• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siklus II sil belajar siswa

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab IV, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran yang baik disusun dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, berdasarkan KTSP. Adapun komponen rencana pelaksanaan yang dibuat sebagai berikut : (a) kolom identitas mata pelajaran; (b) standar kompetensi; (c) kompetensi dasar; (d) indikator pencapaian kompetensi; (e) tujuan pembelajaran; (f) materi pembelajaran; (g) metode pembelajaran; (h) kegiatan pembelajaran; (i) alat dan sumber belajar; (j) penilaian. Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat dan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Salah satu cara yang dapat dijadikan pedoman keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran adalah perumusan langkah-langkah pembelajaran pada materi kegiatan pemanfaatan sumber daya alam melalui model pembelajaran make a match dengan tepat.

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru pada siklus sebelum dilaksanakan tindakan penelitian masih terdapat kekurangan, penggunaan model pembelajaran juga masih belum tepat, sehingga belum dapat melaksanakan pembelajaran secara maksimal.

Dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I cukup baik, namun masih ada kekurangan tentang pemilihan dan penggunaan media yang tidak variatif dan proporsional. Pada siklus II pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran baik. Hasil observasi terhadap rencana pembelajaran kegiatan pemanfaatan sumber daya alam melalui model pembelajaran make a match pada penelitian ini, mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya perubahan peningkatan nilai dari setiap siklusnya. Pada Siklus I hasil

72

penilaian observasi tentang RPP yang dibuat guru mencapai 73% sedangkan pada siklus II mencapai 89%.

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran

Proses pelaksanaan pembelajaran IPS tentang kegiatan pemanfaatan sumber daya alam sebelum dilakukan tindakan lebih banyak berpusat pada guru. Siswa lebih banyak menyimak saja dan tidak terlalu aktif selama proses pembelajaran.

Pada tindakan penelitian, proses pembelajaran IPS tentang kegiatan pemanfaatan sumber daya alam pada siklus I melalui model pembelajaran make a match cukup baik namun masih terdapat kekurangan, guru belum sepenuhnya menarik perhatian siswa atau membangkitkan motivasi serta keingintahuan siswa. Alokasi waktu dalam kegiatan belajar mengajar belum dimanfaatkan secara efektif dan menyeluruh. Di akhir pembelajaran, guru tidak meninjau kembali dan membimbing siswa menyimpulkan hasil belajar. Pada siklus II proses pelaksanaan pembelajaran IPS tentang kegiatan pemanfaatan sumber daya alam ternyata hasilnya baik.

Setelah dilaksanakan tindakan penelitian, pelaksanaan pembelajaran menjadi semakin efektif. Karena melalui model pembelajaran make a match siswa terlibat aktif dengan melakukan permainan kartu berpasangan. Sehingga anak merasa lebih termotivasi dengan pembelajaran yang menarik bagi mereka.

Hasil observasi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran pada materi kegiatan pemanfaatan sumber daya alam mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan peningkatan nilai pada setiap siklusnya. Pada Siklus I hasil penilaian observasi tentang Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran mencapai 69,% sedangkan pada siklus II mencapai 88%.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM mata pelajaran IPS yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes awal siswa yang hanya 6 orang siswa dapat mencapai KKM dan sisanya belum mencapai KKM.

Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi kegiatan pemanfaatan sumber daya alam sebelum tindakan hanya 30% siswa mencapai KKM dengan nilai rata-rata 54. Setelah melalui model pembelajaran make a match, pada siklus I belum mencapai target yang diharapkan, hanya 35% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata mencapai 59. Pada siklus II telah mengalami peningkatan, karena sebanyak 19 siswa atau 95% telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata mencapai 80. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kegiatan pemanfaatan sumber daya alam.

Setelah dilakukan tindakan, hasil belajar siswa menunjukkan perbaikan, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai hasil tes mereka yang mengalami perubahan. Pada saat tes awal, nilai rata-rata mereka hanya mencapai 54, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 59,25 dan pada siklus II menjadi 80. 4. Kinerja Guru

Kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung semakin meningkat, dari Siklus I ke Siklus II. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil penilaian APKG. Pada Siklus I mencapai nilai 2,77 dan pada Siklus II adalah 3,43.

B. Saran

Mengacu pada hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Agar penggunaan model pembelajaran make a match menjadi lebih efektif, hendaknya guru mempersiapkannya dengan baik, mulai dari merancang RPP, alokasi waktu yang digunakan, sampai langkah-langkah pelaksanaannya. Persiapan ini bertujuan agar penggunaan model pembelajaran make a match

dapat menjadikan siswa lebih termotivasi dalam belajar, serta membuat pelaksanaan pembelajaran jadi menyenangkan, sehingga siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya dan sehingga terhindar dari perilaku yang menyimpang dari kegiatan pembelajaran.

74

2. Sesuai dengan penelitian ini, peneliti menyarankan kepada para pengajar pelajaran IPS khususnya untuk memanfaatkan berbagai media, model, dan teknik pembelajaran. Dalam hal ini menggunakan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Kepala Sekolah hendaknya memberi dukungan dan motivasi kepada guru dalam mengembangkan kemampuan profesionalitas mengajarnya, agar kualitas pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik.

75

Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). PT. Rineka Cipta, Jakarta

Asrori, Muhammad (2009) Penelitian Tindakan Kelas. CV Wacana Prima, Bandung

Fachrudin. (2009)

Tersedia di: http://wbungs.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-make-and-match.html).

[Diakses 10 Pebruari 2014].

Hamalik, Oemar. (1975) Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Tarsito, Bandung

Lie, Anita. (2002) Cooperative Learning (Mepraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas), PT. Grasindo, Jakarta.

Nasution, S. (2001) Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. PT. Bumi Aksara, Jakarta

Purwanto, Ngalim (2010) Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Poerwadarminta, W.J.S. (2007) Kamus Umum Bahasa Indonesia. (edisi ketiga) PT. Balai Pustaka, Jakarta

Sardiman, A.M. (2007) Interaksi Belajar Mengajar. Rajawali Press, Jakarta.

Slameto (2010) Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta, Jakarta

Suhardjono (2007) Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta

Sumanto, Wasty (2006) Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), PT. Rineka Cipta, Jakarta

Suryana, Yaya dan Priatna, Tedi (2009) Metodologi Penelitian Pendidikan, CV. Azkia Pustaka Utama, Bandung

Suyatno (2009)

Tersedia di: http://wbungs.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-make-and-match.html.

76

Syamsuddin Makmun, Abin (1996) Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pengajaran Modul. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Wahab (2007)

Tersedia di: http://wbungs.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-make-and-match.html.

Dokumen terkait