• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 28. Suasana Wawancara dengan responden di Kab. Konawe. Konsel dan Kolaka

KESIMPULAN DAN ALTERNATIVE STRATEGI KEBIJAKAN

Berdasarkan permasalahan dalam upaya peningkatan produksi beras di Sultra maka alternatif strategi kebijakan yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai beikut:

1. Untuk mengatasi kebutuhan akan benih bermutu pengembangan penangkaran benih secara lokalita menjadi prioritas utama. Alternative yang bisa dilakukan adalah dengan menumbuhkembangkan penangkaran benih di tingkat petani berdasarkan pendekatan wilayah. Dalam tiap-tiap wilayah misal kecamatan, perlu ditumbuhkembangakan penangkaran benih. Berdasarkan data luas tanam dan jadwal tanam tiap-tiap wilayah dapat diprediksi berapa kebutuhan akan benih dan saat kapan benih tersebut

dibutuhkan. Dengan alternative ini, kebutuhan benih bermutu dapat dikembangkan sesuai dengan jumlah kebutuhan, varietas yang tepat (kebutuhan/permintaan petani), serta tepat waktu. Pengembangan penangkaran benih ini dapat dilakukan oleh:

1) Petani menjadi penangkar. Untuk hal ini kerjasama dengan pihak BPSB untuk pendampingan dan pengawasan harus dilakukan dan 2) Membangun kemitraan dengan pemerintah atau swasta, misal dengan pihak BPSB, Sang hyang Seri atau pun PT.

Pertani.

2. Untuk meningkatkan tingkat penerapan teknologi pemupukan khususnya bagi petani yang kekurangan modal pembiayaan, alternative yang bisa dilakukan adalah dengan:

a) Pemberdayaan kelembagaan kelompok tani,agar menjadi kuat aksebilitasnya sebagai lembaga penyedia modal usahatani

b) Memberdayakan kelembagaan koperasi sebagai unit permodalan usahatani c) Membangun kelompok permodalan swadaya.

d) Ketersediaan lembaga penyedia sarana produksi (kios, warung tani) dalam suatu wilayah perlu ditingkatkan, agar akses petani terhadap pupuk lebih mudah dan lancar.

3. Perlu peningkatan pemahaman dan pengetahuan petani agar tingkat penerapan teknologi pengendalian hama penyakit lebih baik. Selain itu untuk menekan tingkat kehilangan hasil panen-pasca panen pengadaan bantuan alsintan dari pemerintah menjadi prioritas utama.

4. Untuk mengatasi keterbatasan air irigasi, pengembangan infra struktur irigasi merupakan alternative penting. Hal ini bisa dilakukan dengan pembangunan waduk/jaringan irigasi baru, selain itu perbaikan jaringan irigasi yang rusak merupakan prioritas utama yang harus segera dilakukan.

VISITOR PLOT TUMPANGSARI TANAMAN PALAWIJA DAN SAYURAN (Ir. Hj. Sjamsiar, MP)

PENDAHULUAN

Potensi lahan kering di Sulawesi Tenggara untuk pengembangan tanaman pangan seluas 457.786 ha, sementara penggunaan lahan untuk Usahatani tanaman jagung seluas 82.810 ha dengan tingkat produktivitas per hektar masih rendah.Jagung (Zea Mays. L) merupkan salah satu tanaman palawija yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup penting untuk berbagai kebutuhan antara lain sebagai makanan pokok, pakan ternak dan pahan baku industria. Di sulawesi Tenggara usaha bercocok tanam dan pengembangan tanaman jagung telah banyak dikembangkan namun produktivitas yang dicapai masih sangat rendah yaitu baru mencapai 2,07 ton/ha (BPS Sultra 2009), sehingga hasil panen yang didapatkan oleh petani belum mencukupi untuk menunjang kebutuhan hidupnya.Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk dapat menambah penghasilan dari lahan yang dimilikinya yaitu dengan menanam atau mengusahakan lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama, dalam hal ini melakukan penanaman dengan sistem tumpang sari.

Dengan sistem tumpang sari petani dapat menghasilkan hasil panen yang lebih baik dibandingkan dengan menanam sacara monokultur. Sistem tumpang sari memberikan beberapa manfaat bagi petani yaitu : mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses pemebrsihan atau penyiangan dan meningkatkan hasil produksi atau hasil panen (Anonim 2002). Diantara jenis tanaman yang cocok untuk ditumpang sarikan dengan tanaman jagung adalah tanaman sayuran yang salah satu diantaranya adalah tanaman cabai dan Ocra (kopi gandu) Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibanding dengan jenis sayuran yang lain. Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Selain itu cabai juga mempunyai nilai jual yang tinggi dan stabil sehingga dapat diharapkan untuk dapat memberikan penghasilan tambahan bagi petani untuk dapat meningkatkan

89 pendapatan dan kesejahteraannya. Demikian pula halnya dengan Ocra (kopi gandu), merupakan salah satu jenis tanaman sayuran spesifik di sulawesi Tenggara yang disukai oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara, sehingga dalam pemasarannya tidak mengalami hambatan. Berbagai teknologi tumpangsari tanaman palawija dan jagung yang telah dihasilkan dan direkomendasikan kepada petani dan pengguna teknologi lainnya, baik yang dihasilkan lembaga penelitian maupun dari perguruan tinggi. Namun suatu teknologi akan dimanfaatkan oleh pengguna jika mampu menjawab akar permasalahan yang dihadapi dan memenuhi kebutuhan petani dalam melaksanakan usaha pertanian (Anonim, 2003).

Teknologi pertanian yang diperlukan petani hendaknya mampu mengantisipasi berbagai gejolak perubahan yang terjadi dan sesuai dengan keadaan teknis, sosial dan ekonomi petani. Hall ini berarti bahwa secara sosial teknologi dapat diterima dan secara ekonomi menguntungkan.Agar teknologi yang dihasilkan dapat diadopsi oleh petani secara utuh diperlukan media informasi teknologi pertanian. salah satu rmedia informasi tersebut adalah melalui kegiatan Visitor Plot. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara tahun 2012 melakukan kegiatan Visitor Plot teknologi tanaman palawija dan sayuran dalam hal ini tumapangsari tanaman jagung, cabai dan ocra (kopi gandu) di kebun Percobaan Onembute Kabupaten Konawe Selatan.

Kegiatan ini merupakan suatu peragaan hasil pengkajian dengan pemanfaatan kebun percobaan onembute untuk dijadikan sebagai contoh pengembangan tanaman palawija dan sayuran.

TUJUAN

Tujuan kegiatan ini adalah untuk melakukan kegiatan visitor plot tanaman palawija dan sayuran di KP. Onembute Kabupaten Konawe Selatan. Untuk membuat percontohan tanaman sayuran sebagai tanaman tumpang sari di antara tanaman palawija yang dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran bagi petani. Menyebarluaskan hasil-hasil pengkajian kepada petani dan pengguna teknologi tanaman palawija dan sayuran.

METODE PENELITIAN

Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2012. di Kebun Percobaan Onembute Kab. Konawe Selatan. Tahapan Kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan ini adalah: Pengolahan tanah, aplikasi pupuk kandang, penanaman, penyiangan dan pembumbunan, pemupukan, pengendalian hama/penyakit, penanganan panen dan pasca panen, temu lapang, pengumpulan data dan pelaporan.Bahan dan alat yang digunakan:

Benih jagung Varietas Sukmaraga, cabe Varietas Bintang selamat dan Varietas Wibawa, kopi gandu (Ocra), pupuk urea, ponska, pupuk kandang, pestisida, herbisida. Alat yang digunakan adalah: tali rafia, ember, plastik, parang, meteran, tali pacul, sekop dan alat-alat pertanian lainnya. Data yang diamati pada kegiatan ini adalah respon dan persepsi petani terhadap kegiatan yang dilaksanakan, data pertumbuhan umur 40 HST dan data produksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 29. Pertumbuhan Tanaman Palawija dan Sayuran di KP. Onembute Kab. Konawe Selatan

Produksi jagung Var. Sukmaraga, cabe Var. Wibawa, Var. Bintang Selamat dan kopi gandu (Ocra) dapat dilihat pada tabel 51.

Tabel 51. Produksi berbagai jenis tanaman Pada MT I, II, dan III

No. Jenis Tanaman Produksi

I II III

1. Jagung (t/ha) 7,67 7,64 7,71

2. Cabe var. Wibawa (t/ha.) 5,59 5,48 5,64

3. Cabe var.Bintang Selamat(t/ha) 5,85 5,82 5,89

4. Okra (kopi gandu (buah/tan) 12 11 14

Tabel 52. Respon Petani terhadap Komponen Tenologi yang Didemonstrasikan

No. Komponen Teknologi Respon Petani terhadap Komponen Teknologi (%) Menerima Ragu-ragu Menoloak 1.

Pada tabel 52 terlihat bahwa komponen teknologi yang paling banyak diterima adalah penggunaan benih bermutu, baik jagung, cabe maupun kopi gandu, hal tersebut disebabkan karena benih bermutu tersebut merupakan hal yang baru dikembangkan di lokasi tersebut dan dengan menggunakan benih bermutu produksi yang dihasilkan lebih tinggi dari penanaman dengan menggunakan benih yang asal-asalan. Demikian pula halnya dengan penggunaan pupuk kandang. Hal tersebut disebabkan karena pupuk kandang mudah didapatkan dan pengaplikasiannya mudah dilakukan. Penggunaan jarak tanam juga diterima 100%. Hal tersebut disebabkan karena dengan menggunakan jarak tanam yang teratur pemeliharaan tanaman mudah dilakukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Respon dan persrpsi masyarakat terhadap kegiatan Visitor Plot adalah cukup baik yaitu 93,75 menerima dan hanya 6,25% kurang menerima (ragu-ragu) sehingga disarankan untuk dapat lebih mengoptimalkan kegiatan ini untuk dapat dilakukan di tempat lain sehingga penyebaran informasi teknologi pertanian yang diaplikasikan dapat dengan cepat diadopsi oleh petani dan pengguna teknologi lainnya.

PENANGKARAN BENIH PADI SAWAH MENDUKUNG PROGRAM P2BN