• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESESATAN DALAM EKSPERIMEN

PENELITIAN EKSPERIMEN DI BIDANG PENDIDIKAN

D. KESESATAN DALAM EKSPERIMEN

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variable. Dalam eksperimen selalu dibedakan adanya variable-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variable yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi

yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok , yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda ( misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi.

Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau controlled variabel. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan non-eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.

Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/ pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variable luar/ekstrane yang ikut memengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh variable ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau errors. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris). Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variable ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variable eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut:

Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologis yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari adanya berbagai variable yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada kelompok kontrol terdapat anak-anak/siswa yang pada sore hari ikut pelajaran tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok kontrol mempunyai kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variable luar/ekstrane yang sulit diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.

Dengan adanya kesesatan itu, akibatnya setelah data akhir eksperimen diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B (pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ? Pada hal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena banyaknya variabel luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkan. Pada hal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variable yang menyesatkan, besar kemungkinan metode

yang dicobakan pada kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik.

Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan ditreatmenkan/diperlakukan, materi pelajaran, guru pelakasana tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat memengaruhi hasil eksperimen. Selama proses kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.

Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu? Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu: 1). Kesesatan tipe S (Subyek).

2). Kesesatan tipe G (Grup), dan 3). Kesesatan tipe R (Replikasi).

Untuk mendapatkn pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.

1) Kesesaatan Tipe S

Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subjeks sampling pada suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun

beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki IQ yang tinggi dan rajin belajar.Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.

2) Kesesatan Tipe G

Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen), sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu teman waktu pelajaran sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah memengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.

3) Kesesatan Tipe R

Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan secara serentak dengan menggunakan sample dari bermacam-macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.

Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu. Tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.

E PELAKSANAAN EKSPERIMEN

Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen serta berusaha mengantisipasi berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan dan hasil eksperimen, maka apa yang harus dilakukan agar eksperimen terssebut dapat berjalan dengan baik? Namun, sebelum ke pelaksanaannya perlu dikaji ulang, apakah materi yang akan diajarkan sudah disiapkan dengan baik? Apakah kedua kelompok eksperimen sudah

dipersiapkan sesuai prosedur penelitian eksperimen? Dan, guru yang akan melaksanakan sudah dipersiapkan secara memadai dan memiliki kualitas yang seimbang? Kalau semuanya sudah dikaji barulah kita memperhatikan langkah berikut ini:

1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A sebagai kelompok eksperimen diberikan materi yang sama dengan kelompok kontrol. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan berbeda. Kelompok A dengan metode pemecahan soal, sedangkan kelompok B dengan metode pemahaman konsep (umpama ini yang direncanakan). 2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin agar

kesesatan tidak timbul terutama kesesatan yang tidak konstan, baik siswa maupun guru pelaksana, agar tidak mengganggu hasil eksperimen.

3. Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan yang terjadi berdasarkan pedoman observasi yang telah dipersiapkan, misalnya aspek perhatian siswa, keberanian siswa berpendapat, kondisi kelas, kedisiplinan siswa dan lain-lain.

4. Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4 bulan), diadakan tes akhir eksperimen. Jenis tes, materi tes serta waktu pelaksanaan tes yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol harus sama.

5. Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan diskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah disusun dari kedua kelompok tersebut dianalisis dengan statistik uji t. Kalau kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka perlu dilihat mana Meannya yang lebih besar itulah yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada kelompok eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan bahwa metode pemecahan soal lebih efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika yang berarti hipotesis kerjanya diterima.

Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak hipotesis kerja? Apakah penelitian itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan untuk mendapatkan kredit pengembangan profesi? Kalau diajukan apakah tidak dapat dinilai sehingga hasil penelitian itu tidak bermanfaat? Kita tidak bisa

langsung menjawab ya atau tidak. Perlu dikaji secara hati-hati dengan menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah kita diperhatikan beberapa asumsi berikut untuk direnungkan:

1) Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori serta temuan ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah, kalau sudah kita ke alur berikutnya.

2) Bilamana riset itu merupakan penelitian eksperimen, apakah persiapan eksperimen sudah dilakukan secara ilmiah menurut dasar-dasar penelitian eksperimen? Jawabannya sudah; baik yang menyangkut penetapan kedua kelompok kontrol dan eksperimen), maupun penetapan pelaksana eksperimen. Kalau sudah, marilah ke pertanyaan berikutnya.

3) Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok eksperimen tersebut sudah diperhatikan dengan baik dan seimbang? Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah, lingkungan kelas, peralatan/ alat peraga serta bahan ajar yang akan diberikan dan komponen lain yang terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.

4) Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang memperhatikan adanya kesesatan tidak konstan yang ditimbulkan dari berbagai aspek, misalnya adanya siswa yang sering mengganggu salah satu kelompok eksperimen, atau adanya tindakan guru pelaksana eksperimen/kontrol yang kurang serius dalam bertugas, atau di suatu kelas terhimpun siswa yang memiliki dasar kuat yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dieksperimenkan. Misalnya pelajaran matematika, di suatu kelas terhimpun siswa yang IQnya bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau hal ini jawabannya tidak dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu mengajukan pertanyaan berikutnya.

5) Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil eksperimen tidak memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitasnya. Artinya ketepatan dan ketelitian alat evaluasinya tidak terpenuhi, atau tingkat keterandalannya belum diperhatikan, belum mencakup seluruh

materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir tidak dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada salah satu kelas mendapatkan bocoran dari kelas lain. Kalau jawabannya juga tidak, maka lanjutkan ke pertanyaan yang ke-6.

6) Jika demikian ada kemungkinan cara analisis datanya tidak tepat, tidak mengikuti teknik analisis statistik eksperimen sesuai dengan pola yang digunakan. Mulai koreksi hasil post test/evaluasi akhir, tabulasi sampai penggunaan pada analisis dengan teknik statistiknya harus benar, kesalahan tanda koma saja dapat mengakibatkan dari ada perbedaan menjadi tidak ada atau sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah dilakasanakan dengan statistik dan prosedur analisis yang tepat dan hati-hati oleh peneliti. maka tinggal kemungkinan/ alternative atau asumsi terakhir.

7) Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati dan juga tidak melakukan penyimpangan, maka kemungkinan terakhir yaitu adanya kesesatan konstan yang tidak mungkin peneliti mampu untuk mengatasi/ menghilangkan, tetapi peneliti juga tidak mencoba mengurangi kesesatan ini Kondisi itu misalnya, pada salah satu kelompok sebagian besar siswa pada sore hari mengikuti les tambahan, banyak dibimbing saudara/orang tuanya pada malam hari, budaya disiplin belajar telah tertanam pada sebagian siswa, alat/media belajar lengkap atau sebaliknya pada kelompok lain banyak anak yang malas belajar dan faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.

Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti mampu memberi alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang jelas, dan kuat maka hasil penelitian tersebut tetap dapat diajukan dan bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat diusulkan/diajukan untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau hasil penelitian menolak, hipotesisnya dibangun dengan mempunyai dasar kuat dan data lapangan yang dihasilkan secara faktual memang mendukung adanya, maka akan dapat menumbuhkan pemikiran baru, konsep baru yang dapat mengarah ke

pembentukan teori baru kalau penelitian lanjutan untuk memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan. Akibatnya, diperolehnya konsep baru, preposisi baru akan dapat mengembangkan teori baru dan meninggalkan teori lama. Memang jarang dijumpai adanya peneliti yang demikian atau peneliti tidak berani menyampaikan hasil penelitiannya bilamana hasil analisis tidak menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti belum mampu memberikan alasan yang mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.

Sesudah memahami bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan eksperimen, melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu hasil eksperimen, perlu mempelajari beberapa jenis eksperimen mana yang paling sesuai bagi guru yang akan mencoba metode pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa. Dipersilahkan membaca bagian selanjutnya.

Dokumen terkait