• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA LAUT PADA MUSIM PERALIHAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Budidaya Air Tawar

PETA KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA LAUT PADA MUSIM PERALIHAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Kec. Lab. Maringgai TNWK

Kec. Pasir Sakti Kec. Mataram Baru Kec. Labuhan Ratu

Kec. Braja Selebah

Kec. Melinting

Kec. Jabung

Kec. Gunung Pelindung Kec. Bandar Sribhawono

Kec. Way Jepara

Kec. Sekampung Udik

Kec. Marga Sekampung

Kec. Waway Karya Kec. Sukadana Marga Tiga Bungur Linggo Agung Lampung Tengah

Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Air Payau

Proses budidaya udang vaname, udang windu dan ikan bandeng di Kabupaten Lampung Timur hingga saat ini dilakukan dalam tambak, sehingga penilaian kesesuaian lahan untuk budidaya udang vaname, udang windu dan ikan bandeng merupakan penilaian kesesuaian lahan untuk tambak.

Pemilihan lokasi tambak yang tepat sangat menetukan keberhasilan usaha budidaya tambak udang atau bandeng. Jika pemilihan lokasi tambak sudah dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan syarat tumbuh kembang udang atau bandeng maka usaha budidaya yang dilakukan memiliki peluang untuk berhasil dan menguntungkan.

Kriteria untuk penilaian tingkat kesesuaian lahan untuk budidaya tambak berdasarkan pada Poernomo (1992) dan Pantjara (2008), penggunaan kriteria terutama pada parameter yang bersifat permanen dan sulit untuk diubah yaitu lereng, tekstur, drainase, tebal gambut, jarak dari pantai, jarak dari sungai, amplitude pasang surut, curah hujan dan penutupan lahan.

Lereng sangat mempengaruhi lokasi tambak, karena berkaitan dengan kemudahan pengisian air laut maupun pembuangannya. Semakin tinggi letak suatu lokasi akan semakin sulit untuk dijangkau oleh pasang surut dan semakin landai suatu lokasi maka semakin banyak daerah yang dapat dimanfaatkan untuk tambak . Wilayah Kabupaten Lampung Timur didominasi oleh wilayah dengan kemiringan lereng 8-15% yaitu seluas 40% dari luas keseluruhan kabupaten yaitu sekitar 213.910,74 Ha. Sedangkan 18,15% luas wilayah (± 96.626,99 ha) memiliki kemiringan lereng 0-3%. Wilayah dengan kemiringan 3-8% terdapat sekitar 198.247,95 ha (37,23 %) dan untuk wilayah dengan kemiringan 15-30% terdapat seluas 16.039,32 ha atau 4,62 % dari total luas kabupaten (tabel 21).

Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan air hingga ketinggian tertentu, terutama untuk dijadikan tanggul tambak. Semakin kuat kemampuan tanah untuk menahan air akan semakin baik. Tekstur tanah yang paling baik untuk tambak adalah liat berpasir (agak halus), namun masih ada toleransi untuk penggunaan tekstur tanah liat berdebu (halus) atau berlumpur (sedang).

Drainase tanah berkaitan erat dengan tekstur tanah. Tanah yang memiliki tekstur halus hingga sedang akan memiliki drainase yang buruk, sedangkan tanah dengan tekstur kasar akan memiliki drainase baik. Untuk keberadaan gambut dalam tanah biasanya berkaitan dengan porositas tanah, pH rendah dan kandungan bahan organik yang tinggi. Untuk menanggulangi masalah gambut di pertambakan adalah dengan pengelolaan lahan seperti memberi lapisan pada dasar tambak, pemupukan, pengapuran dan atau dengan reklamasi. Sehingga untuk mengurangi biaya pengelolaan lahan yang tinggi sebaiknya dalam pemilihan lokasi tambak menghindari keberadaan gambut dalam tanah.

Tabel 22 menyajikan parameter, skor, bobot dan kelas kesesuaian lahan untuk budidaya air payau di Kabupaten Lampung Timur.

Tabel . Kemiringan lahan Kabupaten Lampung Timur

No. Kecamatan Luasan (Ha) Jumlah

0-3% 3-8% 8-15% 15-30% 1. Metro Kibang - 987.17 6 690.83 - 7 678 2. Batanghari 1 459.82 8 297.18 5 131.00 - 14 888 3. Sekampung 1 410.08 4 443.04 8 980.88 - 14 834 4. Marga Tiga 1 677.69 8 946.66 13 638.79 809.86 25 073 5. Sekampung Udik 3 227.24 20 813.20 6 979.62 2 891.94 33 912 6. Jabung 13 422.29 10 506.23 2 779.30 77.18 26 785 7. Pasir Sakti 19 394.00 - - - 19 394 8. Waway Karya 5 004.34 12 916.44 3 186.22 - 21 107 9. Marga Sekampung 1 950.94 6 324.17 7 672.52 1 784.37 17 732 10. Labuhan Maringgai 15 376.42 1 055.45 1 783.33 1 283.80 19 499 11. Mataram Baru 4 139.34 1 947.73 1 835.46 33.47 7 956 12. Bandar Sribhawono 1 767.59 1 090.58 12 031.67 3 681.16 18 571 13. Melinting 1 681.87 1 065.54 9 740.65 1 441.94 13 930 14. Gunung Pelindung 3 430.54 585.86 3 835.60 - 7 852 15. Way Jepara 6 551.00 3 637.90 12 738.10 - 22 927 16. Braja Selebah 8 290.69 83.15 16 387.16 - 24 761 17. Labuhan Ratu - 3 955.15 44 582.64 13.21 48 551 18. Sukadana - 36 978.82 35 069.35 3 627.83 75 676 19. Bumi Agung - 5 627.97 1 689.03 - 7 317 20. Batanghari Nuban - 11 940.17 5 734.27 394.57 18 069 21. Pekalongan - 6 917.30 3 095.70 - 10 013 22. Raman Utara 120.54 15 642.22 374.24 - 16 137 23. Purbolinggo - 22 137.20 65.80 - 22 203 24. Way Bungur 7 722.59 13 335.99 16 579.42 - 37 638 Jumlah 96 626.99 198 247.95 213 910.74 16 039.32 532 503

Sumber : Bappeda Kabupaten Lampung Timur (2011).

Kriteria sangat sesuai (S1) artinya bahwa lahan sangat didukung oleh parameter fisik lokasi dan karakteristik lingkungannya, sehingga tidak memerlukan input yang besar dalam pegelolaannya. Untuk pengelolaan lahan dengan kriteria sesuai (S2), perlu input yang cukup besar untuk menghasilkan produksi yang diinginkan. Kriteria cukup sesuai (S3) mutlak memerlukan input besar dalam pengelolaannya, sedangkan untuk kriteria tidak sesuai (N) memiliki faktor pembatas yang membuat pengelolaan menjadi tidak mungkin dilakukan dan jika dipaksakan memerlukan input sangat besar dan akan mengakibatkan

penurunan karakteristik lingkungan dan kegagalan dalam proses produksi. Hasil penilaian disajikan dalam Gambar 14.

Tabel . Kisaran nilai parameter kesesuaian lahan untuk budidaya air payau di Kabupaten Lampung Timur

Parameter/Peubah Bobot*) Kesesuaian

S1=4 S2=3 S3=2 N=1

Lereng % 5 < 2 < 2 2 - 3 > 3

Tekstur 3 Lempung Liat

berpasir (agak halus) Lempung berpasir (sedang) Liat berdebu (halus) Lumpur, pasir (agak kasar)

Drainase 3 sangat buruk Buruk Agak buruk,

baik

Cepat

Tebal gambut (cm) 4 Tanpa Tanpa < 25 25 - 50

Jarak dari garis pantai (m) 33 300 - 1000 1000 - 2000 2000 –4000 >4000;<300 Jarak dari sungai (m) 11 0 - 500 500-1000 1000-2000 >2000 Amplitudo Pasang Surut(m) 16 1.5 - 2.5 1 - 1.5 0.5 - 1 < 0.5 ; > 2.5

Curah hujan (mm/th) 3 2500 - 3000 2000 - 2500 1000 - 2000 3000 - 3500

< 1000 ; >3500 Penutupan Lahan 22 Belukar,

tegalan, tambak Sawah, kebun rawa Pemukiman, hutan, mangrove Sumber : Poernomo (1992), Pantjara (2008)

*) Hasil AHP dengan responden dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Propinsi Lampung, DKP Kabupaten, Polinela, Pembudidaya (nilai konsistensi 0.04)

Hasil penilaian kesesuaian lahan tambak untuk budidaya udang windu dan ikan bandeng (tabel 23) didapat lahan dengan kelas kesesuaian dengan kriteria sangat sesuai (S1) seluas ± 3 833 ha, kelas kesesuaian dengan kriteria sesuai (S2) seluas ±12 527 ha, kelas kesesuaian dengan kriteria cukup sesuai (S3) seluas ±7 289 ha dan kelas kesesuaian dengan kriteria tidak sesuai (N) seluas ±3 462 ha.

Sebanyak ±1 734 ha kelas sangat sesuai (S1) terdapat di Kecamatan Labuhan Maringgai dan ±2 099 ha di Kecamatan Pasir Sakti. Untuk lahan dengan kelas kesesuaian berkriteria sesuai (S2) sebanyak ±6 390 ha terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai dan ±6 137 ha terdapat di Kecamatan Pasir Sakti. Untuk lahan dengan kelas kesesuaian berkriteria kurang sesuai (S3) seluas ±3 357 ha terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai dan ±3 932 ha berada di Kecamatan Pasir Sakti. Sedangkan untuk lahan dengan kelas kesesuaian berkriteria tidak sesuai (N) seluas ±2 946 ha terdapat di Kecamatan Labuhan Maringgai dan seluas ±517 ha terdapat di Kecamatan Pasir Sakti.

Tabel . Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk budidaya air payau di Kabupaten Lampung Timur

KELAS KESESUAIAN LUAS LAHAN (ha)

KEC. LAB. MARINGGAI KEC. PASIR SAKTI TOTAL

S1 1 734 2 099 3 833

S2 6 390 6 137 12 527

S3 3 357 3 932 7 289

N 2 946 517 3 462

TOTAL 14 426 12 685 27 111

Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Air Tawar

Kriteria penilaian tingkat kesesuaian lahan untuk budidaya air tawar tidak terlalu berbeda dengan budidaya tambak yang membedakan hanya pada faktor kelerangan, ada tidaknya pengaruh pasang surut air laut dan nilai salinitas air (Tabel 24).

Tabel . Kisaran nilai parameter kesesuaian lahan untuk budidaya air tawar di Kabupaten Lampung Timur

Parameter/Peubah Bobot*)

Kesesuaian

S1=4 S2=3 S3=2 N=1

Lereng % 30 3-5 5-8 8-10 < 3; >10

Tekstur 12 Lempung Liat

berpasir (agak halus) Lempung berpasir (sedang) Liat berdebu (halus) Lumpur, pasir (agak kasar)

Drainase 12 sangat buruk Buruk Agak buruk.

baik

Cepat Tebal gambut (cm) 11 Tanpa Tanpa < 25 25 – 50 Curah hujan (mm/th) 20 2500 - 3000 2000 - 2500 1000 - 2000

3000 - 3500

< 1000 ; >3500 Penutupan Lahan 5 Belukar, tegalan Sawah, kebun rawa,

Pemukiman Hutan Pengaruh Pasang Srt Salinitas (ppm) 3 7 Tanpa; 0 Tanpa <5 Ada 5 - 10 Ada > 10 Sumber : Hardjowigeno S dan Widiatmaka (2007), Hartati S (2009),

*) Hasil AHP dengan responden dari BBIS, BBI, DKP, Polinela (nilai konsistensi 0.02) Hasil penilaian terdapat lahan dengan kriteria kesesuaian S1 (sangat sesuai) seluas 123 ha yang terleak di Kecamatan Way jepara, S2 seluas 196 425 ha, S3 seluas 60 764 ha dan kriteria tidak sesuai (N) seluas 13 806 ha yang tersebar di 24 kecamatan (Gambar 15 dan Tabel 25).

Gambar Peta kesesuaian lahan untuk budidaya air payau Kabupaten Lampung Timur

Sumber :

-Peta administrasi (Bappeda Kab. Lampung Timur, 2011)

-Peta Sistem Lahan (Repprort, 1981)

-Data Kualitas Air (BLH Kab. Lampung Timur, 2011)

Gambar Peta kesesuaian lahan untuk budidaya air tawar Kabupaten Lampung Timur.

Sumber :

-Peta administrasi (Bappeda Kab. Lampung Timur, 2011)

-Peta Sistem Lahan (Repprort, 1981) -Data Kualitas Air (BLH Kab. Lampung

Tabel . Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk budidaya air tawar di Kabupaten Lampung Timur

Kecamatan Luas Lahan (ha)/Kelas Kesesuaian

S1 S2 S3 N Jumlah Bandar Sribhawono 3 987 2 302 6 289 Batanghari 7 425 2 722 10 147 Batanghari Nuban 10 307 1 432 11 739 Braja Selebah 5 358 967 63 6 387 Bumi Agung 3 750 120 3 870 Gunung Pelindung 4 524 427 125 5 076 Jabung 11 497 9 101 40 20 638 Labuhan Maringgai 3 439 4 604 6 376 14 419 Labuhan Ratu 15 851 1 444 262 17 557 Marga Sekampung 5 519 1 239 6 758 Marga Tiga 13 930 1 512 15 441 Mataram Baru 2 821 2 675 330 5 825 Melinting 6 079 2 056 123 8 258 Metro Kibang 3 838 1 447 5 285 Pasir Sakti 413 6 637 5 546 12 596 Pekalongan 6 700 6 700 Purbolinggo 6 383 98 6482 Raman Utara 7735 250 7984 Sekampung 7387 1 382 8769 Sekampung Udik 25163 6 053 310 31526 Sukadana 21790 4 305 26095 Waway Karya 10664 5 130 15794 Way Bungur 4540 547 249 5337 Way Jepara 123 7324 4 314 383 12144 Jumlah 123 196 425 60 764 13 806 271 117

Pemetaan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan

Pengembangan Komoditas Unggulan Perikanan Budidaya Terhadap RTRW Berdasarkan hasil analisis sebelumnya didapatkan komoditas budidaya perikanan yang menjadi unggulan di Kabupaten Lampung Timur adalah rumput laut dan kerang hijau untuk budidaya laut, udang vaname, ikan bandeng dan udang windu untuk budidaya air payau dan ikan patin, ikan nila serta ikan gurame untuk budidaya air tawar. Untuk membuat arahan pengembangan untuk setiap komoditas dilakukan berdasarkan peta kesesuaian lahan dan mempertimbangkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Lampung Timur dan penggunaan lahan terkini (existing landuse). Arahan pengembangan dilakukan pada kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan sumber daya buatan; dan kawasan perdesaan yaitu kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian.

Rencana Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan sumber daya alam dalam suatu satuan ruang bersifat dinamis. Dinamika perubahan pemanfaatan ruang tidak selalu mengarah pada optimasi pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan ruang bagi perkembangan budidaya sementara keberadaannya bersifat terbatas. Pola pemanfaatan dan arahan pengembangan ruang Kabupaten Lampung Timur merupakan pedoman bagi pembangunan ruang di wilayah Kabupaten Lampung Timur yang didasari pada prinsip pemanfaatan sumber daya alam berasaskan keseimbangan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang memiliki fungsi utama menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai budaya untuk menompang keberlangsungan pengembangan wilayah. Sedangkan kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia. Adapun rencana alokasi pemanfaatan ruang Kabupaten Lampung Timur tahun 2011-2031 menurut Bappeda Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 seperti dipaparkan pada Tabel 26.

Berdasarkan alokasi pemanfaatan ruang tersebut, maka yang akan dijadikan sebagai arahan pengembangan komoditas unggulan budidaya perikanan pesisir adalah kawasan budidaya peruntukan budidaya perikanan.

Penggunaan Lahan Terkini (Existing Land Use)

Penggunaan lahan terkini di Kabupaten Lampung Timur secara spasial ditampilkan pada Lampiran 3. Penggunaan lahan terkini di Kabupaten Lampung Timur terdiri dari pemukiman, sawah, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, semak belukar, hutan rawa sekunder, savanna, tanah terbuka, tambak dan perairan.

Permukiman pada umumnya didominasi oleh pemukiman jarang. Permukiman padat terdapat di Kecamatan Bandar Sribhawono, Mataram Baru, Labuhan Maringgai, Batanghari, Pekalongan, Sekampung Udik, Sekampung dan Way Jepara yang merupakan sentra perdagangan dan jasa.

Emplasement tetap terdapat di Kecamatan Sukadana khususnya di PT National Tropical Fruit (NTF), Labuhan Ratu dan Taman Nasional Way Kambas. Penggunaan lahan yang paling dominan adalah pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campur. Untuk perkebunan di wilayah Kabupaten Lampung Timur terdiri dari kebun campuran yang didominasi oleh tanaman lada, kakao, kelapa, karet dan lainnya. Lampung Timur mencakup perkebunan besar yang dikuasai badan hukum seperti NTF dan perkebunan rakyat yang dikuasai perseorangan.

Taman Nasional Way Kambas merupakan hutan belukar yang berfungsi sebagai suaka alam bagi keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam.

Keberadaan Taman Nasional ini sering mendapatkan gangguan akibat kebakaran hutan, perambahan hutan, maupun pembalakan liar.

Tabel . Rencana alokasi pemanfaatan ruang Kabupaten Lampung Timur tahun 2011 – 2031

No Pemanfaatan

Ruang Sebaran Luas (Ha) Keterangan

Kawasan lindung

hutan lindung Kec.Sekampung Udik, Kec. Marga Sekampung, Kec. Bandar Sribhawono, Kec. Melinting, Kec. Way Jepara, Kec Jabung,

22 292.05 Kawasan Hutan

Lindung Gunung Balak, sebagian besar sudah berubah sehingga dikembangkan menjadi hutan kemasyarakatan Kec Pasir Sakti, Kec.

Labuhan Maringgai

1 488.36 Kawasan Hutan Lindung Muara Sekampung Perlindungan terhadap kawasan bawahnya

- Bergambut Kec. Braja Selebah, Kec. Labuhan Maringgai, Kec. Labuhan Ratu, Kec. Mataram Baru, Kec. Way Bungur, Kec. Way jepara

11 067.5 Tidak diizinkan untuk pengembangan perkebunan dan akan ditanamai mangrove - Resapan air Kec. Bandar Sribhawono,

Kec. Jabung, Kec. Labuhan Maringgai, Kec. Marga Sekampung, Kec. Melinting, Kec. Pasir Sakti, Kec. Sekampung Udik, Kec. Way Jepara

39 144.3 Termasuk dalam kawasan hutan lindung gunung balak

Perlindungan setempat

- Sempadan pantai sempadan pantai TNWK,

Kec. Labuhan Maringgai, Kec Pasir Sakti

5 588.36 sebagian besar menjadi areal pertambakan - Sempadan sungai Batanghari, Batanghari

Nuban, Braja Selebah, Jabung,Labuhan

Maringgai, Labuhan Ratu, Marga Sekampung, Margatiga,Metro Kibang,Pasir Sakti, Pekalongan, Purbolinggo, Raman Utara, Sekampung, Sekampung Udik, Sukadana, Waway Karya, Way Bungur, Way Jepara

11 086.55

- Sekitar danau kec. Way jepara dan Kec. Sukadana

358.93 Danau Way Jepara dan Danau Beringin suaka alam Kec. Labuhan Maringgai,

Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Pulau Segama Besar dan Pulau Segama Kecil

12 5621.3 Pulau Segama merupakan wilayah tempat pemijahan penyu hijau dan penyu sisik

Tabel 26. (Lanjutan)

Taman wisata Kec. Pekalongan, Kec Way jepara, Kec. Sukadana, Kec. Bandar Sribhawono, Kec. Mataram Baru

Taman Wisata Swadaya, Danau Jepara, Danau Beringin Indah, Danau

Kemuning, kawasan wisata Way Curup .

Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kec. Sekampung Udik, Kec. Melinting, Kec. Margatiga, Kec. Jabung

Taman Nasional Purbakala Pugung Raharjo, Museum Budaya, Sesat Agung, Desa Tradisional Wana, rumah tradisional gedong wani, dll

Rawan Bencana Kec. Bandar Sribhawono, Kec. Labuhan Maringgai, Kec. Marga Sekampung, Kec. Melinting, Kec. Pasir Sakti, Kec. Sekampung Udik, Kec. Raman Utara, Kec.Braja Selebah.

15 984.97 Bencana Banjir

Pulau-pulau kecil Pulau Segama Besar, Pulau Segama Kecil, Pulau Gosong Sekopong, Pulau Batang Besar, Pulau Batang Kecil.

Sebagai tempat suaka penyu sisik, penyu hijau dan

keanekaragaman hayati/ biota laut

Kawasan Budidaya

Hutan produksi Kec. Metro Kibang, Kec. Sekampung, Kec. Marga Tiga, Kec. Sekampung Udik. 1 3175 Peruntukan pertanian Menyebar di seluruh kecamatan 109 570.43 Pertanian Tanaman Bahan Makanan dan Hortikultura Peruntukan

perkebunan

Kec. Jabung, Kec. Marga Sekampung, Kec. Marga Tiga, Kec. Sekampung Udik, Kec waway Karya, Kec. Labuhan Maringgai, Kec. Mataram Baru, Kec. Bandar Sribhawono, Kec. Melinting, Kec. Gunung Pelindung, Kec. Way Jepara, Kec. Labuhan Ratu, Kec. Sukadana, Kec. Batanghari Nuban

40 598.57 Jenis tanaman perkebunan : Kakao, Kelapa, Kelapa Sawit, Karet dan Lada

Peruntukan peternakan

diseluruh kecamatan pengembangan ternak besar dan kecil

Peruntukan perikanan Tangkap

Laut, perairan umum, sungai rawa, dan waduk

.

Peruntukan perikanan budidaya

Kec. Labuhan Maringgai 2 974 Budidaya Udang Windu, Udang Vaname, dan Ikan Bandeng

Peruntukan perikanan pengolahan hasil

Kec labuhan Maringgai, Kec. Pasir Sakti dan TNWK Pengembangan pelabuhan Pendaratan ikan (PPI) Peruntukan pertambangan

Kec. Labuhan Maringgai, Kec. Pasir Sakti, Kec. Sukadana, Kec. Mataram Baru, Kec. Way Jepara, Kec. Jabung, Kec. Urbolinggo, Kec. Raman Utara, Kec. Way Jepara

Psir kuarsa, basalt, pasir bangunan, lempung

Peruntukan industri Kec. Bandar Sribhawono, Kec. Sekampung Udik, Kec. Pekalongan, Kec. Batanghari Nuban, Kec. Mataram Baru, Kec. Mataram Baru, Kec. Labuhan Ratu, Kec. Marga Sekampung, Kec. Waway karya, Kec. Bumi Agung

Industri besar, kecil dan rumah tangga

Peruntukan pariwisata

Kec. Sekampung Udik, Kec.Melinting, Kec. Sukadana, Kec. Labuhan Ratu, Kec. Labuhan Maringgai, Kec. Mataram Baru, Kec. Mataram Baru, Kec. Pekalongan

Taman purbakala Pugung Raharjo, Wisata budaya Desa Wana, Museum Budaya, TNWK, Danau Beringin Indah, Wisata Pantai Mangrove centre, Pesanggrahan Way Curup, Wisata Agro, Agrowisata Pisang.

Peruntukan pemukiman

diseluruh kecamatan perkotaan dan perdesaan dengan dilengkapi fasilitas Sumber : Bappeda Kabupaten Lampung Timur (2011).

Penggunaan lahan tambak terdapat di sepanjang pantai Kecamatan Labuhan Maringgai dan Kecamatan Pasir Sakti. Komoditas yang dibudidayakan adalah udang windu, udang krosok, udang putih, kepiting dan ikan bandeng dengan pola budidaya tradisional plus dan semi intensif serta pola intensif untuk komoditas udang vaname. Lahan tambak yang ada pada umumnya merupakan tambak milik rakyat hasil alih fungsi hutan mangrove dan Sebagian besar berada dalam kawasan sempadan pantai yang seharusnya menjadi kawasan lindung sesuai dengan rencana pola ruang yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Lampung Timur, sebagian lagi berada di kawasan peruntukan perkebunan dan kawasan rawan banjir. Tambak yang berada di kawasan peruntukan budidaya perikanan hanyalah sebagian kecil tambak di Kecamatan Labuhan Maringgai. Namun jika ditinjau dari rencana kawasan strategis dalam RTRW (lampiran 2), tambak yang ada masuk dalam kawasan strategis minapolitan Kabupaten Lampung Timur.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini akan didapatkan wilayah-wilayah yang menjadi sentra produksi sebagai kawasan prioritas pengembangan untuk penggunaan lahan budidaya perikanan berbasis komoditas unggulan.

Secara prinsip perencanaan penggunaan lahan adalah merencanakan penggunaan lahan lingkungan hidup manusia mulai dari skala kecil sampai skala besar (Sitorus, 1992). Dalam kaitannya dengan keperluan yang lebih operasional, Sandy (1984) dalam Sitorus (1992) mengemukakan tiga tujuan perencanaan penggunaan lahan yaitu: 1) mencegah penggunaan lahan yang salah tempat, atau ingin menuju ke penggunaan lahan yang optimal; 2) mencegah adanya salah urus yang dapat merusak lahan, atau menuju penggunaan lahan yang berkesinambungan; dan 3) mencegah adanya tuna kendali atau menuju ke arah penggunaan lahan yang senantiasa diserasikan oleh adanya kendali.

Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Laut

Berdasarkan penilaian kesesuaian lahan untuk budidaya laut terdapat perbedaan ketersediaan lahan pada setiap musim. Pada musim timur lahan yang tersedia sebanyak 50.71% memiliki kriteria kesesuaian kelas sangat sesuai (S1), 23.53% dengan kriteria sesuai (S2), dan 24.26% dengan kriteria cukup sesuai (S3), sedangkan pada musim barat dimana kondisi perairan cukup bergelombang dan berbarengan dengan musim penghujan tidak tersedia lahan dengan kriteria sangat sesuai(S1), lahan dengan criteria sesuai (S2) sebanyak 75% dan cukup sesuai (S3) sebanyak 24%. Untuk musim peralihan dimana arah angin berubah- ubah dan arus perairan lebih cepat tersedia lahan dengan kriteria sesuai (S2) sebanyak 59.95% dan lahan dengan kriteria cukup sesuai sebanyak 38.94%.

Mengacu pada perbedaan ketersediaan lahan pada musim yang berbeda, maka pengembangan kawasan perikanan budidaya laut untuk mengembangkan komoditas rumput laut dan kerang hijau diarahkan pada lahan yang berlokasi disepanjang pantai Kabupaten Lampung Timur. Lokasi tersebut memiliki kelas kesesuaian lahan S1 pada musim timur dan kelas kesesuaian S2 pada musim barat dan musim peralihan (Gambar 16).

Pembudidayaan rumput laut dan kerang hijau pada lahan yang sesuai diharapkan dapat meminimalisir biaya produksi terutama biaya pemeliharaan konstruksi. Pada musim barat dan musim peralihan dimana kondisi gelombang dan arus cukup tinggi, berpotensi menyebabkan kerusakan pada konstruksi bagan kerang hijau. Bagan kerang hijau yang berada di posisi luar lebih berpotensi terkena terjangan ombak dan arus pada musim barat dan musim peralihan, sehingga banyak yang mengalami kerusakan, baik kerusakan ringan maupun kerusakan berat, bahkan tidak jarang bagan diposisi terluar hilang tak berbekas. Hal ini menimbulkan kerugian cukup besar bagi pembudidaya, karena harus kembali membangun bagan kerang hijau yang memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Pemetaan arahan pengembangan kawasan budidaya laut pada lahan sepanjang pantai Kabupaten Lampung Timur, diharapkan dapat membuat kegiatan pembudidayaan komoditas rumput laut dan kerang hijau berjalan secara berkelanjutan. Hal ini selain lokasi memiliki kesesuain lahan yang sesuai juga jarak yang mudah ditempuh dari pinggir pantai.

Gambar Peta arahan pengembangan kawasan budidaya laut untuk komoditas rumput laut dan kerang hijau di Kabupaten Lampung Timur

Lahan perairan laut yang berada di sekitar pulau kecil tidak diarahkan untuk menjadi kawasan pengembangan budidaya laut karena sesuai dengan RTRW Kabupaten Lampung Timur, bahwa pulau-pulau kecil Kabupaten Lampung Timur diperuntukan bagi kawasan konservasi penyu sisik. Sehingga jika dikembangkan untuk budidaya laut dikhawatirkan akan mengganggu proses konservasi penyu sisik.

Sumber :

- Peta Kesesuaian lahan untuk budidaya laut hasilanalisis, 2013

27.000 216.000 TNWK Kec. Lab. Maringgai Kec. Pasir Sakti

Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Air Payau

Pemetaan arahan Pengembangan budidaya air payau dilakukan pada lahan budidaya dengan menerapkan kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai sebagai faktor pembatas. Kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai dalam RTRW Kabupaten Lampung Timur ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan jarak ±300 m dari pinggir pantai dan ±50 m dari pinggir sungai. Sehingga dalam pemetaan arahan pengembangan kawasan budidaya air payau, lahan yang berada pada jarak tersebut ditetapkan sebagai kawasan lindung.

Tabel . Penggunaan lahan per kelas kesesuaian lahan untuk budidaya air payau di Kabupaten Lampung Timur

Penggunaan Lahan/ Kecamatan Luas Lahan (ha) Jumlah

S1 S2 S3 N

KEC. LABUHAN MARINGGAI 1 734 6 390 3 357 2 946 14 426

Belukar Rawa 116 116

Mangrove 82 82

Pemukiman 921 2 140 200 3 261

Perkebunan 744 209 952

Pertanian Lahan Kering 1 252 357 62 1 671

Pertanian Lahan Kering Campur 1 632 400 2 683 4 716

Semak/Belukar 118 80 198

Tambak 1 616 1 761 54 3 430

-Sempadan pantai 699 54

KEC. PASIR SAKTI 2 099 6 137 3 932 517 12 685

Belukar Rawa 102 102

Mangrove 42 42

Pemukiman 192 2 006 282 2 481

Pertanian Lahan Kering 43 216 259

-Sempadan Pantai 53

Pertanian Lahan Kering Campur 463 565 1 027

Savana 68 1 663 721 132 2 584 Sawah 228 228 Semak/Belukar 156 788 330 1 274 -Sempadan Sungai 152 Tambak 1 832 2 814 41 4 687 -Sempadan Pantai 532 -Sempadan Sungai 97 Jumlah 3833 12527 7289 3 462 27 111

Selain itu mengubah kelas kesesuain lahan dengan kriteria kelas S1, S2, dan S3 namun saat ini digunakan sebagai kawasan konservasi manrove dan kawasan pemukiman menjadi kelas kesesuaian berkriteria tidak sesuai (N). Alasan kawasan pemukiman ditetapkan sebagai kelas N adalah karena kawasan pemukiman tidak mungkin dialih fungsikan menjadi tambak. Ini bertujuan agar pemetaan arahan pengembangan kawasan budidaya air payau tidak bertentangan

dengan RTRW yang telah ditetapkan dan tidak menimbulkan konflik dikemudian hari. Penggunaan lahan perkelas kesesuaian lahan sebelum penerapan faktor pembatas disajikan pada Tabel 27.

Tabel 29 memperlihatkan bahwa lahan dengan kelas kesesuaian S2 dan S3 banyak yang harus diubah menjadi kelas N diantaranya yaitu lahan dengan penggunaan lahan mangrove (124 ha) dan permukiman (5 259 ha) serta lahan

Dokumen terkait