• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Perda Nomor 13 Tahun 2010 Terhadap Praktik Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka 1 Pengertian Pajak

2. Kesesuaian Perda Nomor 13 Tahun 2010 Terhadap Praktik Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Karanganyar

a. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir Menurut Peraturan

Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir, pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran. Masa pajak untuk pajak parkir adalah 1 (satu) bulan kalender atau paling lama 3 (tiga) bulan kalender yang menjadi dasar Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang. Pelaksanaan pemungutan pajak parkir di Kabupaten Karanganyar berdasarkan Peraturan Daerah adalah sebagai berikut:

1) Wajib pajak datang ke Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar untuk mendaftar dan melaporkan objek pajaknya. Wajib pajak mengisi formulir pendaftaran sesuai objek pajak yang dimiliki dengan

commit to user

`jelas, benar, dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya. Petugas meneliti/memverifikasi dan mencatat ke dalam kartu data serta menerbitkan SPTPD yang kemudian disampaikan kepada Bupati.

2) Berdasarkan SPTPD tersebut, kemudian menetapkan besarnya pajak yang terutang dengan menerbitkan SKPD. Setelah wajib pajak menerima SKPD, kemudian wajib pajak membayarkan pajak berdasarkan SKPD pada waktu yang telah ditentukan dan memperoleh SSPD sebagai bukti pembayaran.

3) Apabila dalam SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis maupun salah hitung dan pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar setelah jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, Bupati menerbitkan STPD dan wajib pajak akan dikenakan sanksi berupa denda administratif sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.

4) Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang. 5) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi

dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus

commit to user

dibayar ditagih dengan Surat Paksa. Surat Paksa diterbitkan setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis.

6) Setelah Surat Paksa diterbitkan dan wajib pajak tidak melunasi pajak yang terutang dalam jangka waktu 2 x 24 jam, maka Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

7) Apabila setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah jangka waktu 10 (sepuluh hari) sejak tanggal pelaksaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.

8) Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam, dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita segera memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak.

b. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir di Lapangan

Pelaksaan pemungutan pajak parkir di Kabupaten Karanganyar menurut praktek atau lapangan yaitu:

1) Petugas dari Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mendatangi Wajib Pajak untuk mendata dan mendaftar objek pajak yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar. Kegiatan pendataan dan pendaftaran dilakukan dengan pengisian formulir berupa SPTPD oleh Wajib Pajak

commit to user

dengan jelas, lengkap, dan benar serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya.

2) Petugas kemudian kembali ke Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah untuk memproses dan merinci data Wajib Pajak.

3) SPTPD disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak. Semua data yang diperoleh dari SPTPD dicatat dalam berkas dan digunakan untuk memperhitungkan dan menetapkan besarnya pajak yang terutang dengan menerbitkan SKPD. Besarnya pajak parkir terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaannya.

4) Dalam pembayaran pajak, Wajib Pajak tidak tepat waktu dalam membayar pajak yang terutang sehingga petugas dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang harus mendatangi dan menagih ke tempat Wajib Pajak yang bersangkutan. Setelah pembayaran dilakukan kemudian Wajib Pajak memperoleh SSPD sebagai bukti pembayaran.

5) Sanksi pembayaran dalam pelaksanaan di lapangan tidak pernah dikenakan walaupun STPD tetap diterbitkan. Petugas melakukan pendekatan kepada wajib pajak dengan memberikan tenggang waktu atau kelonggaran dalam pelunasan pajak yang terutang. Dengan cara ini diharapkan wajib pajak leluasa dalam melunasi

commit to user

hutang pajaknya. Apabila sanksi administratif tetap dilakukan dikhawatirkan wajib pajak tidak mau membayar pajaknya, sehingga penerimaan pendapatan dari pajak parkir akan berkurang dan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). c. Dokumen atau formulir yang digunakan dalam pelaksanaan

pemungutan pajak parkir:

1) Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan daerah.

2) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.

3) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau yang telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

4) Surat Tagihan Pajak (STPD) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

commit to user

5) Surat Perintah adalah surat yang diberikan kepada wajib pajak dari Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar

6) Surat Teguran adalah surat yang diberikan kepada wajib pajak atas keterlambatan pembayaran pajak.

7) Surat Paksa adalah surat perintah membayar hutang dan biaya penagihan pajak.

8) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah surat terakhir yang diberikan wajib pajak yang berisi tentang perintah penyitaan akibat mengabaikan surat teguran dan surat paksa. d. Perbandingan Antara Pemungutan Pajak Parkir Menurut Perda

dengan Praktik Lapangan

Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, dapat diketahui hasil evaluasi yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Peraturan Daerah dalam kegiatan pendataan dan pendaftaran, wajib pajak datang ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah untuk mengisi formulir pendaftaran, namun dalam pelaksanaannya petugas dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang harus mendatangi para wajib pajak.

2. Dalam Peraturan Daerah sistem pemungutan pajak yang digunakan adalah Self Assesment System yaitu wajib pajak yang

commit to user

dituntut lebih aktif, namun dalam pelaksanaannya sistem yang digunakan adalah Official Assesment System.

3. Dalam pembayaran pajak, wajib pajak tidak datang sendiri ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, melainkan petugas dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang mendatangi para wajib pajak untuk menagih pajak yang terutang.

4. Dalam pelaksanaan pemungutan di lapangan, sanksi administrasi tidak benar-benar dikenakan. Petugas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah lebih memilih dengan cara melakukan pendekatan kepada wajib pajak dengan memberikan tenggang waktu pelunasan pajak yang terutang. Dari hasil evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Karanganyar pelaksanaan pemungutan pajak parkir di lapangan belum sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku. Hal ini dikarenakan adanya ketentuan dalam Peraturan Daerah yang tidak dilakukan di lapangan.

3. Dampak Perubahan Perda Nomor 19 Tahun 2001 dengan Perda