• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Kesimpulan dan Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka gambaran identitas diri yang ditampilkan remaja pengguna Facebook yaitu:

a. Identitas Religius

Berdasarkan tabel 2, diperoleh hasil bahwa lebih dari 80% remaja pengguna Facebook menampilkan agama pada account Facebook mereka. Selain itu, gambaran identitas religius muncul pada fitur About Me dimana remaja menuliskan narasi yang menggambarkan perasaan maupun suatu kepercayaan yang dianut. Hasil yang menunjukkan bahwa lebih banyak remaja pengguna Facebook yang menampilkan agama pada account Facebook mereka daripada remaja yang tidak menampilkan agama dipengaruhi oleh paham primordialisme yang masih dianut oleh masyarakat Indonesia. Primordialisme merupakan suatu paham yang berarti bahwa adanya suatu keterikatan serta perasaan kesukuan yang berlebihan dimana beberapa kelompok masyarakat menganalisis permasalahan yang dihadapi dari sudut nilai ajaran/agama tertentu (Paringtton, 1927).

Sedangkan, pada tabel 3 diperoleh hasil bahwa remaja di Indonesia sebagian besar menganut agama Islam. Hal ini sesuai dengan survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2005 yang menyatakan bahwa penganut agama Islam di Indonesia yang berusia

19 tahun sebanyak 72.043.352 jiwa (88%) dari populasi anak usia 0-19 tahun di Indonesia.

b. Identitas Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat hasil yang menunjukkan bahwa lebih banyak remaja pengguna Facebook di Indonesia yang menampilkan jenis kelamin daripada yang tidak menampilkan jenis kelamin. Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar remaja Indonesia menampilkan identitas gender mereka di ruang public dan ini berarti bahwa remaja Indonesia telah melakukan presentasi diri dan klasifikasi seks yang ditegaskan oleh karakteristik jenis kelamin sebagai konstruk sosial (Unger dalam Basow, 1992).

Sedangkan pada tabel 5, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa sebagian besar remaja Indonesia yang menggunakan Facebook adalah laki-laki. Hasil persentase tersebut juga didukung oleh survey yang dilakukan Gonzales (2011) yang menyatakan bahwa jumlah pengguna Facebook di Indonesia yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah pengguna Facebook perempuan, yaitu berjumlah 24.731.440 pengguna (59,3%) sedangkan pengguna perempuan berjumlah 16.947.060 pengguna (40,7%). Selain itu, hasil tersebut juga dipengaruhi oleh budaya patriarki yang dianut oleh bangsa Indonesia dimana budaya patriarki ini memperlihatkan dominasi kaum laki-laki yang mengontrol dunia publik dan privat serta bahwa budaya patriarki selalu menempatkan laki-laki pada tugas dan fungsi di luar rumah

termasuk bidang teknologi yang dianggap sebagai ranah maskulin yang dinyatakan pada Penelitian yang dilakukan Lestari (2010) dalam jurnalnya yang berjudul “Pemberdayaan Wanita Melalui Teknologi Informasi”.

c. Identitas Diri yang menunjukkan Relasi

Gambaran identitas diri yang juga dapat dilihat melalui Facebook adalah gambaran identitas diri yang menunjukkan relasi yang dilihat melalui fitur info, About Me, dan foto. Gambaran identitas diri ini dibagi dalam beberapa bagian, antara lain :

1. Identitas Diri yang menunjukkan Ketertarikan pada Relasi Seksual Berdasarkan tabel 6, diperoleh hasil bahwa jumlah remaja yang menampilkan ketertarikan pada relasi seksual lebih besar daripada remaja yang tidak menampilkan ketertarikan pada relasi seksual. Hasil ini dapat menggambarkan bahwa remaja lebih tertarik untuk menjalin relasi pertemanan atau membentuk suatu komunitas bersama dengan jenis kelamin yang ditampilkan pada account Facebook yang didasarkan pada suatu kesamaan, seperti kesamaan minat dan sifat (Santrock, 2007).

Sedangkan, berdasarkan tabel 7 diperoleh hasil yang menyatakan bahwa 68,4 % remaja pengguna Facebook menampilkan ketertarikannya terhadap jenis kelamin yang berbeda pada ruang publik. Hal ini menandakan bahwa remaja pengguna Facebook di Indonesia memiliki gambaran identitas yang menunjukkan ketertarikan

terhadap relasi seksual dimana mereka ingin menampilkan rasa sayang serta kesetiaan dalam konteks pertemanan maupun dalam hubungan relasi yang lebih serius menuju pernikahan heteroseksual (Zhao, Grasmuck, & Martini, 2008). Selain itu, peneliti menemukan suatu temuan yang menarik dimana remaja Indonesia baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan tertarik pada dua jenis kelamin serta memiliki persentase yang cukup tinggi, yaitu pada laki-laki yang tertarik pada perempuan dan laki-laki sebesar 8,9% dan perempuan yang tertarik pada laki-laki dan perempuan sebesar 4,1%. Selain itu, peneliti juga menemukan suatu temuan yang menarik dimana terdapat remaja yang memiliki ketertarikan pada relasi seksual terhadap jenis kelamin yang sama sebesar 1,6%. Akan tetapi, peneliti belum dapat menyimpulkan hasil ini sebagai gambaran orientasi seksual. Oleh sebab itu peneliti menanyakan kembali kepada 16 subjek penelitian yang menampilkan ketertarikan pada relasi seksual terhadap dua jenis kelamin melalui pertanyaan yang dikirim lewat fitur messages. Dari 16 subjek, 13 menyatakan bahwa pernyataan yang mereka berikan lebih menggambarkan relasi pertemanan daripada mengambarkan orientasi seksual, sedangkan 1 subjek menyatakan pernyataan yang mereka berikan lebih menggambarkan orientasi seksual, dan 2 subjek tidak memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti.

Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketertarikan remaja pada relasi seksual ini lebih menggambarkan ketertarikan pada

relasi pertemanan daripada menggambarkan ketertarikan pada relasi yang lebih serius yang dapat mengindikasikan orientasi seksual seseorang.Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zhao, Grasmuck, dan Martini (2008) dimana pada penelitian tersebut terdapat dua pengguna yang mengklaim secara terbuka bahwa mereka biseksual. Akan tetapi, kedua pengguna tersebut tidak menuliskan ketertarikannya pada kedua jenis kelamin di account Facebook tetapi melalui wawancara secara offline dengan alasan adanya tekanan sosial serta penyensoran pada Facebook.

2. Identitas Diri yang menunjukkan Relasi dengan Pasangan

Pada penelitian ini, gambaran identitas diri yang menunjukkan relasi dengan pasangan dilihat dari fitur info yang memperlihatkan relationship status. Pada tabel 8, diperoleh hasil bahwa bahwa lebih dari 80% remaja menampilkan status relasi dengan pasangan dibanding yang tidak menampilkan status relsi dengan pasangannya. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan identitas remaja mengenai komitmen yang berarti bahwa remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pada apa yang mereka lakukan, dalam hal ini terkait dengan relasi dengan pasangannya (Marcia dalan Santrock, 2007). Hasil ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar remaja pengguna Facebook memiliki gambaran identitas diri dimana mereka membahas mengenai hubungan dengan pasangan yang disertai komponen romantis yang

potensial dan aktual serta bagaimana mereka mengartikan dirinya dalam hubungan dengan pasangan (Marcia, 1993).

Sedangkan, pada tabel 9 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa lebih dari 40% remaja pengguna Facebook menunjukkan status relasi dengan pasangan yang menyatakan bahwa mereka sedang menjalin suatu hubungan dengan pasangan dan 36% menampilkan status relasi “single”. Pada penelitian ini dtemukan suatu temuan yang menarik dimana terdapat remaja pengguna Facebook yang menampilkan jenis status menikah (married) dan divorced. Akan tetapi, peneliti belum dapat menyimpulkan bahwa hasil tersebut menandakan suatu hubungan pernikahan dan perceraian. Oleh sebab itu, peneliti menanyakan kembali pada subjek terkait dengan pernyataan “married” pada relationship status. Dari 11 subjek, 9 menyatakan bahwa mereka telah menikah dan 2 subjek tidak memberikan respon. Hal ini menandakan bahwa terdapat remaja pengguna Facebook di Indonesia telah terikat dalam suatu pernikahan. Selain itu, dari 2 subjek yang menuliskan divorced pada status relasi, keduanya menyatakan bahwa status tersebut bukan menyatakan perceraian tetapi menyatakan putusnya hubungan relasi dengan pacar. Namun dari fitur foto profil yang ditampilkan, lebih dari 55% remaja pengguna Facebook menampilkan foto diri sendiri dan hanya 1,6% pengguna yang menampilkan foto bersama pasangan mereka. Hal ini menjadi temuan yang menarik karena lebih dari 40% remaja

menampilkan status relasi dengan pasangan tetapi relasi dengan pasangan ini tidak ditampilkan pada foto profil. Hasil ini menunjukkan bahwa remaja pengguna Facebook berusaha menampilkan citra diri personal. Pernyataan ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Riyanti (2010) yang berjudul “Fenomena Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook Sebagai Ajang Penampilan Diri” yang menyatakan bahwa foto profil pada Facebook dapat mewakilkan citra diri facebookers. Pada penelitian ini terdapat foto profil dengan konteks personal disertai dengan alkohol. Foto ini menampilkan citra diri yang kurang baik karena remaja tersebut menggambarkan bahwa ia telah mengonsumsi alkohol di usia yang seharusnya belum diperbolehkan untuk mengonsumsi minuman beralkohol.

3. Identitas Diri yang menunjukkan Relasi dengan Teman Kencan Berdasarkan tabel 21 pada fitur About Me, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa terdapat 1,9% remaja yang menuliskan narasi terkait dengan relasi bersama teman kencan. Hal ini berarti bahwa fitur About Me tidak hanya mengindikasikan gambaran identitas diri thoughtfulness seperti pada penelitian yang dilakukan Zhao, Grasmuck, dan Martini (2008), tetapi juga dapat mengindikasikan gambaran identitas diri relationship with dates dimana individu dengan jenis gambaran identitas diri ini membahas mengenai hubungan mereka dengan teman kencan serta

mengartikan dirinya dalam hubungan bersama “pacar”, dan terkadang juga disertai komponen romantik.

4. Identitas Diri yang menunjukkan Relasi dengan Keluarga

Berdasarkan tabel 21 pada fitur About Me, diperoleh hasil bahwa terdapat 1,9% remaja yang menuliskan narasi terkait dengan relasi dengan keluarga. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya kelekatan (attachment) dengan keluarga dimana kelekatan pada masa remaja ini dapat membantu kemampuan remaja terkait dengan relasi dan kesejahteraan sosial sehingga remaja mampu berelasi serta menghadapi lingkungan atau dunia sosial yang baru dengan kondisi psikologis yang kokoh (Allen, dkk, 1994, dalam Santrock, 2002). Selain itu, kelekatan remaja dengan keluarga khususnya orangtua dapat berpengaruh juga terhadap relasi dengan teman sebaya bahkan dengan pasangan (Hazen & Shaver dalam Santrock, 2002).

5. Identitas Diri yang menunjukkan Relasi dengan Orang Lain

Berdasarkan tabel 21 pada fitur foto profil, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 14% yang menampilkan foto profil dalam konteks bersama orang lain termasuk dengan aktivitas yang dilakukan bersama dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa foto profil dapat juga menggambarkan relasi seseorang bersama dengan orang lain dan aktivitas yang sedang dijalani.

d. Identitas Sosial

Gambaran identitas diri lain yang dapat dilihat melalui Facebook pada fitur About Me dan fitur info adalah gambaran identitas diri yang menunjukkan identitas sosial, antara lain :

1. Identitas Politik

Pada tabel 10, diperoleh hasil bahwa lebih dari 40 % remaja pengguna Facebook di Indonesia yang tidak menunjukkan identitas politik dan menunjukkan ketidakpedulian terhadap situasi politik. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja pengguna Facebook di Indonesia kurang memiliki rasa nasionalisme yang disebabkan oleh rasa kecewa remaja pada kaum elit politik yang hanya mengumbar janji-janji palsu dengan mengatasnamakan rakyat yang akhirnya menimbulkan rasa tidak percaya pada situasi politik di Indonesia serta efek globalisasi yang dengan cepat telah merasuki kaum muda. Hasil ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Kaelan (2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Pancasila Bagi Generasi Penerus Bangsa”, yang menyatakan bahwa semangat kebangsaan, patriotisme, dan pengabdian pada bangsa kaum generasi muda telah memudar, hal ini dikarenakan rasa kecewa pada perilaku para wakil rakyat yang memanfaatkan situasi demokrasi dan membuat rakyat semakin merasa frustasi dengan “obralan” janji yang akan memberikan kesejahteraan yang tidak kunjung dirasakan rakyat. Selain itu, memudarnya semangat kebangsaan akibat arus globalisasi yang sulit dibendung oleh kaum

muda sehingga tanpa dipilah-pilah antara efek negatif dan positif arus globalisasi langsung diserap oleh kaum muda sehingga berdampak terjadinya pergeseran negara yang semula berpusat pada rasa kebangsaan menjadi dunia yang bersifat majemuk (Hall dalam Kaelan, 2008) dan efek globalisasi ini akan membawa kehancuran bagi negara-negara yang berasaskan kebangsaan seperti Indonesia (Ohmae dalam Kaelan, 2008).

Selain itu, diperoleh hasil bahwa terdapat remaja yang menuliskan kesukaan/sikap positif dan menunjukkan ketidaksukaan terhadap situasi politik di Indonesia. Hal ini dapat mengindikasikan rasa nasionalisme yang dimiliki oleh remaja. Rasa nasionalisme tersebut ditunjukan dengan narasi-narasi yang berisi hujatan-hujatan dengan maksud mengkritisi situasi politik di Indonesia.

2. Identitas Sosial sebagai Anggota Kelompok

Berdasarkan tabel 21, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa sebagian remaja pengguna Facebook menampilkan gambaran identitas sosial sebagai anggota kelompok, sehingga individu dengan jenis gambaran identitas diri ini merupakan individu yang mendeskripsikan diri terkait hubungannya dengan orang lain (Sherman, 1987). Hal ini menandakan sesuai dengan tahap perkembangan remaja dimana pada tahap ini remaja berelasi dengan teman sebaya, menjadi anggota suatu kelompok, serta

menunjukkan ikatan yang kuat antar anggota agar dapat meningkatkan harga diri (Santrock, 2002).

3. Identitas Sosial sebagai Status Akademik

Berdasarkan tabel 21, dapat dilihat juga hasil yang menunjukkan narasi mengenai status akademik. Hasil ini membuktikan bahwa remaja menyadari hakekatnya sebagai siswa.

4. Identitas Profesi

Berdasarkan tabel 19 pada fitur info dan tabel 21 pada fitur About Me, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa lebih dar 25% remaja pengguna Facebook di Indonesia telah bekerja di usia dini, dengan hasil tersebut maka dapat mengindikasikan gambaran identitas profesi dmana individu dengan jenis gambaran identitas diri ini merupakan individu yang membahas mengenai keputusan seseorang mengenai pekerjaan (Marcia dalam Santrock, 2003). Hasil ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi di Indonesia sehingga menyebabkan berbagai masalah kesejahteraan sosial dimana hal ini tercermin dari ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar.

e. Gambaran Identitas Diri yang Menunjukkan Ketertarikan

Pada penelitian ini, gambaran identitas diri well-roundedness dapat dilihat dari fitur info dan fitur About Me. Pada fitur info, ketertarikan yang ditunjukkan oleh remaja pengguna Facebook lebih mengarah pada minat/hobi terhadap arts and

entertainment serta sport (olahraga) tertentu. Sedangkan, pada fitur About Me ketertarikan yang ditunjukkan remaja pengguna Facebook lebih mengarah pada narasi terkait ketertarikannya terhadap tokoh idola, objek, dan ketidaksukaan terhadap objek. Ketertarikan yang ditunjukkan antara lain:

1. Genre Musik

Pada tabel 11, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa genre musik yang menjadi top-ranking remaja pengguna Facebook adalah genre musik punk pada urutan pertama, rock pada urutan kedua, dan pop pada urutan ketiga. Temuan ini berbeda dengan survey yang dilakukan Lee dan Downie (2004) dalam jurnalnya yang berjudul “Survey of Musik Information Needs, Uses, and Seeking Behaviours : Preliminary Findings” dengan membagi subjek pada dua grup, yaitu grup pertama merupakan subjek di komunitas kampus yang mencakup siswa, pengajar, dan staff, serta grup yang kedua merupakan masarakat umum dengan usia di atas 18 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa genre musik yang menjadi top-ranking dengan genre musik rock pada urutan pertama, genre musik pop pada urutan kedua, dan genre musik klasik pada urutan ketiga. Selain itu, hasil ini diperkuat juga dengan gambar yang ditampilkan pada tabel 20 fitur Abou Me dimana terdapat remaja yang menampilkan gambar tengkorak dan gambar “tangan metal” yang menjadi simbol musik punk dan rock.

Pengukuran mengenai genre musik favorit ini menjadi temuan baru dimana remaja Indonesia memiliki selera musik yang berbeda dengan selera musik masyarakat di Negara Barat. Selain itu, hasil yang menunjukkan bahwa genre musik punk menjadi genre musik favorit remaja dipengaruhi oleh filosofi musik punk yang menggambarkan suatu bentuk keberanian memberontak, memperjuangkan kebebasan, dan melakukan perubahan (O’Hara, 1999). Pandangan ini sesuai dengan karakteristik sosio-emosi remaja dimana pada tahap ini remaja biasanya terlibat dalam perilaku konformitas negatif seperti perilaku memberontak dan pembakangan yang erat kaitannya dengan filosofi musik punk. 2. Jenis Buku Favorit

Berdasarkan tabel 12, ketertarikan yang ditunjukkan oleh pengguna Facebook adalah ketertarikan pada jenis buku dan hasil yang diperoleh bahwa jenis buku favorit yang berada pada 3 urutan teratas adalah jenis buku fiksi/novel/fantasi, realigi, dan informasional. Jenis buku fiksi/novel/fantasi menjadi buku yang paling digemari oleh remaja karena bahasa pada jenis buku ini mudah dipahami dan cerita-cerita yang terkandung pada jenis buku ini menggambarkan kehidupan remaja baik terkait dengan konteks persahabatan maupun konteks relasi dengan teman kencan. Selain itu, hasil lain yang diperoleh bahwa remaja juga menyukai jenis buku realigi. Hasil ini menandakan remaja memiliki kesadaran

yang cukup tinggi terhadap buku-buku dengan konteks realigi karena dapat menjadi tuntunan serta pijakan dalam berperilaku. Akan tetapi, pada pengukuran ini ditemukan suatu temuan yang menarik bahwa terdapat remaja yang menampilkan jenis buku favorit yaitu buku porno pada ruang publik seperti Facebook. Selain itu, temuan menarik lain yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa terdapat 3,8% remaja pengguna Facebook yang menyukai jenis buku science (pengetahuan), hal ini tidak sesuai teori yang dikemukakan Kinney (1993) yang menyatakan bahwa gambaran identitas diri well-roundedness yang dilihat melalui ketertarikan individu terhadap suatu hal mengindikasikan bahwa individu tersebut adalah individu yang anti “kutu buku” atau anti pada intelektualitas.

3. Genre Film Favorit

Berdasarkan tabel 13, diperoleh haisl yang menunjukkan bahwa genre film yang berada pada peringkat tiga teratas adalah drama musik, drama cinta, dan action. Hasil yang menunjukkan bahwa genre film drama musik merupakan genre film yang paling disukai remaja pengguna Facebook karena genre film drama musik lebih memotret kehidupan nyata dan lingkungan sekitar, selain itu bahasa serta pesan dari genre film ini lebih mudah ditangkap dan dipahami oleh remaja. Genre film drama musik ini juga dapat

menjadi inspirasi bagi remaja terkait dengan minat/ketertarikan di bidang musik.

Genre film favorit lain yang disukai remaja adalah drama cinta dimana genre film ini bercerita mengenai hubungan relasi dengan pasangan dan konflik-konflik yang menyertainya. Genre film ini disukai remaja kerena pada tahap perkembangan, remaja mulai menjajaki hubungan yang lebih serius dan intim bersama dengan pasangannya sehingga genre film drama cinta dapat memberikan sebuah gambaran terkait dengan relasi dengan pasangan.

4. Jenis Acara Televisi Favorit

Pada tabel 14, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa jenis acara televisi favorit yang berada pada peringkat tiga teratas adalah acara musik, kartun, dan komedi. Jenis acara musik, kartun, dan komedi menjadi acara televisi yang paling disukai remaja karena sifatnya santai dan cukup menghibur. Selain itu, jenis acara musik dapat memberikan inspirasi serta sifat acara musik yang universal sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Pada penelitian ini diperoleh suatu temuan yang menarik dimana terdapat 1 pengguna yang menyukai tayangan televisi edukasi, sehingga semakin memperkuat bahwa individu dengan gambaran identitas diri well-roundedness tidak berarti bahwa individu tersebut anti pada intelektualitas.

5. Games Favorit

Berdasarkan tabel 15, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30% remaja pengguna Facebook yang menampilkan jenis games favorit mereka. Menurut Kirremuir dan McFarlane (2005), terdapat 4 alasan seseorang bermain games, antara lain karena game merupakan suatu hal yang menyenangkan, memberikan tantangan, sebagai sarana menjalin relasi dengan teman dan keluarga, sebagai sarana hiburan, serta dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kreativitas. Games sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas ini juga sesuai dengan tahap perkembangan kognitif remaja dimana remaja sedang berada dalam tahap operasional formal yang dikarakteristikan dengan kemampuan berpikir abstrak (Torres, 2009).

Hasil lain yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa games fighting merupakan games yang paling digemari oleh remaja pengguna Facebook. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik remaja yang sering berperilaku menentang atau menjadi pemberontak, sehingga remaja menyukai genre games fighting sebagai sarana untuk menyalurkan perilaku pemberontakan dan menentang pada games. Pada penelitian ini juga di dapat temuan bahwa terdapat 1 pengguna yang menyukai games dengan jenis intelligence quiz yang menguatkan bahwa individu dengan gambaran identitas diri well-roundedness tidak

berarti bahwa individu tersebut anti pada intelektualitas atau anti “kutu buku”.

6. Olahraga, Tim Olahraga, dan Altet Favorit

Berdasarkan tabel 16, 17, dan 18 diperoleh hasil yang menyatakan bahwa olahraga, tim olahraga, dan atlet yang paling disukai oleh remaja pengguna Facebook adalah sepakbola/futsal. Hal ini ekuivalen dengan survey yang dilakukan oleh Nielssen Indonesia (2011) di sembilan kota besar di Indonesia yang mengukur acara televisi bertemakan olahraga favorit dengan hasil yang menyatakan bahwa acara televisi bertemakan olahraga yang paling poluler adalah tayangan sepakbola, yaitu sebanyak 49,5 juta individu dengan usia diatas 5 tahun menonton acara sepakbola, terutama tayangan pertandingan Tim Nasional Indonesia pada ajang Pra-Piala Dunia 2014. Selain itu, sepakbola merupakan olahraga yang cukup sederhana dan mudah sehingga sangat diminati oleh remaja di Indonesia.

f. Identitas Diri yang menunjukkan Values

Berdasarkan tabel 20 pada fitur About Me, diperoleh hasil yang menunjukkan persentase mengenai values ditampilkan dengan narasi mengenai nilai-nilai yang ditampilkan remaja pengguna Facebook sehingga dapat mengindikasikan gambaran identitas diri thoughtfulness seperti pada penelitian yang dilakukan Zhao, Grasmuck, dan Martini (2008), hal yang membedakan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa kategori dari nilai-nilai yang ditampilkan pada penelitian ini lebih bervariasi daripada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pada fitur About Me, pengguna Facebook lebih cenderung menuliskan narasi yang bersifat merefleksikan kehidupan serta hasrat untuk mengontrol tujuan/takdir.

Dokumen terkait