• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELEMBAGAAN APK

X. KESIMPULAN DAN REKOMENDAS

Kesimpulan

Pola hubungan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala belum bisa berjalan dengan baik. Anggota, pengurus dan instansi terkait belum dapat bekerjasama sesuai dengan AD/ART APKI, hal ini terjadi karena beberapa faktor berikut ini :

1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia dalam pengelolaan organisasi APKI, hal ini tampak dengan tidak aktifnya kegiatan yang ada dalam APKI. Sumber Daya Manusia dalam kepengurusan kemampuan manajerial rendah. Hal ini dikarenakan anggota dan ketua masih terbatas pengetahuan dan ketrampilan dalam manajerial organisasi. Strategi untuk mengatasi masalah tersebut anggota dalam APKI perlu diikutsertakan dalam pelatihan manajemen organisasi APKI. 2. Teknologi produksi yang belum menghasilkan diversifikasi produk, sehingga

hanya diposisikan sebagai pemasok bahan baku, budaya mengolah produk dengan produksi masih berupa olahan pertama yaitu kopra. Petani sebagai anggota APKI olahan mekanik belum terkuasai. Strategi untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan pelatihan ketrampilan pemanfaatan teknologi modern guna menghasilkan diversifikasi hasil produk kelapa dengan tujuan pendapatan petani meningkat.

3. Modal sosial yang ada dalam komunitas belum bisa diupayakan secara optimal sehingga kepercayaan, kerjasama dan hubungan timbal balik belum menghasilkan manfaat dalam memperluas jaringan. Pengelolaan APKI didominasi oleh ketua, baik dalam kepengurusan proses produksi sampai penguasaan pasar sehingga posisi petani hanya sebagai pemasok bahan baku saja.

Usaha yang dijalankan kurang dapat dipertanggungjawabkan karena tidak ada kontrol dalam menjalankan program akibatnya kepercayaan dan kerjasama serta hubungan timbal balik yang saling menguntungkan belum terpenuhi. Strategi untuk mengatasi masalah tersebut dengan memperluas jaringan kerjasama dengan instansi terkait guna mewujudkan modal sosial yang kuat dengan melibatkan anggota dari perencanaan sampai penikmatan hasil sehingga hubungan timbal balik danjaringan pasar menguntungkan bagi petani.

Rekomendasi Kebijakan

Program yang dibangun tetap mengupayakan pada membangun partisipasi, keswadayaan, dan kemandirian bagi pengusaha kelompok pengrajin anyaman. Ketergantungan pada program pemerintah nantinya perlu dikurangi. Maka hasil kajian pengembangan masyarakat yang telah dilakukan, terdapat beberapa pokok rekomendasi yang akan diusulkan.

1. Pemerintah Daerah Pulang Pisau dan Instansi Terkait (Dinas Perkebunan dan Dinas Perdagangan, Industri, Koperasi)

a. Meningkatkan bimbingan teknis dan pelatihan bagi pengurus APKI

secara berkelanjutan.

b. Program pemberdayaan hendaknya lebih melihat aspirasi dari tingkat bawah yang berorientasi kepada pelayanan masyarakat, dan bukan hanya sekedar orientasi bisnis.

2. Pemerintah Kecamatan

a. Meningkatkan pembinaan yang serius terhadap pelaksanaan APKI secara berkelanjutan.

b. Meningkatkan evaluasi terhadap program-program pemberdayaan yang ada

di masyarakat

c. Meningkatkan pengawasan rutin pada petani untuk lebih memahami

kebutuhan dan masalah yang mereka alami.

3. Kelompok Petani dalam APKI

a. Memperbaiki dan tingkatkan sistim administrasi yang baik dalam

kepengurusan, dengan sering mengikuti bimbingan dan pelatihan pada pihak-pihak terkait

b. Mengevaluasi program kerja setiap triwulan dalam melihat hasil yang telah dicapai dalam menentukan strategi program selanjutnya pada bulan selanjutnya.

112

d. Meningkatkan pertemuan rutin antar sesama pengurus dan petani, tokoh

masyarakat dan aparat desa setiap 1 bulan sekali

4. Petani

a. Mendukung setiap program kerja yang dilaksanakan oleh APKI dalam

memberdayakan petani setempat

b. Menciptakan kerjasama yang harmonis antara petani dan pengurus APKI

dalam menjalankan proses pelayanan selama ini.

c. Kembangkan sikap mandiri dan inisiatif dalam memberdayakan kelompok

petani sendiri.

5. Pihak-pihak terkait (Stakeholder): Dinas Perkebunan dan Dinas Perdagangan

a. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan pihak APKI dalam mendukung

sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam memberdayakan petani setempat.

b. Mempermudah proses birokrasi dalam menjalin hubungan kerja sama

tersebut.

c. Menciptakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua

Albrecht, Karl. 1985. Pengembangan Organisasi. Angkasa. Bandung.

Allorerung D, 1996. Masalah, tantangan, dan prospek pengusahaan kelapa.

Prosiding seminar regional hasil-hasil penelitian tanaman kelapa dan palma lain di Manado, 19-20 Maret 1996.

_________, 2001. Permasalahan dan ketersediaan teknologi dalam mengembangkan

agribisnis berbasis kelapa. Makalah seminar regional peningkatan kinerja BPTP dan komunikasi hasil-hasil penelitian mendukung pembangunan pertanian di Nusa Tenggara, 2-3 Nopember 2001.

Anonymous, 2002. Reinventing agribisnis perkelapaan nasional (Buku-1). Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 13 p.

Ann Svendsen. 1998. The Stakeholders Strategy. Berrett – Koehler Publisher,Inc.San Franciso.

Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Tekniologi Pengolahan Hasil

Tanaman Perkebunan. Prosiding Pertemuan Komisi Penelitian Bidang Perkebunan. Malang 8 Oktober 1998.

Departemen Dalam Negri, 2003. Undang-Undang Otonomi Daerah (UU NO.22,25

dan 28 Tahun 1999). CitraUmbara:Bandung

Departemen Pertanian. 2001. Tanaman Kelapa. Makalah pada Seminar dan Pameran ”Kelapa Ekspo 2001”. Deptan Jakarta, 18 September 2001.

Dwivedi, Anju. 2006. MerancangPelatihanPartisipasi untuk Pemberdayaan. Petani Endriatmo. 2003. AnalisisSosial. Program Pasca Sarjana. IPB.

Fahriyasin AZ. 2001. Pengembangan Agribisnis Kelapa di Kabupaten Indragiri

Hilir. Makalah Semianr Nasional Pekan Perkelapaan Tembilahan. 5-6 Nopember 2001.

Gunardi, Sarwititi, Purnaningsih Ninuk. 2005. Pengantar Pengembangan

Masyarakat. ProgramPasca Sarjana.IPB

Ife Jim. 1995. Pengembangan Masyarakat, alih bahasa oleh Ariwibowo. Dkk. STKS Bandung. 2003.

Ir. Moehar Daniel, M.S., Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan

Israel, Arturo. 1992. Pengembangan Kelembagaan. LP3S. Jakarta.

Kasryno F., Mahmud Z., dan Wahid P. 1998. Sistem usaha pertanian berbasis

kelapa.

Mahmud Z. 1999. Pengembangan diversifikasi usahatani kelapa dalam rangka

peningkatan pendapatan petani. Makalah pada Acara Peringatan Hari perkelapaan dan Seminar Perkelapaan Indonesia, tanggal 2 September 1999 di Jakarta. 15p.

Nitimiharjo Carolin, Panjaitan K. Nurmala. Fahrudin Ali. 2003. Perilaku Manusia Dalam Lingkungan Sosial. Program Pasca Sarjana. IPB.

Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV, Bandar Lampung 21-23 April 1998. Rusli Said, Sri Wahyu Ekawati, Abdul Kadir Melani. 2003. Kependudukan Program

Pasca Sarjana.IPB.

Sitorus Felix dan Agusta Ivanovicl. 2003. Metodologi Kajian Komunikasi. Program PascaSarjana. IPB.

Soelaiman Holil. 2004. Hak Asasi Manusia dan Pekerja Sosial. Bahan Perkuliahan. Program Pasca Sarjana IPB.

Sumardjo dan Saharudin. 2003. Metode-metode Partisifatif Dalam Pengembangan

Masyarakat. Program Pasca Sarjana. IPB.

Sumarti Titik dan Sriwahyuni Ekawati. 2003. Perspektif Gender Dalam

Pengembangan Masyarakat. Program Pasca Sarjana. IPB.

Sumarti Titik, Syaukat Yusman, Nuryana Mu’man. 2003. Analisis Ekonomi Lokal. Program Pasca Sarjana. IPB.

Sumodiningrat Gunawan. Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Menyongsong

Indonesia Baru. Idea. Yogyakarta.

Syaukat Yusman dan Hendra Kusumaatmadja Sutara. 2003. Pengembangan

Ekonomi Berbasis Lokal. Program Pasca Sarjana. IPB.

Suyata dan Yamil M., 1998. Peluang pasar dan diversifikasi produk kelapa.

Prosiding Suyata dan Yamin M., 1998. Peluang Pasar dan diversifikasi produk kelapa. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV, Bandar Lampung 21-23 April 1998. p:47-56.

Masyarakat. Program Pasca Sarjana. IPB.

Tonny fredian dan Utomo S. Bambang. 2003. Pengembangan Kelembagaan dan

Modal Sosial. Program Pasca Sarjana. IPB.