di atas dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H

2: Dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap price earning

ratio.

2.2.3 Pengaruh kesempatan investasi terhadap price earning ratio

Kesempatan investasi menentukan kemampuannya memperoleh

keuntungan dari prospek pertumbuhan. Potensi pertumbuhan dapat diitunjukkan

dengan perbedaan antara nilai pasar saham dengan nilai buku dan adanya

kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi

kesempatan investasi maka perusahaan akan memiliki nilai dimasa mendatang

(46)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Terestiani (2011), Ayuningtias dan

Kurnia (2013) dan Zaki (2013) menunjukkan terdapat pengaruh positif signifikan

kesempatan investasi terhadap price earning ratio. Price earning

ratioperusahaan dipengaruhi oleh kesempatan investasi, karena semakin besar

kesempatan investasi yang menguntungkan maka laba yang dihasilkan semakin

besar, dalam hal ini manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut

untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, dengan adanya daya

tarik tersebut akan berdampak pada semakin banyaknya calon investor untuk

memiliki saham perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan price earning

ratio. Berdasakan uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Kesempatan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap price earning

ratio.

2.2.4 Pengaruh leverage terhadap price earning ratio.

Ukuran leverage dapat menggambarkan seberapa jauh suatu perusahaan

dibelanjakan dengan hutang, dimana menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Semakin besar leverage

mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi karena hal tersebut

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masih membutuhkan modal pinjaman

untuk membiayai operasional perusahaan. Apabila perusahaan tersebut masih

membutuhkan modal pinjaman, dapat dipastikan keuntungan yang dihasilkan

oleh perusahaan akan difokuskan untuk mengembalikan pinjaman modal,

(47)

leverage yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut

maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan

berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan, sehingga dapat

disimpulkan semakin tinggi leverage maka price earning ratio perusahaan akan

semakin kecil (Melati, 2011).

Mangku (2000), Anggraini (2012) dan Halim (2005) menyatakan bahwa

leverage akan berpengaruh negatif terhadap price earning ratio, hal ini berarti

bahwa semakin tinggi leverage yang ditanggung perusahaan maka akan semakin

rendah price earning ratio. Berdasakan uraian diatas dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Isolat jamur yang memiliki enzim ligninase akan memecah zat warna RBBR pada medium menjadi senyawa yang sederhana seperti CO 2 , H 2 O, dan asam organik yang

Menurut peneliti, banyaknya ibu yang tidak bekerja dapat berpengaruh terhadap praktik penyapihan yang baik karena Singh (2011) menyatakan bahwa ibu yang bekerja

[r]

mempertimbangkan pentingnya penanganan demam dan tindakan mandiri perawat dalam intervensi keperawatan, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai perbedaan penurunan

Rajagukguk, Pengaruh Perubahan Arus Eksitasi Terhadap Arus Jangkar Dan Faktor Daya Pada Motor Sinkron 3 Fasa, Medan, 2009..

Meilita Tryana Sembiring, ST, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan yang telah meluangkan waktu dan memberikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi arteri radialis subjek penelitian pada praprosedur kateterisasi jantung semuanya (100%) dalam kondisi paten, hal ini berarti

dilengakapi dengan LKM dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah genetika dasar.. Kegialan penelitian n~cndukung pengernbar~gan illnu serla