• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kesepian

unfavorable. Sedangkan, skala kecenderungan kenakalan remaja berjumlah 31 item yang terdiri dari itemfavorable. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan korelasiSpearman Rho. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan pada remaja (r=0,174, p=0,15). Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil dari penelitian ini.

JUVENILE DELINQUENCY Koleta Yovi Kusterisa

ABSTRACT

This research was a correlational quantitative study that aims to examine the correlation between loneliness and tendency of juvenile delinquency. The hypothesis of this research was the correlation between loneliness and juvenile delinquency. Loneliness was an independent variable, and tendency of juvenile delinquency was a dependent variable. The sampling technique that was used was simple random sampling. The subjects of this study were 193 students in Yogyakarta whose age was 15 to 18 years old. The data was collected by filling the loneliness scale (α=0,83) and tendency of juvenile delinquency scale (α=0,93). The loneliness scale were 29 items, consisting of favorable and unfavorable items. Whereas, the juvenile delinquency scale were 31 items, consisting of favorable items. In this research, the data was analyzed using the Spearman Rho. The analysis showed that there was not any significant correlation between loneliness and tendency of juvenile delinquency (r=0,174, p=0,15). Thus, the hypothesis in this research was rejected. The researcher concluded that there were other factors that influenced the result of this research.

i

PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Koleta Yovi Kusterisa

109114044

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

iv

HALAMAN MOTTO

“Tuhan tidak berjanji kalau cuaca akan selalu cerah, tapi Dia berjanji akan selalu menyertai kita di segala cuaca.”

-NN-“Ana mangsane. Wong arep seneng iku susah dhisik, wong arep mulya iku rekasa dhisik.”

-Raden

Arjuna-“Sesuatu yangbaik, datang bagi mereka yang percaya. Sesuatu yang lebih baik, datang bagi mereka yang bersabar. Dan sesuatu yang terbaik, pasti datang bagi

mereka yang tidak pernah menyerah.”

-NN-“Apa yang aku usahakan hari ini adalah bagian dari masa depanku nanti.”

K.-v

Saya persembahkan kerja keras ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Yang selalu setia dalam setiap langkah hidupku

Keluargaku

Yang merupakan bagian dari hidupku

Serta

Teman, Sahabat, dan Orang-Orang

Yang mendukung, mendoakan, dan menginspirasi

terjadinya skripsi ini

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka yang sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Juni 2015 Penulis,

vii

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN PADA REMAJA

Koleta Yovi Kusterisa

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan pada remaja. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan pada remaja. Kesepian merupakan variabel bebas, dan kecenderungan kenakalan remaja merupakan variabel tergantung. Tekniksamplingyang digunakan adalah simple random sampling. Subjek terdiri dari 193 remaja sekolah swasta di Kota Yogyakarta yang berusia 15 sampai 18 tahun. Pengambilan

data dilakukan dengan pengisian skala kesepian (α=0,83) dan skala kecenderungan kenakalan remaja (α=0,93). Skala kesepian berjumlah 29 item yang terdiri dari item favorable dan

unfavorable. Sedangkan, skala kecenderungan kenakalan remaja berjumlah 31 item yang terdiri dari itemfavorable. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan korelasiSpearman Rho. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan pada remaja (r=0,174, p=0,15). Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil dari penelitian ini.

viii

THE CORRELATION BETWEEN LONELINESS AND TENDENCY OF JUVENILE DELINQUENCY

Koleta Yovi Kusterisa

ABSTRACT

This research was a correlational quantitative study that aims to examine the correlation between loneliness and tendency of juvenile delinquency. The hypothesis of this research was the correlation between loneliness and juvenile delinquency. Loneliness was an independent variable, and tendency of juvenile delinquency was a dependent variable. The sampling technique that was used was simple random sampling. The subjects of this study were 193 students in Yogyakarta whose age was 15 to 18 years old. The data was collected by filling the loneliness scale (α=0,83) and tendency of juvenile delinquency scale (α=0,93). The loneliness scale were 29 items, consisting of favorable and unfavorable items. Whereas, the juvenile delinquency scale were 31 items, consisting of favorable items. In this research, the data was analyzed using the Spearman Rho. The analysis showed that there was not any significant correlation between loneliness and tendency of juvenile delinquency (r=0,174, p=0,15). Thus, the hypothesis in this research was rejected. The researcher concluded that there were other factors that influenced the result of this research.

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Koleta Yovi Kusterisa Nomor Mahasiswa : 109114044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN PADA REMAJA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 Juni 2015 Yang menyatakan,

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak sekali dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Sylvia Carolina MYM, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar dan perhatian dalam membimbing proses pengerjaan skripsi. 4. Dra. Lusia Pratidarmanastiti M. S., selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu memberikan perhatian, nasihat, dan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan berbagai pembelajaran bagi saya.

6. Karyawan Fakultas Psikologi : Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gik, terima kasih untuk bantuan selama ini.

xi

7. Orangtuaku, Topo Kuspriyo Jati dan Veronica Setyowati, yang memberikan dukungan baik secara materi maupun non-materi. Kedua adikku tersayang Bonfilio Elyan Kusferyano dan Vinsensia Novi Kusanditasari. Semoga perjuangan ini bisa membuat kalian bangga.

8. Romo Yos Bintoro, Pr. dan Prof. A. Supratiknya untuk saran dan dukungannya.

9. Engger, Istri Candra Widita, Prisca Armilda Nugrahanti, Martha Yuli Krismaheryanti, dan Hendrikus Mayang Kapita yang sudah banyak membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini.

10. Pihak SMA Budya Wacana, SMA Pangudi Luhur, SMA Sang Timur, dan para partisipan lainnya. Terima kasih untuk kemudahan dan dukungannya. 11. Teman-teman BEMF Psikologi 2012/2013, khususnya Divisi Sosial dan

Rohani, untuk Lala dan Putri. Terima kasih untuk semangatnya. Aku sayang kalian.

12. Teman-teman Grup Kacangan : Mayang, Rio, Adi, Aloy, Amung, Anas, Bertus, Irvan, Nico, Nining, dan Riris. Terima kasih untuk pertemanan, penghiburan, dan dukungannya.

13. Teman-teman bimbingan Bu Sylvi : Maya, Tutut, Tyas, Riska, Iwan, Pudji, Daning, Ninda, Sondra, Hoyi, Fiona, Catrin, Ester, Suster Marcel, Melati, Yutti, Ela dan Lola. Terima kasih sudah berbagi dalam hal skripsi. Semangat!

14. Para Staff dan teman-teman Mitra Perpustakaan Paingan : Mbak Odil, Mbak Nasa, Iwan, Istri, Chintya, Mbak Lala, Agnes, Tata, Mbak Nisa,

xii

Mbak Herlina, Mas Agung, Erni, Mas Fandra, Mas Yoha, Natasya, Mita, Septy, Singgih, Tuti, Witta dan Remma. Terima kasih untuk bantuan dan semangatnya.

15. Semua teman-teman Psikologi angkatan 2010 dan 2011 : Maya, Riska, Yovi Cowok, Fiona Mbah, Silvia, Anju, Sandi, Dita Mano, Nana Bali, Septian, Natasya, Vienna, Vivin, Vian, Nani, Vica, Luna, Akeng, Tyas, Novi Owe, Vania, Ratna, Acil, Pipin, dan teman-teman yang selalu menanyakan progress skripsi dan kapan mau sidang. Terimakasih untuk semangat dan dukungannya. Terima kasih untuk kehadiran kalian semua dihidupku. Kalian luar biasa.

Yogyakarta, 19 Juni 2015 Penulis,

Koleta Yovi Kusterisa Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR GAMBAR ...xix

DAFTAR LAMPIRAN ...xx BAB I PENDAHULUAN ...1 A. Latar Belakang ...1 B. Rumusan Masalah ...7 C. Tujuan Penelitian ...8 D. Manfaat Penelitian ...8 1. Manfaat Teoritis ...8 2. Manfaat Praktis...8

xiv

a. Bagi Peneliti...8

b. Bagi Subjek Penelitian...8

c. Bagi Orang tua dan Tenaga Pendidik di Sekolah ...9

BAB II LANDASAN TEORI ...10

A. Kesepian ...10

1. Pengertian Kesepian ...10

2. Manifestasi Kesepian ...11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian Remaja...12

4. Dampak Kesepian ...13

B. Kecenderungan Kenakalan Remaja ...14

1. Pengertian Kecenderungan Kenakalan Remaja ...14

2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja ...15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja ...17

C. Remaja ...19

1. Pengertian dan Batasan Usia Remaja ...19

2. Masa Perkembangan Remaja ...20

a. Perkembangan Fisik ...20

b. Perkembangan Kognitif ...20

c. Perkembangan Sosioemosional ...21

D. Hubungan Antara Kesepian Dengan Kecenderungan Kenakalan pada Remaja ...22

E. Skema Penelitian ...24

xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...25

A. Jenis Penelitian ...25

B. Identifikasi Variabel Penelitian ...25

1. Variabel Bebas ...25

2. Variabel Tergantung...25

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...26

1. Kesepian ...26

2. Kecenderungan Kenakalan Remaja...26

D. Subjek Penelitian ...27

E. Metode Pengambilan Sampel ...28

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...29

1. Skala Kesepian ...30

2. Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja...31

G. Validitas, Skala Item, dan Reliabilitas Alat Ukur ...33

1. Validitas ...33

2. Seleksi Item ...33

a. Skala Kesepian ...33

b. Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja ...36

3. Reliabilitas...39

H. Metode Analisis Data ...39

1. Uji Asumsi ...39

a. Uji Normalitas ...39

xvi

2. Uji Hipotesis ...40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...41

A. Pelaksanaan Penelitian ...41

B. Analisis Data Penelitian ...41

1. Deskripsi Data Penelitian ...41

a. Jenis Kelamin...41

b. Usia ...42

c. Suku Bangsa ...42

d. Data Tambahan ...43

2. Statistik Deskriptif Penelitian ...44

3. Uji Asumsi ...46

a. Uji Normalitas ...46

b. Uji Linearitas ...47

c. Uji Hipotesis : Analisis Korelasional ...48

C. Pembahasan ...49

BAB V PENUTUP ...53

A. Kesimpulan ...53

B. Saran ...53

1. Bagi Subjek Penelitian ...53

2. Bagi Orang tua dan Tenaga Pendidik di Sekolah ...53

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ...54

DAFTAR PUSTAKA ...55

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue PrintSkala Kesepian ... 30

Tabel 3.2. Pemberian Skor Pada Skala Kesepian ...31

Tabel 3.3. Blue PrintSkala Kecenderungan Kenakalan Remaja ... 32

Tabel 3.4. Pemberian Skor Pada Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja ... 32

Tabel 3.5. Distribusi Item Skala Kesepian Sebelum Tahap Uji Coba ...34

Tabel 3.6. Distribusi Item Skala Kesepian Setelah Tahap Uji Coba ...35

Tabel 3.7. Distribusi Item Skala Kecenderungan Kenakalan Sebelum Tahap Uji Coba...37

Tabel 3.8. Distribusi Item Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja Setelah Tahap Uji Coba...38

Tabel 4.1. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 42

Tabel 4.2. Deskripsi Usia Subjek Penelitian ... 42

Tabel 4.3. Deskripsi Suku Bangsa Subjek Penelitian ... 43

Tabel 4.4. Deskripsi Orang tua Subjek Penelitian ... 43

Tabel 4.5 Deskripsi Tempat Tinggal Subjek Penelitian ... 44

Tabel 4.6 Hasil Statistik Deskriptif Penelitian...44

xviii

Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas...47 Tabel 4.9 Hail Uji Hipotesis Variabel Penelitian ...49

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dinamika Hubungan Antara Kesepian dengan Kecenderungan

Kenakalan Remaja ... 24

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ...60

Lampiran 2 Skala Penelitian ...74

Lampiran 3 Reliabilitas Skala Penelitian ...85

Lampiran 4 Uji Asumsi : Uji Normalitas dan Uji Linearitas...90

Lampiran 5 Uji Hipotesis ...92

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain untuk saling menunjang kebutuhan fisik maupun psikologis (Fiske dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Oleh karena itu, keinginan diterima dalam membangun hubungan interpersonal merupakan elemen penting bagi manusia yang setara dengan kebutuhan makan dan minum (Baumeister & Leary, 1995). Ryff dan Singer (dalam Baron & Byrne, 2005) juga mengatakan bahwa membangun ikatan yang berkualitas dengan orang lain merupakan pusat kehidupan yang optimal. Seseorang akan lebih sejahtera, bahagia, sehat secara mental dan fisik serta berumur panjang (Berkman & Myers, dalam Wisnuwardhani & Mashoedi, 2012). Namun, seseorang yang mengalami hambatan atau gagal membangun ikatan dengan orang lain dapat mengalami kesepian yang menimbulkan berbagai dampak negatif.

Secara umum, kesepian (loneliness) merupakan ketidaknyamanan subjektif yang membuat seseorang merasa sendiri (APA, 2007). Perasaan sendiri yang dimaksud bukan hanya keadaan terpisah dari orang lain secara objektif, tetapi merupakan keadaan batin yang dialami oleh seseorang. Kesepian berkaitan dengan pengalaman menyakitkan dan ketidakbermaknaan diri. Hal ini terjadi karena ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang sudah terjalin dengan keinginan individu terhadap relasi sosialnya (Myers, 2010). Seseorang yang

mengalami kesepian mempunyai harapan yang tinggi terhadap relasi sosialnya. Apabila terjadi respon penguatan sosial yang tidak sesuai, maka seseorang yang kesepian akan mengalami gejala-gejala tekanan psikologis, misalnya stres (Young dalam Peplau & Perlman, 1982).

Belakangan ini terjadi peningkatan jumlah orang yang mengalami kesepian. Kutipan Majalah Intisari tentang kesepian menyebutkan bahwa satu dari lima orang di Amerika mengalami kesepian (Wardayati, 2012). Selain itu, kesepian juga meningkatkan kasus bunuh diri yang terjadi di Korea. Sebanyak 10 persen pemuda ingin melakukan bunuh diri karena merasa diabaikan dan tidak mampu memenuhi harapan masyarakat (Syasya, 2011).

Kasus yang berkaitan dengan kesepian juga terjadi di Indonesia. Di Jawa Barat, seorang pemuda yang berusia 17 tahun bunuh diri karena merasa dikucilkan oleh teman-teman di lingkungan rumahnya. Selain itu, ia merasa malu karena sering membuat masalah di lingkungan rumahnya (Priliawito, 2009). Fenomena artis Indonesia yang terlibat kasus narkoba juga disebabkan oleh kesepian. Mereka mengalami kekosongan jiwa, kejenuhan, dan merasa tidak bahagia. Menurut Hawari (dalam Andriani, 2013), artis memang mempunyai pekerjaan menghibur orang lain, tetapi tidak ada yang menghibur mereka. Berdasarkan kedua kasus tersebut, kesepian di Indonesia mempunyai dampak yang besar. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia masih berpegang pada budaya kolektif dimana mereka melihat dirinya selalu berhubungan dengan orang lain. Sebaliknya, masyarakat di negara Barat mempunyai budaya individualistik,

dimana mereka terbiasa untuk hidup terpisah dan mempunyai kebebasan atas dirinya sendiri (Matsumoto & Juang, 2008).

Kesepian dapat dialami oleh siapa saja, menurut data Survey Mental Health Foundation (2013) diketahui bahwa kesepian dapat dialami oleh usia remaja, dewasa, dan lansia. Peplau dan Perlman (1982) juga menyebutkan bahwa kesepian dapat dialami, khususnya, oleh orang lanjut usia, istri tentara, remaja bahkan anak-anak. Namun, penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa remaja berisiko lebih tinggi mengalami kesepian (Medora & Woodward dalam Page, 1990). Sejalan dengan itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Parlee (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2009) menunjukkan bahwa 79 persen orang di bawah usia 18 tahun sering mengalami kesepian.

Remaja berisiko lebih tinggi mengalami kesepian karena mereka mengalami berbagai perubahan yang signifikan di dalam hidupnya. Perubahan dan proses perkembangan yang terjadi secara biologis, kognitif serta sosial mempengaruhi puncak pengalaman emosionalnya (Brennan dalam Page, 1990 & Berk, 2012). Secara biologis, hormon pubertas remaja berada pada puncaknya. Menurut Berk (2012), tingginya hormon pubertas yang didukung oleh aktivitas negatif (misalnya kurang akrab dengan orang tua, tindakan kurang disiplin di sekolah, dan putus dari pacar) berhubungan dengan perasaan murung yang terjadi pada diri remaja. Di samping itu, remaja mengalami ketidakmatangan secara kognitif yang membuatnya berasumsi mengenai berbagai karakteristik ideal. Remaja cenderung membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain dan berpikir bahwa orang lain mempunyai standar kualitas yang sama dengan dirinya (Santrock, 2007).

Secara sosioemosional, remaja mempunyai dorongan untuk mengenal siapa dirinya dan bagaimana dirinya dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya (Erikson dalam Benner, 2011). Remaja mempunyai dorongan yang kuat untuk membangun relasi, khususnya dengan teman sebaya. Hal ini membuat remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya dibandingkan dengan keluarga. Menurut pandangan remaja, hubungan pertemanan merupakan tempat menemukan keintiman (intimacy), pengertian, dan kesetiaan yang melibatkan keterbukaan diri (Berk, 2012). Namun, relasi pertemanan remaja tidak selalu berjalan dengan baik. Apabila pertemanan remaja dipenuhi perasaan cemburu, penolakan, dan agresi relasional, maka konsep diri, pengambilan perspektif, identitas, dan kemampuan membangun hubungan dekat akan terganggu (Berk, 2012).

Kesepian mempunyai dampak negatif bagi kehidupan remaja. Salah satunya memunculkan masalah perilaku yang mengarah pada tindakan kenakalan remaja. Pada tahun 2001 di California, Amerika Serikat, terjadi kasus penembakan di

Santana High School yang dilakukan oleh remaja berusia 15 tahun. Remaja tersebut melakukan penembakan terhadap beberapa orang temannya. Setelah ditelusuri ternyata remaja tersebut mengalami kesepian karena orang tuanya bercerai dan masing-masing sibuk bekerja. Selain itu, remaja ini mempunyai pengalaman bullying yang dilakukan oleh teman-teman sekolahnya (Asyhad, 2014). Sedangkan hasil wawancara dengan salah seorang guru sekolah swasta di Yogyakarta, menjelaskan bahwa remaja yang melakukan kenakalan cenderung mencari kegiatan di luar rumah kerena merasa diabaikan oleh keluarganya.

Menurut artikel tentang tawuran remaja di Indonesia, peran keluarga saat ini telah berubah. Orang tua kurang memberikan perhatian secara emosional kepada remaja (Ikhtiyarini, 2012). Remaja yang berada di kota-kota besar mengalami disorganisasi dalam keluarga. Orang tua yang berasal dari berbagai kelas ekonomi tidak mempunyai waktu untuk mengasuh anaknya karena sibuk mencari nafkah (Soekanto, 2006).

Berdasarkan pemaparan di atas, pengabaian dari orang tua dan teman dapat memunculkan perilaku negatif. Menurut penelitian Goswick & Jones (1982), remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengalami perasaan terasing, kurang diterima secara sosial, merasa inferior, mempunyai perilaku yang buruk di sekolah, dan kurang menyatu dengan lingkungan sosialnya secara signifikan berhubungan dengan kesepian. Perasaan gagal pada kemampuan berelasi memunculkan perasaan inferior. Perasaan tersebut mempengaruhi kondisi psikologis remaja sehingga menimbulkan kekacauan emosi dan suasana hati. Tracy dan Robins (dalam Donnellan, Trzesniewski, Robins, Moffitt, & Caspi, 2005) mengatakan bahwa remaja melawan perasaan inferioritas dan malu dengan cara externalizing blame, memusuhi, dan marah terhadap orang lain. Peplau dan Perlman (1982) juga mengatakan bahwa seseorang yang kesepian mengalami afek-afek yang negatif, salah satunya mempunyai sikap bermusuhan terhadap orang lain. Dorongan kemarahan dan bermusuhan terhadap orang lain ini merupakan bentuk dari externalizing problem yang mengarahkan remaja pada perilaku kenakalan.

Kenakalan remaja merupakan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, melanggar hukum, dan termasuk tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang berusia di bawah 18 tahun (Santrock, 2002 & Rice, 1996). Kenakalan remaja dapat dilakukan secara pribadi ataupun berkelompok, spontan ataupun terencana, melawan individu atau institusi (Thornburg, 1982). Sedangkan menurut Kartono (2006), kenakalan remaja dapat dipicu oleh adanya pengabaian dari lingkungan sosial yang muncul dalam bentuk tawuran, seks bebas, dan sebagainya. Ketidakberartian sosial inilah yang mempengaruhi terjadinya kesepian pada remaja (Brennan dalam Page, 1990).

Adanya perilaku menyimpang juga dipengaruhi oleh pemikiran egosentris. Remaja menganggap dirinya tidak terkalahkan dan tidak pernah merasa menderita. Menurut Dolcini dan kawan-kawan (dalam Santrock, 2007), remaja yang mempunyai pemikiran egosentris cenderung terlibat dalam perilaku menyimpang, seperti melakukan balap mobil liar, menggunakan obat terlarang, bunuh diri, dan melakukan hubungan seks bebas, yang mengarah pada tindakan kenakalan remaja.

Kasus kenakalan remaja di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut catatan Polda Metro Jaya (2012), pada tahun 2011 terdapat 30 kasus kenakalan remaja, sedangkan pada tahun 2012 terjadi 41 kasus atau meningkat sebesar 36,66 persen. Kemudian pada tahun 2014, 135 remaja terlibat masalah hukum di wilayah Gunung Kidul dan Bantul. Kompol Jamila mengungkapkan kasus tersebut banyak melibatkan remaja berusia di bawah 18 tahun (Rudhy, 2012). Adelina (dalam Kusmiyati, 2013) juga mengungkapkan

bahwa kenakalan yang sering terjadi di Indonesia, meliputi: tawuran atau perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang, dan minuman keras, hubungan seksual pra nikah, serta perilaku yang termasuk tindak kriminal (membunuh, mencuri, dan merampok).

Menurut pemaparan di atas, kesepian berkaitan dengan pengalaman menyakitkan dan ketidakbermaknaan diri karena terjadi kesenjangan relasi sosial. Apabila remaja mengalami ketidakbermaknaan diri, maka remaja tersebut berisiko mengalami kecenderungan kenakalan remaja. Penelitian tentang kesepian ini diharapkan dapat memberi wawasan tentang pentingnya membangun relasi intim dan bermakna dengan orang lain (Peplau & Perlman, 1982). Diketahui pula bahwa penelitian ini akan mengungkapkan sisi lain dari dampak kesepian yang biasa dikaitkan denganinternalizing problem, seperti depresi, keinginan bunuh diri, dan sebagainya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas bahwa kesepian dapat membawa remaja pada perilaku kecenderungan kenakalan remaja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kesepian dengan kecenderungan

Dokumen terkait