• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1 Kesimpulan

Latar belakang sosial ekonomi lansia diperoleh sebagian besar lansia mempunyai status bekerja, yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Alasan masih bekerja, sebagian besar responden menyatakan karena secara fisik dan mental masih merasa mampu dan kuat bekerja dan desakan ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin besar.

Deskripsi responden menurut ada/tidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian besar lansia (81.2%) tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia (JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden 63% dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37% menyatakan tidak sehat.

Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa 53.7% responden adalah lansia laki-laki dan 46,3% lansia wanita, dengan status kawin sebesar 77%, 18.8% status cerai mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4% anggota rumah tangga dan 41.6% merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut ada/tidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,3% tidak mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan, dengan rata-rata tanggungan 2 orang.

Sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,9%, SD 41,9%, sisanya 13,2% dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat pendidikan lansia umumnya rendah.

Mayoritas responden mempunyai pendapatan per bulan sangat sedikit. Deskripsi pendapatan responden diperoleh 33,3% lansia tidak mempunyai pendapatan, 30,7% dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,-, pendapatan Rp. 500.000 – 1.000.000,- sebesar 22,6%, dan pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,- sebesar 13,5%. Deskripsi pendapatan keluarga responden diperoleh sebesar 42,1% dari 430 lansia dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,-, pendapatan antara Rp. 1.000.001,- – Rp.

28 2.000.000,- sebesar 39,3%, dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 18,6%. Deskripsi responden menurut ketergantungan secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 58,8% menyatakan tergantung, dan 41,2% menyatakan tidak tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain. Sebanyak 54,7% responden menyatakan tidak puas dan 45,3% menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka saat ini.

Model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel karakteristik sosial ekonomi lansia adalah model regresi logistic biner. Hasil uji diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Model terbaik yang diperoleh adalah:

tan 421 . 2 459 . 3 152 . 0 204 . 16 ) (

ˆ x Umur TunjHariTua Pendp

g     (1)

Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.

Variabel-variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variabel umur dan pendapatan keluarga, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

a PendKelu Umur

x

gˆ( )1.1800.033 0.309 arg (2) Model 2 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur akan menurunkan derajat kesehatan lansia dan peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi responden mengenai status kesehatannya. Lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong tinggi cenderung mempersepsi diri mempunyai status kesehatan tidak sehat. Berbeda dengan lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong rendah cenderung mempersepsi diri bahwa status kesehatan mereka sehat.

Variabel tingkat pendidikan lansia berpengaruh signifikan terhadap status tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

Pendidikan x

gˆ( )6.7670.855 (3)

Berdasarkan model 3 dapat dinyatakan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan lansia akan meningkatkan peluang mempunyai tunjangan hari tua.

29 7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa hal yang dapat disarankan adalah:

1. Kondisi banyaknya lansia yang bekerja, perlu dipikirkan lapangan pekerjaan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka. Mereka masih tetap menjadi modal pembangunan, tanpa mengurangi kesempatan bekerja untuk penduduk usia produktif. Namun, kondisi seperti ini perlu didukung adanya jaminan sosial yang dapat membantu kebutuhan lansia, terutama untuk lansia yang bekerja di sektor informal.

2. Kondisi minimnya lansia yang mempunyai jaminan sosial di perdesaan Provinsi Bali dan berdasarkan model status jaminan sosial lansia yang diperoleh dari penelitian ini, yang mengindikasikan bahwa hanya lansia dengan pendidikan menengah ke atas yang mempunyai peluang untuk mempunyai jaminan sosial, maka rekomendasi berdasarkan hasil penelitian ini adalah agar pengambil kebijakan mempertimbangkan untuk menyiapkan jaminan sosial lansia yang bisa mengakomodir semua kalangan lansia pada berbagai status sosial ekonomi.

30 DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Moch. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia

Memilih Untuk Bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 3 No. 2 Oktober 2009, 99-110

Anonim. Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/lansia/ diakses pada tanggal 25 April 2012.

BPS. 2010. Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010, Tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_______. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_______. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Bali 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Cantor, Marjorie H. 1989. Social Care: Family and Community Support Systems. ANNALS, AAPSS.

Chen, Hsiao-hung Nancy. 2007. Social Safety Nets and Socio-economic Disparity Under Globalization, Department of Sociology, Taiwan: National Chengchi University Taipei.

Cowgill, Donald O. & Holmes, Lowell D. (Editors). 1972. Aging and Modernization, New York: Appleton-Century-Crofts

Cowgill, D. 1986 . Ageing Around the World. Belmont, CA.: Wadsworth Publishing Co.

Fillenbaum, G. G. 1984. “The Well-being of the Elderly: Approaches to

Multidimensional Assessment”, World Health Organization. Publication No.84. Geneva, WHO.

Hardywinoto dan Setiabudi, T, 1999. Panduan Geontorologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta: Penerbit PT GramediaPustaka Jakarta Utama.

Hosmer, DW & S. Lemeshow. 2000. Apllied Logistik Regression . New York: John Wiley and Sons.

Kantor Menteri Negara Kependudukan / BKKBN, 1998. Demografi Multiregional. Jakarta.

Milligan, K. & Tammy S. 2008. Working While Receiving a Pension: Will Double Dipping Change The Elderly Labour Market? Paper prepared for the John Deutsch Institute conference on Retirement Policy Issues in Canada, held in Kingston Ontario on October 25-26, 2007

Munsur, Ahmed Mohammad; Tareque, Ismail; and Rahman, K. M. Mustafizur. 2010. Determinants of Living Arrangements, Health Status and Abuse among Elderly Women: A Study of Rural Naogaon District, Bangladesh. Journal of

International Women's Studies, 11(4), 162-176. Dalam: http://vc.bridgew.edu/jiws/vol11/iss4/12

Santrock, J. W. 2002. Life-span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga.

31 LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

KUESIONER

DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS JAMINAN SOSIAL

Dokumen terkait