• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasiahli STUDI PENDAHULUAN

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Karakteristik model PPBLS berupa pelatihan yang dilakukan secara berkelanjutan sebagai interfensi profesional, meliputi a) in service 1, yaitu pelatihan yang berbasis analisis kebutuhan, menyusun tujuan pelatihan, mendesain pelatihan, dan pelaksanaan pelatihan, a) on- service yaitu penerapan hasil pelatihan dengan implementasi lesson study, dan observasi pembelajaran terhadap peserta MGMP Gugus, c) in-service 2, yaitu workshop penguatan temuan-temuan ketika in-service 1 dan on-service.Pencapaianmodel PPBLS yaitu meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pengembangan perangkat pembelajaran IPA di SMP. 2. Kompetensi guru meningkat dalam mengembangkan pembelajaran IPA di SMP melalui model PPBLS, meliputi a) pemahaman konsep IPA yang dikaji dalam pelatihan, dapat menerapkannya dalam lesson studydan ketika observasi pembelajaran dilakukan terhadap observer peserta MGMP Gugus, dan b) pengkajian pembelajaran efektif, kreatif, dan inovatif yang dilakukan secara terus menerus. Peningkatan pengkajian pembelajaran, dalam hal 1) menggunakan model, metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA dan pendekatan keterampilan proses, 2) menyusun persiapan pembelajaran yakni menyusun RPP sesuai dengan Standar Proses, dan

169 membuat LKS yang melatih siswa berpikir kritis, 3) menyajikan pembelajaran IPA yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.

3. Keunggulan dalam penerapan model PPBLS yaitu; Memunculkan inspirasi, kreativitas, dan inovasi dalam pembelajaran. Kegiatan observasi pembelajaran dilakukan terhadap peserta MGMP setelah satu siklus lesson study. Terjadinya siklus dalam pelatihan.Pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif di sekolah masing-masing peserta MGMP, dandilakukan penguatan pemahaman pembelajaran terhadap peserta MGMP, serta menggali permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebagai bahan kegiatan MGMP. MGMP IPA sebagai wadah kegiatan guru-guru mata pelajaran dapat difungsikan secara maksimal.

4. Penerapan model PPBLS menggambarkan, banyak manfaat yang dirasakan secara langsung oleh guru antara lain: a) menambah wawasan , memperoleh inspirasi, dan hal-hal baru berkaitan dengan pembelajaran, b) memberikan pengalaman langsung dari guru lain ketika mengajar, c) guru menyadari kekurangan dalam pengetahuan, sikap mental selama ini, d) dalam pengembangan pembelajaran ada perbaikan e) dapat mengembangkan profesional guru secara berkelanjutan. Tanggapan Kepala Sekolah terhadap implementasi model PPBLS yaitu: dengan adanya observasi pembelajaran dapat melihat dan mempelajari kekurangan dan kelebihan gurudalam pembelajaran IPA; adanyaperubahan cara mengajar guru; guru dapat mendokumentasikan hasil kerjanya dan menyebar luaskan hasil yang diperoleh di MGMP Sekolah.

170 B. Saran

Untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran IPA di SMP, ada beberapa saran yang dapat menjadi perhatian bagi penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1. Agar model PPBLS berhasil sesuai dengan tujuan, maka pelatihan yang dilaksanakan ketika in-serviceStruktur Program harus dikembangkan sesuai dengan hasil analisis kebutuhan guru IPA di MGMP dan sesuai dengan Standar Kompetensi guru yang ditingkatkan baik kompetensi profesional maupun kompetensi pedagogik.

2. Perlu adanya penambahan waktu untuk in-service, agar dalam kegiatan on-service pengetahuandan wawasan guru sudah siap betul.

3. Hasil in-service 2 ditemukan beberapa hal yang masih diperlukan guru untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran IPA, yaitu tentang implementasi model-model pembelajaran dan pengembangan LKS untuk melatih siswa berpikir kritis.

4. Untuk guru IPA yang berlatar belakang bukan pendidikan dan mata pelajaran IPA, sebaiknya ada bimbingan secara berkesinambungan dari teman-teman guru IPA yang sudah berpengalaman dalam pembelajaran IPA, dan ada evaluasi dari kepala sekolah dan pengawas pembina.

5. Kepala sekolah memberi dukungan dan motivasi kepada guru, agar guru dapat mengikuti kegiatan di MGMP Gugus ini secara berkelanjutan, yaitu dengan membebaskan guru IPA untuk tidak mengajar di hari Sabtu.

171 6. Agar implementasi model PPBLS berhasil dengan maksimal dan setiap kelompok peserta MGMP ada yang memfasilitasi, maka diperlukan fasilitator dari setiap rumpun IPA yaitu fasilitator yang berlatar belakang pendidikan fisika, kimia, dan biologi.

7. Agar terjadi pemerataan bagi guru untuk mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan kompetensi profesional maupun kompetensi pedagogik, dapat dilakukan pengimbasan hasil kegiatan MGMP terhadap teman sejawat, yaitu guru yang mengikuti PPBLS MGMP Gugus menjadi fasilitator di MGMP Sekolah, fasilitator MGMP Gugus dan pengurus MGMP Gugus dapat mengikuti PPBLS MGMP Wilayah.

C.Rekomendasi

Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa model PPBLS dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran IPA. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan, dalam pengelolaan pengembangan profesional guru berkelajutan atau Continuing Professional Developmen (CPD) diharapkan model yang ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal adalah model PPBLS, dengan memperhatikan beberapa hal :

Fasein service 1, kegiatan pelatihan berdasarkan analisis kebutuhan guru di sekolah, lamanya pelatihan sesuaikan dengan kompetensi guru yang akan ditingkatkan, lebih banyak ke praktek bukan ke teori, dan fasilitator berlatar belakang pendidikan yang relevan dan berpengalaman.

Faseon service, tidak ada pergantian peserta agar guru mendapatkan pengalaman secara berkesinambungan, waktu dari in-service 1 ke on-service

172 tidak terlalu lama, bahan-bahan untuk pengembangan pembelajaran dipersiapkan, untuk fasilitator diperlukan dari berbagai latar belakang pendidikan IPA (Fisika, Biologi,dan Kimia), peran kepala sekolah dan pengawas diperlukan dalam mengobservasi pembelajaran.

Fasein-service 2, pendokumentasian pengembangan pembelajaran perlu bagi CPD guru agar dalam penilaian kinerja guru sudah siap. Keterbukaan guru sangat diperlukan untuk memperbaiki kinerja dalam pengembangan pembelajaran, sebagai bahan diskusi untuk program MGMP selanjutnya. Diperlukan komitmen guru, kepala sekolah dan pengawas.

173 DAFTAR PUSTAKA

Atay, D. (2006). Teachers’ Professional Development: Partnerships in Research. Teaching English as a Second or Foreign Language. 10(2)

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Borg. W. R and Gall, Meredith, D. (1983). Education Research: An Introduction. New York: Longman Inc

Bodenhausen, J. (1988). Does the Academic Background of Teachers Affect the Performance of Their Students?Educational Resource Information Center Bressoux, P., Kramarz., F., & Prost, C. (2008). Teachers’Training, Class Size and

Students’ Outcomes: Learning from Administrative Forecasting Mistakes. Discussion Paper No. 3871

Brown, B.L (2000). Vocational Teacher Professional Development. Practice Application, 11

BSNP. (2006). Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Ditjenmandikdasmen. Jakarta: Depdiknas

Bettencourt, A. (1989). What is Construktivism and Why are They All Talking About It?Michigan State University

Carin, A.A. and Sund, R.B. (1980). Teaching Science Through Discovery Skills. Fourth Ed. USA: Merril Pub.Co

Cohen D. K. & Hill, H.C. (2000) Instructional policy and classroom performance: The mathematics reform in California. Teachers College Record 102. Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Davies. E. (2005). The Training Manager’s a Handbook. London: Kogan Page Limited.

Day, C and Judyth Sachs. (2004).International Handbook on the Continuing Professional Development of Teachers, Berkshire:Open University Press. Darling, L and Hammond. (2000). Teaching as the Learning Profession:

Handbook of Policy and Practice. Jossey-Bass

Depdikbud RI. (1990). Buku Pedoman Penyelenggaraan MGMP Seluruh Indonesia. Jakarta: Dikmenum

174 Depdiknas (2008). Panduan Umum Pengembangan Silabus. Jakarta: Direktorat

Pembinaan SMA

Depdiknas. (2007). Permen Diknas No 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Dirjen PMPTK Depdiknas

Depdiknas. (2003) Permen Diknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi Guru Sekolah Menengah Atas. Jakarta. Depdiknas. (2005). PeraturanPemerintah RI No. 19 Tahun 2005

TentangStandarNasionalPendidikanDirjen PMPTK Depdiknas.

Depdiknas.(2006). Undang-UndangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen, DirektoratProfesiPendidikDirjen PMPTK Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Peraturan Mendiknas RI No.7 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Dirjen PMPTK Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Peraturan Mendiknas RI No. 8 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Dirjen PMPTK Depdiknas

Dildy, Peggy. 1982. “Improving Student Achievement by Appropriate Teacher In-Service Training: Utilizing Program for Effective Teaching (PET)”. Education 102(2)

Gagne, R.M and Brig, L.J. (1979). Principles or Instruction Design. New York: Holt Rinehart and Winston.

Hamalik, O. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Hake, R.R. (1998). Interactive-engagement vs traditional methodsz; A

six-thousand-student survey of mechanic test data for introductory physics courses. American Journal of Physics. 66, 64-74

Inner London Educational Authority (ILEA). (1980). Science in Process. London: HEB/ILLA.

Kennedy, J. (1995). Getting to The Heart of The Matter-The Marginal Teacher. The Teacher Trainer, 9(1), 10-14

175 Kneller, G. F. (1984). Movement Thought in Modern Education. New York: John

Wiley & Son, Inc.

Matthews, M. (1994). Science Teaching, New York: Routledge

McGilchrist. B, Myers. K, Reed. J.(2004). The Intelligent School. London: SAGE Publication.

Mayo & DU Bois (1987). The Complete Book of Training, Principle and Techniques. Amerika: University Associated

McMillan, J. H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Introduction. 5th Ed. New York: Addision Wesley Longman, Inc.

Mulyasa, E. (2007). StandarKompetensidanSertifikasi Guru. Bandung: RemajaRosdakarya.

Muijs, D and Reynolds, D. (2008). Effective Teaching. Published by Sage Publication Ltd London.

Nadler, L. (1982). Designing Training Programs. The Critical Events Models. London: Addison-Wesley Publishing Company

National Research Council (NRC). (1996). National Science Educations Standards. Washington: National Academic Press

National Science Teachers Association (NSTA). (1998). NSTA Standards for Science Teacher Preparation Adopted by The NSTA Board of Director. Tersedia: http//www.nvgc.vt.edu/nsta-ncat/november98.htm.(12 Juni 2003)

NRC, (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: NationalAcademy Press

Nur, M. (2000).Strategi-strategiBelajar.Surabaya: PusatStudiMatematikadan IPA sekolah. UniversitasNegeri Surabaya.

Pennington, M.C. (1990). A Professional Development Focus for The Language Teaching Practicum. In J.Richard & D. Nunan (Eds). Second Language Teacher Education. Cambridge: Cambridge University Press

Piaget. (1971). Psychology and Epistemology. New York: the Viking Press

Rutherford & Ahlgren. (1990). Science for All Americans Oxford Univercity Press Newyork

176 Saeful, K. Dkk. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk

Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Sagala, S. (2008). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Semiawan, Conny R. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Pendidikan Pra sekolah dan Sekolah Dasar). Jakarta: PT. Prenhallindo. Saguisag, D., Apoortadera, A. & Franco, E. (1991). Total Training Cycle: A

System View. In: A How-to-book for Trainers and Teachers Training. Philippines: National Bookl Store. Inc

Saito, K. Dkk. (2010). Panduan dan Buku Kerja Pelatihan Pelatih Nasional Lesson Study.tidak diterbitkan

Socketed, H. (1996). Teachers for the 21st centuryredefining professionalism. NASSP Bulletin, 80(580)

Sukis. W. Yani. M. (2009). Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar Panduan Belajar IPA Terpadu untuk Kelas IX SMP/MTs. Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumar.H. Dkk. (2006). Lesson Study (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press

Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi. (2004). Sains Biologi untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sund, R.B & Trowbridge, L.W. (1973). Teaching Science by inquiry the Secondary School. Second edition. Ohio: Charles E Merrill Publishing Company.

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriadi, D. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara.

Supriatna, A. Dkk. (2010). Panduan Implementasi Lesson Study PHKI. Bandung: Rizki.

177 Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

http://ioewebserver.ioe.ac.uk/ioe/cms/get.asp?cip=882&882 1=8479.html [26

November 2007] University of London.

http://www.ncsl.org.uk/index.cfm?pageID=college-index.html 26 November 2007]. National College for School Leadership

http://www.teachernet.gov.uk/professionaldevelopment/.html [27 November

2007]. Department for Education

http://www.dest.gov.au/sector/school_education/programmes_funding/programm e_categories/professional_skills_leadership/australian_government_qualiy _teacher_programme. html [27November 2007] Australian Government Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. L. (1974). Instructional,

Development for Trainning Teacher of Exceptional Children. Minnesota: IndianaUniversity.

Von Glasersfeld, E. (1989). Knowing without Metaphysics: Aspects of the Radical Construktivist Position. In F. Steir (Ed), Research and Reflexivity: Toward a Cybernetic/Social Constructivist Way of Knowing. London: sage.

Wasis & Sugeng. Y. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Pusbuk Depdiknas.

Wasis & Sugeng. Y. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusbuk Depdiknas.

Wiley,D., & Yoon, B. (1995). Teacher reports of opportunity to learn analyses of the 1993 California learning assessment system. Educational Evaluation and Policy Analysis, 17(3).

Wise, A. &Leibbrand, J. (1993).Accreditation and the creation of profession of teaching.Phi delta Kappan, 75(2).

Zamroni. (2002).”Konsepsi Revitalisasi MGMP dalam Konteks School Reform dengan pendekatan MBS/MPMBS”. Makalah disajikan pada Workshop dan TOT MKKS dan MGMP Program Pendidikan Menengah Umum di Jakarta tahun 2002

178

Dokumen terkait