• Tidak ada hasil yang ditemukan

VIII Kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

4. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi tidak hanya terbatas pada masyarakat setempat tetapi juga dari berbagai pihak terkait dan lembaga riset akan sangat membantu pengembangan produksi. Lembaga riset untuk pengujian mutu hasil sangat membantu petani agar mendapat kepastian usaha karena dari hasil riset dapat diketahui standarisasi mutu hasil yang perlu ditingkatkan oleh petani agar hasil olahan petani layak dikonsumsi oleh konsumen.

Lembaga riset sudah pernah dilakukan oleh instansi terkait Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Pulang Pisau. Namun, karena partisipasi berbagai pihak masih kurang untuk itu diperlukan penguatan. Hal ini dapat mengoptimalkan usaha pengolahan dan pemasarannya dapat berkelanjutan. Teknik pengolahan kelapa menjadi berbagai macam hasil olahan bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 15 : Jenis Produk Kelapa yang Dieskpor Indonesia Tahun 2002

No Jenis Produk Volume/ton Nilai US$ (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kelapa segar Kopra

Minyak kelapa kasar Bungkil kelapa

Dessicated Coconut Coconut milk / crea

Arang tempurung Karbon aktif Tempurung kelapa Serat sabut 5.334 34.579 734.500 408.431 31.373 9.234 26.734 10.205 354 102 734 10.273 319.669 22.471 21.952 8.534 4.677 7.581 145 112 0,19 2,61 80,68 5,67 5,54 2,16 1,18 1,91 0,04 0,02 Jumlah 396.148 100,00

(Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia Dirjen Bina Produksi Indonesia Tahun 2002)

Mengingat hal di atas, kelembagaan APKI perlu diperkuat menjadi kelembagaan yang berfungsi sebagai lembaga ekonomi agar mampu melindungi anggotanya dalam upaya mendapatkan manfaat nilai tambah yang seimbang dengan lembaga lain. Oleh karena itu, peran dan fungsi produk APKI perlu dikembangkan. Berarti, secara internal APKI harus berbenah membangun organisasi yang memiliki kejelasan dalam aturan main, dipatuhi oleh anggota, memiliki spesialisasi kemampuan teknis agar mampu membangun jaringan mitra kerja sama dengan pihak lain.

Tentunya, upaya ini dapat dicapai apabila daerah otonom (Pulang Pisau) yang memiliki kewenangan mengatur dapat berperan, sehingga sumber daya kelapa dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurut Fachry (2001), pemberdayaan petani kelapa bukanlah pekerjaan yang mudah karena disamping berkaitan dengan interaksi dari tiga unsur utama (Pemerintah, Pengusaha, dan Petani) juga terkait dengan sistem sebagai spirit dari struktur interaksi, sumber-sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan, dan bekerjanya sistem tersebut.

Hasil FGD yang dilakukan bersama-sama petani, pengurus, tokoh masyarakat dan instansi terkait dari tingakat desa sampai Kecamatan dapat diidentifikasi bahwa petani kelapa dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala memerlukan penguatan seperti tampak dalam tabel di bawah ini.

76 Tabel 16 : Identifikasi Kebutuhan dalam Pengembangan Usaha Petani dalam APKI

Tahun 2006

No Aspek Kebutuhan Pengembangan

1 Penguasan Teknologi masih tradisional Perlu penguasaan Teknologi baru Dukungan peralatan teknologi praktis

2 Teknologi terbatas Modal kerja berupa alat

teknologi praktis

Bantuan alat dan pelatihan pemanfaatanya 3 Hasil olahan sejenis penganekaragaman olahan

Hasil produk sesuai pasar

(Sumber : Hasil FGD di Kecamatan Kahayan Kuala bulan Juli 2006)

Pengembangan pengolahan kelapa dengan sistem mekanik berdasarkan pada tingkat teknologi dan produk yang dihasilkan dapat dilakukan dengan cara berjenjang dan pengolahan langsung. Pengolahan berjenjang terdiri atas :

1. Pengolahan produk primer. Aneka produk yang dapat dihasilkan dari buah

kelapa secara teoritis cukup banyak, tetapi yang layak untuk dikembangkan pada tingkat petani di Kecamatan Kahayan Kuala dalam APKI terbatas. Keterbatasan disebabkan kemampuan teknologi, kemampuan manajemen, dan pemasaran. Sehingga kriteria pemilihan teknologi pengolahan mekanis di Kecamatan Kahayan Kuala disesuaikan dengan kebutuhan, agar produk yang dihasilkan dapat memperoleh pasaran luas, yang selanjutnya akan dapat menunjang perbaikan pendapatan petani dan efisiensi pendayagunaan potensi (Anonim, 1989). Contohnya, di Kecamtan Kahayan Kuala yang perlu dikembangkan teknologi pembuatan produk dari buah kelapa karena pemasaran untuk menjual hasil produk mudah, sedang untuk pengolahan produk mebel dari batang kelapa belum memungkinkan karena belum ada jejaring pasar dan kondisi lingkungan pasar belum begitu membutuhkan, atau bahan setengah jadi yang menggunakan teknologi tradisional dilakukan pada tingkat petani/kelompok tani seperti minyak kelapa kasar, arang tempurung, serat sabut.

2. Pengolahan bahan jadi. Melalui teknologi inovasi seperti penjernihan minyak, arang aktif.

3. Pengolahan lanjut. Yang menggunakan teknologi maju antara lain olie kimia dari minyak kelapa, menjadi bahan pembersih udara, pemurnian minyak dan air.

4. Pengolahan langsung, yang menggunakan teknologi inovasi antara lain pengolahan minyak murni, penyeratan sabut, keripik kelapa. Pengolahan santan awet kelapa parut kering relatif sulit diaplikasikan secara komersial pada tingkat petani, karena membutuhkan peralatan khusus dengan biaya yang mahal, kemampuan teknis profesional dan persyaratan higienis dan sistem pengepakan yang standar. Untuk itu perlu dikembangkan pengolahan terpadu yang akan menunjang pengembangan agroindustri di Kecamatan dengan pemeran utama adalah petani, agar teknologi yang akan diadopsi dapat dilaksanakan dengan baik, kontinu, konsisten dan berpegang pada standar kualitas, maka dibutuhkan pembinaan dan pengawasan oleh instansi terkait.

Manfaat APKI bagi Komunits Petani Kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala meliputi :

1. Manfaat Sosial

APKI sebagai wadah berhimpunnya petani kelapa mempunyai tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan petani. Petani sebagai anggota dalam APKI diupayakan dapat bersosialisasi dengan pihak lain guna meningkatkan kondisi sosial petani. Semula petani kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala mempunyai status sosial dalam strata terendah, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang terprogram dalam APKI petani merasa peningkatan keberadaannya sebagai anggota masyarakat.

Hal ini disebabkan APKI merupakan organisasi petani yang partisipasif dan berusaha melibatkan petani dalam perencanannya, pelaksanaan, kontrol, sampai penikmatan hasil-hasil dari program yang direncanakan secara bersama-sama. Hal ini menjadikan petani kelapa lebih termotivasi dalam kegiatan-kegiatan sosial guna mengembangkan usaha yang digelutinya.

2. Manfaat Ekonomi

Melalui APKI petani diuapayakan untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonominya melalui pola-pola kemitraan bisnis yang sinergis dengan instansi atau pihak terkait. Petani dapat mengatasi masalah pengembangan ekonomi usahanya karena dalam APKI masalah-masalah petani diupayakan dapat dipecahkan bersama-sama secara profesional.

78 APKI dapat efektif dalam memperjuangkan kepentingan ekonomi petani. Namun hal ini belum terwujud di Kecamatan Kahayan Kuala karena keterbatasan SDM petani baik dari segi pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengatasi hal ini petani bersama-sama dengan isntansi terkait mengupayakan program melalui diversifikasi pengolahan produk kelapa. Sehingga petani tidak hanya sebagai pemasok bahan baku saja, tetapi juga sebagai produsen pengolah bahan baku kelapa menjadi olahan yang bernilai ekonomi tinggi. APKI juga berusaha mengupayakan petani menguasai keterampilan yang dapat mendukung proses produksi kelapa.

3. Manfaat Budaya dan Lingkungan

APKI juga bermanfaat sebagai wadah yang berperan dalam mengakses informasi dan transfer teknologi yang dapat mengubah pola pikir petani. Petani kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala mempunyai budaya mengelola perkebunan kelapa secara tradisional mengikuti cara-cara nenek moyang terdahulu. Dengan transfer informasi melalui APKI petani mampu mengelola perkebunan kelapanya secara profesional.

Limbah hasil kelapa berupa sabut tidak dapat dimanfaatkan akan menjadi sampah bagi lingkungan masyarakat petani yang dapat merusak kejernihan air sungai. Melalui transfer teknologi, limbah sabut kelapa dapat diubah menjadi bahan baku kursi pesawat dan tali serta jok mobil yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini telah dilakukan oleh petani, namun kurang berkelanjutan karena terbentur dengan berbagai faktor diantaranya keterbatasan pengadaan alat sesuai dengan permintaan pesanan dari luar. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi ini petani berusaha melalui APKI untuk memohon bantuan peralatan kepada Pemerintah.

Modal Sosial

Putnan dalam Tonny (2005) mendefinisikan modal sosial sebagai elemen- elemen dalam masyarakat yang digunakan untuk memudahkan tindakan kolektif berupa kepercayaan (Trust). Norma (Norm), dan Jaringan (Network).

Menurut Woolcock (1998) seperti dikutip Colletta & Cullen (200), modal sosial memiliki empat dimensi. Pertama adalah integrasi (integration), yaitu ikatah kuat antar anggota keluarga, dan keluarga dengan tetangga sekitarnya, seperti ikatan- ikatan berdasarkan kekerabatan, etnik, dan agama. Kedua adalah pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal, seperti jejaring (network)

dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan (civic association) yang menembus

perbedaan kekerabatan, etnik, dan agama.

Ketiga adalah integritas organisasional (organizational integrity), yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi (synergy), yaitu relasi antara pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas (state-community relations). Fokus perhatian dalam sinergi ini adalah apakah negara memberikan ruang yang luas atau tidak bagi partisipasi warganya. Dimensi pertama dan kedua berada pada tingkat horizontal, sedangkan dimensi ketiga dan keempat ditambah dengan pasar (market), berada pada tingkat vertikal.

Dari teori di atas pengkaji mencoba untuk meneliti sejauh mana pola hubungan modal sosial yang terjalin dalam kepengurusan APKI baik pola hubungan dengan anggota dengan sesama pengurus maupun pola hubungan dengan instansi terkait (Dinas Perkebunan, Industri, Koperasi dan Tokoh masyarakat Desa dan Kecamatan) yang ada di lingkungan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala.

Identifikasi Potensi

Dalam rangka pemberdayaan petani kelapa dalam wadah APKI, berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung ke lapangan dapat diidentifikasi potensi- potensi yang dapat digunakan, antara lain:

1. Berdasarkan sumber daya lokal yang dimiliki di Kecamatan Kahayan Kuala

adalah ketersediaan sumber daya alam yang potensial karena hampir 90 % penduduknya berkebun kelapa (dapat dilihat dalam peta sosial) sehingga ketersediaan bahan baku yang kelapa bagi petani tidak pernah surut selalu ada. Selain itu juga didukung oleh letak Kecamatan Kahayan Kuala yang dekat dengan pasar tradisional, kantor Kecamatan, pelabuhan angkutan dari dan ke pulau Jawa

80 langsung dari Kecamatan ini. Hal ini sangat menguntungkan sekali bagi APKI dalam menyalurkan hasil penen berupa kelapa butiran dan olahan lanjutan lainnya untuk dipasarkan.

2. Tenaga kerja. Didukung oleh angkatan kerja sebanyak 11.670 angkatan kerja

(laporan angkatan kerja Kecamatan Kahayan Kuala bulan Oktober 2005). Dan berdasarkan komposisi penduduk menurut mata pencaharian bahwa sebayak 9.720 orang adalah petani (laporan kependudukan Kecamatan Kahayan Kuala bulan Oktober 2005). Angkatan ini merupakan angkatan yang cukup besar dan merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam penguatan kapasitas APKI yaitu dengan memanfaatkan modal sumber tenaga kerja dalam mendukung kinerja APKI dan regenerasi kepengurusan.

3. Modal. Akses terhadap sumber modal (dana) pada saat sekarang sangat terbatas. Pada akhirnya untuk memperoleh sumber dana diperoleh dari kesepakatan petani dan pengurus APKI untuk menerima hasil penjualan produksi dari anggota ke pengurus APKI dengan memberikan tempo pembayaran sehingga APKI mempunyai modal usaha yang dapat dibayar kepada anggota setelah barang hasil olahan petani terjual dan APKI sudah mendapatkan pembayaran dari pengusaha olahan lanjutan yang membeli hasil produksi petani dengan demikian APKI secara modal dana sudah tidak ada masalah. Sebenarnya akses modal yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung kinerja APKI seperti : membangun jaringan kerjasama kemitraan dengan instansi terkait dalam memperoleh bantuan yaitu dengan cara membuat proposal bantuan kepada pihak terkait yaitu Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Koperasi Perdagangan dan Industri, Perbankan.

Peluang untuk Pemasaran Domestik dan Ekspor

Pasar yang dapat dikembangkan untuk menjual hasil produksi kelapa dalam APKI adalah:

1. Pasar lokal, hasil panen petani berupa buah kelapa. Petani menjual di sekitar tempat tinggal petani yang dikenal dengan pasar lokal. Hal ini terjadi guna memenuhi kebutuhan ekonomi petani dan kebutuhan bahan baku kelapa yang dibutuhkan petani di pasar lokal. Transaksi penjualan bersifat tradisional tidak

ada bukti pembayaran diterima petani karena pembeli membayar secara tunai. Harga ditentukan sepihak dari pembeli. Keuntungan bagi petani dengan adanya pasar lokal ini petani tidak sulit mencari uang kontan untuk menutupi masalah- masalah ekonomi yang dialami petani.

2. Pasar Internasional, wilayah penjualan hasil panen petani berupa produksi olahan lanjutan (kopra, minyak murni, nata de coco, briket), pemasarannya bisa sampai ke luar negeri.

Untuk mencukupi kebutuhan konsumen dalam negeri. Sistem penjualan sudah modern artinya petani mendapatkan uang hasil penjualan dengan tanda bukti pembayaran. Perdagangan sudah melibatkan pengusaha besar, membutuhkan pegawai yang lebih banyak. Barang yang dijual sudah selektif mengikuti aturan pengusaha dari sisi mutu hasil produksi. Hal ini dilakukan petani dengan tujuan memperoleh keuntungan lebih besar dan bukan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga petani sendiri. Namun sudah memikirkan ekonomi pegawai yang bekerja untuk memproduksi barang.

Oleh karena itu dengan adanya daya dukung dari potensi lokal dan pemasaran sangat membantu untuk penguatan kapasitas APKI sebagai wadah berhimpunnya petani kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala yang dapat mendukung program pemberdayaan petani kelapa di Kecamatan ini khususnya program APKI.

Menurut teori di atas, kinerja APKI termasuk dalam dimensi kedua yaitu pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal, seperti jejaring (network) dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan (civic association) yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik, dan agama.

Identifikasi Masalah

Dalam memberdayakan petani kelapa dalam APKI guna meningkatkan keberfungsian sosialnya, perlu dilakukan identifikasi kebutuhan yang berkaitan dengan perlunya penguatan modal sosial dalam APKI. Dalam mengidentifikasi kebutuhan ini dilakukan pertemuan dengan anggota APKI serta tokoh masyarakat dan instansi terkait dari desa dan Kecamatan dengan diskusi kelompok.

82 Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan petani kelapa telah teridentifikasi perlunya penguatan modal sosial bagi pengembangan APKI dalam berhubungan dengan anggota petani kelapa dan instansi terkait yang meliputi hal sebagai berikut:

Hubungan Trust atau Kepercayaan, Kerjasama dalam Memperluas Jaringan Pemasaran

Kebutuhan untuk meningkatkan kepercayaan anggota dan instansi terkait terhadap APKI di Kecamatan ini dikarenakan keterbatasan pola hubungan pengurus APKI di Kecamatan ini dalam menjalankan aktifitas sosialnya dan mobilitasnya di masyarakat. Keterbatasan mobilitas APKI di masyarakat mengakibatkan anggota dan masyarakat atau instansi terkait kurang percaya dengan keberadaan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala, hal ini terjadi karena pola hubungan yang ada masih mengalami :

a. Keterbatasan pengurus dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama petani. Pertemuan rutin antar sesama anggota petani pada saat pengiriman bahan baku kelapa butiran di rumah ketua APKI belum dimanfaatkan oleh pengurus untuk mentransfer informasi yang mampu merubah kondisi anggota dari pemasok bahan baku menjadi pengolah hasil kelapa lanjutan yang dapat menjadikan APKI kuat dalam hal penyediaan barang olahan yang siap dikirim untuk dipasarkan sesuai dengan jumlah pesanan dari pengusaha diluar daerah.Pasokan barang dari APKI kurang mampu memenuhi jumlah pesanan barang dari pengusaha terjadi karena sifat individual dalam pengelolaan usaha. Pengelolaan usaha bertumpu pada ketua kelompok yang hanya ingin menguasai akses produksi sendiri tanpa melibatkan anggota petani. Anggota petani hanya diposisikan sebagai pemasok bahan baku buah kelapa. Hal ini terjadi karena ketua APKI belum rela membagi hasil keuntungan penjualan hasil produksi kepada anggota petani. Akibatnya APKI tidak mampu memenuhi pesanan pengusaha besar dalam partai besar. Akibatnya tidak saja anggota yang kurang percaya dengan kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala tetapi juga masyarakat di lingkungan dan instansi terkait termasuk tokoh masyarakatnya

b. Keterbatasan kesempatan untuk mengadakan pertemuan dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat, dan organisasi lain yang ada di luar Kecamatan Kahayan Kuala yang dapat menambah informasi dan relasi bagi petani seperti melakukan kegiatan untuk memperluas jaringan kerja.

c. Kurangnya informasi dari APKI kepada petani untuk melanjutkan usaha yang

pernah dilakukan dan mengalami hambatan karena faktor pemasaran menjadikan petani kurang semangat bekerja dalam APKI karena pengurus kurang mampu memperluas jaringan kerja. Akibatnya program kerja selalu hangat-hangat tahi ayam, awalnya saja semangat setelah itu berhenti di tengah jalan seperti yang disampaikan oleh Bapak Jamal, sebagai berikut:

” Sejak dulu apabila ada program bagi petani kelapa dari pemerintah, sudah pasti ketua APKI yang memperoleh proyek tetapi setelah itu ya tidak berkelanjutan, sebelum proyek pengolahan VCO, sudah ada proyek pengolahan sabut menjadi keset, bahan jok mobil dan katanya penjualanya sudah ada dari luar seperti singgapore dan china tetapi kenyataanya juga berhenti, tetapi anehnya ketika ketua APKI ditawarkan untuk diganti petani tidak ada yang siap mengganti, akhirnya ya seperti ini, sebenarnya tidak diganti orangnya tidak apa yang penting ada kontrol dari semua instansi terkait yang benar-benar memperjuangkan nasib anggota dalam APKI kalau tidak ada yaa seperti ini, program hanya hangat-hangat tahi ayam membuat anggota malas bekerja sama dan kurang percaya dengan kepangurusan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala”

Upaya yang ditempuh oleh anggota untuk memperkuat Trust dan kerjasama dengan instansi terkait untuk memperluas jaringan pemasaran usaha dalam APKI, dengan cara menanyakan kepada ketua APKI bagaimana agar usaha dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan gagasan pelaksana program dari Dinas Perkebunan dan Perdagangan Industri dan Koperasi. Mengapa ketua APKI tidak bisa bekerjasama dengan instansi terkait dimana sebenarnya petani kelapa yang tergabung dalam APKI sepakat menerima untuk memproduksi VCO dan Dinas yang memasarkan meskipun harga murah tetapi yang penting sudah untung bagi petani dan petani mampu bekerja bersama-sama sanak saudara untuk mengolah kelapa menjadi VCO, sehingga hal ini mampu memperluas kesempatan kerja, bagi petani yang utama adalah bekerja daripada menjual kelapa dalam bentuk buah butiran saja tanpa diolah.

84 Berdasarkan pola hubungan tersebut di atas, menunjukan bahwa permasalahan yang dirasakan petani yang ada dalam wadah APKI bersifat kompleks meliputi lemahnya kepercayaan dan kerjasama yang dapat memperluas pasar bagi usaha petani dalam APKI di Kecamatan ini. Lemahnya kepercayaan dan kerjasama ini terjadi antara petani dengan pengurus dan instansi terkait.

Bertitik tolak dari kebutuhan yang diidentifikasikan tersebut, dengan melalui diskusi kelompok dirumuskan kembali kebutuhan yang paling dirasakan peserta, sehingga dapat teridentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang kesemuanya bermuara pada masih lemahnya kemampuan petani dalam APKI dalam mengembangkan usaha dan meningkatkan keberfungsianya dalam masyarakat.

Diagram alir berikut menggambarkan hubungan masalah, penyebab dan akibatnya guna memperkuat kelembagaan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

Gambar 10 : Hubungan Masalah, Sebab, dan Akibat dalam Penngembangan Modal Sosial APKI Penyebab Kebutuhan APKI untuk

menguatkan Modal Sosial

Kesulitan mengaktifkan kinerja APKI

Produk yang dihasilkan

terbatas Produk belum bisa memenuhi pasar

Lemahnya modal sosial

Trust / kepercayaan anggota lemah

Kerjasama antar anggota, pengurus dan instansi terkait

kurang Jaringan untuk memperluas pasar terbatas Akibat Masalah

Dari gambar di atas terlihat bahwa permasalahan yang ada yaitu perlunya peningkatan kemampuan modal sosial APKI di Kecamatan Kahayan Kuala karena masih terbatasnya kepercayaan dan kerjasama anggota dan pengurus dengan instansi terkait guna mengembangkan usaha dan memperluas jaringan pasar. Kurangnya kepercayaan dan kerjasama antar sesama anggota dan pengurus dengan instansi terkait menyebabkan petani kelapa dalam APKI mempunyai keterbatasan dalam merubah posisi petani yang selalu diposisikan oleh pengurus dan pengusaha sebagai pemasok bahan baku saja, harapan petani untuk dapat mengolah dan merubah posisinya agar menjadi produsen atau pengusaha dengan cara bekerja mengolah kelapa menjadi produk yang diperlukan pasar belum tercapai.

Dari analisis di atas, membuktikan bahwa perlunya penguatan kelembagaan APKI guna menguatkan anggotanya karena APKI dapat kuat apabila kepercayaan dan kerjasama sebagai modal sosial dalam mengembangkan usaha APKI dapat terwujud. Untuk itu guna memberdayakan APKI perlu dukungan dari anggota, pengurus dan tokoh masyarakat, Dinas Perkebunan, Perdagangan dan Industri baik tingkat Kecamatan sampai tingkat pusat karena APKI adalah wadah petani yang sudah diakui keberadaanya sampai tingkat pusat.

Identifikasi Kebutuhan

APKI di Kecamatan Kahayan Kuala anggotanya menginginkan untuk meningkatkan penghasilan mereka melalui peningkatan hasil usaha dan pemasaran. Untuk itu mereka membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk membantu mewujudkan kebutuhan tersebut. Permasalahannya APKI belum mampu bekerja seperti yang diharapkan oleh anggotanya sehingga belum terbentuk kepercayaan anggota dengan APKI sehingga kerjasama diantara sesama anggota dan pengurus serta instansi terkait masih diperlukan adanya suatu kegiatan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diantara mereka dengan instansi terkait berupa aktivitas kerja APKI yang melibatkan anggota dan instansi terkait secara terbuka dan partisipatif.

Gambaran tersebut menunjukan bahwa pada dasarnya kebutuhan yang dirasakan oleh para petani yang tergabung dalam APKI adalah peningkatan usaha yang dapat menumbuhkan kepercayaan diantara mereka dan menghasilkan

86 kerjasama dengan instansi terkait yang dapat memperluas jaringan pasar. Peningkatan kerjasama untuk mendefinisikan kebutuhan dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan yang sebenarnya dirasakan oleh para petani sebagai anggota APKI. Hal ini akan mempermudah dalam penyusunan program penanganan masalah yang disusun secara partisipatif.

Peningkatan usaha dengan memperluas jaringan kerjasama dengan instansi terkait akan mempermudah bagi para petani sebagai anggota APKI dalam memperluas jaringan pasar baik pasar dalam negeri sampai keluar seperti yang telah dilakukan oleh APKI pada tahun 2000 dapat bekerjasama dengan pengusaha dari luar seperti China guna mengekspor sabut tetapi sayang karena bobot dan ukuran barang yang dihasilkan kurang sesuai dengan pesanan hal ini tidak bisa berkelanjutan. Dengan adanya kesadaran para petani untuk mengatasi masalahnya secara bersama- sama dalam APKI perlu terus ditingkatkan, sehingga APKI dapat menjadi salah satu sumber yang paling dekat dengan petani untuk mengatasi masalahnya.

Kerjasama antara anggota dan pengurus serta instansi terkait dapat menumbuhkan kepercayaan yang selama ini diragukan oleh anggota dan masyarakat