• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN GURU IPA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN GURU IPA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGMP."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Model Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru IPA Melalui Lesson Study Berbasis MGMP” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan aadanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2011

Yang membuat pernyataan

(2)

ii

MODEL PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN GURU IPA MELALUI LESSON

STUDY BERBASIS MGMP

Abstrak

(3)

iii

Science Teacher Continuous Professional Development Model through MGMP based Lesson Study

Abstract

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Disertasi dengan judul “Model Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru IPA Melalui Lesson Study Berbasis MGMP” disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MGMP Gugus dan pembelajaran di sekolah peserta MGMP. Penelitian ini mengangkat masalah tentang profesionalitas guru IPA di SMP yang berkaitan dengan kompetensi yang berhubungan langsung dengan tugas keseharian guru.

Pengembangan profesi guru dapat dilakukan dengan banyak cara, pelatihan menjadi salah satu pilihan yang banyak dilaksanakan, namun selama ini pelatihan yang dilakukan belum memperhatikan kebutuhan peserta, student centered, dan belum dilakukannya tindak lanjut pasca pelatihan sehingga dampak dari pelatihan itu sendiri belum dapat diketahui/diterapkan oleh peserta secara maksimal. Agar pelatihan dapat dirasakan secara langsung manfaatnya maka perlu dirancang pelatihan yang dilakukan secara berkelanjutan agar profesionalisme guru dapat dipertahankan.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada MGMP Wilayah/Gugus untuk program-program yang dilakukan di MGMP, sehingga guru-guru mata pelajaran IPA maupun yang lainnya merasakan keberadaan MGMP di wilayahnya.

(5)

v

Dengan segala kerendahan hati, penulis akan menerima segala kritik dan saran-saran dari pembaca. Kritik dan saran-saran tersebut akan penulis gunakan sebagai masukan-masukan yang berharga untuk memperbaiki kekurangan dan sekaligus untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri penulis

Bandung, Juli 2011

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas perlindungan, taufik dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Berkat petunjuk dan inayahNya penulis diberi kekuatan untuk melaksanakan semua perjuangan ini. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran, bantuan, dan dukungan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang setulus-tulusnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Sumar Hendayana, M.Sc. selaku Promotor yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya kepada penulis. Terima kasih atas ilmu, dorongan, kesabaran, dan kerendahan hati yang Bapak ajarkan.

2. Dr. Aloysius Rusli. selaku Ko-promotor yang telah meluangkan banyak waktu dalam membimbing penulis. Terimakasih atas masukan ilmunya, kritikan, kesabaran serta sumbangan pemikirannya.

3. Dr.I Made Alit Mariana selaku Anggota pembimbing. Terima kasih atas segala bimbingan, saran, masukan, serta sumbangan pemikirannya.

4. Drs.H. Totoh Santosa, MM. selaku kepala LPMP Jawa Barat, para Kasie dan Kasubag Umum LPMP Jawa Barat, yang dengan kebesaran hatinya telah memberikan dorongan moril maupun materil yang tidak akan terlupakan. 5. Dra.Hj. Teriska R, M.Ed selaku Kepala LPMP ketika penulis masuk ke S3

(7)

vii

6. Prof. Dr. Anna Permanasari, M, Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA dan tim penguji yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian studi ini, dan dengan profesional menguji kemampuan penulis sehingga memperoleh pengalaman dan masukan yang berharga.

7. Prof. Dr. H. Sumarto, MSIE. selaku tim penguji yang telah mengevaluasi dan memberi masukan bagi perbaikan disertasi ini.

8. Dr. Ida Kaniawati, M.Si, Dr. Tri Jalmo, M.Si., Maman Wijaya, M.Pd., dan Dra.Hj. Susi Susilawati, M.Pd yang telah membantu penulis memvalidasi instrumen-instrumen penelitian.

9. MKKS dan para guru IPA yang tergabung dalam MGMP IPA Gugus 2 Kabupaten Bandung Barat yang telah membantu penulis dalam menguji coba dan mengimplementasikan model PPBLS.

10. Yanti Triana, M.A., Ading Mulyadi, M.Pd., dan Ade Sunawan, M.Pd. yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikanya.

11. Sahabat-sahabatku Dra. Sri Haryani, M.Si dan Dida Hamidah, M.Si., terima kasih atas diskusi dan adu argumentasi-nya yang seru dan penuh semangat sampai selesainya disertasi kita.

12. Teman-teman widyaiswara dan staf LPMP Jawa Barat yang telah membantu, memberi dukungan, do’a, dan semangat sampai selesainya disertasi ini.

(8)

viii

tahun 2006 prodi IPA, dan semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil yang tidak akan terlupakan.

Secara khusus penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada suami : Drs. H. RAD Supardan, MM , atas pengorbanan, dukungan dan dorongan setia untuk tidak menyerah.Terima kasih penulis haturkan pula untuk ananda : Asri Sundari, Elgar Sundara, dan Annisa Sundani, serta memantu Benny Benfidastafo atas segala do’a, dorongan, motivasi, dan pengorbanan yang diberikan. Hormat dan terima kasih bagi almarhum kedua orang tuaku Bapak H.E Sukarmi dan Ibu Karminingsih yang telah mendidik penulis untuk maju pantang menyerah.

Akhirnya, penulis menyampaikan permohonan maaf sekiranya dalam proses berinteraksi dengan pihak-pihak terkait terjadi hal-hal yang tidak berkenan di hati. Semoga Allh SWT membalas semua kebaikan dan memberkahi Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian

Bandung, Juli 2011 Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

Surat Pernyataan...i

Abstrak ...ii

Abstract ...iii

Kata Pengantar ...iv

Ucapan Terima Kasih ...vi

Daftar Isi...vi

Daftar Tabel ...xi

Daftar Gambar ...xiii

Daftar Lampiran ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A.Latar Belakang ...1

B.Rumusan Masalah ...13

C.Tujuan Penelitian ...13

D.Manfaat Penelitian ...14

E.Penjelasan Istilah ...14

BAB II PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU BERKELANJUTAN MELALUI LESSON STUDY (PPBLS)UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA ...16

A.Kompetensi Guru IPA...16

1. Kompetensi Pedagogik ...18

2. Kompetensi Profesional ...21

(10)

x

B.Profesionalisme Guru IPA ...26

C.Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) ...34

1. Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru IPA SMP ...34

2. Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) Dalam Perspektif Internasional ...37

D.Lesson Study(LS) ...41

1. Pengertian Lesson Study ...41

2. Pelaksanaan Lesson Study ...42

3. Manfaat Lesson Study...46

E. Pembelajaran IPA ...48

1. Perpindahan kalor ...51

2. Zat Aditif ...53

3. Seleksi Alam ...55

F. Pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ...57

G.Model Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru melalui Lesson study(PPBLS)...60

1. Pelatihan Profesi Guru ...60

2. Model PPBLS ...63

BAB III METODE PENELITIAN A.Paradigma Penelitian dan Desain Penelitian...68

1. Paradigma Penelitian ...68

2. Desain Penelitian ...69

(11)

xi

C.Prosedur Penelitian dan Pengembangan PPBLS ...73

1. Analisis Kebutuhan ...73

a. Studi Literatur ...73

b. Studi Lapangan ...74

2. Perancangan Model PPBLS ...75

3. Validasi Ahli ...76

4. Uji Coba Terbatas dan Revisi Produk ...76

5. Pelaksanaan Penelitian ...77

D.Instrumen Penelitian ...80

E. Analisis Data ...80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...83

A.Hasil Penelitian ...83

1. Studi Pendahuluan ...83

a. Pengembangan Profesi Guru ...83

b. Kompetensi Guru dalam Mengembangkan Perangkat Pembelajaran ...87

c. Kompetensi Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran ...90

2. Model Pengembangan Profesional Berkelanjutan melalui Lesson Study (PPBLS) ...92

a. Model PPBLS ...92

b. Langkah-langkah dalam PPBLS ...94

3. Hasil Validasi Ahli ...96

(12)

xii

b. Bahan Ajar Pelatihan...97

c. Instrumen-instrumen PPBLS ...98

4. Uji Coba Terbatas ...99

a. Hasil Uji Coba dan Kendala ...99

b. Pendapat Peserta...100

c. Perbaikan Model PPBLS ...101

5. Pelaksanaan Penelitian (Implementasi Model PPBLS) ...102

a. Peningkatan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran IPA ...102

b. Aktivitas peserta selama Implementasi model PPBLS ...109

c. Masalah-masalah yang dihadapi dalam mengimplementasikan model PPBLS ...139

d. Keunggulan dan Keterbatasan Penerapan Model PPBLS ...142

e. Tanggapan peserta terhadap model PPBLS ...144

B. Pembahasan ...147

1. Keterbatasan Penelitian ...147

2. Kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran IPA ...148

3. Model PPBLS di MGMP Gugus dalam meningkatkan mutu pembelajaran IPA ...150

4. Keunggulan dan keterbatasan dalam penerapan model PPBLS ...162

5. Masalah yang dihadapi dalam implementasi model PPBLS ...163

6. Tanggapan dalam menerapkan modul PPBLS ...165

(13)

xiii

A.Kesimpulan ...168

B.Saran ...170

C.Rekomendasi ...171

DAFTAR PUSTAKA ...173

(14)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kelayakan Guru SMP Negeri dan Swasta ...6

Tabel 1.2 Pemetaan hasil uji kompetensi untuk guru dan siswa SMP ...9

Tabel. 2.1 SK dan KD yang dikaji pada kegiatan lesson study ...50

Tabel 3.1 Jadwal Observasi Pembelajaran ...79

Tabel 3.2 Jenis Instrumen dan Deskripsi ...80

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ...82

Tabel 4.1 Struktur Program Pelatihan Hasil Revisi ...102

Tabel 4.2 Nilai tes awal dan tes akhir ...103

Tabel 4.3 Nilai Pre tes dan Pos Tes in service 1 ...105

Tabel 4.4 Peningkatan dalam Pengembangan RPP ...106

Tabel 4.5 Perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran ...107

Tabel 4.6 Aktivitas peserta pada kegiatan plan 1 ...113

Tabel 4.7 Aktivitas peserta pada kegiatan plan 2 ...115

Tabel 4.8 Jadwal kegiatan open lesson (OL) ...116

Tabel 4.9 Hasil Refleksi setelah open lesson ...128

Tabel 4.10 Membuka Pembelajaran ...130

Tabel 4. 11 Penguasaan Materi Pembelajaran ...130

Tabel 4.12 Pendekatan/metode Pembelajaran ...131

Tabel 4.13 Hands-on Activity/Praktikum ...132

Tabel 4.14 Pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa ...133

(15)

xv

(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Kegiatan Lesson Study ...43

Gambar 2.2 Siklus Pelatihan (Saguisag et al.,1991) ... 65

Gambar 2.3 Rancangan PPBLS ... 67

Gambar 3.1 Paradigma Dalam Penelitian PPBLS ...71

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian ...72

Gambar 4.1 Penguasaan Peserta terhadap Materi Pelatihan ...104

Gambar 4.2 Kemampuan dalam Membuka Pembelajaran ...119

Gambar 4.3 Penguasaan Materi Pembelajaran ...120

Gambar 4.4 Penggunaan Pendekatan/Metode Pembelajaran ...122

Gambar 4.5 Hands-on activity yang dilakukan guru ...123

Gambar 4.6 Pembelajaran yang Memicu Keterlibatan Siswa ...124

Gambar 4.7 Penilaian Proses dan Hasil Belajar Siswa ... 126

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

A. Perangkat Pelatihan

A.1 Panduan Diklat ...180

A.2 Suhu dan Kalor ...190

A.3 Perencanaan PAIKEM ...204

A.4 Lesson Study ...221

A.5 Kisi-kisi Instrumen Tes In-Service 1 ...233

B. Instrumen B.1 Biodata Peserta PPBLS ...235

B.2 Daftar Hadir Peserta PPBLS ...236

B.3 Soal Tes In-Service 1 ...237

B.4 Kuesioner Pendapat Peserta Pelatihan ...243

B.5 Kuesioner Pengelolaan dan Pencapaian Pelatihan ...245

B.6 Jurnal Belajar ...249

B.7 Format Wawancara Guru Model Kegiatan PPBLS ...251

B.8 Format Wawancara Guru Observer Kegiatan PPBLS ...253

B.9 Format Wawancara Kepala Sekolah/Wakasek ...254

B.10 Format Wawancara Siswa ...255

B.11 Kesesuaian Komponen RPP Dengan Standar Proses ...256

B.12 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ...257

B.13 Kuesioner Peserta Kegiatan PPBLS ...259

B.14 Permasalahan untuk Diskusi In-Service 2 ...264

(18)

xviii C. Hasil Penelitian

C.1 Nilai Pre Tes dan Pos Tes Peserta Pelatihan ...271

C.2 Rekapitulasi Pendapat Peserta Pelatihan (Kuesioner Tertutup) ...272

C.3 Pendapat Peserta tentang Pelatihan (Kuesioner Terbuka) ...273

C.4 Data Kuesioner Pengelolaan dan Pencapaian Pelatihan ...280

C.5 Hasil Observasi Pembelajaran PPBLS Kegiatan Open Lesson ...292

C.6 Hasil Observasi Pembelajaran PPBLS Konsep “Perpindahan Kalor” ...294

C.7 Hasil Observasi Pembelajaran PPBLS Konsep “Zat Aditif” ...297

C.8 Hasil Wawancara Guru Model Open Lesson ...299

C.9 Hasil Wawancara Guru Peserta Open Lesson 1 ...302

C.10Hasil Wawancara Guru Peserta Open Lesson 2 ...306

C.11Hasil Wawancara Guru Peserta Open Lesson 3 ...310

C.12 Rekapitulasi Pendapat Guru tentang Kegiatan Simulasi Seleksi Alam ...313

C.13 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Guru Peserta PPBLS ...315

C.14 Hasil Wawancara Siswa ...317

C.15 Rekapitulasi Kuesioner Tertutup Peserta Kegiatan PPBLS ...320

C.16 Rekapitulasi Kuesioner Terbuka Peserta Kegiatan PPBLS ...323

C.17 Hasil Diskusi In-Service 2 ...328

D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) D.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran “Perpindahan Kalor” ...334

D.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran “Seleksi Alam” ...342

D.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran “Zat Aditif” ...350

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sistem yang secara umum terdiri dari tiga komponen yaitu input, proses, dan output. Ketiga komponen tersebut memiliki ciri yaitu adanya perencanaan, saling ketergantungan (interdependent), dan memiliki tujuan (Hamalik, 2003). Peserta didik sebagai input utama dalam pendidikan harus dapat dikembangkan potensinya dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang memiliki berbagai kompetensi sesuai dengan tujuan pendidikan.

(20)

2 optimal. Demikian pula guru IPA di SMP harus memiliki keterampilan-keterampilan tertentu sehingga mampu membimbing dan menghantarkan peserta didik mencapaiKompetensi Dasar (KD) dn Standar Kompetensi (SK) yang sudah ditetapkan dalam Standar Isi (SI).

Dewasa ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran, yaitu pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher-centered) melainkan berpusat pada peserta didik (student-centered) dan pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan intelektualitasnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan memberikan pembelajaran secara bermakna dan para peserta didik akan membangun sendiri pemahamannya. Dalam pembelajaran sekarang ini, guru berperan sebagai fasilitator, yaitu yang berperan aktif dalam pembelajaran adalah peserta didik.Guru memfasilitasi apa yang diperlukan oleh peserta didik, baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2007: 21), bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan strategi dan manajemen

pembelajaran,

3. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcemen), dan

4.Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.

(21)

3 diskriminatif), sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan karena adanya kemampuan guru yang dimiliki tentang dasar-dasar mengajar yang baik. Hal ini dikemukakan Gagne & Brig (1979: 19) bahwa ” instruction is the means employed by teacher, designer of materials, curriculum specialist, and

promote whose purpose is to develop and organized plan to promote learning”. Mengajarkan peserta didik bagaimana belajar merupakan suatu tujuan pendidikan yang sangat penting dan merupakan tujuan utama.Nur (2000: 5) menyatakan bahwa “Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan peserta didik bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri”

(22)

4 kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat pada Standar Isi.Kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi indikator-indikator yang harus dicapai oleh peserta didik.

Tenaga pendidik/guru dituntut memiliki kualifikasi akademik yang memadai dan memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran. Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan meliputi : 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial. Hal ini terdapat pada Pasal 29 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu untuk pendidik pada jenjang SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki : 1) kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); 2) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan 3) sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs.

(23)

5 satunya adalah banyaknya jumlah guru (1,2 juta) yang harus disertifikasi, sedangkan kemampuan pemerintah dalam sertifikasi hanya 12 % dari jumlah guru yang ada setiap tahunnya (Direktorat Pengembangan Profesi: 2006), diperkirakan sertifikasi dapat diselesaikan dalam waktu 10 tahun. Hal ini menyebabkan belum terjadinya pemerataan kesempatan bagi setiap guru untuk mengikuti sertifikasi profesi.

Selain itu upaya perbaikan kualitas pendidikan telah dilakukan dimulai tahun 1976sejak standarisasi Kurikulum Nasional tahun 1975 pertama kali dikenalkan melalui sistem persekolahan. Perubahan kurikulum tersebut sangat mempengaruhi ketentuan tentang bahan-bahan mengajar dan belajar yang diperlukan oleh sistem sekolah, seperti buku teks, perpustakaan dan buku-buku perpustakaan sekolah dan berbagai bentuk peralatan belajar. Demikian pula pemerintah selama ini telah berupaya memperbaiki kinerja guru dan kinerja manajemen.

(24)

6 untuk tahun 2000 (Sumber: TIMSS – Balitbang, 2000), dan untuk perbandingan internasional prestasi literasi IPA Indonesia memperoleh peringkat 38 dari 41 negara (Sumber: PISA, 2003).

Lebih lanjut, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Fasli Jalal (PDIP Balitbang, 2004) memaparkan kelayakan guru yang ada di Indonesia, sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kelayakan Guru SMP Negeri dan Swasta

Jenjang Pendidikan Negeri % Swasta % Jumlah %

SMP

Layak 202.720 43.3 96.385 20.7 299.105 64.1 Tidak layak 108.811 23.3 58.832 12.6 167.643 35.9 Jumlah 311.531 66.7 155.217 33.3 466.748 100.0

Dari segi kualifikasi guru, PDIP Balitbang (2004) mencatat bahwa dari 466.748 guru SMP baru 42,03 % yang berpendidikan sarjana. Pemerintah mentargetkan pada tahun 2014 semua guru dari berbagai jenjang sudah berpendidikan sarjana sesuai dengan ketentuan yang ada pada Pasal 29 PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Secara umum kualitas guru di Indonesia dari beberapa kajian masih dipertanyakan. Hal ini menggambarkan sekilas kualitas guru di Indonesia. Guru belum dapat dikatakan profesional jika penguasaan materi mata pelajarannya masih kurang, dan jika guru tersebut mengajar diluar bidang keahlianya.

(25)

7 seperti krisis ekonomi, politik, serta kepercayaan. Lebih lanjut, sebuah forum guru, mensinyalir rendahnya motivasi guru diduga terkait pula pada hal-hal berikut : (1) bagi guru yang belum sertifikasi profesi, rata-rata gajinya rendah dan kecenderungan mengambil kredit cicilan uang di bank sehingga gaji yang diterima tiap bulannya relatif kecil, ini menjadi penyebab guru mencari alternatif sumber penghasilan lain, (2) kekurangan kepala sekolah untuk menjadi teladan/panutan sehingga terjadi kejenuhan birokrasi mengurus pindah tugas, dan (3) kecilnya peluang bagi guru untuk meningkatkan karirnya.

Motivasi guru yang rata-rata rendah, secara umum akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, dan lebih khususnya lagi berdampak kepada hasil belajar peserta didik. Dengan diterbitkannya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan telah dilakukannya sertifikasi profesi kepada guru meskipun baru sebagian, mudah-mudahan ini menjadikan motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga guru dapat berupaya lebih meningkatkan kompetensinya.

Standar kompetensi dan sertifikasi guru merupakan salah satu terobosan dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas guru, sehingga ke depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian, upaya profesionalisme guru akan segera menjadi kenyataan sehingga tidak setiap orang dapat menjadi guru.

(26)

8 Tenaga Kependidikan (PMPTK) yang berkedudukan di provinsi. LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. Dalam melaksanakan tugasnya (Permen No. 7 Tahun 2007), LPMP menyelenggarakan fungsi: 1) pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat; 2) pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA atau bentuk lain yang sederajat; 3) supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA atau bentuk lain yang sederajat; dan 4) fasilitasi sumberdaya pendidik terhadap satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA atau bentuk lain yang sederajat dalam penjaminan mutu pendidikan.

(27)

9 pembelajaran berbeda dengan apa yang tertulis dalam RPP. Dari observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran, pada umumnya guru masih mendominasi kelas (teacher centred) belum terlihat pembelajaran IPA yang sesuai dengan hakikat pembelajaranIPA, yaitu pembelajaran tidak hanya kepada hasil/konsep tetapi bagaimana konsep itu didapat. Kemampuan dalam penggunaan alat praktek masih kurang. Penilaian kebanyakan baru pada penilaian hasil belum kelihatan dilakukannya penilaian proses. Masih banyak guru yang belum melaksanakan program remedial dan pengayaan.Program pengayaan yang dilakukan guru selama ini cukup memberi pekerjaan rumah kepada peserta didik.

Tabel 1.2 Pemetaan hasil uji kompetensi untuk guru dan peserta didik SMP (Laporan Hasil Visitasi LPMP Jawa Barat Tahun 2006))

No Tahun Jumlah Fisika Biologi Fisika Biologi

1. 2005 8 232 38,93 57,58 30,70 37,55

2. 2006 3 63 56,73 49,15 38,25 53,62

3. 2007 5 100 54,63 55,52 41,37

(28)

10 MGMPmerupakan forum/wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran. Keberadaan MGMP selama ini belum diberdayakan secara optimal sesuai dengan fungsinya oleh guru dari semua mata pelajaran. Dengan kata lain, kebanyakan kegiatan di MGMP belum mengarah kepada kegiatan peningkatan keprofesionalan guru mata pelajaran, tetapi baru pada kegiatan penyusunan administrasi pembelajaran yaitu penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

(29)

11 Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Sumar Dkk.2006). Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (refleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain lesson study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir (continuous improvement).

Lesson Study sudah dikembangkan di berbagai kota/kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Lesson Study yang diimplementasikan selama ini, yaitudiawali dengan workshop satu hari untuk pengenalan lesson study dilanjutkan dengan plan, do, dan see.Dari hasil monitoring dan evaluasi (monev) terhadap kegiatan lesson study, keberhasilan kegiatan lesson study antara lain, meningkatnya kinerja guru dalam pembelajaranatau memperbaiki kualitas pembelajaran dan terjadinya kolaboratif sesama guru mata pelajaran. Monev yang dilakukan selama ini, yaitu memonitor semua tahapankegiatan Lesson Studyyang meliputi, tahap identifikasi masalah (pemilihan topik untuk open lesson), merancang pembelajaran, uji coba dan penyempurnaan teaching material, implementasi pembelajaran dan refleksi.

(30)

12 yang belum dilakukan dalam pola pembinaan lesson study, yaitu dengan melakukan observasi pembelajaran terhadap guru observer. Untuk memaksimalkan dampak jenis-jenis pelatihan dalam mengembangkan suatu model, dikembangkan kombinasi model pelatihan yang dilakukan oleh LPMP, P4TK, dengan pembinaanlesson study.

Apapun model pengembangan pelatihan yang diterapkan pada kegiatan peningkatan kompetensi guru, secara umumdilakukan melalui tahap, need analysis, objective Setting, design process implementation, dan evaluation process (Saguisag, et all. 1991). Untuk mengatasi keprofesionalan guru IPA,dapat dirancang suatu model pengembangan profesional berkelanjutan yang didasari oleh model pelatihan empat elemen tersebut dan mengkombinasikannya dengan model pembinaanLesson Study.

(31)

13 B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana model pengembangan profesionalguru secara berkelanjutan dengan melibatkan pola pembinaan lesson study (PPBLS) dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan pembelajaranIPA di MGMP?’. Agar rumusan masalah lebih operasional maka diuraikan lebih rinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik model PPBLS di MGMP Gugus, yang dapat

meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan pembelajaran IPA? 2. Bagaimanakah kompetensi guru IPA SMP dalam mengembangkan

pembelajaran IPA di sekolah setelahpenerapan Model PPBLS?

3. Apa keunggulan dan keterbatasan model PPBLS di MGMP Gugus/Wilayah ? 4. Bagaimana tanggapan guru IPA/peserta MGMP terhadapmodel PPBLSdi

MGMP Gugus/Wilayah? C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Menghasilkan model PPBLS bagi guru IPA yang dilaksanakan di MGMP Gugus dan dapat dikembangkan ke MGMP Gugus lainnya.

2. Mengetahui peningkatan kompetensi guru IPA dalam mengembangkan pembelajaran IPA setelah diterapkannya model PPBLS di MGMP Gugus. 3. Menggambarkan keunggulan PPBLS yang dikembangkan

(32)

14 D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis dalam upaya perbaikan pendidikan, yaitu:

1. Memberikan suasana baru untuk memotivasi guru-guru IPA dalam kegiatandi MGMP.

2. Sebagai referensi bagi guru-guru dalam mengembangkan profesionalitasnya. 3. Menjadi pedoman bagi Dinas Pendidikan untuk meningkatkan kompetensi

guru IPA SMP.

4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai model pengembangan profesi guru oleh LPMP dan pihak-pihak terkait untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

5. Membantu pemerintah dalam meningkatkan profesionalisme guru IPA SMP yang sudah lulus sertifikasi profesi.

6. Sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian lain yang mengkaji masalah yang serupa.

E.Penjelasan Istilah

1. Pengembangan profesional berkelanjutan (PPB) merupakan kegiatan yang dilakukan guru secara berkelanjutan untuk mengembangkan profesionalitasnya selama perjalanan karirnya, untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang akan berdampak kepada hasil pembelajarannya.

(33)

15 melaksanakan kinerjanya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara Nasional maupun Internasional.

3. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah kegiatan profesional bagi para guru mata pelajaran yang sama di tingkat Kota/Kabupaten yang terdiri dari sejumlah guru, baik guru di sekolah negeri maupun sekolah swasta.

4. MGMP Gugus/Wilayah merupakan MGMP yang pengurus dan pesertanya berasal dari sekolah-sekolah yang berdekatan atau satu Gugus/Wilayah dari suatu Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.

5. Lesson Study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning.

(34)
(35)

72

72 STUDI PENDAHULUAN

Gambar 3.2 Langkah – langkahPenelitian

LANGKAH – LANGKAH PENELITIAN : RESEARCH & DEVELOPMENT

STUDI LITERATUR

• Standarkompetensi guru IPA

• Perangkatpembelajaran Guru • Kajian program pelatihan guru

& LS

(36)

168 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

(37)

169 membuat LKS yang melatih siswa berpikir kritis, 3) menyajikan pembelajaran IPA yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.

3. Keunggulan dalam penerapan model PPBLS yaitu; Memunculkan inspirasi, kreativitas, dan inovasi dalam pembelajaran. Kegiatan observasi pembelajaran dilakukan terhadap peserta MGMP setelah satu siklus lesson study. Terjadinya siklus dalam pelatihan.Pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif di sekolah masing-masing peserta MGMP, dandilakukan penguatan pemahaman pembelajaran terhadap peserta MGMP, serta menggali permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebagai bahan kegiatan MGMP. MGMP IPA sebagai wadah kegiatan guru-guru mata pelajaran dapat difungsikan secara maksimal.

(38)

170 B. Saran

Untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran IPA di SMP, ada beberapa saran yang dapat menjadi perhatian bagi penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1. Agar model PPBLS berhasil sesuai dengan tujuan, maka pelatihan yang dilaksanakan ketika in-serviceStruktur Program harus dikembangkan sesuai dengan hasil analisis kebutuhan guru IPA di MGMP dan sesuai dengan Standar Kompetensi guru yang ditingkatkan baik kompetensi profesional maupun kompetensi pedagogik.

2. Perlu adanya penambahan waktu untuk in-service, agar dalam kegiatan on-service pengetahuandan wawasan guru sudah siap betul.

3. Hasil in-service 2 ditemukan beberapa hal yang masih diperlukan guru untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran IPA, yaitu tentang implementasi model-model pembelajaran dan pengembangan LKS untuk melatih siswa berpikir kritis.

4. Untuk guru IPA yang berlatar belakang bukan pendidikan dan mata pelajaran IPA, sebaiknya ada bimbingan secara berkesinambungan dari teman-teman guru IPA yang sudah berpengalaman dalam pembelajaran IPA, dan ada evaluasi dari kepala sekolah dan pengawas pembina.

(39)

171 6. Agar implementasi model PPBLS berhasil dengan maksimal dan setiap kelompok peserta MGMP ada yang memfasilitasi, maka diperlukan fasilitator dari setiap rumpun IPA yaitu fasilitator yang berlatar belakang pendidikan fisika, kimia, dan biologi.

7. Agar terjadi pemerataan bagi guru untuk mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan kompetensi profesional maupun kompetensi pedagogik, dapat dilakukan pengimbasan hasil kegiatan MGMP terhadap teman sejawat, yaitu guru yang mengikuti PPBLS MGMP Gugus menjadi fasilitator di MGMP Sekolah, fasilitator MGMP Gugus dan pengurus MGMP Gugus dapat mengikuti PPBLS MGMP Wilayah.

C.Rekomendasi

Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa model PPBLS dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran IPA. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan, dalam pengelolaan pengembangan profesional guru berkelajutan atau Continuing Professional Developmen (CPD) diharapkan model yang ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal adalah model PPBLS, dengan memperhatikan beberapa hal :

Fasein service 1, kegiatan pelatihan berdasarkan analisis kebutuhan guru di sekolah, lamanya pelatihan sesuaikan dengan kompetensi guru yang akan ditingkatkan, lebih banyak ke praktek bukan ke teori, dan fasilitator berlatar belakang pendidikan yang relevan dan berpengalaman.

(40)

172 tidak terlalu lama, bahan-bahan untuk pengembangan pembelajaran dipersiapkan, untuk fasilitator diperlukan dari berbagai latar belakang pendidikan IPA (Fisika, Biologi,dan Kimia), peran kepala sekolah dan pengawas diperlukan dalam mengobservasi pembelajaran.

(41)

173 DAFTAR PUSTAKA

Atay, D. (2006). Teachers’ Professional Development: Partnerships in Research. Teaching English as a Second or Foreign Language. 10(2)

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Borg. W. R and Gall, Meredith, D. (1983). Education Research: An Introduction. New York: Longman Inc

Bodenhausen, J. (1988). Does the Academic Background of Teachers Affect the Performance of Their Students?Educational Resource Information Center Bressoux, P., Kramarz., F., & Prost, C. (2008). Teachers’Training, Class Size and

Students’ Outcomes: Learning from Administrative Forecasting Mistakes. Discussion Paper No. 3871

Brown, B.L (2000). Vocational Teacher Professional Development. Practice Application, 11

BSNP. (2006). Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Ditjenmandikdasmen. Jakarta: Depdiknas

Bettencourt, A. (1989). What is Construktivism and Why are They All Talking About It?Michigan State University

Carin, A.A. and Sund, R.B. (1980). Teaching Science Through Discovery Skills. Fourth Ed. USA: Merril Pub.Co

Cohen D. K. & Hill, H.C. (2000) Instructional policy and classroom performance: The mathematics reform in California. Teachers College Record 102. Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Davies. E. (2005). The Training Manager’s a Handbook. London: Kogan Page Limited.

Day, C and Judyth Sachs. (2004).International Handbook on the Continuing Professional Development of Teachers, Berkshire:Open University Press. Darling, L and Hammond. (2000). Teaching as the Learning Profession:

Handbook of Policy and Practice. Jossey-Bass

(42)

174 Depdiknas (2008). Panduan Umum Pengembangan Silabus. Jakarta: Direktorat

Pembinaan SMA

Depdiknas. (2007). Permen Diknas No 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Dirjen PMPTK Depdiknas

Depdiknas. (2003) Permen Diknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi Guru Sekolah Menengah Atas. Jakarta. Depdiknas. (2005). PeraturanPemerintah RI No. 19 Tahun 2005

TentangStandarNasionalPendidikanDirjen PMPTK Depdiknas.

Depdiknas.(2006). Undang-UndangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen, DirektoratProfesiPendidikDirjen PMPTK Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Peraturan Mendiknas RI No.7 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Dirjen PMPTK Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Peraturan Mendiknas RI No. 8 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Dirjen PMPTK Depdiknas

Dildy, Peggy. 1982. “Improving Student Achievement by Appropriate Teacher In-Service Training: Utilizing Program for Effective Teaching (PET)”. Education 102(2)

Gagne, R.M and Brig, L.J. (1979). Principles or Instruction Design. New York: Holt Rinehart and Winston.

Hamalik, O. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Hake, R.R. (1998). Interactive-engagement vs traditional methodsz; A

six-thousand-student survey of mechanic test data for introductory physics courses. American Journal of Physics. 66, 64-74

Inner London Educational Authority (ILEA). (1980). Science in Process. London: HEB/ILLA.

(43)

175 Kneller, G. F. (1984). Movement Thought in Modern Education. New York: John

Wiley & Son, Inc.

Matthews, M. (1994). Science Teaching, New York: Routledge

McGilchrist. B, Myers. K, Reed. J.(2004). The Intelligent School. London: SAGE Publication.

Mayo & DU Bois (1987). The Complete Book of Training, Principle and Techniques. Amerika: University Associated

McMillan, J. H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Introduction. 5th Ed. New York: Addision Wesley Longman, Inc.

Mulyasa, E. (2007). StandarKompetensidanSertifikasi Guru. Bandung: RemajaRosdakarya.

Muijs, D and Reynolds, D. (2008). Effective Teaching. Published by Sage Publication Ltd London.

Nadler, L. (1982). Designing Training Programs. The Critical Events Models. London: Addison-Wesley Publishing Company

National Research Council (NRC). (1996). National Science Educations Standards. Washington: National Academic Press

National Science Teachers Association (NSTA). (1998). NSTA Standards for Science Teacher Preparation Adopted by The NSTA Board of Director. Tersedia: http//www.nvgc.vt.edu/nsta-ncat/november98.htm.(12 Juni 2003)

NRC, (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: NationalAcademy Press

Nur, M. (2000).Strategi-strategiBelajar.Surabaya: PusatStudiMatematikadan IPA sekolah. UniversitasNegeri Surabaya.

Pennington, M.C. (1990). A Professional Development Focus for The Language Teaching Practicum. In J.Richard & D. Nunan (Eds). Second Language Teacher Education. Cambridge: Cambridge University Press

Piaget. (1971). Psychology and Epistemology. New York: the Viking Press

(44)

176 Saeful, K. Dkk. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk

Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Sagala, S. (2008). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Semiawan, Conny R. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Pendidikan Pra sekolah dan Sekolah Dasar). Jakarta: PT. Prenhallindo. Saguisag, D., Apoortadera, A. & Franco, E. (1991). Total Training Cycle: A

System View. In: A How-to-book for Trainers and Teachers Training. Philippines: National Bookl Store. Inc

Saito, K. Dkk. (2010). Panduan dan Buku Kerja Pelatihan Pelatih Nasional Lesson Study.tidak diterbitkan

Socketed, H. (1996). Teachers for the 21st centuryredefining professionalism. NASSP Bulletin, 80(580)

Sukis. W. Yani. M. (2009). Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar Panduan Belajar IPA Terpadu untuk Kelas IX SMP/MTs. Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumar.H. Dkk. (2006). Lesson Study (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press

Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi. (2004). Sains Biologi untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sund, R.B & Trowbridge, L.W. (1973). Teaching Science by inquiry the Secondary School. Second edition. Ohio: Charles E Merrill Publishing Company.

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriadi, D. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara.

(45)

177 Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

http://ioewebserver.ioe.ac.uk/ioe/cms/get.asp?cip=882&882 1=8479.html [26

November 2007] University of London.

http://www.ncsl.org.uk/index.cfm?pageID=college-index.html 26 November 2007]. National College for School Leadership

http://www.teachernet.gov.uk/professionaldevelopment/.html [27 November

2007]. Department for Education

http://www.dest.gov.au/sector/school_education/programmes_funding/programm e_categories/professional_skills_leadership/australian_government_qualiy _teacher_programme. html [27November 2007] Australian Government

Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. L. (1974). Instructional, Development for Trainning Teacher of Exceptional Children. Minnesota: IndianaUniversity.

Von Glasersfeld, E. (1989). Knowing without Metaphysics: Aspects of the Radical Construktivist Position. In F. Steir (Ed), Research and Reflexivity: Toward a Cybernetic/Social Constructivist Way of Knowing. London: sage.

Wasis & Sugeng. Y. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Pusbuk Depdiknas.

Wasis & Sugeng. Y. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusbuk Depdiknas.

Wiley,D., & Yoon, B. (1995). Teacher reports of opportunity to learn analyses of the 1993 California learning assessment system. Educational Evaluation and Policy Analysis, 17(3).

Wise, A. &Leibbrand, J. (1993).Accreditation and the creation of profession of teaching.Phi delta Kappan, 75(2).

(46)

Gambar

Tabel 4.18 Tanggapan peserta Ketika In Service 1 ........................................145
Tabel 1.1 Kelayakan Guru SMP Negeri dan Swasta
Tabel 1.2 Pemetaan hasil uji kompetensi untuk guru dan peserta didik SMP
Gambar 3.2 Langkah – langkahPenelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Hasil dari percakapan guru Bahasa Indonesia kelas VII B SMP Muhammadiyah 10

Tujuan utama kegiatan lesson study berbasis sekolah adalah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang studi yang diajarkan.. Dalam

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat peningkatan kemampuan berbicara pada anak

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode pembelajaran bercerita dengan menggunakan media wayang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kompetensi

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapanlesson study berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) memberikan

Berdasarkan hasil pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai kinerja sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul yang diukur

Kesimpulan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dan hasil penelitian terhadap permasalah yang dikasi, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1