• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KERJASAMA

5.2. Kesesuaian Sosial

Pada sisi lain, terhadap penawaran sejumlah rencana pembangunan jalan tol yang akan dilaksanakan, dibutuhkan dukungan dan peranserta semua pihak dalam realisasinya. Sejumlah dukungan sosial yang ada dilokasi studi yaitu :

Adanya peningkatan nilai lahan. Dengan adanya rencana pembangunan jalan tol, lahan pertanian masyarakat yang dulunya memmiliki nilai ekonomis rendah, nantinya akan semakin meningkat dengan adanya rencana jalan tol.

Masih lestarinya kegiatan ekonomi masyarakat seperti petani. Pola pembangunan jalan tol yang tidak memperbolehkan adanya bangunan atau kegiatan lain disekitar jalan tol, mengakibatkan minimnya lahan warga yang teralih fungsinya.

Dengan tetap mengedepankan aspek budaya masyarakat, pembangunan jalan layang nantinya akan tetap dibangun pada persimpangan dengan jalan eksisting. Hal ini akan tetap menjaga kesucian jalur prosesi budaya eksisting.

Dukungan masyarakat yang sangat tinggi terhadap rencana pembangunan jalan yang akan dilaksanakan dengan berbagai alasan.

BAB VI

KESIMPULAN

Pertumbuhan jumlah kendaraan meningkat rata – rata 7,59% dari tahun 2004 hingga tahun 2008 (Bali Dalam Angka 2008) sedangkan jumlah peningkatan jalan nasional dan propinsi relatif rendah dengan pertumbuhan rata – rata 2,57% antara tahun 2004 hingga 2008 (Bali Dalam Angka 2008). Dari perbandingan data pertumbuhan jumlah kendaraan dan pertumbuhan pembangunan jalan dapat tergambarkan bahwa masih dibutuhkan infrastruktur jalan dalam skala besar di Bali. Adanya pertumbuhan kegiatan ekonomi pada wilayah Bali Selatan mengakibatkan dibutuhkannya infrastruktur yang memadai guna menjamin kelancaran arus barang dan jasa dalam skala lokal Bali atau regional Jawa – Bali – Lombok. Infrastruktur jalan yang dibutuhkan adalah infrastruktur jalan yang menghubungkan pusat – pusat kegiatan yang berada pada sejumlah daerah di Bali selatan dan jalur penghubung pergerakan regional Jawa – Bali – Lombok. Prioritas jalan yang akan dikembangkan adalah Jalan Tol Kuta – Tanah Lot – Soka, Jalan Tol Canggu – Beringkit – Batuan – Purnama dan Jalan Tol Beringkit Singaraja.

Dalam mempercepat realisasi pembangunan Jalan Tol Kuta – Tanah Lot – Soka, Jalan Tol Canggu – Beringkit – Batuan – Purnama dan Jalan Tol Beringkit Singaraja, pemerntah daerah dapat menyediakan fasilitas berupa kajian – kajian awal serta regulasi / kebijakan terkait pengelolaan jalan tol yang akan dilaksanakan. Kebijakan teknis yang dapat diambil oleh pemerintah adalah penetapan mekanisme kerjasama dan mekanisme penentuan tariff tol untuk sepeda motor.

Berdasarkan hasil analisa, kebutuhan dana untuk pembangunan Jalan Tol Kuta – Tanah Lot – Soka adalah sebesar Rp. 2.413.418.733.680. Dengan pola kerjasama lahan oleh pemerintah dan konstruksi oleh swasta diperkirakan modal akan kembali pada 7 tahun sedangkan pola seluruh pembebasan lahan dan konstruksi oleh investor dan jalan tol dioperasikan untuk kendaraan bermotor

tidak termasuk sepeda motor, modal akan kembali pada waktu 12 tahun. Pembangunan Jalan Tol Canggu – Beringkit – Batuan – Purnama membutuhkan dana sebesar Rp. 995.687.000.000. Terdapat dua skenario pembiayaan yaitu konstruksi dan pengadaan tanah dibebankan kepada investor dengan tingkat pengembalian modal selama 18 tahun dan skenario pemerintah menyediakan lahan untuk investor dan investor melaksanakan pembangunan konstruksi tingkat pengembalian modal selama 16 tahun. Rencana Jalan Tol Beringkit Singaraja membutuhkan dana Rp. 1.176.479.843.945 dengan tingkat pengembalian modal dalam kondisi analisis ekonomi dengan suku bunga 18%, pengembalian modal diperkirakan pada tahun ke – 8. Sedangkan tingkat pengembalian modal dalam kondisi analisis ekonomi dengan suku bunga 18%, peningkatan biaya sebesar 15% dan manfaat menurun 15%, pengembalian modal diperkirakan pada tahun ke-20.

Berdasarkan analisa Rencana Jalan Beringkit – Batuan – Purnama, proyeksi lalu lintas pada ruas Bts. Denpasar – Mengwitani tanpa adanya jalan tol hingga tahun proyeksi 2019, volume lalu lintas pada saat jam puncak telah melebihi kapasitas jalan. Berdasarkan hasil analisa, ketika jalan tol di buka terjadi penurunan lalu lintas sebesar 26% akibat beralihnya sebagian lalu lintas pada jalan tol LHR menjadi 58.977 pada tahun 2019 (tanpa jalan tol LHR tahun 2019 berjumlah 79.698). Berdasarkan hasil analisa tingkat pertumbuhan LHR tertinggi adalah pada ruas Blahbatuh – Semabaung dengan pertumbuhan 122,32% pertahun. Dengan kondisi seperti sekarang ini diperkirakan sebelum tahun 2019, kendaraan yang lewat jalan eksisting akan melebihi kapasitas jalan. Pada rencana jalan Tol Kuta – Tanah Lot – Soka, berdasarkan hasil studi terhadap kelayakan ruas Jalan kerobokan – Canggu pada kondisi eksisting hingga tahun proyeksi, diperoleh gambaran bahwa hingga tahun 2011 volume lalu lintas mendekati volume hingga mencapai kapasitas jalan. Selanjutnya tahun 2011 hingga 2019 volume jalan sudah melebihi kapasitas jalan. Pada saat jalan tol dibuka, volume lalu lintas menurun sebesar 12% akibat beralihnya sebagian lalu lintas pada jaringan jalan tol. Melihat rancangan trace rencana Jalan Tol Kuta – Tanah Lot – Soka, dibandingkan dengan kondisi eksisting, setidaknya terdapat 5 ruas jalan

utama yang akan dialihkan arus kendaraan yang melewatinya. Gambaran rencana Jalan Beringkit – Singaraja dapat digambarkan bahwa rencana pembangunan jalan yang akan dilakukan, ruas Jalan Beringkit – Singaraja setidaknya dibagi menjadi beberapa ruas yaitu ; ruas Sukasada – Candikuning, ruas Candikuning – Sembung, ruas Sembung – Beringkit. Volume jam puncak pada ruas Sukasada – Candikuning adalah 547 smp/jam, ruas Candikuning – Sembung adalah 1.220 smp/jam dan ruas Sembung – Beringkit adalah 1.561 smp/jam. Berdasarkan hasil analisa, pertumbuhan volume kendaraan tertinggi adalah pada ruas jalan Sembung – Beringkit dengan tingkat pertumbuhan 15,66% dengan LHR pada tahun 2018 sejumlah 83,475. Kondisi ini sangat berlawanan dengan kondisi LHR pada ruas Sukasada – Candikuning dengan LHR pada tahun 2018 adalah 26.352.

Secara umum rencana pembangunan jalan tol Kuta – Tanah Lot – Soka, jalan tol Beringkit – Batuan – Purnama dan jalan tol Beringkit – Singaraja, telah mendapat persetujuan dari masyarakat. Masyarakat sekitar lokasi merasa ikut diuntungkan dengan adanya rencana jalan ini. Pada rencana pembangunan jalan tol Beringkit – Batuan – Purnama, persepsi masyarakat terkait perubahan tata ruang lebih cenderung bersifat defensive dimana sebagian besar (78,57%) setuju jika ada jalan tol tetapi tidak setuju (35,71%) jika pembangunan jalan tol harus mengorbankan bangunan yang masyarakat miliki. Terhadap rencana pembangunan jalan tol Kuta – Tanah Lot – Soka, dengan direalisasikannya rencana jalan terebut tidak akan memberikan perubahan terhadap mata pencaharian penduduk akibat minimnya alih fungsi lahan yang terjadi. Sebanyak 86,66% responden menyatakan setuju bila rencana jalan tol memasuki desa mereka, dan sebanyak 60% menyatakan bahwa setuju jika rencana jalan memasuki sebagian lahan /bangunan yang dimiliki. Terhadap rencana pembangunan jalan tol Beringkit – Singaraja, masyarakat berasumsi bahwa rencana pembangunan jalan ini dapat memecahkan system jaringan Jalan Singaraja – Denpasar yang ada sekarang ini. Dari aspek sosial ekonomi, masyarakat merasa diuntungkan karena mereka mengharap akan memperoleh ganti rugi yang layak terhadap penggunaaan lahan mereka sebagai jalan. Sebagian besar (89,47%) masyarakat setuju dengan adanya rencana pembangunan jalan dan

perbaikan jalan sedangkan jika pembangunan jalan mengenai rumah warga sebanyak 78,94% responden menyatakan setuju. Berdasarkan gambaran aspirasi masyarakat disekitar lokasi jalan tol, sebagian besar menyambut baik dan hal ini merupakan faktor pendukung utama bagi realisasi pembangunan jalan yang akan dilakukan.

Dokumen terkait