• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6. KESIMPULA DA SARA

6.2 Saran

a. Keluhan keterbatasan sumber daya manusia sebaiknya segera diatasi dengan jalan perekrutan sumber daya manusia dengan jumlah yang sesuai dengan beban kerja. Diharapkan dengan perekrutan sumber daya manusia dengan jumlah yang tepat dan kompeten di bidangnya, pekerjaan yang ada dapat dikerjakan dengan optimal, menyeluruh, dan tepat waktu.

b. Perlunya lebih mengoptimalkan sarana website resmi Kementerian Kesehatan RI untuk sosialisasi mengenai program-program, hasil kerja yang telah dicapai, dan segala hal yang berkaitan dengan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk mengakses mengenai segala informasi terkait Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.

39

Universitas Indonesia DAFTAR ACUA

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2011). Rencana Aksi Program Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2011-2014. Jakarta.

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2012). Laporan Tahunan 2011 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011a). ilai-nilai Kementerian Kesehatan.Pejabat Pengelola Informasi & Dokumentasi.10 Januari 2013.http://www.ppid.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view =article&id=51&Itemid=60

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011b). Profil Direktorat Jenderal Bina farmasi dan Alat Kesehatan Tahun 2010. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Visi dan Misi. 10 januari 2013. http://depkes.go.id/index.php/profil/visimisi.html.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2001). Keputusan Menteri Kesehatan RI omor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia omor: 1379.A/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pengelolaan dan Penggunaan Obat, Alat Kesehatan, dan Makanan Khusus. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia omor: 1144/ME KES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia omor 1799/ME KES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010c). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia omor 1175/ME KES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia omor 1148/ME KES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia omor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta.

Presiden RI. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia omor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden RI. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia omor 13 Tahun 2009 tentang Jenis Dan Tarif atas Jenis Penerimaan egara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kesehatan. Jakarta.

4

1

4

2

4

3

U IVERSITAS I DO ESIA

BAHA KIMIA OBAT (BKO) DALAM JAMU

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI KEME TERIA KESEHATA REPUBLIK I DO ESIA

APRILYA TRI SUSA TI, S.Farm

1206312851

A GKATA LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JU I 2013

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR LAMPIRAN ... iv BAB 1. PE DAHULUA ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB 2. TI JAUA PUSTAKA ... 3 2.1 Jamu ... 3 2.2 Obat Kimia ... 4 BAB 3. METODOLOGI PE GKAJIA ... 5 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ... 5 3.2 Metode Pengkajian ... 5 BAB 4. PEMBAHASA ... 6 BAB 5. PE UTUP ... 9 5.1 Kesimpulan ... 9 5.2 Saran ... 9 DAFTAR ACUA ... 10

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRA

Lampiran 1. Public Warning No. HM.03.05.1.43.09.12.6081 Tanggal 19 September 2012 Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat ... 12 Lampiran 2. Booklet BKO dalam Jamu ... 15

1 Universitas Indonesia BAB 1

PE DAHULUA

1.1 Latar Belakang

Jamu merupakan obat bahan alam Indonesia yang telah digunakan secara turun-menurun. Faktor yang mendorong masyarakat untuk mendayagunakan obat bahan alam antara lain mahalnya harga obat kimia dan banyaknya efek samping (Pramono, 2002). Karena minat masyarakat kepada jamu sangat besar, produsen jamu pun berlomba-lomba menawarkan berbagai produk jamu.

Omzet penjualan jamu tradisional secara nasional terus mengalami kenaikan. Omzet penjualan produk jamu pada semester I tahun 2012 mampu menembus angka Rp 7 triliun dan diperkirakan akan menembus target yang ditetapkan awal tahun 2012, yaitu sebesar Rp 13 triliun (Siregar, 2012). Target 2012 ini lebih tinggi dibandingkan pencapaian penjualan jamu pada tahun 2011 lalu yang menembus angka Rp 11,5 triliun (Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, 2012).

Ekspektasi masyarakat pada penyembuhan dengan obat tradisional saat ini semakin tinggi. Bagi masyarakat, obat tradisional yang bagus adalah yang memberikan reaksi cepat terhadap penyakit yang diderita dan juga minim efek samping (Ikatan Apoteker Indonesia, 2012). Oleh karena itu, keberadaan dan pemanfaatan jamu harus diawasi agar tidak merugikan konsumen (pemakai).

Dalam buku saku Report to the ation yang berisi Laporan Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan RI Semester I Tahun 2012 disebutkan bahwa BPOM telah melakukan pengujian terhadap 2.950 sampel obat tradisional (lokal dan impor). Hasil menunjukkan 806 (27,32%) sampel tidak memenuhi syarat (TMS) mutu dan keamanan karena mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) dan tidak memenuhi persyaratan farmasetik (BPOM RI, 2012a). Tingginya temuan jamu yang mengandung BKO membuat penulis tertarik untuk memberikan informasi kepada masyarakat melalui booklet yang berisi tentang jamu yang mengandung BKO tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai identifikasi dan bahaya BKO dalam jamu sehingga masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam menggunakan produk jamu.

3 Universitas Indonesia BAB 2

TI JAUA PUSTAKA

2.1 Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia (Badan POM RI, 2005). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat tradisional dilarang mengandung:

a. etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan pengenceran;

b. bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat; c. narkotika atau psikotropika; dan/atau

d. bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan.

Obat tradisional dilarang dibuat dan/atau diedarkan dalam bentuk sediaan intravaginal, tetes mata, parentera, dan supositoria, kecuali digunakan untuk wasir (Menteri Kesehatan RI, 2012).

Berdasarkan keputusan Kepala BPOM RI Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, jamu harus memenuhi kriteria :

a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan; b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris; c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Jenis klaim penggunaan jamu sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata – kata : “ Secara tradisional digunakan untuk …”, atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.

Pendaftaran baru jamu harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”. Logo berupa ranting daun terletak lingkaran dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/pembungkus/brosur. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak

dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo. Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah di baca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”.

JAMU JAMU

Gambar 2.1. Logo jamu

2.2 Obat Kimia

Obat adalah agen kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit. Lebih luas lagi, obat didefinisikan sebagai agen kimia atau produk biologi yang mempengaruhi proses kehidupan (Chi-Jen Lee, et al., 2006). Respon dari suatu obat bergantung pada jumlah obat yang diberikan. Prinsip ini dikenal dengan hubungan antara dosis-respon. Dosis adalah jumlah obat yang diberikan untuk menghasilkan efek yang spesifik. Efek ini disebut sebagai respon.

Dosis yang diberikan dapat memberikan efek terapetik hingga efek toksik. Efek terapetik adalah efek obat yang diharapkan untuk mengurangi gejala atau penyakit. Sedangkan, efek toksik adalah efek yang tidak diharapkan yang menyiratkan keracunan obat dan dapat sangat berbahaya atau mengancam nyawa. Setiap obat dapat menimbulkan efek samping. Efek samping adalah efek obat selain efek terapi yang biasanya tidak diinginkan, tetapi tidak berbahaya. Dalam banyak kasus, efek samping obat harus ditoleransi dalam rangka memperoleh manfaat dari tindakan terapi obat (Hitner dan Nagle, 1999).

5 Universitas Indonesia BAB 3

METODOLOGI PE GKAJIA

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian

Pengkajian bahan kimia obat dalam jamu dilakukan pada tanggal 8 Januari – 18 Januari 2013 yang bertempat di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

3.2 Metode Pengkajian

Metode yang digunakan dalam pengkajian bahan kimia obat (BKO) dalam jamu adalah penelusuran literatur (studi pustaka). Pustaka yang digunakan penulis bersumber dari Situs Organisasi Kementerian Kesehatan RI, Organisasi BPOM RI, Undang-undang dan peraturan-peraturan yang berkaitan dan berbagai literatur dari internet.

6

BAB 4 PEMBAHASA

Masyarakat perlu menyadari bahwa penggunaan obat bahan alam dan jamu secara umum tidak dapat memberikan efek penyembuhan seketika atau ”cespleng”, tetapi memerlukan selang waktu tertentu untuk dapat menunjukkan efek yang diinginkan. Kenyataan ini sering tidak dimengerti oleh masyarakat dan kemudian dimanfaatkan oleh industri yang tidak bertanggungjawab dengan cara mencampurkan Bahan Kimia Obat (BKO) ke dalam obat bahan alam dan jamu untuk mendapatkan efek yang “cespleng” (BPOM RI, 2006).

Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, Apt., masyarakat sering tertipu dengan dengan kemanjuran jamu karena kurang memahami cara kerja jamu. Cara kerja jamu adalah merangsang dan memberdayakan sistem pertahanan tubuh. Hal ini membuat terapi dengan jamu membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan obat kimia. Berbeda dengan jamu, cara kerja obat kimia adalah menekan gejala dan langsung membunuh sumber penyakit (bakteri, virus, jamur, dan lain-lain). Reaksi jamu dalam meredam gejala mungkin tidak sekuat obat kimia, butuh waktu lebih lama dan harus dikonsumsi dengan dosis tertentu (CBN Portal, 2008).

Penambahan BKO dalam jamu jelas-jelas dilarang oleh pemerintah. Hal ini tertuang jelas dalam Permenkes No.006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional pasal 37 dan Permenkes No.007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 7 yang menyatakan bahwa obat tradisional dilarang mengandung bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat (Menteri Kesehatan RI, 2012). Bagi pelaku usaha yang terbukti mencampurkan BKO dalam jamu, Kepala Badan POM dapat memberikan sanksi administratif berupa pembatalan izin edar, perintah penarikan dari peredaran dan/atau pemusnahan.

Obat-obatan kimia memiliki efek samping jika dikonsumsi jangka pendek atau jangka panjang. Efek samping obat kimia bisa ringan, sedang, ataupun berat. Oleh karena itu, penggunaan obat-obatan kimia harus selalu di bawah pengawasan dokter. Jika bahan obat kimia ini kemudian ditambahkan ke dalam obat tradisional, yang dalam penggunaannya biasanya tidak dalam pengawasan dokter,

7

Universitas Indonesia maka otomatis penumpukan bahan kimia dan akumulasi efek samping akan terjadi. Ini sangat membahayakan. (Ikatan Apoteker Indonesia, 2012).

Hal ini sangat berbahaya, karena obat bahan alam dan jamu seringkali digunakan dalam jangka waktu lama dan dengan dosis yang tidak dapat dipastikan. Walaupun efek penyembuhannya segera terasa, tetapi akibat penggunaan BKO yang tidak terkontrol dengan dosis yang tidak dapat dipastikan, dapat menimbulkan efek samping yang serius, mulai dari mual, diare, pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri dada sampai pada kerusakan organ tubuh yang parah seperti kerusakan hati, gagal ginjal, jantung, bahkan sampai menyebabkan kematian.

Pemerintah tentunya wajib melindungi masyarakat dari peredaran produk yang tidak memenuhi syarat. Kementerian Kesehatan berperan dalam memberikan bimbingan teknis kepada pembuat obat tradisional. Sementara Badan POM senantiasa melakukan pengawasan obat tradisional secara komprehensif, termasuk terhadap kemungkinan dicampurnya dengan BKO. Badan POM telah menerbitkan Public Warning/Peringatan No. HM.03.05.1.43.09.12.6081 pada 19 september 2012 tentang daftar obat tradisional yang mengandung BKO baik impor maupun buatan dalam negeri (BPOM RI, 2012b). Daftar obat tradisional tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sebagian besar hasil temuan pengawasan tersebut merupakan produk ilegal atau tidak terdaftar di Badan POM RI, tetapi mencantumkan nomor pendaftaran fiktif pada labelnya. Analisis Risiko terhadap temuan hasil pengawasan BKO dalam obat tradisional oleh Badan POM RI dalam kurun waktu 10 tahun menunjukkan kecenderungan sebagai berikut: Pada awalnya (2001-2007) temuan OT-BKO menunjukkan trend ke arah obat rematik dan penghilang rasa sakit misalnya mengandung Fenilbutason dan Metampiron . Sejak tahun 2007 temuan OT-BKO menunjukkan perubahan trend ke arah obat pelangsing dan stamina, antara lain mengandung Sibutramin, Sildenafil, dan Tadalafil (Badan POM RI, 2010). Oleh karena itu, masyarakat diserukan agar berhati-hati dan waspada serta tidak mengkonsumsi jamu mengandung BKO karena dapat menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan bahkan dapat berakibat fatal.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa tidak semua jamu aman dikonsumsi. Walaupun secara umum obat bahan alam relatif lebih aman dibandingkan dengan obat bahan kimia, tetapi masyarakat perlu mengetahui cara memilih dan menggunakan produk obat bahan alam dengan baik dan benar. Beberapa tips berikut ini dapat sebagai pedoman dalam memilih dan menggunakan jamu dengan baik dan benar, antara lain:

1. Konsultasikan masalah kesehatan anda kepada dokter atau ahli medis sebelum mengonsumsi suatu jamu, terutama untuk mereka yang mengalami gangguan kesehatan atau penyakit serius.

2. Ingatlah bahwa jamu secara umum tidak dapat memberikan efek penyembuhan seketika.

3. Jangan menggunakan jamu yang dipromosikan dapat mengobati segala jenis penyakit, karena produk demikian tidak memiliki izin edar.

4. Memiliki izin edar terdaftar yang ditandai dengan tulisan POM TR atau TI diikuti dengan 9 digit angka, tercantum tanggal kadaluarsa, dan kode produksi.

5. Membeli jamu di tempat-tempat yang resmi, seperti apotek, toko obat atau agen-agen resmi yang ditunjuk, nama dan alamat produsen jelas.

6. Bacalah semua petunjuk penggunaan dan semua keterangan yang ada sebelum mengonsumsi suatu jamu.

7. Periksa jamu dengan teliti. Kemasan produk apakah tidak rusak; bau, warna dan rasa isinya apakah normal, tidak berjamur. Jika berbentuk serbuk apakah tidak basah dan menggumpal.

8. Apabila anda sedang menggunakan suatu obat bahan kimia dari dokter, berikan selang waktu 2 sampai 3 jam sebelum mengonsumsi jamu.

9. Segera hentikan penggunaan suatu jamu apabila terjadi efek yang tidak diinginkan dan hubungi dokter atau ahli medis.

9 Universitas Indonesia BAB 5

PE UTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas, yaitu jamu yang memiliki efek terapi seketika atau “cespleng” kemungkinan mengandung BKO. Bahaya BKO dalam jamu menimbulkan efek samping ringan hingga berat, bahkan kematian.

5.2 Saran

Dalam upaya untuk melindungi masyarakat dari produk yang tidak layak dikonsumsi, saran yang dapat penulis berikan diantaranya:

a. Pemerintah secara berkesinambungan melakukan pembinaan kepada pelaku usaha di bidang jamu mengenai pembuatan jamu yang bersih dan aman bagi masyarakat dan bahaya BKO dalam jamu.

b. Pemerintah memberikan pencerdasan kepada masyarakat mengenai isu-isu seputar jamu melalui media cetak, media elektronik, dan media sosial agar informasi lebih cepat sampai dan dipahami oleh masyarakat.

10

DAFTAR ACUA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia omor: Hk.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan Dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2010). Public Warning/ Peringatan Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat

omor : HM.03.03.1.43.08.10.8013. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012a). Report To The ation : Laporan Kinerja Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI Sampai Dengan Triwulan II (Semester I) Tahun 2012. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012b). Public Warning/ Peringatan Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat omor : o. HM.03.05.1.43.09.12.6081. Jakarta.

CBN Portal. (2008,September 16). Jangan Keliru Memilih Jamu!.

http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Health+News&y =cybermed|0|0|5|4752.

Chi-Jen Lee, et al. (2006). Clinical Trials Of Drugs And Biopharmaceuticals. USA: CRC Press.

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. (2012, September 05). Pangsa Pasar Jamu Tradisional Kian Lebar.

http://ditjenpdn.kemendag.go.id/index.php/public/information/articles-print/berita/90.

Hitner, H dan Nagle, B. (1999). Basic Pharmacology fourth edition. USA: Glencoe McGraw-Hill.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2012, September 26). Waspada Obat Tradisional Mengandung Obat Kimia.

http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy -news/public-warning/1940-waspada-obat-tradisional-mengandung-obat-kimia.html. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia omor 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia omor 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional. Jakarta.

11

Pramono, S. (2002). Kontribusi Bahan Obat Alam dalam Mengatasi Krisis Bahan Obat di Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia, Vol. 1 No. 1, hal 18-20. Siregar, Dimas. (2012, Juli 09) .Semester I, Penjualan Jamu Tembus Rp 7 Triliun,

http://www.tempo.co/read/news/2012/07/09/090415765/Semester-I-Penjualan-Jamu-Tembus-Rp-7-Triliun.

12

Lampiran 1. Public Warning No. HM.03.05.1.43.09.12.6081 Tanggal 19 September 2012 Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat

No Nama /No. Izin Edar

Nama dan Alamat Produsen/Importir yang Tercantum pada Label Bahan Kimia Obat (BKO) Tahun Temuan dan Penarikan Keterangan

1 ABC Acai Berry kapsul lunak

M.G.L (HK) Sibutramin Hidroklorida

2011 Tidak terdaftar

2 Pegal Linu Prono Jiwo cairan obat dalam /

TR 053651401

UD Prono Jiwo, Banyuwangi

Fenilbutason 2011 Terdaftar, NIE dibatalkan 3 Labaik kapsul / 688 251 265 007 8 PT Trisno Cipta Usaha, Cirebon Parasetamol, Fenilbutason, dan Metampiron 2011 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 4 Remasyah serbuk /TR 993298381 PJ. Remasyah, Jateng Fenilbutason dan Piroksikam 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 5 Obat Kuat dan

Tahan Lama Sarang Madu / TR 082572693 PJ. Multi Sari Manjur, Jakarta Sildenafil Sitrat 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 6 Asam Urat Flu

Tulang Mahkota Mas kapsul / TR 003203021

Gold Dragon Herb, Semarang

Parasetamol 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 7 Raga Prima

Asam Urat Flu Tulang Pengapuran kapsul /TR 033429702 PJ. Bayu Saputra Jaya, Tangerang

Parasetamol 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif

8 Daun Bidara Jamu Asam Urat, Pegal Linu Plus Sakit Gigi /TR 025466629 PJ. Mutiara Sehat, Lampung Natrium diklofenak dan Parasetamol 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif

9 Neo Rematik / TR 003766246 PJ Dita Farmasi, Kudus Parasetamol dan Prednison 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 10 Teratai Putih kapsul / TR 043230731 PJ Teratai Putih, Jateng Parasetamol dan Natrium diklofenak 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 11 Penyehat Badan

Cap Kuda Laut / TR 013611111 CV. Kuda Laut Banyuwangi – Indonesia Siproheptadin Hidroklorida 2012 Terdaftar, NIE dibatalkan 12 Alfa Salam Batuk

Pilek /

TR 003203489

PJ. Doa Ibu Jakarta Parasetamol 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 13 Kupu – Kupu Malam serbuk / TR 001508741

PT. SM Jaya, Jateng Tadalafil 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 14 Rhemalin /

TR 003201674

PJ Tri Tanjung Piroksikam, Parasetamol dan Kafein 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 15 Jamu Pil Panatik

/ TR 971134621 PJ Putra Mahakam Kaltim - Indonesia Parasetamol dan fenilbutazon 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 16 Pil Ramuan Shin

She Merah Delima / 066754317 PJ Mustika Alam Banten - Indonesia Parasetamol, As. Mefenamat dan Na Diklofenak 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 17 New Anrat Jamu

Tradisional Jaya / TR 993 203 841

PJ. Jaya Asli, Cilacap

Methampiron 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 18 Jamu As – Syifa Tumpas Plus Habbatussauda / TR 053 345 734 PT. Izza Mandiri Sukses Jakarta Indonesia

Teofilin 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 19 Jamu Urat Laga

Obat Kuat Tahan Lama

14 20 Jamu As – Syifa Izza Cikungunya / TR 053 345 531 PT. Izza Mandiri Sukses Jakarta Indonesia Fenilbutazon dan Parasetamol 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 21 Jamu As – Syifa Izza Kecethit / TR 053 345 890 PT. Izza Mandiri Sukses Jakarta Indonesia Fenilbutazon dan Parasetamol 2012 Tidak terdaftar, mencantumkan No Izin Edar fiktif 22 Acai Berry kapsul lunak PT. Adonai Perkasa, Jakarta Sibutramin HCl 2012 Tidak terdaftar

23 Pegal Linu Asam Urat Akar Dewa / TR 043 634 311

PUD Citra Alam, Jatim

Piroksikam 2012 Terdaftar, NIE dibatalkan

24 Pegal Linu Cap Kuda Laut / TR 113 628 211

UD Citra Alam, Jatim

Piroksikam 2012 Terdaftar, NIE dibatalkan

25 Jamu Encok Asam Urat Akar Dewa Rasa Pahit dan Rasa Manis / TR 043 634 331

UD Citra Alam, Jatim

Piroksikam 2012 Terdaftar, NIE dibatalkan 26 Gemuk Sehat Nafsu Makan Akar Dewa /TR 063 659 371 UD Citra Alam, Jatim Siproheptadin Hidroklorida 2012 Terdaftar, NIE dibatalkan

27 Pegel Linu Asam Urat Akar Dewa serbuk /TR 033218101 UD Citra Alam, Jatim Piroksikam dan Asam Mefenamat 2012 Terdaftar, NIE dibatalkan 28 Men Li kapsul / TR 093 308 161 CV. Mega Maju Mekar, Jakarta

Tadalafil 2012 Terdaftar, NIE dibatalkan

29 Hwang Di Dong Chong

Xia Cao kapsul / TI 064320081 PT Multi Usaha Sentosa Sildenafil sitrat, Tadalafil, Vardenafil hidroklorida 2012 Terdaftar, NIE dibatalkan

Lampiran 2. Booklet BKO dalam Jamu

Gambar 1. Halaman depan dan halaman pertama booklet

16

Gambar 3. Halaman empat dan lima booklet

Gambar 5. Halaman delapan dan sembilan booklet

18

Dokumen terkait