• Tidak ada hasil yang ditemukan

t < t tabel berarti tidak valid

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap masalah penelitian dapat disimpulkan bahwa :

Motivasi kerja kepala sekolah dan pendidikan pelatihan secara sendiri-sendiri ataupun secara simultan langsung secara nyata memberikan nilai signifikansi untuk kinerja manajerial kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang. Secara lebih rinci kesimpulan penelitian ini adalah :

1. Bahwa kondisi aktual SMP yang ada di kabupaten karawang berjumlah 134 baik yang negeri maupun swasta. Dari banyaknya jumlah sekolah tersebut, untuk memudahkan komunikasi antar kepala sekolah maka dibentuk sekretariat yang terdiri dari 6 sekretariat. Dari sejumlah kepala sekolah yang ada, kualifikasi pendidikan kepala sekolah di SMP Negeri se-kabupaten karawang terdiri 50 lulusan Sarjana dengan 21 diantarnya jurusan program exact dan 5 jurusan agama 24 jurusan ilmu-ilmu sosial. Sedangkan 20 diantaranya adalah lulusan Magister (S2) dengan jurusan ilmu manajemen. Keadaan ini menunjukkan bahwa kualitas kinerja manajerial kepala sekolah sepenuhnya bisa cukup terkendali dengan diperolehnya nilai kontribusi dari motivasi dan keikutsertaan pada kegiatan pendidikan dan pelatihan

Negeri se-Kabupaten Karawang kurang begitu kondusif. Hal ini terlihat dari data yang mengikuti pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sebanyak 70 orang atau 100 %. Sedangkan pendidikan KTSP 4 orang, Supervisi 3 orang, dan 35 Pendidikan dan Pelatihan MBS.

Dikatakan kurang begitu kondusif dikarenakan kepala sekolah SMP Negeri se-Kabupaten Karawang sudah seluruhnya mengikuti diklat kepemimpinan. Hal ini berarti dalam kerangka kinerja manajerial seharusnya kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang memiliki tingkat pengelolaan atau manajemen sekolah yang baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil atau output yang baik seperti nilai US/UN yang baik. Namun ternyata rendahnya nilai UN yang menjadi indikator rendahnya kinerja manajerial kepala sekolah yang memotori penelitian ini diakibatkan masih rendahnya motivasi kerja kepala sekolah. Dari aspek ini kiranya lembaga – lembaga terkait merumuskan formula atau program yang dapat meningkatkan motivasi kerja kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang.

3. Pada aspek lain, lemahnya pengawasan pada program pendidikan dan pelatihan telah berimbas pada ditemukannya beberapa pelatihan diperpendek jadwal pelaksanaan dari yang seharusnya, kemudian beberapa moment pelaksanaannya pun berbentrokan dengan kesibukan di sekolah sehingga ada diantara kepala sekolah yang tidak mengikuti dengan serius dengan mangkir di pertengahan kegiatan pelatihan atau tidak berperan aktif

banyak ditemukan pemateri yang dianggap oleh kepala sekolah belum memiliki kualifikasi pemateri profesional sehingga hasil dari kegiatan pelatihan dirasakan belum menyentuh pada perubahan sikap baik secara kognitif maupun psikomotor kepala sekolah. Dari beberapa temuan ini menunjukkan bahwa selama ini pendidikan dan pelatihan yang mereka ikuti belum bisa mendongkrak atau memberi kontribusi yang sangat positif dan signifikan terhadap kinerja kepala sekolah sebagai manajer. Hal ini juga memberi gambaran terhadap kualitas pendidikan dan pelatihan dalam jabatan yang selama ini bergulir. Keadaan seperti ini memberi kecenderungan bahwa baik dari segi alokasi waktu, materi atau kompetensi dari pemateri yang ada pada kegiatan pelatihan ini belum secara maksimal diterapkan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perubahan kualitas kinerja kepala sekolah sebagai manajer yang ada di SMPN se-Kabupaten Karawang.

4. Bahwa gambaran motivasi kerja dan pendidikan pelatihan selama ini telah menjadi variabel prediktor yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja manajerial kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang.

B. S a r a n

Berdasarkan temuan, pembahasan dan kesimpulan penelitian, beberapa saran penelitian yang merupakan konsekuensi untuk mencapai nilai yang efektif

sebagai berikut:

1. Pendidikan dan pelatihan hendaknya dilaksanakan secara maksimal dengan berdasarkan standar pelaksanaan dan standar kualitas. Dengan standar pelaksanaan artinya penyelenggara pendidikan dan pelatihan memperhatikan:

a) Sarana dan prasarana yang layak atau proporsional dan sesuai dengan materi pelatihan

b) Waktu pelaksanaan yang tidak dilaksanakan pada waktu-waktu dimana kepala sekolah memiliki kegiatan atau kesibukan yang penting serta dengan tidak mengurangi jumlah jam atau hari dengan maksud efesiensi biaya. Karena standar kualitas telah memiliki ukuran-ukuran yang jelas dan ilmiah. Sehingga pelaksanaan pelatihan tidak terkesan berorientasi pada proyek tetapi betul-betul mengedepankan kualitas pelayanan dan kualitas hasil yang ingin dicapai.

c) Materi pelatihan proporsinya harus lebih banyak materi praktek dibandingkan dengan teori. Sementara pemateri hendaknya memiliki porsi “jam terbang” sebagai seorang yang betul-betul profesional dibidangnya dan sesuai dengan materi yang

disampaikan atau dengan istilah “the right man in the right place”.

2. Para kepala sekolah yang diundang untuk mengikuti pelatihan dalam jabatan hendaknya ikut berperan aktif baik sebagai peserta juga

disampaikan pada saat pelatihan berlangsung.

3. Pelatihan dalam jabatan akan lebih baik jika sebelumnya dilakukan studi untuk kebutuhan para kepala sekolah berdasarkan wilayah dan kondisi sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi kepala sekolah yang berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan yang lebih tinggi, hendaknya dapat memilih atau menentukan perguruan tinggi yang berkualitas dan memiliki reputasi yang baik dari segi pelayanan, pengelolaan, pengawasan dan isi. 5. Hendaknya para kepala sekolah berinsiatif untuk mengembangkan

potensi dan memperdalam pengetahuan dan keterampilan dengan kengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak swasta, agar tercipta nilai motivasi kerja yang baik untuk menjaga kualitas kinerja manajerial di sekolahnya masing-masing.

6. Hendanyak para pengawas sekolah intens memberikan arahan dan pengawasan baik langsung maupun tak langsung melalui program-program yang dapat menumbuhkan motivasi kerja kepala sekolah. Baik dengan pemberian reward maupun pemberian sanksi.

Berdasarkan kesimpulandi atas, peneliti memiliki saran bagi pihak-pihak terkait dengan penelitian ini, diantaranya:

Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi kerja, dan pendidikan dan pelatihan kurang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja kepala sekolah, oleh karena itu saran peneliti adalah :

kontribusi antara motivasi kerja dan pendidikan dan pelatihan dapat dijadikan judul penelitian selanjutnya;

2. Untuk mengetahui berbagai hal atau faktor yang mempengaruhi kepala sekolah, maka layaknya dilakukan penelitian sejenis dengan mengkaji berbagai variabel lainnya, yaitu karakter atau gaya kepemimpinan kepala sekolah atau motivasi kepala sekolah;

3. Jika ingin mengetahui lebih jauh tentang kinerja kepala sekolah yang lebih mendalam maka kiranya perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kepala sekolah dengan pendekatan kualitatif sehingga diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang mendalam dan terperinci dan menyentuh pokok permasalahan yang dihadapi kepala sekolah dalam mewujudkan sekolah yang efektif dan bermutu;

Akdon.(2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan

Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Anonim, (2000). Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas, Dikmenum

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arief Alighani, (2009). Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Terhadap Kinerja Widiaiswara, Tesisi. Bandung: UPI

Burhanuddin. (1994). Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan

Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Burhanuddin. (1994). Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan

Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional; Dalam KonteksMenyukseskan MBS dan KBK, Bandung : Remaja Rosda Karya.

. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan

Implementasi. Bandung: PT.Raja Grafindo Persada.

Danim, Sudarwan. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke

Lembaga Akademik.Jakarta: Bimi Aksara.

Davis, Keith dan John W. Newstro.(1985). Perilaku Dalam Organisasi, Jilid I, Edisi 7, Erlangga, Jakarta,

Dedi Supriadi, (1998), Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta

Depdiknas, (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. . (2003). Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ; Bahan

Rujukan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi, Jakarta Dirjen

Dikdasmen.

Dodi, (2011). Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan

Pelaksanaan MBS Terhadap Mutu Kinerja Sekolah, Tesis. Bandung: UPI

Engkoswara, (1987). Menata Peningkatan Kualitas Manusia. Indonesia Tinggal

L a n d a s . Bandung: IKIP Bandung Press.

Fattah, Nanang. (2004). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan

Sekolah : Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Gibson, et.al. (1985). Organisasi (Terjemahan). Edisi Ke-lima, Jakarta : Erlangga Kartono, Kartini. (1992). Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung:

Alumni

Mulyasa, Enco. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional; Dalam Konteks

Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rasdi H Ekosiswoyo, (2003), Pengaruh Pemberdayaan, Kepemimpinan dan

Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK di Jawa Tengah, Disertasi,

Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Riduwan, (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Slamet, PH. (2000). Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh, Jurnal

Pendidikan, Jilid 3, No. 5 (online) (http://www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001).

Sagala, Saeful. (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung:Alfabeta Sartono. (2007). Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dalam Upaya

Peningkatan Kinerja Tenaga Pendidik dan Kependidikan.[Online]

Tersedia:http:http://www.slideshare.net/sarhaji/kemampuan-manajerial -kepala-sekolah-9109659 [02Sept 2011]

Sedarmawanti. (2005). Sumber Daya Manusia Dan Produktifitas Kerja, Yogyakarta, Liberty

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian, CV. Alfabeta Bandung

Sujanto, Bedjo (2007). Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Model

Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. Jakarta: CV Sagung Seto.

Supratman A., (2005). Hubungan Pendidikan dan Pelatihan dan Motivasi dengan

Produktifitas Kerja manajer Tingkat Pertama. Tesis, Bandung: UPI

Soewarno Handayaningrat. (1982).Pengantar Studi Administrasi dan Management, Gunung Agung, Jakarta

Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Terry, George R.. (1986), Asas-asas Manajemen, Terjemahan Winardi, Bandung: Alumni.

Tika Mohammad Pabundu. (2005). Kepemimpinan organisasi.Jakarta; PT. Bumi Aksara.

Trianto. (2007). Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi

dan Kesejahteraan. Jakarta.

Timpe, A. Dale, (1992). Kinerja. Performance, Terjemahan Sofyan Cikmat, Jakarta: Gramedia.

Umaedi, (2011). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Http://www. ssep. Net /director.html yang ditampilkan pada tanggal 06 Mei 2011. . 2003. Standar Kompetensi Kepala Sekolah. Jakarta : Depdiknas Wilson, B.G. (ed). (1996). Constructivist Learning Environment: case studies in

instructional design, Englewood Cliffs, New Jersey: Educational Tech.

Wahjosumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

Dokumen terkait