PROJECT I. GMP, SSOP & HACCP
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
PROJECT I. GMP, SSOP & HACCP
6.1 KESIMPULAN
GMP dan SSOP merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi sebelum sebuah perusahaan mengaplikasikan sistem HACCP, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, secara umum keseluruhan penerapan GMP dan SSOP di pabrik ini telah memenuhi standar. Namun, masih terdapat beberapa point penerapan yang belum maksimal dilakukan. Berdasarkan penelusuran melalui diagram sebab akibat terdapat beberapa faktor diantaranya mesin, metode, managemen, manusia,dan material. Masalah yang paling dominan adalah permasalahan kedisiplinan higiene dan perlengkapan pekerja, masih terbatasnya fasilitas penunjang proses produksi serta permasalahan kondisi mesin dan peralatan yang digunakan selama proses produksi. Oleh karena itu, upaya-upaya perbaikan mulai diterapkan oleh pihak perusahaan.
Berdasarkan identifikasi dan penetapan CCP, dari semua bahan baku yang digunakan pada proses produksi bumbu penyedap rasa, terdapat empat golongan yang dikategorikan sebagai OPRP (not CCP) yaitu golongan natural spice, miscellanous, flours dan texturizing agents berupa cemaran fisik benda asing dan cemaran kimia berupa kontaminasi logam dengan tindakan pencegahan berupa pembelian raw material dari approved supplier dan pengecekan visual pada saat penerimaan raw material. Terdapat satu OPRP di dalam proses yaitu pada siever di dalam v-brow siever untuk menyaring kemungkinan cemaran fisik berupa batu, serangga, dan cemaran fisik yang lainnya.
Pada kondisi aktual lapangan ditetapkan satu Critical Control Point (CCP), yaitu pada tahap filling, yaitu produk dilewatkan pada mesin metal detector untuk pencegahan kontaminasi benda asing berupa metal. Terdapat perbedaan CCP pada kedua produk bumbu penyedap rasa ini. Pada proses filling Royco AIO, produk dilewatkan pada metal detector yang terpasang pada mesin pengemas, Sedangkan pada proses filling royco SA, produk secara manual dilewatkan ke dalam mesin metal detector khusus sebelum pengemasan secara manual.
6.2
SARAN
1.
Perlunya pelaksanaan HACCP dengan segera untuk produk bumbu penyedap rasa di Pabrik Lion PT Unilever Indonesia Tbk dengan melakukan audit internal dan dokumentasi seluruh dokumen yang dibutuhkan dalam implementasi sistem ini oleh pihak manajemen terkait2.
Perlunya ditingkatkan kesadaran higienis pekerja dengan cara pemberian training sanitasi dan hygiene pekerja, penyediaan visual control mengenai sanitasi dan juga kontrol persediaan fasilitas yang diperlukan untuk sanitasi dan higiene bagi para pekerja73
3.
Perlunya dilakukan peningkatan penyediaan fasilitas dan sarana produksi di pabrik baru ini.4.
Perlu pengawasan ketat dalam penggunaan APD bagi para pekerja khususnya di area produksi yang bersinggungan dengan produk.5.
Untuk penelitian selanjutnya perlu dikaji analisa ekonomi sebelum dan sesudan penerapan HACCP dan analisa SWOT penerapan HACCP bagi perusahaanPROJECT II. SPC
6.1 KESIMPULAN
Aw produk bumbu penyedap rasa belum terkendali secara statistik.
Keadaan proses yang belum terkendali seperti ini menyebabkan perhitungan kapabilitas proses belum dapat digunakan sebagai acuan kemampuan proses.
Berdasarkan diagram sebab akibat yang telah diverifikasi terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan variasi Aw produk bumbu penyedap rasa yaitu mesin, metode, dan lingkungan
Selanjutnya ketiga faktor tersebut dianalisis lebih jauh untuk menentukan saran tindakan pengendalian yang akan dilakukan. Analisis yang dilakukan menggunakan why-why analisis dan diagram Pareto Dari hasil analisis tersebut, terdapat empat masalah potensial penyebab variasi Aw produk finish goods bumbu penyedap rasa diantaranya RH packing hall di luar standar (25%), pengemas produk semi finish goods terbuka pada saat proses filling (25%), RH dehumidifier di luar standar (25%), lama unloading (7,5%). Dari keempat penyebab tersebut akan dilakukan rancangan tindakan perbaikan mutu dalam proses produksi produk bumbu penyedap rasa dengan melakukan
Dari hasil usulan perbaikan dan uji coba lapangan dengan melakukan peninjauan material handling dan standar keseluruhan proses. Dari hasil uji coba 4 batch dilakukan pengukuran Aw pada tiga titik awal, tengah dan akhir. Hasil akhir yang didapatkan berupa nilai Aw produk finish goods yang cukup seragam.
6.2 SARAN
1. Perlu diadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan operator dan dilakukan evaluasi hasil pelatihan oleh mentor, terutama terhadap faktor- faktor yang dapat memicu terjadinya variasi Aw selama proses proses produksi berlangsung.
2. Perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan penyediaan fasilitas produksi untuk mengontrol kondisi lingkungan di area produksi.
3. Pengawasan perlu ditingkatkan agar kedisiplinan dan awareness para karyawan tetap terjaga selama proses produksi berlangsung.
4. Setelah tindakan korektif dilakukan, maka perlu dilakukan evaluasi dengan cara pengambilan data dan analisis data kembali untuk mengetahui sudah seefektif apa tindakan korektif dilakukan.
74 5. Setelah proses terkendali secara statistik, kapabilitas proses perlu dihitung untuk mengetahui kemampuan proses dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi.
6. Penerapan Statistical Process Control (SPC) untuk selanjutnya dapat diterapkan pada kondisi-kondisi yang menyebabkan penyimpangan mutu produk bumbu penyedap rasa lainnya.
7. Perlu dilakukan pelatihan SPC jika SPC akan diterapkan untuk proses pengendalian mutu di masa yang akan datang
\
75
DAFTAR PUSTAKA
Alli I. 2004. Food Quality Assurance: Principle and Practices. New York: CRC Press.
Anonim.2011. 5-why Analysis. http://sixsi6maindonesia.com/html. [10 Juni 2012]
Badan POM RI. 2012. Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012. BPOM RI.
Deming, W.E. 1995. Control Chart as a Tool in Statistical Quality Control.
http://www.deming.eng.clemson.edu, Continuous Quality Improvement Server Home Page. [6 Juni 2012]
FDA. 1995. Sanitation, Sanitary Regulation and Voluntary Programs. Di dalam: G. Mariot, Norman (ed). Principles of Food Sanitation, Hal. 7. 3rd ed. New York: Chapman and Hall.
Fardiaz Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Feigenbaum V. A. 1989. Kendali Mutu Terpadu. Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Gaspersz V. 1998. Statistical Process Control, Penerapan Teknik-teknik Statistikal dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gasperz V. 2001. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hoyle D. 2001. ISO 9000, Quality Systems Handbook. Oxford: Butterworth Heinemann.
Hubeis M. 1999. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Pengendalian Mutu dan Keamanan Bagi Staf Penganjar. Kerjasama Pusat Studi Pangan Pangan & Gizi – IPB dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.
Hubeis M dan Kadarisman D. 2007.Pengendalian Mutu pada Industri Pangan.
Jakarta: Universitas Terbuka
Ishikawa K . 1989. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Terjemahan. Jakarta: Mediatama Sarana Perkasa
Jenie B.S.L. 1998. Sanitasi Dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kadarisman D. 1994. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Singkat Dalam Bidang Teknologi Pangan, Angkatan II. Kerjasama FATETA IPB – PAU Pangan & GIZI IPB dengan Kantor Menteri Negara Urusan Pangan/BULOG Sistem Jaminan Mutu Pangan. Bogor.
76 Manik B. 2004. Analisis Peningkatan Kinerja Mutu pada Lini Produksi [skripsi]. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Montgomery, D.C. 1996. Introduction to Statistical Quality Control, 3rd ed. New York: John Willey and Son, Inc.
Muhandri, T. dan Kadarisman D. 2005. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor:
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Muhandri T, Kadarisman D. 2008. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor: IPB Press.Nasution MN. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Bogor::
Ghalia Indonesia.
Nasution MN. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Bogor: Ghalia Indonesia.
Ryan T. P. 1989. Statistical Methods for Quality Improvement. New York: John Willey and Son, Inc.
Suardi R. 2003. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000. Jakarta : PPM.
Tapiero, Charles S. 1996. The Management of Quality and its Control.London: Chapman & Hall.
Tenner AR, Detoro IJ. 1992. Total Quality Management: Three Steps to Continous Improvement.
Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.
Wayworld. 2001. Statistical Process Control – A Wayworld Tutorial. http://www.wayworld.com, Wayworld Inc. [8 Juni 2012].
Winarno, F.G dan Surono. 2004. HACCP dan Penerapannya Dalam Industri Pangan. Bogor:
M-Brio Press.
77
LAMPIRAN
78 Lampiran 1. Tata Letak dan Desain Pabrik Lion PT Unilever Indonesia Tbk
Raw Material Storage
Ruang
racik Mixing
Room Drying
Room Packing
Hall Intermediate
room
Finished Product Storage
Office Ruang
Ganti Kantin Pos
Satpam
Pos Satpam Gudang
in
in Lobby
Assembly Point
79 Lampiran 2. Deskripsi Produk dan Identifikasi Penggunaannya
PRODUCT INFORMATION
Nama Produk Culinary Product
Royco/Knorr Seasoning mix:
Royco Granule All in One, Royco Knorr Granule South Africa
Deskripsi Produk Royco/Knorr Seasoning mix adalah bumbu penyedap dalam bentuk granula yang digunakan sebagai “flavor enchancer” di dalam masakan
Product Ingredients Mengacu kepada spesifikasi spec, manufacturing spec dan raw material spec
Process Description Culinary product
Proses pencampuran dimulai dari pencampuran garam dan bahan lainnya sampai homogen. Kemudian produk dikemas ke dalam sachet alufoil dan lebih lanjut dimasukkan ke dalam fibrite.
Untuk memastikan produk tidak menggumpal (free flowing) maka proses mixing dan filling dilakukan pada ruang yang suhu dan kelembabannya (RH) terkontrol dengan target temperatur &
kelembaban 20-25oC dan RH 40%
maksimum di packing hall dan RH 50%
maksimum di mixing room
Packaging Materials Mengacu kepada packaging spec dan packaging master sheet
Shelf Life Culinary Producti
1 tahun dari tanggal produksi Storage Condition Produk disimpan pada ambient
temperatur di tempat yang kering dan sejuk
Intended Use Culinary Product
Royco/Knorr Seasoning
Tercantum di kemasan, produk ditambahkan sebagai bumbu dalam makanan
80 Lampiran 3. Diagram Alir Proses Produksi Royco Granule
W4
Penyimpanan
RM/PM Warehouse
RM/PM Store
T : 20 – 25
0C RH max : 50%
Pallet Raw Material RM / PM Loading
Bay
T : ambient Pallet, Forklift
Penerimaan Material
RM / PM Loading Bay
T: ambient Pallet, Forklift
Transfer ke produksi
RM / PMStore
T : 20-25
0C RH max : 50%
hand pallet
A
W1W2
W3
W5
Packaging Material
RM / PM Loading Bay
T : ambient Pallet, Forklift
W1a
Transfer ke RM / PM Store
RM / PM Store
T: ambient Fork Lift, pallet
81
82 Filling Manual (SA) Metal Detector, PM
S13
S8
S9
S10
S11
S12a
B
2Pengeringan Dryer
Packing
Manual/ case taper
Control kode Filling (AIO) Metal Detector,
PM
Penyimpanan
Sementara Plastic Bag
Storage
T: ambient
Warehouse FP Pallet/Rack Control FIFO Granulasi
)
Granulator, Conveyor
Pengayakan Siever
B
1CCP1a CCP1b
S12b
83 Lampiran 4. Identifikasi Bahaya Bahan Baku
Process
No. Processing Step
Step 6 Step 7
Hazard to be controlled Hazard Analysis
Preventive Action CCP Identification CCP / Likelihood QCP
- Pembelian hanya dari approved supplier
- Pembelian material dari approved supplier A : Allergen (wheat allergen)
M
- Pembelian material dari approved supplier, inspeksi mikrobiologi menurut spesifikasi
- Pembelian material dari approved supplier, pemeriksaan mould
- Pembelian dari approved supplier - Pembelian material dari approved
supplier
84 Flavors/Colors M : -
C: - P: - A: -
Proteins M: Pertumbuhan mikrobiologi apabila proses dari Raw Material tidak benar
- Pemeriksaan mikrobiologi pada saat penerimaan
- Pemeriksaan visual pada saat penerimaan
- Pelabelan allergen pada produk Natural Spice M: mikrobiologi apabila proses
menyimpang
- Pembelian dari approved supplier - Pemeriksaan secara visual pada saat
penerimaan Y N Y Y (not
P: Benda asing (kotoran, batu, plastik,serpihan kayu,dsb)) A:
L
H M
H - Pembelian dari approved supplier - Monitoring QC untuk pengecekan
logam berat
- Pemeriksaan secara visual pada saat penerimaan apabila proses di supplier tidak benar
- Pembelian dari approved supplier - Monitoring QC untuk pengecekan
logam berat
- Pemeriksaan secara visual pada saat penerimaan
85 Lampiran 5. Matriks Analisa Bahaya (Risk Assesment) PT Unilever Indonesia Tbk
PENENTUAN ASPEK QUALITY & CONSUMER SAFETY
Kemungkinan terjadinya bahaya (Likehood to occur/R)
L (10) Secara teoritis mungkin, tapi kecil kemungkinannya, dalam 5 tahun terakhir
Belum pernah ada kejadian
M (100) Mungkin terjadi (pernah terjadi 2-5 tahun yang lalu)
H (1000) Sangat mungkin terjadi (pernah terjadi dalam 2 tahun terakhir)
T ingkat keseriusan bahaya (Severity/ S) : A. Bahaya fisik/ benda asing
L (10) Tidak berbahaya bagi konsumen. Bendanya tidak tajam, ukuran < 7 mm atau > 25mm, dan produknya bukan produk yang siap saji ( dalam proses penyajiannya ada step yang dapat menghilangkannya M (100) Dapat menyebabkan luka (lecet) pada mulut/ tenggorokan pada
konsumen, namun tidak menyebabkan kematian. Kriteria yang termasuk kategori ini adalah:
- Bendanya tajam, ukuran benda 7-25 mm dan produk membutuhkan persiapan tambahan sebelum dikonsumsi - Ukuran < 7 mm dan dapat dikonsumsi oleh special risk
group (misalnya anak-anak dan manula)
- Bendanya tajam, dan ukurannya lebih dari 25 mm
H (1000) Dapat menyebabkan kematian (chocking hazard). Yang termasuk dalam criteria ini:
- Bendanya tajam dengan ukuran 7-25 mm panjangnya dan produknya langsung dikonsumsi atau hanya membutuhkan persiapan minimal seperti pemanasan saja, yang tidak dapat menghilangkan, atau mengurangi hazard.
B. Bahaya Mikrobiologi
L (10) Tidak ada potensi bahaya terhadap kesehatan, hanya akan menyebabkan kerusakan produk (product spoilage). Microbiologi yang masuk ke dalam kategori bahaya ini adalah: Coliform, TVC, Mould and Yeast, Physhotrophic bacteria.
M (100) Bahaya kesehatan yang diakibatkan hanya bersifat sementara saja, tidak mengancam jiwa, Mikrobiologi yang masuk ke dalam kategori bahaya ini adalah: enterobacteriaceae, Salmonella, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Yersinia enterocolitica, Campylobacter coli atau C.jejuni, Pseudomonas aeruginosa, Aeromonas hydrophila
Note:
Resiko bahaya bisa menjadi naik ke tingkat yang lebih tinggi, apabila produk dikonsumsi oleh kelompok rawan (anak-anak, manula atau orang yang berpenyakit), atau toxin yang terbentuk.
H (1000) Bahaya kesehatan yang diakibatkan bisa menyebabkan kematian
atau sulit untuk disembuhkan Mikrobiologi yang masuk dalam
kategori bahaya ini adalah: Listeria Monocytogenes
86
C. Bahaya Kimia atau allergen
L (10) Tidak ada potensi bahaya terhadap kesehatan,hanya akan
menyebabkan kerusakan produk ( product spoilage) atau perubahan penerimaan konsumen terhadap produk. Yang masuk dalam kategori ini misalnya: kandungan besi dapat mengakibatkan produk minyak menjadi tengik atau berubah warna
M (100) Ada bahaya terhadap kesehatan akan tetapi secara tidak langsung (efek akumulasi/tahunan), misalnya cu,Hg, Pb, toksin, residu pestisida
H (1000) Potensi bahaya kesehatan secara langsung misalnya As, allergen
Matrix Korelasi antara tingkat keseriusan dan tingkat kemungkinan terjadinya bahaya untuk menentukan signifikansi dari bahaya.
High Risk (1000)
Nilai perkalian antara S & R apabila nilainya > 10.000 dan khusus untuk bahaya mikrobiologi, meskipun kemungkinan bahayanya sangat kecil, namun severity dari bahayanya medium, maka bahaya termasuk ke category signifikan dan harus diidentifikasi apakah bahaya tersebut merupakan titik kontrol kritis (CCP) atau hanya sebagai operasional pre-requisite program (OPRP) melalui CCP decision tree.
Apabila resiko bahaya signifikan (nilai perkalian S & R > 10.000), namun tindakan pencegahannya (control measure) merupakan PRP, maka dikategorikan sebagai OPRP dan tidak perlu melalui tahap CCP Decision tree
H
M
L
87 Lampiran 6. Identifikasi Bahaya dan Tindakan Pencegahan Pada Proses Produksi Royco Granule
Process
No. Processing Step
Step 6 Step 7
Hazard to be controlled Hazard Analysis
Preventive Action CCP Identification CCP / Likelihood OPRP
(L, M, H) Severity
(L,M,H) Q1 Q2 Q3 Q4
S1 Persiapan PM M : Kontaminasi dari operasional yang tidak hygiene
C : -
P : Kontaminasi benda asing dari patahan pallet kayu akibat
- Ikuti prosedur SOP Sanitasi &
Hygiene Pekerja
- Pallet plastik atau pallet kayu yg dilapisi oleh plastik/terpal di area produksi
S2 Penimbangan Raw
Material M : Bahaya mikroba apabila alat(sekop) kotor dan operator yang tidak hygiene
C : -
P : Benda asing (serpihan plastik,dll) dari ruang timbang A : Kontaminasi silang antara
material allergen dan material
- Ikuti SOP pembersihan peralatan dan sanitasi pekerja
- Penggunaan pallet khusus untuk penimbangan raw material - Primary packaging RM tidak
disobek
- Pencantuman label allergen - Penggunaan sekop khusus untuk
RM Allergen S3 Penimbangan Air M : Bahaya mikroba apabila alat
kotor dan operator yang tidak hygiene
C : Bahaya kimia (logam) dari air P : -
A :-
L H - Regularly check chemical
composition in water
87
88 S5 Pemasukkan Ingredients
(kec. Air) M : Bahaya mikroba apabila alat kotor dan operator yang tidak hygiene
- Ikuti SOP sanitasi pekerja dan pembersihan peralatan
- Pengecekan kondisi strainer pada siever
P : Benda asing (logam/mur,dll) dari super mixer
A : Kontaminasi silang sisa produk yang mengandung allergen - Ikuti prosedur pencucian peralatan
di area produksi S7 Unloading M : Bahaya mikroba apabila alat
(bin) kotor dan operator yang tidak hygiene
C : -
P : Benda asing dari sekitar wilayah mixing room / benda asing yang mungkin berasal
- Ikuti SOP sanitasi pekerja dan pembersihan peralatan
- Menutup permukaan bin yang berisi bahan dengan penutup khusus
S8 Granulasi M : Bahaya mikroba apabila alat kotor dan operator yang tidak hygiene
C : -
P : Kontaminasi Benda asing (metal) dari sekitar granulator
- Ikuti SOP sanitasi pekerja dan pembersihan peralatan
- Pemasangan metal detector pada Production line
88
89
S9 Pengeringan M : -
C : -
P : Kontaminasi benda asing di bed dryer
A : -
L L - Ikuti SOP pembersihan peralatan
- Penyaringan dengan V-brow Siever mesh 8, 40 dan 6 (AIO) & Mesh 6 untuk SA
S10 Pengayakan M : -
C : -
P :Kontaminasi dari benda asing (serat kain,dll)
A : -
L L - Ikuti SOP pembersihan peralatan
- Pengecekan kondisi sambungan antar bed dryer dan siever - Pengecekan kondisi siever mesh 8,
40 dan 6 (AIO) & Mesh 6 untuk SA S11 Penyimpanan M : Pertumbuhan mikrobiologi
apabila kondisi penyimpanan tidak
- Monitoring kondisi penyimpanan T:
20-250C RH: max 40%
- Ikuti SOP Penyimpanan material - Pembelian & Pengunaan PM dari
approved supplier
- Penggunaan pallet khusus yang bersih
S12a Filling (AIO) M : Bahaya mikroba apabila alat (bucket) kotor dan operator yang tidak hygiene
C : -
P : Kontaminasi benda asing (metal) pada saat handling
- Ikuti SOP sanitasi peralatan dan pekerja
- Pengecekan dan Monitoring metal detector selama filling
- Ikuti SOP handling material proses filling
- Regularly check filling machine
Y Y CCP1a
89
90 S12b Filling Manual (SA) M: Bahaya mikroba apabila alat
(bucket) kotor dan operator yang tidak hygiene
- Ikuti SOP sanitasi peralatan dan pekerja
- Pengecekan dan Monitoring metal detector selama filling
- Ikuti SOP handling material proses filling
S15 Rework M : Bahaya mikroba apabila alat (sekop) kotor dan operator yang tidakhygiene C : -
P : Benda asing (serpihan plastik,dll) dari area produksi A: -
L
L
L
M
- Ikuti SOP prosedur rework - Monitoring kondisi dan lama
penyimpanan produk rework
- Visualisasi label rework
90
91 Lampiran 7. Pohon Keputusan CCP (CCP Decision Tree)
92 Lampiran 8. Penentuan CCP Pada Proses Produksi Royco Granule
CCP MONITORING – ROYCO GRANULE LION
CCP
No. Processing
Step Hazard
Step 8 Step 9
Monitoring CCP Step 10
Corrective Action Verifikasi
Target Value Critical Limits Action
limit What to Check How
1b Filling Manual P : Kontaminasi benda asing (metal)
93 Lampiran 9. Penentuan OPRP Pada Proses Produksi Royco Granule
OPRP MONITORING – ROYCO GRANULE LION
OPRP
No. Processing
Step Hazard Monitoring Corrective Action Verifikasi
Control
94 Lampiran 10. Why-Why Analysis Penyebab Variasi Aw Produk Bumbu Penyedap Rasa Pada Area RMS
Problem Why-1 Check G/NG Why-2 Check G/NG Solution
Actual Standar Actual Standar
Variasi Aw semi
Tidak ada celah udara luar masuk ke dalam area RMS
NG Menutup celah udara luar yang masuk ke area RMS berada di area RMS dan sembarangan keluar masuk
95 Lampiran 11. Why-Why Analysis Penyebab Variasi Aw Produk Bumbu Penyedap Rasa Pada Area Mixing Room
Problem Why-1 Check G/NG Why-2 Check G/NG Solution
Actual Standar Actual Standar
Variasi Aw
30-45% Max.50% G Continue Monitoring
2.3
NG Pengaturan arah aliran AC tidak mengekpos raw material yang terbuka
NG Brieifing pekerja di area mixing room tidak
96
Why-3 Check G/NG Why-4 Check G/NG Solution
Actual Standar Actual Standar
2.4.1.1 mengatur kondisi jeda waktu mixing setiap batch
600-1100 rpm Max. 2000 rpm G Continue monitoring
2.4.1.3.1
- NG Pengecekan kondisi Siever setiap
awal produksi
Actual Standar Actual Standar
Variasi Aw
97 Lampiran 12. Hasil Pengukuran Temperatur Bahan Selama Proses Pengeringan
Hari/Tanggal No.Batch Panel (0C) Blower A (0C) Blower B (0C) Blower C (0C) Dehumidifier
98 Lampiran 13. Why-Why Analysis Penyebab Variasi Aw Produk Bumbu Penyedap Rasa Pada Area Drying Room
Problem Why-1 Check G/NG Why-2 Check G/NG Solution
Actual Standar Actual Standar
Variasi Aw
NG Optimasi temperatur pengeringan bed dryer
NG Pengecekan kondisi blower bed dryer pada saat start up sebelum proses produksi dimulai Penyediaan indikator temperatur bahan di dalam bed dryer Checklist pengecekan temperatur bed dryer selama proses produksi berlangsung
bin maksimum 1 jam
G
Continue Monitoring4.2.2
99
Torsi mesin terlalu tinggi 600-1100 rpm Max.2000 ppm G
4.2.2.2
NG Pengecekan kondisi Siever setiap awal produksi Monitoring jadwal penggantian Siever (Checklist
4.3
Actual Standar Actual Standar
Variasi Aw semi
Temperatur bahan pada blower C sebelum masuk ke dehumidifier
100 bervariasi Menyesuaikan temperatur pada
hot coil dehumidifier
Why-3 Check G/NG Why-4 Check G/NG Solution
Actual Standar Actual Standar
4.5.2.1 Temperatur pada
cooling coil bervariasi
DT Bervariasi
5 0C NG
Checklist pengecekan RH pada RHmeter dehumidifier dan RH pada panel mesin dehumidifier selama proses produksi
Pengecekan kondisi dehumidifier pada saat start up sebelum proses produksi
101 Lampiran 14. Why-Why Analysis Penyebab Variasi Aw Produk Bumbu Penyedap Rasa Pada Area Packing Hall
Problem Why-1 Check G/NG Why-2 Check G/NG Solution
Actual Standar Actual Standar
Variasi Aw
Problem pada AC Kondisi AC berfungsi dengan baik selama
102
103
penyimpanan pallet lain sesuai SOP
5.4.2
10-16 kg Kapasitas bucket
max. 12 kg NG
One Point Lesson takaran pengisian produk ke dalam pengemas
One Point lesson standarisasi material handling pada proses
104
pengemas bervariasi filling
Penyediaan timbangan digital khusus untuk penimbangan output di area drying room
105 Lampiran 15. Hasil Uji Coba Lapangan 4 Batch Pada Proses Produksi
Hari/
Tanggal
No.
Batch
Machine Environment Method
Granulator Mespack Bed Dryer Temperatur (
0C) RH (%) Handling
12.42-13.03
Normal Normal
358 √ √ √ √ √ √ 23,3 37
12.50-13.0313.03-13.30
Normal Normal
359 √ √ √ √ √ √ 23,8 38
13.11-13.3013.30-13.50
Normal Normal
360 √ √ √ √ √ √ 24,0 37
13.38-13.5013.50-14.16
Normal Normal
No.batch T Mixer
No.batch Aw produk Semi Finish Goods
LION RnD
106
359 0,3210/ 25,07
0C 0,31/ 22,8
0C
360 0,3045/ 25,07
0C 0,27/22,8
0C
No. batch Aw Produk Finish Goods
LION RnD
357 0,3244/25,05
0C 0,27/21,7
0C
0,3189/25,09
0C 0,27/21,7
0C 0,3233/25,06
0C 0,26/21,7
0C
358 0,3325/25,03
0C 0,28/21,8
0C
0,3197/25,04
0C 0,27/22,3
0C 0,3216/25,04
0C 0,27/22,0
0C
359 0,3240/ 25,06
0C 0,27/23,0
0C
0,3362/25,07
0C 0,27/21,8
0C 0,3156/25,07
0C 0,27/21,4
0C
360 0,3286/25,04
0C 0,27/21,8
0C
0,3297/25,08
0C 0,26/22,0
0C 0,3304/25,08
0C 0,27/21,9
0C
No.batch Bagian Waktu Filling
(15/03/2012)
Lama Filling Lama waktu Pengeringan (14/03/2012)
Lama Penyimpanan
357 Awal 11.05 1 jam 20 menit 12.41-13.03 13.03- 11.05
Tengah 11.40 21 jam 2 menit
Akhir 12.25
358 Awal 12.28 2 jam 12 menit 13.03-13.29 13.29-14.40
Tengah 13.25 25 jam 11 menit
Akhir 14.40
359 Awal 14.44 1 jam 16 menit 13.29-14.00 14.00-14.44
Tengah 15.15 24 jam 44 menit
Akhir 16.00
360 Awal 16.05 1 jam 33 menit 14.00-14.30 14.30-16.05
Tengah 16.45 25 jam 35 menit
Akhir 17.38
107 Lampiran 16. Data Pengukuran Aw Produk Bumbu Penyedap Rasa
Nomor Batch Aw Produk Awal Aw Produk Akhir Rata-Rata Aw
1 0,2901 0,2809 0,2855
108 Nomor Batch Aw Produk Awal Aw Produk Akhir Rata-Rata Aw
51 0,2897 0,2971 0,2934
109 Nomor Batch Aw Produk Awal Aw Produk Akhir Rata-Rata Aw
101 0,3459 0,34 0,34295
110 Nomor Batch Aw Produk Awal Aw Produk Akhir Rata-Rata Aw
151 0,2785 0,3174 0,29795
111 Nomor Batch Aw Produk Awal Aw Produk Akhir Rata-Rata Aw
111 Nomor Batch Aw Produk Awal Aw Produk Akhir Rata-Rata Aw