• Tidak ada hasil yang ditemukan

12 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam dokumen 9 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN (Halaman 91-94)

12.1 Kesimpulan

 Wilayah studi - JABODETABEK adalah wilayah sekitar ibukota di Indonesia dengan populasi penduduk 28 juta. Dalam rangka menjaga fungsi dan perannya sebagai wilayah ibukota, sistem transportasi yang ada di JABODETABEK harus dikembangkan untuk mendukung berbagai macam aktivitas sosial dan ekonomi.

 Situasi transportasi saat ini di wilayah studi menunjukkan situasi yang sangat kronis di mana kemacetan lalu lintas yang sangat parah terjadi sebagai akibat dari lambatnya pembangunan infrastruktur transportasi dibandingkan dengan peningkatan jumlah demand lalu lintas dari tahun ke tahun. Khususnya, pembangunan jaringan kunci transportasi perkotaan seperti jalan-jalan arteri, dan rel kereta api pembangunannya sangat lambat, sedangkan peningkatan jumlah mobil dan sepeda motor terus terjadi secara signifikan.

 Sejumlah masterplan transportasi yang diformulasikan oleh pemerintah daerah menunjukkan adanya ketidakonsistenan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, selain itu tidak terdapat jaminan dukungan legalitas untuk implementasinya. Oleh karena itu, JUTPI sedang mendukung pemerintah melalui upaya pembaharuan dan formalisasi masterplan transportasi perkotaan, dan mendirikan JTA untuk implementasi masterplan.

 Masterplan keseluruhan transportasi perkotaan yang direvisi oleh JUTPI mengerahkan scenario pembangunan sistem angkutan umum yang intensif dengan investasi intensif pada jaringan-jaringan transportasi massa seperti rel dan sistem BRT. Hal ini akan mempromosikan perpindahan penggunaan moda dari mobil dan sepeda motor ke angkutan umum dan merealisasikan penurunan kerugian yang diakibatkan oleh kemacetan lalu lintas. Di dalam JUTPI, diestimasi bahwa modal share dari angkutan umum akan meningkat dari 27% pada tahun 2010 menjadi 34% pada tahun 2020. Dalam rangka mengakomodir peningkatan demand angkutan umum secara efisien, peran dari pembangunan angkutan umum berbasis jalan seperti BRT dan bus umum sebagaimana yang dikaji di dalam studi JAPTraPIS memegang peranan yang sangat penting dan signifikan.

 Operasional busway yang ada pada saat ini sebagai kunci dari sistem angkutan umum berbasis jalan sebagian terkena pengaruh kondisi lalu lintas jalan serta menghambat kecepatan maksimal dan ketepatan waktu pelayanannya pada sejumlah bagian pelayanan. Hal ini menyebabkan penurunan frekuensi operasional serta lamanya waktu tunggu bagi penumpang. Lebih dari itu, peningkatan subsidi operasional dalam pembiayaan public oleh pemerintah DKI juga semakin membebani. Dengan cara ini, operasional busway yang ada perlu untuk ditingkatkan menjadi sesuai dengan standar BRT dengan kecepatan tinggi dan frekuensi operasional yang tinggi. Selain itu perpanjangan jaringan ke daerah komuter disekitarnya juga menjadi hal yang perlu dicapai.

 Di sisi lain, ditunjukkan bahwa masalah-masalah pelayanan bus umum yang mendukung sistem transportasi kunci busway teridentifikasi sebagai berikut: tingkat pelayanan rendah, kualitas bus rendah berdasarkan usia dan ketidakcukupan pemeliharaan, kompetisi antar bus, ketidakseimbangan supply dan demand,

kurangnya penegakan hukum dan lain-lain.

 Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dalam rangka memenuhi sistem angkutan umum berbasis jalan yang baik di wilayah studi, jaringan pelayanan bus secara hierarki dan terintegrasi perlu untuk dikembangkan dan masterplan yang komprehensif pun perlu diformulasikan.

12.2 Rekomendasi

 JAPTraPIS memformulasikan masterplan angkutan umum berbasis jalan untuk JABODETABEK. Masterplan dan target strategi implementasinya adalah dipersiapkan untuk tahun 2020 dengan tahun intermediet 2014. Struktur dan komponen utama dari masterplan dijelaskan sebagai berikut dan uraian serta jadwal implementasinya dirangkum di dalam Gambar 12.2.1. Uraian proyek-proyek masterplan dapat dilihat pada lampiran 3.

Jaringan dan Pelayanan Angkutan Umum yang Terintegrasi: Pembangunan

jaringan masa depan BRT sampai dengan tahun 2020 termasuk peningkatan busway eksisting dan restrukturisasi jaringan pelayanan bus-bus umum pendukung diajukan bersama-sama. Pada tahun 2020, 30 rute full BRT dan rute 15 bus intermediate akan dikembangkan dan jaringan BRT mengangkut 2.7 juta penumpang per hari. Jaringan BRT dan kereta api yang diajukan akan menemui demand lalu lintas di masa depan sebagaimana diproyeksikan di dalam JUTPI. Dalam rangka implementasi jaringan BRT yang diajukan, 1681 articulated buses dan 277 single buses akan disiapkan pada tahun 2020.

Pembangunan Infrastruktur: Dalam rangka membangun jaringan angkutan umum

berbasis jalan sebagaimana diajukan dengan jaringan utama BRT, pembangunan infrastruktur yang penting dan terkait sampai dengan tahun 2020 diajukan dengan skala proyek dan jadwal implementasinya. Pembangunan tersebut mencakup sejumlah komponen seperti: i) Pembangunan koridor BRT (31 proyek), ii) sistem lokasi bus dan pusat kontrol, iii) sistem ticketing bus, iv) fasilitas Park & Ride (19 lokasi), v) terminal terpadu/multimoda (20 lokasi) dan vi) fasilitas pejalan kaki dan bersepeda.

Pembentukan TransJabodetabek: Dalam rangka membangun dan mengelola

jaringan rute BRT yang diajukan, direncanakan pembentukan TransJabodetabek sebagai lembaga pengelola BRT dibawah JTA. Organisasi dan fungsi, bisnis model, dan jadwal implementasi dari TransJabodetabek diidentifikasi.

Pembaharuan Sistem Manajemen Bus Umum: Dalam rangka mengupgrade

pelayanan bus umum yang ada pada saat ini agar menjadi lebih efisien dan nyaman serta memuaskan penumpang, sejumlah reformasi institusi dari sistem manajemen bus dan jadwal implementasinya diajukan sebagai berikut: i) standar pelayanan minimal, ii) peremajaan armada bus, iii) restrukturisasi sistem perizinan bus umum, iv) pembangunan kelembagaan dan capacity building serta v) angkutan umum lainnya.  Evaluasi Master Plan: JAPTraPIS terbatas pada angkutan umum berbasis jalan di

dalam lingkup studinya, JAPTaPIS tidak mencakup evaluasi dampak pembangunan dari sistem transportasi metropolitan secara keseluruhan. Justru, masterplan JAPTraPIS secara spesifik dievaluasi dari berbagai sudut pandang seperti subsidi

pemerintah, pemanfaatan ruang jalan dan aspek lingkungan. Sudut pandang tersebut terkait dengan pembangunan transportasi yang berkelanjutan.

Bantuan Eksternal untuk Implementasi Master Plan: Tingkat kepentingan dan

paket proyek dari bantuan eksternal juga diuji untuk kelancaran implementasi masterplan JAPTraPIS.

Formalisasi Masterplan; Disarankan untuk memformalisasikan Masterplan yang

diajukan JAPTraPIS sebagai bagian dari Rencana Masterplan Transportasi Komprehensif yang direvisi oleh JUTPI dan sedang di formalisasikan sebagai kebijakan presiden dalam rangka menjamin implementasinya oleh berbagai lembaga dan stakeholder terkait.

Gambar 12.2.1 Masterplan JAPTraPIS dan Jadwal Implementasinya

Komponen Periode Implementasi Pelaksana Lembaga Biaya ($ Jt.)

2012-2014 2015-2020

1. Pelayanan dan jaringan angkutan umum yang terintegrasi

A1. Full BRT Routes A2. Intermediate Routes

B1. Articulated Bus for full BRT Routes B2. Single Bus for Intermediate Routes

15 routes 8 route 574 buses 0 buses 15 routes 7 routes 1,107 buses 277 buses TJ TJ TJ TJ - - 563 72 2. Pembangunan Infrastruktur

A. Proyek Pembangunan Koridor BRT B. Sistem Lokasi Bus dan Pusat Control C. Sistem Ticketing Bus

D. Fasilitas Park & Ride

E. Terminal Terintegrasi/Multimoda F. Fasilitas Bersepeda dan Pejalan Kaki

Project 1-12 1,100 buses 260 stations 9 locations 8 locations Project 13-31 1,400 buses 180 stations 10 locations 12 locations LG/TJ TJ TJ LG/TJ LG/TJ LG 284 13.8 20.5+a n.a. n.a. n.a. 3. Pembentukan TransJabodetabek A. Pembentukan JTA B. Desain Kelembagaan

C. Pembentukan dan Operasional

2012 2012 2013 - - (operation) CG JTA JTA - - -

4. Reformasi Sistem Manajemen Bus

A. Standar Pelayanan Minimum B. Peremajaan Armada Bus

C. Restrukturisasi Perizinan Bus Umum D. Institusional dan Capacity Building

2014 2012(amendment) 2013(amendment) 2013 2019 2019 - DGLT/JTA/LG DGLT/JTA/LG DGLT/JTA/LG DGLT/JTA/LG n.a. n.a. n.a. TA Sumber: JAPTraPIS

Note: JTA: JABODETABEK Transportation Agency, TJ: TransJabodetabek (Regional BRT Agency under JTA), CG: Central Government, LG: Local Government. TA: Technical Assistance (funded by Official Development Assistance)

<Pre-F/S Pengembangan BRT Kota Tangerang >

Gambaran: Tingginya demand pada koridor Kalideres ke Kota Tangerang telah

teridentifikasi dengan disiapkannya rencana tindak jangka pendek dan pre-feasibility study (PFS). Tujuan kunci dari PFS adalah untuk mempersiapkan penilaian kelayakan awal atas implementasi sistem BRT. Aktivitas ini mencakup review terhadap pekerjaan eksisting, analisa data survey JAPTraPIS, peramalan travel demand, penilaian kesesuaian rute, pengajuan lokasi shelter dan terminal, penentuan integrasi kedalam jaringan BRT JABODETABEK BRT, serta kinerja operasional dan finansialnya.

Lokasi Garis Koridor dan Shelter: Rute yang diajukan adalah 10.6km dengan 11

shelter yang diajukan, termasuk dua eksisting terminal bus (Kalideres & Poris Plawad), delapan shelter baru dan shelter pemberhentian terakhir di Tangerang City Mall.

Analisis Demand Koridor dan Penilaian Operasional: Peralaman demand dan

penilaian eksisting infrastruktur termasuk 10 bus, ditunjukkan bahwa sistem ‘Intermediate BRT’ akan dioperasikan pada koridor tersebut, setelah melalui sejumlah persiapan awal pada awal pertengahan -2012.

Penilaian Finansial dan Keberlanjutan: Hasil dari analisis financial menunjukkan

surplus pendapatan pada tahun pertama operasional, dan dapat mencapai setidaknya US$730 ribu per tahun, sebelum kebutuhan biaya investasi pengadaan armada bus di masa depan. Keuntungannya diperkirakan meningkat seiring waktu. Keberhasilan pendanaan dari sistem ini tergantung pada pertimbangan perencanaan untuk kelancaran operasional, kenyamanan, dan keselamatan penumpang dalam naik dan turun atau menyeberangi platform di shelter transfer Kalideres.

Dalam dokumen 9 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN (Halaman 91-94)