• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan dan Rekomendasi

Metode yang diterapkan merupakan perpaduan antara metode inventarisasi tegakan hutan, yaitu IHMB, dengan metode pengukuran karbon yang dikembangkan sebelumnya oleh GIZ MRPP. Metode tersebut relatif mudah walaupun memerlukan pelatihan sebelumnya, khususnya mengenai pengukuran sumber karbon selain pohon. Sebagian besar kendala yang dihadapi regu inventarisasi selama di lapangan adalah akses yang cukup sulit karena plot yang cukup jauh dan medan yang berat. Hal ini memperkuat usulan penerapan metode cluster untuk efisiensi selama inventarisasi di areal yang cukup luas seperti tingkat KPH atau kabupaten.

Kegiatan inventarisasi karbon dan hutan yang dilakukan di KPH Kapuas Hulu direncanakan untuk seluruh kawasan KPH. Namun karena keterbatasan waktu, pengukuran plot lainnya akan dilakukan pada tahun depan. Disain awal kegiatan inventarisasi adalah untuk mencapai tingkat kesalahan atau uncertainty sebesar 10% dengan jumlah total 177 plot yang tersebar di seluruh tipe tutupan lahan (strata). Jumlah total plot yang telah diukur adalah sebanyak 58 plot, karena itu tingkat kesalahan yang diinginkan dalam pendugaan total cadangan karbon di kawasan KPH masih belum sesuai yang direncanakan yaitu sampling error sebesar 10%, tetapi baru mencapai 17%. Walaupun sampling error tersebut masih lebih rendah dibandingkan standar minimal yang ditetapkan dalam SNI pengukuran karbon, yaitu sebesar 20%.

Dari hasil sementara, nilai rata-rata pendugaan cadangan karbon di KPH Kapuas Hulu adalah 170,2 + 29.7 ton karbon per hektar. Rata-rata cadangan karbon tertinggi berada di stratum Hutan Dataran Rendah dengan 213,2 + 47,5ton karbon per hektarnya. Sedangkan tipe tutupan lahan Non Hutan memiliki rata-rata cadangan karbon yang paling rendah dan sampling error paling besar yaitu sebesar 74,6 + 52,9 ton karbon per hektar.

Karena itu disarankan untuk melaksanakan inventarsiasi karbon dan hutan tahap 3 untuk menyelesaikan kegiatan pengukuran cadangan karbon dan potensi tegakan hutan di KPH Kapuas Hulu. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, waktu yang diperlukan untuk persiapan administrasi dan sosialisasi memerlukan waktu antara 1-2 minggu untuk setiap tahap. Karena itu disarankan agar pelaksanaan tahap 3 dapat dilaksanakan selama 2-3 bulan secara simultan sehingga lebih banyak waktu untuk kegiatan pengukuran.

Selain itu, hasil sementara tersebut juga masih dihitung menggunakan persamaan generik yang dikembangkan oleh Brown (1997), belum berdasarkan persamaan alomerik lokal. Diharapkan pada saat implementasi inventarisasi tahap 3 dilaksanakan, persamaan alomerik lokal yang saat ini sedang dikembangkan (menunggu hasil analisa laboratorium) sudah dapat digunakan.

Selain itu beberapa tipe tutupan lahan yang berada di luar kawasan KPH juga perlu dipertimbangkan untuk diukur (table 10). Dengan demikian, setiap tipe tutupan lahan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu diukur dan diketahui nilai rata-rata cadangan karbonnya. Sehingga penghitungan emisi dan penetapan REL di tingkat kabupaten berdasarkan dari hasil pengukuran langsung di lapangan atau sesuai dengan Tier 3.

Asumsi tingkat keragaman (koefisien variasi) dari beberapa strata yang dilakukan sebelum inventarisasi dilaksanakan, cenderung dibawah perkiraan atau underestimate. Hal ini disebabkan karena metode klasifikasi yang dilaksanakan masih belum mampu mengurangi keragaman sesuai

34

dengan perkiraan. Karena itu beberapa strata yang memiliki keragaman tinggi seperti Non Hutan perlu diklasifikasi ulang secara detail atau ditambahkan jumlah plot ukurnya.

Tipe Tutupan Lahan Luas (ha)

Bare areas 3833

Wetland 141

Secondary Hill and submontane forest 3853

Lower montane forest 279

Riparian forest 4794

Secondary Riparian forest 620

Tabel 12. Tipe tutupan lahan yang berada di luar kawasan KPH

Karena itu stratifikasi ulang menggunakan citra satelit yang lebih akurat atau metode klasifikasi yang lebih baik dapat mengurangi keragaman tersebut. Tersedianya citra satelit RapidEye dengan resolusi 6 meter untuk Kabupaten Kapuas Hulu, diharapkan dapat meningkatkan keakurasian pemetaan tutupan lahan, sehingga diharapkan keragaman nilai cadangan karbon tiap strata menjadi lebih kecil

Dari hasil analisa hubungan antara volume tegakan dengan cadangan karbon hutan atau basal area tegakan dengan cadangan karbon hutan, pendugaan cadangan karbon dari data potensi kayu yang diperoIeh dari IHMB, dapat dilakukan menggunakan hubungan persamaan tersebut. Dengan banyaknya data hasil pengukuran cadangan karbon secara langsung di lapangan, dapat meningkatkan keakurasian pendugaan cadangan karbon di tingkat kabupaten dan bahkan provinsi.

35

Referensi

Avery and Brukhart. 2002. Forest Measurements. McGraw-Hills series in Forest Reources, 5th Edition.

Badan Standarisasi Nasional. 2011.Metodologi Pendugaan Cadangan Karbon Pengukuran dan penghitungan cadangankarbon –Pengukuran lapangan untuk penaksirancadangan karbon hutan(ground based forest carbon accounting). Standard National Indonesia No SNI 7724:2011.

Badan Standarisasi Nasional. 2011.Metodologi Pendugaan Cadangan Karbon Pengukuran dan penghitungan cadangankarbon –Pengembangan persamaan alometrik. Standard National Indonesia No SNI 7725:2011.

Basuki, T.M., van Laake, P.E., Skidmore, A.K. and Hussin, Y.A. (2009). Allometric equations for estimating the above-ground biomass in tropical lowland Dipterocarp forests.

Brown S, 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests, a primer. FAO Forestry paper No. 134. FAO, Rome, 55 pp.

Departemen Kehutanan. 2007. Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Produksi.Permenhut 34/2007.

Hinrichs, A., R. Ulbricht, S. Soedirman dan Solichin. 1998. Panduan Survey Orientasi di Areal HPH untuk Pengelolaan Hutan Lestari, SFMP Document No 8(1998).Sustainable Forest Management Project GTZ-Dephut. Samarinda.

Kauffman, J.B. and Donato, D.C. 2012. Protocols for the measurement, monitoring and reporting of structure,biomass and carbon stocks in mangrove forests. Working Paper 86. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Kementrian Kehutanan. 2011.Petunjuk teknis Inventarisasi hutan pada wilayah KPH. Direktorat Jenderal Planologi. Jakarta.

Manuri.S., C.A.S.Putra dan A.D. Saputra. 2011. Tehnik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan. Merang REDD Pilot Project.German International Cooperation – GIZ. Palembang

Navratil, P. 2012.Survey on the Land Cover Situation and Land-Use Change in the Districts Kapuas Hulu and Malinau. Indonesia- Final Report for assessment of district and KPH wide REL assessment. Forclime.

Ravindranath N. H.and M. Ostwald. 2008. Carbon Inventory Methods: handbook for Greenhouse Gas Inventory.Carbon Mitigation and Roundwood Production Projects.

Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 2002.Ekologi Hutan Indonesia.Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

36

37

Dokumen terkait