• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Kesiapan Pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Sulawesi seperti Makassar (Sulawesi Selatan), Bitung (Sulawesi Utara), Pantoloan (Sulawesi Tengah), Kendari/Bungkutoko (Sulawesi Tenggara), Gorontalo dan Anggrek (Gorontalo), dan Belang-belang (Sulawesi Barat) ditinjau dari aspek pengembangan antisipasi angkutan global petikemas masih terkendala faktor penguasaan lahan dan kedalaman perairan pelabuhan.

b. Adaptasi kearah pelayanan angkutan petikemas dan multiguna sangat lambat dibanding kebutuhan sehingga pelayanan waktu kapal dan kelancaran B/M komoditi belum begitu memuaskan masyarakat. Fasilitas dermaga (B/M) dan lapangan penumpukan pada umumnya kritis untuk menghadapi pertumbuhan lalulintas angkutan laut untuk periode 5 tahun mendatang.

c. Pelabuhan Makassar

Cerminan pelayanan pelabuhan Makassar terlihat bahwa komposisi permintaan kemasan barang yang terdiri dari 36% curah cair, 26% bag cargo, 22% general cargo dan 13% kemasan lainnya yang antara lain berupa batangan besi, produktivitas bongkar muat yang cukup tinggi, dermaga Pelabuhan Makassar masih mampu melayani permintaan sampai dengan tahun 2015. Diperkiraka pada tahun 2015 – 2020 perlu penambahan dermaga 225 m, pada tahun 2021- 2015 750 m dan tahun 2026 – 2030 perlu penambahan 550 m. Pemanfaatan fasilitas gudang. masih sangat rendah disebabkan meningkatnya kegiatan B/M langsung sehingga sampai tahun 2030 masih dapat difungsikan fasilitas yang ada. Demikian juga lapangan penumpukan masih memadai sampai tahun 2025, Penambahan diperlukan pada tahun 2026 – 2030 seluas 7500 m2. Saat ini, yang perlu mendapatkan perhatian adalah lokasi terminal penumpang, keberadaannya mengganggu aktivitas bongkar muat, perlu pemindahan lokasi terminal penumpang. Demikian juga dengan semakin meningkatnya muatan kendaraan yang saat ini belum diberikan fasilitas khusus. Pelayanan petikemas di TPM (Terminal Petikemas Makassar), terkendala perluasan kebutuhan lapangan penumpukan, untuk jangka pendek 2013 – 2015 diperlukan penambahan 171.150 m2. Pada periode 2016 – 2020 176.700 m2, tahun 2021 - 2025 seluas 217.000 m2 dan pada periode 2026 – 2030 seluas 395.006 m2.

d. Pelabuhan Bitung

Dermaga Pelabuhan Bitung masih mampu melayani permintaan sampai dengan tahun 2020. Baru pada periode tahun 2021 – 2025 perlu penambahan sepanjang 575 m dan pada periode 2026 – 2030 sepanjang 730 m. Kapasitas gudang masih mencukupi sampai dengan tahun 2015. Pada periode 2016 – 2020 perlu penambahan 3.100 m2, periode 2021 – 2025 seluas 5.200 m2 dan

56

Executive Summary

pada periode 2026 – 2030 seluas 6.550 m2 . Sedangkan kapasitas lapangan penumpukan masih mampu melayani sampai dengan tahun 2030.

Terminal Petikemas Bitung pada periode 2016 – 2020, 2021 – 2025 dan 2026 – 2030 masing-masing perlu penambahan penambahan 1 unit dermaga 250 m. Lapangan petikemas pada tahun 2013 sudah perlu penambahan 53.500 m2

dan hingga tahun 2030 diperlukan 310.700 m2 e. Pelabuhan Pantoloan

Fasilitas yang perlu segera ditambah di Pelabuhan adalah fasilitas terminal petikemas. Pada tahun 2013 sudah perlu dibangun 1 unit dermaga petikemas dan berturut-turut penambahan 1 unit dermaga pada tiap periode sampai dengan tahun 2030. Dermaga konvensional hanya perlu penambahan pada 3 periode terakhir masing-masing sepanjang 75 m, 165 m dan 245 m. Fasilitas gudang dan lapangan penumpukan konvensional masih mampu melayani sampai dengan tahun 2030. Tetapi lapangan petikemas yang saat ini hanya seluas 6.900 pada tahun 2013 membutuhkan sekitar 39.000 m2 dan pada tahun 2030 membutuhkan 147.800 m2.

f. Pelabuhan Bungkutoko

Pelabuhan Bungkutoko yang sedang dibangun di mulut teluk Kendari, direncanakan untuk melayani petikemas, menggantikan Pelabuhan Kendari yang memiliki banyak keterbatasan baik lebar alur maupun kedalaman. Pelabuhan Kendari akan diperuntukkan untuk melayani kapal-kapal cepat yang frekwensinya cukup tinggi dengan tujuan Baubau, Raha dan pelabuhan-pelabuhan lain disekitarnya. Kebutuhan dermaga petikemas di Pelabuhan Bungkutoko pada 4 periode memerlukan pembangunan masing-masing 1 unit dermaga, adapun lapangan petikemas perlu dibanguan seluas 28.000 m2 pada tahap awal, samapi 119.700 m2 pada tahap akhir.

g. Pelabuhan Gorontalo

Pelabuhan Gorontalo memiliki keterbatasan lahan yang tidak bisa ditambah lagi, sehingga pada periode 2015 – 2020, limpahan dari Pelabuhan Gorontalo akan berpindah ke Pelabuhan Anggrek. Fasilitas yang sangat dibutuhkan saat ini adalah lapangan petikemas yang baru tersedia 1000 m2. Kebutuhan lapangan petikemas tahun 2012 seluas 9.500 m2 dan pada tahun 2030 seluas 37.100. Karena keterbatasan lahan maka pada tahun 2015, saatnya pelayanan petikemas dipindahkan ke Pelabuhan Anggrek.

h. Pelabuhan Belang-belang

Fasilitas Dermaga Pelabuhan Belang-belang yang tersedia saat ini adalah sepanjang 263 m. Sebagai pelabuhan ibukota Provinsi Sulawesi Barat, secara berangsur-angsur pelabuhan semakin berkembang. Pada tahun 2013 kebutuhan dermaga 340 m dan pada tahun 2030 sepanjang 950 m dengan asumsi sektor industri belum mengalami penambahan yang berarti. Lapangan

57

Executive Summary

yang tersedia saat ini 138.00 m2, di pelabuhan Belang-belang akan mampu melayani permintaan sampai dengan tahun 2030.

i. Pelabuhan Garongkong

Pelabuhan Garongkong masih dalam tahap pembangunan trestle dengan konstruksi sebagai terminal non petikemas. Pelabuhan ini direncanakan untuk melayani limpahan dari Pelabuhan Parepare yang tidak memiliki lahan untuk dikembangkan lagi. Kebutuhan dermaga sepanjang 210 m pada tahun 2015 dan 620 m pada tahun 2030.

j. Pelabuhan Anggrek

Pelabuhan Anggrek yang berlokasi di pantai utara provinsi Gorontalo, lebih potensial untuk dikembangkan dibanding Pelabuhan Gorontalo. Saat ini Pelabuhan Anggrek sudah disinggai kapal-kapal Vietnam yang mengangkut jagung dalam kemasan curah. Panjang dermaga 155 m, sampai dengan tahun 2030 dibutuhkan dermaga sepanjang 775 m untuk melayani muatan curah yaitu jagung, gula tetes dan petikemas.

k. Pelabuhan Tahuna

Pelabuhan Tahuna saat ini memiliki dermaga sepanjang 200 m, luas gudang 1200 m2 dan 6500 m2. Aktivitas yang cukup ramai adalah pelayanan penumpang baik dengan kapal cepat maupun kapal kayu dengan tujuan Manado, Siau dan pulau-pulau di kepulauan Sangir lainnya. Pelabuhan ini juga terhubung dengan negara tetangga terdekat yaitu Filipina dengan kapal-kapal ukuran kecil. Pengembangan sampai dengan tahun 2030 diperlukan dermaga sepanjang 980 m.

l. Pelabuhan Baubau

Pelabuhan Baubau memiliki lokasi strategis untuk disinggahi kapal-kapal penumpang PELNI tujuan Sulawesi Tengah (Luwuk), Sulawesi Utara (Bitung), Ternate, Ambon dan Papua. Panjang dermaga saat ini 180 m, arus barang sebanyak 953.750 ton. Pada tahun 2013 kebutuhan dermaga Pelabuhan Baubau 380 m, sehingga perlu penambahan 200 m. Pada tahun 2015 dibutuhkan dermaga sepanjang 420 m, pada periode 2016 – 2020 perlu penambahan 112 m, periode 2021 – 2025 sepanjang 160 m dan pada periode 2025 – 2030 sepanjang 115 m. Arah pengembangan Pelabuhan Bau-bau adalah untuk pelayanan penumpang, pelayanan barang yang tentunya cenderung beralih ke kemasan petikemas.

2. Rekomendasi

a. Pelabuhan dibawah koordinasi dan milik Pelindo IV diprioritaskan di Pulau Sulawesi perlu merealisasikan RIP yang sudah dalam konsep serta disinkronkan dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. Pelabuhan-pelabuhan utama dimasing-masing Provinsi (Bau-Bau, Bungkutoko,

58

Executive Summary

Belang, Tahuna dan Anggrek) perlu mewujudkan RIP masing-masing pelabuhan dengan melakukan sinkronisasi vertikal dengan RIP-Nasional dan horizontal dengan Tatrawil dan Rencana Tata Ruang Wilaya Provinsi.

b. Hal lain yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:

1) Pelabuhan Makassar meskipun telah siap melayani kapal-kapal petikemas dengan rute Pendulum Nusantara dari Sabang sampai Merauke maupun kapal-kapal luar negeri, karena keterbatasan back up area, perlu secapatnya merealisasikan rencana pembangunan Makassar New Port. Perlu dilakukan pemisahan Terminal Penumpang dan Terminal Ro-ro dari Terminal Cargo.

2) Pelabuhan Bitung prospektif untuk dijadikan sebagai Pelabuhan Hub Internasional dengan kedalaman yang cukup serta aman dari pengaruh ombak, namun masih memiliki kendala keterbatasan lebar alur karena adanya pulau Lembeh di depannya, sehingga perlu studi lebih lanjut. 3) Pelabuhan Pantoloan perlu segera dibangun Terminal Petikemas, bahkan

dengan lokasi di jalur ALKI II, kedepannya sangat prospektif untuk disinggahi kapal-kapal asing dan tidak tertutup kemungkinan bisa ikut nominasi sebagai pelabuhan hub internasional. Untuk itu, perlu kajian lebih lanjut.

4) Pelabuhan Garongkong yang dibuat dengan konstruksi bukan petikemas, apabila akan dikembangkan sebagai pelabuhan petikemas, perlu pembangunan dermaga dan lapangan sesuai spesifikasi terminal petikemas.

59

Executive Summary

Dokumen terkait