• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen Khilafah Islamiyah Perspektif Ahmadiyah (Halaman 88-95)

Perbedaan antara Ahmadiyah Qodian dan Lahore

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan oleh Mirza Gulam Ahmad pada tahun 1889 M bertepatan dengan tahun 1306 H. Ahmadiyah adalah sebutan singkat dari Jemaat Ahmadiyah. Jemaat berarti kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama dari Islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu perkumpulan, himpunan atau organisasi yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program yang sama, yaitu Islam. Ahmadiyah diambil dari salah satu nama Rosulullah yang diinformasikan kepada Nabi Isa a.s dalam Surat As-Shaf ayat enam yang menyatakan bahwa akan datang seorang Nabi dan Rosul yang bernama Ahmad.

Kemunculan Ahmadiyah di India merupakan salah satu bagian dari peristiwa sejarah dalam Islam yang tidak terlepas dari konteks sosial pada saat itu. Kemunduran dunia Islam yang ditandai oleh runtuhnya kerajaan Ustmani 1683. Sementara di Barat perkembangan ilmu pengetahuan dan industri semakin berkembang pesat, yang ditandai dengan berbagai macam penemuan yang antara lain ditemukannya alat tranportasi dengan menggunakan tenaga uap pada tahun 1902 M dan penemuan-penemuan yang lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menyebabkan Barat semakin melebarkan kekuasaan kolonialnya kedunia yang pernah dikuasai oleh Islam. Seperti Inggris dapat menjajah India dan Mesir, Prancis dapat menguasai

Afrika Utara, dan bangsa-bangsa Barat lainya menduduki bekas Imperium Islam.

Orientasi kelahiran Ahmadiyah adalah pembaharuan pemikiran ummat Islam. Pendiri Ahmadiyah Mirza Gulam Ahmad merasa memiliki tanggung jawab besar yang harus dia pikul untuk memajukan Islam dengan memberikan interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan zamannya, dengan menulis kitab yang dijadikan rujukan utama setelah Al-Qur’an nomor dua yaitu Tadzkirah.

Mengenai kedatangan al-Mahdi dan al-Masih yang dijanjikan, mereka menggunakan sabda Nabi Saw. Sebagai dasar, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Ibnu Bukair, dari al-Laits dari Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Nafi’ Maulana Abi Qatadah al-Anshari, dari Abu Hurairah, bahwa kata-kata

imamukum minkum menunjukan seseorang di antara umat Islam sendiri.

Artinya, bukan seorang imam yang datang dari luar umat Islam, misalnya dari Bani Israil. Dengan demikian, al-Masih yang akan datang di akhir zaman itu bukanlah Nabi Isa a.s yang telah wafat, melainkan seorang muslim yang mempunyai perangai atau sifat-sifat seperti nabi Isa a.s dalam pandangan Ahmadiyah, al-Masih yng dijanjikan itu adalah Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian.

Khalifah hanyalah pemimpin-pemimpin rohani. Aliran Ahmadiyah Qadian menjelaskan bahwa tidak semua nabi dan rasul yang disebutkan di dalam Al-Qur’an menjabat sebagai pemimpin ruhani sekaligus pemimpin pemerintahan. Di antara sekian banyak nabi dan rasul yang disebutkan

dalam al-Qur’an hanya beberapa orang saja yang menjadi pemimpin rohani dan sekaligus pemimpin pemerintahan.

Pengertian Jihad menurut Ahmadiyah, Lahore maupun Qadian adalah mencurahkan segala kesanggupan dalam menghadapi pertempuran, menyampaikan pesan. Kebenaran atau dengan kata lain jihad adalah tidak menahan apapun, mengarahkan segala daya dengan memaksakan diri dalam mencapai suatu tujuan.

Bagi Ahmadiyah, sistem khilafah yang harus berdiri itu adalah

Khilafah Ala Minhajin Nuhuwwah, maka itu artinya kekhalifahan ini coraknya adalah agamis, bukan politis. Tetapi memiliki implikasi politis ketika bersinggungan dengan sistem pemerintahan.

Ahmadiyah dalam strategi perjuangan meraih kekuasaan didapat dengan dua cara: pertama, pendekatan kooperatif kepada penguasa atau tidak melakukan serangan ke pihak lawan dan kedua, melalui legitimasi wahyu. Sedangkan hubungan Islam dan politik dalam pandangan Ahmadiyah terletak pada sistem khilafah ala minhaajin Nubuwah dan sistem imamah (kepemimpinan) yang bersifat otokratis.

Saran

Adapun saran-saran ang diajukan adalah sebagai berikut:

Hendaknya bagi kalangan agamawan berusaha menemukan kata dialog dalam mensikapi perbedaan keyakinan yang berurat akar, dicarikan solusi setiap permasalahan dengan Ahmadiyah.

Bagi kalangan sarjana politik Islam, diharapkan dapat mengembangkan lebih jauh tentang politik Islam dalam pandangan Ahmadiyah agar menjadi bahan dialog dalam membangun peradaban yang saling menghargai perbedaan

bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi guna menjembatani perbedaan teologis yang sulit dipertemukan.

Daftar Pustaka

Alhadar, Abdullah Hasan. Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah, Bandung: PT. Alma’arif, Cetakan Pertama 1980

Aziz, Abdul Ghaffar. Islam Politik Pro dan Kontra. Jakarta: Pustaka Firdaus,1993 Banna, Hasan Al. Risalah Pergreakan Ikhwanul Muslimin. Terj. Anis Matta,

LC.et.all. Surakarta:Era Intermedia, 1999

Bashiruddin M.A., Apakah Ahmadiyah itu? Terjemah Abdul wahid H.A.Djakarta Djemaah Ahmadiyah Indonesia, 1963

Bashiruddin, Mahmud Ahmad, Apakah Ahmadiyah itu?, Jakarta, Djemaat Ahmadiyah Indonesia, 1963

Bashiruddin, Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad, terj. Malik Aziz Ahmad khan. Parung: Jamaah Ahmadiyah Indonesia,1995 Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2006

Burhanuddin, Asep. Ghulam Ahmad: Jihad Tanpa Kekerasan. Jogjakarta: Lkis, 2005

Burhanuddin, “Carut Marut Wajah Teknis”. Artikel di akses tanggal 18 Januari 2009, dari http://carur.marut/politikislam.html

Chinioti, Asy-Syekh Manzhur Ahmad. Al-Qadiani wa Mu’taqaduhu, Pakistan,1958

Huntington, Samuel. Benturan Peradaban, Yogyakarta:Penerbit Qalam, 2004 IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam. Jakarta: Jambatan, 1992 Indris, Irfan. “Paradigma Pemikiran Politik Islam Modern” artikel di akses pada

tanggal 22 Januari 2009, dari http:// detak.fajar.co.id/ newa.php? Newsid=84233

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka, 1998

Khaldun, Ibnu. Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus,2002

Maftuhin, “Prinsip Moral dalam Politik Islam (Kajian Terhadap Pemikiran Al-Gazahli)”. Skripsi SI, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005

Mahally, Abdul Halim. Benarkah Ahmadiyah Sesat. Jakarta: Cahaya Kirana Rajasa, 2006

Majid, Nurkholis. “Islam dan Politik Suatu Tinjauan Atas Prinsip-PrinsipHukum dan Keadilan”. Artikel diakses pada tanggal 20 Januari 2009, dari http//islamdanpolitik.prinsip.nurkholis.html

Maududi, Abu A’la Al-, Politik Alternatif: Suatu Perspektif Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1994

Maududi, Abu A’la Al-, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam. Terj. Drs. Asep Hikmat. Bandung:Mirza,1995

Mufid, Moh. M.Si. Politik Dalam Perspekitf Islam. Jakarta: UIN Press,2004 Muhammad, Mustafa. Rekonstruksi Pemikiran Menuju Gerakan Islam Modern

Solo: Era Intermedia,2000

Nahdi, A. Sejemput Riwayat dan Mukjizat Pendiri Ahmadiyah., Jakarta: Raja Pena, 2001

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1985 Noer, Deliar. Gerakan Modren Islam di Indonesia 1990-1942, Jakarta: LP3ES 1995

Qardhawy, Yusuf, Fikih Negara: Ijitihad Baru Seputar Sistem Demokrasi Multi Partai dan Keterlibatan Wanita di Dewan Perwakilan Partisipasi dalam Pemerintahan Sekuler, terj, Syarif Halim. Jakarta: Rabbani Press,1997 Raziq, Ali Abd ar-. Islam Dasar-Dasar Pemerintahan: Kajian Khilafah dan

Pemerintahan Dalam Islam. Yogyakarta: Jendela, 2002 Sakhir, Zai., Islam: Religelion or Ideology. Zaituna Institute: 2006

Salus,Ali As-. Imamah dan Khilafah: Dalam Tinjauan Syar’I. Jakarta: Gema insani Press, 1997

Shultoni, Ahmad. Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Yogyakarta: LkiS, 1999 Soekarno, Di Bawa Bendera Revolusi Jilid I, Jakarta: PT. Djambatan

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992

Syamsuddin, Din. Islam dan Politik Era Orde Baru. Ciputat: Logos,

Zulkarnain, Iskandar. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit LkiS, 2005

Dalam dokumen Khilafah Islamiyah Perspektif Ahmadiyah (Halaman 88-95)

Dokumen terkait