LAPORAN TAHUNAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS JAMINAN
SOSIAL DAN STATUS PEKERJAAN BERDASARKAN
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LANJUT USIA
(STUDI LANSIA PEDESAAN DI PROVINSI BALI)
Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun
Made Susilawati, S.Si., M.Si., NIDN. 0002097101
Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si., NIDN. 0011067113 Drs. Nyoman Dayuh Rimbawan, MM., NIDN. 0006054807
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Determinan dari Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial dan Status Pekerjaan Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Lanjut Usia (Studi Lansia Perdesaan di Provinsi Bali)
DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI, S.Si., M.Si. 0011067113
Drs. NYOMAN DAYUH RIMBAWAN, MM 0006054807
Universitas Udayana Institusi Mitra (jika ada) :
Nama Institusi Mitra :
Alamat :
Penanggung Jawab :
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp. 53.500.000,00
Biaya Keseluruhan : Rp. 142.237.000,00
iii RINGKASAN
Tujuan Secara keseluruhan penelitian ini diarahkan pada status kesehatan, jaminan sosial dan status pekerjaan, dengan tujuan: mengetahui secara luas latar belakang sosial ekonomi lansia; mengetahui model dari status kesehatan lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya; mengetahui model dari status jaminan sosial lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya; dan mengetahui model dari status pekerjaan lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Penelitian ini dilakukan di 8 kabupaten di Provinsi Bali, dengan total sampel sebanyak 430 lansia. Teknik pengambilan sampel untuk setiap kabupaten dipilih secara acak 3 desa, selanjutnya secara proporsional diambil sampel di masing-masing desa. Banyaknya sampel yang diambil proporsional dengan jumlah lansia yang ada di masing-masing desa hingga tercapai jumlah sampel 430 lansia. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Karakteristik sosial ekonomi (umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pendapatan, status ekonomi), status kesehatan lansia, status jaminan sosial, dan status pekerjaan. Analisis statistika yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis regresi logistik. Dari model-model yang diperoleh merupakan acuan dalam revisi kebijakan tentang kesejahteraan lansia.
Latar belakang sosial ekonomi lansia diperoleh sebagian besar lansia mempunyai status bekerja, yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Menurut ada/tidaknya Jaminan sosial, diperoleh sebagian besar lansia (81.2%) tidak mempunyai jaminan sosial dan sisanya mempunyai jaminan sosial, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia (JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden (63%) mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37% menyatakan tidak sehat.
Model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel karakteristik sosial ekonomi lansia adalah model regresi logistic biner. Hasil uji diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Model terbaik yang diperoleh adalah:
ˆ x Umur TunjHariTua Pendp
g (1)
Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.
Variabel-variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variabel umur dan pendapatan keluarga, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:
a Model 2 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur akan menurunkan derajat kesehatan lansia dan peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi responden mengenai status kesehatannya.
Variabel tingkat pendidikan lansia berpengaruh signifikan terhadap status tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:
Pendidikan x
gˆ( )6.7670.855
(3)
iv PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena perkenan-Nya
penelitian “Determinan dari Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial dan Status Pekerjaan Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Lanjut Usia (Studi Lansia Pedesaan
Di Provinsi Bali)” dapat dilaksanakan dengan baik dan Laporan Tahunan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Terlaksananya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dirjen Dikti yang telah mendanai penelitian ini, sehingga penelitian ini bisa
terlaksana.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng, sebagai Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, atas
dukungannya dalam kegiatan penelitian ini.
3. Bapak Ir. A.A.G. Raka Dalem, M.Sc. (Hons), selaku dekan FMIPA Universitas
Udayana, atas dukungannya.
4. Teman-teman sejawat di FMIPA Universitas Udayana, yang turut memberikan
sumbang saran dan dukungan.
5. Mahasiswa Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Udayana yang terlibat
dalam pengumpulan data di lapangan, serta semua pihak yang turut membantu
demi kelancaran kegiatan penelitian ini.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari berbagai
pihak diterima dengan senang hati, demi perbaikan pelaksanaan peenelitian di tahun
berikutnya. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kita semua
Denpasar, 21 November 2014
v DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
RINGKASAN... iii
PRAKATA... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Keutamaan Penelitian ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Konsep dan Definisi Lanjut Usia (Lansia) ... 4
2.2 Lansia dan Permasalahannya ... 6
2.3 Studi Pendahuluan ... 8
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 10
3.1 Tujuan Penelitian ... 10
3.2 Manfaat Penelitian ... 10
BAB IV. METODE PENELITIAN ... 11
4.1 Pemilihan Daerah Penelitian ... 11
4.2 Teknik Sampling ... 11
4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 11
4.4 Variabel-variabel Penelitian ... 12
4.5 Metode Analisis Data ... 13
BAB V. HASIL YANG DICAPAI ... 16
5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Pedesaan Provinsi Bali ... 16
5.2 Model Status Pekerjaan Lansia ... 18
5.3 Model Status Kesehatan Lansia ... 21
5.4 Model Status Tunjangan Hari Tua Lansia ... 23
BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA... .. 26
vi
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 27
7.1 Kesimpulan ... 27
7.2 Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Pedesaan Provinsi Bali ... 16
5.2 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Pekerjaan dengan Karakteristik
Sosial Ekonomi ... 19
5.3 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Pekerjaan Lansia ... 20
5.4 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Kesehatan dengan Karakteristik
Sosial Ekonomi... ... 22
5.5 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Kesehatan Lansia ... 23
5.6 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Tunjangan Hari Tua dengan
Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia ... ... 24
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen: Kuesioner Penelitian ... 31
2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya. ... 34
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Hasil dari pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat
yang makin membaik dan usia harapan hidup yang makin meningkat. Hal tersebut
berdampak pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia. Fenomena peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia pada abad ini, menjadikan penduduk lansia sebagai salah
satu kelompok sasaran pembangunan yang menjadi fokus perhatian pemerintah. Menurut
BPS (2011), perubahan struktur penduduk lansia ini memberikan implikasi kepada
perumusan dan arah kebijakan pembangunan, salah satunya untuk memberdayakan dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk lansia.
Menanggapi kondisi tersebut maka diperlukan adanya penanganan yang lebih baik
mengenai kesejahteraan lansia, karena lansia merupakan kelompok yang banyak
mengalami kemunduran dari segi fisik, psikologi, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dalam
rangka mempertahankan kelangsungan hidup lansia, perlu upaya pemberdayaan guna
menunjang derajat kesehatan dan peningkatan mutu kehidupan lansia agar tidak menjadi
beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, secara umum jumlah penduduk lansia di
Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59 persen dari keseluruhan penduduk.
Jumlah penduduk lansia perempuan (9,75 juta orang) lebih banyak dari jumlah penduduk
lansia laki-laki (8,29 juta orang). Sebarannya jauh lebih banyak di daerah perdesaan
(10,36 juta orang) dibandingkan di daerah perkotaan (7,69 juta orang). Bila dilihat dari
hasil Sensus Penduduk 1971, jumlah penduduk lansia sekitar 5,31 juta orang atau 4,48
persen dari seluruh penduduk, dan menjadi empat kali lipat pada tahun 2010 yaitu sekitar
18,04 juta orang atau 7,59 persen. Jumlah penduduk lansia di Provinsi Bali sebanyak
380.115 orang atau 9,77 persen dari keseluruhan penduduk, dengan komposisi penduduk
lansia perempuan sebesar 202.594 orang dan laki-laki 177.521 orang.
Persentase penduduk lansia Provinsi Bali sebesar 9,77 persen menunjukkan bahwa
2 baik di daerah perkotaan (7,12 persen) maupun perdesaan (13,80 persen) dan lansia
laki-laki di daerah perkotaan (7,12 persen) dan perdesaan (12,01 persen) (BPS, 2011).
Perubahan struktur penduduk mempengaruhi angka beban ketergantungan, salah
satunya adalah beban ketergantungan penduduk lansia. Rasio ketergantungan penduduk
lansia (old dependency ratio/ODR) adalah angka yang menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif (15-59 tahun). Dari angka
ini tercermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk produktif untuk
membiayai penduduk lansia. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa rasio
ketergantungan penduduk lansia pada tahun 2010 di Provinsi Bali adalah sebesar 15,18,
berarti bahwa untuk setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar
15-16 orang penduduk lansia. Angka tersebut akan mengalami peningkatan seiring
dengan tingginya angka harapan hidup penduduk Provinsi Bali.
Hasil Sensus Penduduk 2010 untuk Provinsi Bali, juga menunjukkan masih banyak
lansia yang berperan sebagai kepala rumah tangga (37,69 persen), dimana lansia
berperan sebagai pemimpin rumah tangga dan bertanggungjawab terhadap rumah tangga
dari segi psikologis maupun ekonomi. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi lansia,
dimana memasuki masa tua seyogyanya lansia dapat menikmati hari tuanya tanpa beban
yang berat. Tingginya persentase lansia yang menjadi tulang punggung keluarga
didominasi oleh penduduk lansia laki-laki (65,03 persen).
Penduduk lansia yang termasuk dalam angkatan kerja merupakan lansia potensial.
Mereka tergolong sebagai lansia produktif dan mandiri. Hasil Sensus Penduduk 2010
menunjukkan bahwa dari keseluruhan penduduk lansia sekitar 54,20 persen diantaranya
bekerja. Proporsi lansia laki-laki bekerja (65,35 persen) dan lansia perempuan (44,44
persen). Kondisi ini terjadi baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Dilihat dari lapangan pekerjaan lansia di Provinsi Bali, data Sensus Penduduk 2010
menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja lansia paling besar
adalah pertanian (68,50 persen), sektor perdagangan (15,00 persen) dan sector jasa-jasa
(5,01 persen) dan industri pengolahan (6,61 persen). Dilihat dari status pekerjaan, dari
keseluruhan penduduk lansia yang bekerja dengan status berusaha sendiri (37,51 persen),
bekerja dengan status berusaha dibantu buruh (30,89 persen), pekerja tidak dibayar
(23,79 persen) dan sebagai pekerja bebas (6,65 persen) sisanya sebagai buruh/karyawan
3 Hal yang perlu dicermati adalah adanya pandangan bahwa peningkatan jumlah
penduduk lansia akan meningkatkan beban penduduk usia produktif, jika dikaitkan
dengan perhitungan rasio ketergantungan penduduk lansia (old dependency ratio/ODR), yang merupakan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif.
Jika penduduk lansia tersebut semakin meningkat jumlahnya, maka beban penduduk usia
produktif akan semakin besar. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak
lansia yang bekerja untuk mencari nafkah, seperti yang diuraikan pada uraian hasil
Sensus Penduduk 2010 di atas.
1.2 Keutamaan Penelitian
Menurut Affandi (2009), banyaknya lansia yang masih bekerja disebabkan oleh
kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar, serta secara fisik dan mental lansia tersebut
masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Kebutuhan ekonomi yang relatif besar
pada lansia kemungkinan disebabkan tidak/belum adanya jaminan sosial ekonomi yang
memadai bagi lansia. Di Indonesia jaminan hari tua, seperti uang pensiun masih sangat
terbatas untuk mereka yang bekerja di sektor formal saja, tidak untuk sektor informal.
Oleh karena itu, perlu dipikirkan berbagai upaya untuk menjangkau lansia yang tidak
punya pensiun atau jaminan hari tua., mengingat jumlah mereka lebih banyak dibanding
lansia dari sektor formal.
Meningkatnya jumlah penduduk lansia tentu membuat semakin berat pula beban
negara. Dampak dari pertambahan penduduk lansia ini masih perlu mendapatkan
perhatian, mengingat secara umum kondisi fisik, mental dan sosial lansia yang sudah
banyak mengalami kemunduran, apalagi masih minimnya lansia yang mempunyai
jaminan sosial, sehingga masih banyak lansia yang harus bekerja disebabkan oleh
kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar. Berdasarkan kondisi yang kontradiktif
tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui determinan dari status
kesehatan, jaminan sosial dan status pekerjaan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Definisi Lanjut Usia (Lansia)
Pengertian lanjut usia menurut Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Menurut BPS, lansia adalah penduduk berumur 60
tahun ke atas. Sedangkan menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (1999: 8), kelompok
lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Penggolongan
lansia menurut Depkes, digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: (1) Kelompok
lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia; (2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas); dan (3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia
yang berusia lebih dari 70 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan
lanjut usia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Berdasarkan aspek ekonomi, lansia (60 tahun ke atas) dikelompokkan menjadi
(1) lansia yang produktif yaitu lansia yang sehat baik dari aspek fisik, mental maupun
sosial; dan (2) lansia yang tidak produktif yaitu lansia yang sehat secara fisik, tetapi tidak
sehat dari aspek mental dan sosial; atau sehat secara mental tetapi tidak sehat dari aspek
fisik dan sosial; atau lansia yang tidak sehat baik dari aspek fisik, mental maupun sosial.
Secara demografis, pengelompokan penuaan penduduk dapat dilihat dari
beberapa ukuran yaitu dependency ratio, persentase penduduk lansia, dan dari sisi umur median penduduk. Dari dependency ratio suatu penduduk disebut sebagai penduduk tua jika dependency ratio penduduk tuanya sudah di atas 10 persen. Dari persentase penduduk lansia, struktur penduduk lansianya sudah mencapai 7 persen ke atas.
Sedangkan dari umur median penduduk, sebuah penduduk disebut sebagai penduduk tua
jika umur mediannya 30 tahun ke atas.
Proses penuaan merupakan hal yang kompleks, dan belum ditemukan secara pasti
fenomena yang melandasi mekanisme penuaan tersebut. Karena itu, perlu kriteria untuk
menyatakan penduduk usia tua (lansia). Untuk mendefinisikan istilah penduduk lansia
5 perlu dipertimbangkan untuk menentukan batasan penduduk lansia adalah aspek biologi,
ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia. Secara biologis, penduduk lansia adalah
penduduk yang telah menjalani proses penuaan dalam arti menurunnya daya tahan fisik
yang ditandai dengan semakin rentannya terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia, terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Ditinjau dari aspek ekonomi, penduduk lansia secara umum dipandang lebih
sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua dianggap
sebagi warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih
muda. Bagi penduduk lansia yang masih memasuki lapangan pekerjaan, dianggap
produktifitasnya sudah menurun, sehingga pada umumnya pendapatannya lebih rendah
dibandingkan yang diterima oleh penduduk usia muda. Namun demikian tidak semua
yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini memiliki kualitas dan produktifitas
rendah. Pada sebagian penduduk, kualitas penduduk usia tua tidak kalah dibandingkan
mereka yang berada dalam kelompok umur muda, sebab di usia senja mereka telah
memiliki cukup pendidikan dan pengalaman yang belum tentu dimiliki oleh kaum muda.
Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan suatu kelompok sosial tersendiri.
Di negara Barat misalnya, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum
muda. Hal ini ditandai oleh keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,
pengaruh dalam pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin
menurun di usia tua. Namun di masyarakat tradisional di Asia pada umumnya, termasuk
Indonesai, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi, yang harus dihormati
oleh masyarakat yang usianya lebih muda. Dari beberapa aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam mendefinisikan penduduk lanjut usia, pendekatan usia adalah
yang paling memungkinkan untuk digunakan. Batasan usia ini mudah untuk
diimplementasikan karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai
sumber data kependudukan.
Menurut Noveria dalam Affandi (2009), mengemukakan bahwa meskipun secara
prosentase, penduduk usia lanjut di Indonesia tidak sebesar yang di miliki oleh
negara-negara lain seperti Hongkong (14,3 persen), Singapora (9,6 persen) dan Korea Selatan
(8,8 persen) pada tahun 1995, namun secara absolut jumlahnya lebih besar di Indonesia
dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Tingginya jumlah lansia tersebut tidak
6 tingkat kesehatan juga rendah. Hal tersebut tentunya akan menambah kesulitan bagi para
lansia dan keluarganya. Disatu sisi mereka hidup miskin dan harus memperoleh
pekerjaan dan pendapatan yang layak. Lalu bagaimanakah kondisi mereka sebenarnya
dan apa yang mestinya dilakukan pemerintah untuk menopang kelangsungan hidup
mereka.
Selain itu, faktor keluarga juga amat menentukan di dalam perjalanan hidup para
lansia dimana selama ini diyakini bahwa dukungan penduduk lanjut usia merupakan
tanggung jawab keluarga, terutama anak, sesuai dengan nilai yang dianut oleh
kebanyakan masyarakat bahwa menjaga orang tua yang masih berusia lanjut merupakan
kewajiban anak sebagai keturunannya (Noveria dalam Affandi 2009). Disamping itu,
banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak merupakan tempat bergantung jika
mereka sudah tua dan tidak sanggup hidup sendiri, baik karena alasan ekonomi maupun
alasan kesehatan.
Nilai-nilai penghargaan terhadap orang tua tersebut tidak akan dapat bertahan,
mengingat perubahan nilai-nilai kehidupan di atas akan berubah seiring dengan
perubahan jaman. Hal ini dibuktikan dengan mulai banyak kasus orang tua yang
terlantar, mulai dari gelandangan sampai dengan menumpuknya orang tua di panti
jompo. Kondisi ini memaksa mereka untuk tetap menjadi anggota pasar kerja sangatlah
dimungkinkan di masa depan (Affandi, 2009)
2.2 Lansia dan Permasalahannya
Tesis umum dari teori modernisasi adalah bahwa modernisasi secara relatif
menghasilkan lansia dengan status lebih rendah di masyarakat manapun. Hasil
Modernisasi berdampak pada peningkatan harapan hidup dan penurunan fertilitas karena
teknologi modern membawa serta sarana untuk peningkatan hidup dan mengontrol
kelahiran (Cowgill & Holmes, 1972). Konsekuensi dari modernisasi dan urbanisasi tentu
akan memberikan kontribusi pada hilangnya banyak kekuasaan dan prestise dari orang
tua dan juga mempengaruhi perawatan lansia (Cowgill, 1986).
Menurut Chen (2005), penuaan penduduk tentu akan menciptakan tuntutan baru
pada pensiun, dan ketika digabungkan dengan fertilitas rendah, hal tersebut akan
menghasilkan beban ekonomi yang lebih berat bagi generasi mendatang. Penuaan
7 dengan usia pensiun, pemanfaatan yang efektif dari tenaga usia lanjut dan pengaturan
hidup yang tepat untuk orang tua, dan lainnya, dapat mendasari kebijakan penting yang
perlu mendapatkan penanganan.
Masalah penuaan membutuhkan komitmen jangka panjang. Kebijakan harus
dibuat sesegera mungkin dengan mempertimbangkan kondisi khusus dari budaya dan
kondisi sosial untuk tiap-tiap daerah. Dalam semua negara di dunia, penuaan penduduk
mengubah rasio ketergantungan dan secara dramatis meningkatkan jumlah lanjut usia
yang akan membutuhkan perawatan.
Cantor (1989) menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah lansia membawa
perubahan dramatis dalam kehidupan keluarga, dalam sifat dan tingkat intervensi yang
diperlukan untuk mendukung populasi yang menua, dan pengertian kita tentang peran
keluarga dan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan tersebut. Meskipun orang tua
mengelola secara mandiri dengan hanya biasanya bantuan anggota keluarga, peningkatan
jumlah usia lanjut dan orang yang menderita kelemahan dan ketidakmampuan
memerlukan perawatan sosial yang lebih luas.
Peningkatan jumlah lansia menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi
bagi keluarga dan negara. Perubahan dramatis dalam lingkungan yang lebih besar
disebabkan oleh pembangunan ekonomi. Urbanisasi, industrialisasi, migrasi, dan
globalisasi menyebabkan perubahan dalam struktur keluarga dan dukungan antar
generasi lansia.
Dalam studi oleh Munsur, et al (2010) tentang latar belakang sosio-ekonomi,
pengaturan hidup, status kesehatan dan penyalahgunaan (abuse) wanita berusia 60 tahun dan lebih tua di distrik Naogaon pedesaan Bangladesh. Data dikumpulkan dari tujuh
desa dengan menggunakan probability proportional to size (PPS) sampling. Temuan menunjukkan bahwa mayoritas dari lansia yang diteliti tidak memiliki pendidikan dasar,
sebagai tenaga kerja tidak dibayar, janda, tidak memiliki penghasilan dan secara
ekonomi tergantung pada orang lain. Analisis pengaturan hidup dari responden,
menunjukkan bahwa sebagian besar hidup dengan anak-anak yang sudah menikah.
Sebuah interpretasi positif temuan ini bahwa pengaturan hidup lansia perempuan
Bangladesh yang menguntungkan bagi kesejahteraan mereka secara keseluruhan, karena
tinggal bersama dengan kerabat merupakan sumber terpercaya dari bantuan dan
8 perawatan dari dokter desa. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa status
perkawinan responden, status pekerjaan, pendapatan bulanan keluarga, dan kebiasaan
keracunan (habit of intoxication ) secara signifikan mempengaruhi status kesehatan lansia perempuan. Selanjutnya, analisis penyalahgunaan (abuse) menunjukkan bahwa sekitar 35 persen disalahgunakan, terutama secara mental karena kemiskinan. Analisis
multivariat menunjukkan bahwa usia responden, status perkawinan, tingkat pendidikan
dan status pekerjaan secara signifikan mempengaruhi penyalahgunaan (abuse) lansia perempuan. Temuan menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pengaturan hidup,
status kesehatan, dan penyalahgunaan (abuse).
Penelitian Milligan, K. & Tammy, S. (2008) tentang lansia bekerja, dari hasil
surveI diperoleh tanggapan responden mengenai sikap tentang pekerjaan dan pension,
diperoleh bahwa sebagian besar menyatakan memilih untuk berhenti bekerja ketika
mereka pensiun dan banyak dari mereka yang ingin melanjutkan akan mencari
pengaturan paruh waktu.
2.3 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan telah dilakukan mengkhususkan pada model status pekerjaan
lansia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Studi pendahuluan dilakukan di
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, dengan pertimbangan di Kabupaten Badung,
Kecamatan Mengwi memiliki penduduk lansia paling banyak (35,75%). Data studi
pendahuluan diperoleh melalui penyebaran angket kepada para lansia yang berumur
60-74 tahun dan sudah pensiun. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
purposive sampling, terhadap 140 orang responden. Variabel penelitian ini yaitu: tingkat pendidikan, status dalam rumah tangga, status kawin, lama sakit dalam seminggu,
ada/tidak tanggungan, tunjangan hari tua, dan status pekerjaan lansia. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis log-linier. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
diperoleh bahwa status pekerjaan lansia berinteraksi dengan ada/tidaknya tanggungan
dan ada/tidaknya tunjangan hari tua, status pekerjaan lansia berinteraksi dengan status
dalam rumah tangga dan lama sakit dalam seminggu, status pekerjaan lansia berinteraksi
dengan status kawin dan ada/tidaknya tunjangan hari tua, serta status dalam rumah
tangga berinteraksi dengan status kawin dan lama sakit dalam seminggu. Sehingga
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lansia masih bekerja adalah status
9 tanggungan, ada/tidaknya tunjangan hari tua, sedangkan tingkat pendidikan juga ikut
berpengaruh tetapi secara tidak langsung.
Berdasarkan hasil analisis log linear diperoleh model log linear terbaik sebagai
berikut:
3 log mijklmno = U + U756(omn) + U234(jkl) + U724(ojl) + U736(okn)
Persamaan di atas menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lansia masih
bekerja adalah status dalam rumah tangga, status kawin, lama sakit dalam seminggu, ada
atau tidaknya tanggungan, ada atau tidaknya tunjangan hari tua, sedangkan tingkat
pendidikan juga ikut berpengaruh tetapi secara tidak langsung.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut di atas, dalam penelitian ini akan
lebih dikembangkan lagi dan memfokuskan pada determinan dari status kesehatan, status
jaminan sosial, dan status pekerjaan lansia. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan luaran yang dapat menjadi acuan dalam rangka revisi kebijakan mengenai
10 BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini diarahkan pada status kesehatan, jaminan sosial,
dan status pekerjaan lansia, dengan tujuan sebagai berikut:
1. mengetahui secara luas latar belakang sosial ekonomi lansia;
2. mengetahui model dari status kesehatan lansia dan faktor-faktor yang
memengaruhinya;
3. mengetahui model dari status jaminan sosial lansia dan faktor-faktor yang
memengaruhinya;
4. mengetahui model dari status pekerjaan lansia dan faktor-faktor yang
memengaruhinya.
Sehingga temuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:
1. model status kesehatan lansia,
2. model status jaminan sosial lansia, dan
3. model status pekerjaan
Dari model-model yang diperoleh merupakan acuan dalam revisi kebijakan tentang
kesejahteraan lansia
3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh dapat sebagai sumber informasi bagi pengambil kebijakan maupun peneliti lain, mengenai kondisi nyata lansia di perdesaan Provinsi
Bali, dalam hal ini akan diketahui gambaran secara umum tentang kararteristik sosial
ekonomi lansia, meliputi status kesehatan, status jaminan social, dan status pekerjaan
lansia.
Berdasarkan model yang diperoleh, yaitu model status kesehatan, status jaminan
sosial dan status pekerjaan lansia, maka diketahui faktor-faktor yang perlu mendapat
perhatian dan perlu ditindaklanjuti oleh pengambil kebijakan dalam rangka perbaikan
kebijakan tentang kesejahteraan lansia.
11 BAB IV
METODE PENELITIAN 4.1Pemilihan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah perdesaan di 8 kabupaten yang ada di Provinsi
Bali. Pemilihan lokasi penelitian yang merupakan wilayah perdesaan di 8 kabupaten di
Provinsi Bali, mengacu pada klasifikasi perdesaan dan perkotaan di Indonesia menurut
Badan Pusat Statistik Tahun 2010 (Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37
Tahun 2010). Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari
sumber primer, yaitu diambil secara langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner dan
angket.
4.2Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di perdesaan di Provinsi
Bali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proportional stratified
random sampling. Proportional stratified random sampling digunakan jika populasi memiliki anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, serta
dihitung berdasarkan perbandingan (Sugiyono, 2008). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 430 lansia, dengan rincian sebagai berikut: untuk setiap
kabupaten dipilih secara acak 3 desa, selanjutnya secara proporsional diambil sampel di
masing-masing desa. Banyaknya sampel yang diambil proporsional dengan jumlah lansia
yang ada di masing-masing desa hingga tercapai jumlah sampel 430 lansia.
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei, dimana
informasi dikumpulkan dengan menanyai lansia menggunakan kuesioner terstruktur.
Survei ini dijalankan dengan menemui responden secara bertatap muka. Dalam hal ini
petugas lapang menanyai responden dengan pertanyaan terstruktur yang sudah disiapkan
sebelumnya. Kuesioner yang dipergunakan dalam pengumpulan data, disajikan dalam
12 4.4 Variabel-variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Karakteristik sosial ekonomi yang dijabarkan dalam variabel berikut: Umur (tahun),
Jenis kelamin, dikelompokkan: Laki-laki dan Perempuan
Status perkawinan, dikelompokkan: Tidak kawin; Kawin; Cerai hidup; dan Cerai mati.
Tingkat pendidikan, dikelompokan: tidak sekolah; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
Status dalam rumah tangga, dikelompokkan: Anggota rumah tangga dan Kepala rumah tangga
Ada/Tidak Tanggungan, dikelompokkan: Tidak dan Ada
Jumlah anggota keluarga yang masih ditanggung oleh responden: …… orang Lama sakit dalam satu minggu terakhir: ….. hari
Keluhan sakit yang dialami, dikelompokkan: Panas; Pilek; Batuk; Asma; Diare; Lainnya (sebutkan)
Jenis tunjangan hari tua yang dimiliki, dikelompokkan: Pensiunan, Asuransi Hari Tua, Jaminan Sosial Lanjut Usia, Lainnya (sebutkan)
Jenis pekerjaan responden, dikelompokkan: Petani, Peternak, Pedagang, Lainnya (sebutkan)
Jam kerja dalam satu minggu: …..jam
Pendapatan rata-rata responden per bulan, dikelompokkan: tidak berpenghasilan; di bawah Rp.500.000; Rp.500.001-Rp.1.000.000; diatas Rp. 1.000.000 (sebutkan) Pendapatan keluarga rata-rata per-bulan, dikelompokkan: di bawah Rp.
1.000.000; Rp.1.000.001-Rp.2.000.000; di atas Rp.2.000.000 (sebutkan) Kepuasan terhadap kondisi ekonomi, dikelompokkan: Tidak dan Ya.
Status ekonomi, dikelompokkan: tidak bergantung pada keluarga; bergantung pada keluarga
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:
Status kesehatan yaitu status kesehatan yang dirasakan sendiri oleh responden. Menurut Fillenbaum (1984), status kesehatan yang dirasakan sendiri merupakan
13 Selain itu penilaian diri mengenai kesehatan adalah komponen umum dari survei
berbasis populasi. Untuk mengetahui status kesehatan responden dalam penelitian ini diberikan pertanyaan: “bagaimaimana status kesehatan responden saat ini?” pilihan jawaban dikelompokkan sebagai: tidak sehat dan sehat.
Status jaminan sosial, dikelompokkan: tidak mempunyai jaminan sosial; memiliki jaminan sosial (pensiunan, asuransi hari tua, jaminan sosial lanjut Usia (JSLU)
untuk lansia tidak potensial, dan lainnya)
Status Pekerjaan, dikelompokkan: tidak bekerja; bekerja dengan status berusaha sendiri; bekerja dengan status berusaha dibantu buruh, pekerja tidak dibayar;
pekerja bebas; buruh/karyawan.
4.5 Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini, mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Melakukan analisis deskriptif untuk mendapatkan karakteristik sosial ekonomi
lansia dengan menentukan persentase variabel secara univariat.
2. Melakukan teknik analisis univariat menggunakan analisis Khi Kuadrat untuk
mengetahui keterkaitan masing-masing variabel karakteristik sosial ekonomi
lansia dengan status kesehatan lansia, status jaminan sosial, dan status pekerjaan
lansia. Statistik uji analisis Khi Kuadrat dirumuskan sebagai berikut:
n = frekuensi pengamatan pada baris ke-i kolom ke-j
i
n = frekuensi pengamatan pada baris ke-i
j
n = frekuensi pengamatan pada kolom ke-j
n = N = jumlah seluruh pengamatan i = 1,2, ……, I
j = 1, 2, ……,J
Statistik uji tersebut, selanjutnya dibandingkan dengan distribusi 2 dengan
derajat bebas
I 1 J 1 dan risiko kesalahan , serta kriteria penolakan H014 3. Melakukan teknik analisis multivariate menggunakan analisis regresi logistik
untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi status kesehatan, status
jaminan sosial dan status pekerjaan lansia. Analisis regresi logistik menurut
Hosmer dan Lemeshow (2000) merupakan metode regresi dengan variabel respon
Y merupakan kategorik atau dikotomi, sedangkan variabel bebasnya merupakan
variabel kategorik dan atau kontinu.
Model regresinya adalah x x pxp
x x x
g
0 1 1 2 2
) ( 1
) ( ln ) (
Dengan:
β = parameter regresi x = variabel bebas
Semua data diedit, dikumpulkan, dan kemudian dianalisis menggunakan bantuan
program statistik SPSS 19.0.
16 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali
Penelitian ini adalah penelitian tahun pertama yang memfokuskan pada
determinan dari status kesehatan, status jaminan sosial dan status pekerjaan berdasarkan
karakteristik sosial ekonomi lanjut usia di perdesaan di Provinsi Bali. Data yang diambil
merupakan hasil jawaban responden lansia terhadap kuisioner yang disebar di delapan
kabupaten di Bali. Data yang terkumpul adalah sebanyak 430 data. Hasil analisis
deskriptif karakteristik sosial ekonomi lansia perdesaan Provinsi Bali dapat dilihat pada
Tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali
Variabel N % Variabel N %
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai status bekerja,
yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Sebagian besar responden menyatakan
alasan mereka masih bekerja karena secara fisik dan mental masih merasa mampu dan
17 semakin besar. Alasan ekonomi yang menjadi sebab lansia bekerja juga dikemukakan
oleh Sigit (1988), dengan masih bekerjanya lansia berarti mereka masih dapat
menghidupi dirinya sendiri. Bahkan tidak sedikit lansia yang masih menghidupi
keluarga anaknya yang tinggal bersamanya, karena mereka hidup dalam keluarga yang
tidak mampu.
Deskripsi responden menurut ada/tidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian
besar lansia (81.2%) tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai
tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia
(JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian
besar responden 63% dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya
37% menyatakan tidak sehat. Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian
menunjukkan bahwa 53.7% responden adalah lansia laki-laki dan 46,3% lansia wanita.
Status kawin lansia menunjukkan bahwa 77% dengan status kawin, 18.8% status cerai
mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut
statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4% anggota rumah tangga dan 41.6%
merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut ada/tidaknya
tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,3% tidak
mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan.
Variabel tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,9%, SD 41,9%, sisanya 13,2%
dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat
pendidikan lansia umumnya rendah, seperti halnya kondisi pendidikan penduduk
Indonesia pada umumnya. Kondisi demikian sangat dimaklumi mengingat kebanyakan
lansia pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam jaman penjajahan pada masa itu, dan
besar kemungkinan bahwa hanya sedikit dari mereka bersekolah, selain itu juga sarana
pendidikan masih sangat terbatas dibandingkan sekarang.
Deskripsi responden menurut pendapatan, diperoleh 33,3% lansia tidak
mempunyai pendapatan, 30,7% dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,-,
pendapatan Rp. 500.000 – 1.000.000,- sebesar 22,6%, dan untuk pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,- sebesar 13,5%. Sebagian besar pendapatan responden rendah. Hal ini
disebabkan sewaktu masih muda mereka terserap di bidang pertanian, sehingga
ketika mereka sudah lanjut usia seperti sekarang, pekerjaan-pekerjaan pertanian
18 mempunyai pekerjaan. Sama halnya dengan responden yang bekerja di sektor
industri. Tingkat pendidikan yang ditamatkan responden sejalan dengan tingkat
pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh. Karena tingkat pendidikan responden
rendah dan pekerjaan yang mereka peroleh adalah di sektor informal, penghasilan
mereka rendah. Dengan kondisi seperti itu, mereka tidak dapat menabung/
menyisihkan uang untuk hari tua. Ketika mereka berhenti dari pekerjaan tidak
mendapatkan tunjangan kesejahteraan hari tua, sehingga kondisi di lapangan
mayoritas responden mempunyai pendapatan per bulan sangat sedikit.
Deskripsi pendapatan keluarga responden diperoleh sebanyak 42,1% dari 430
lansia dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,-, pendapatan antara Rp.
1.000.001,- – Rp. 2.000.000,- sebanyak 39,3%, dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 18,6%. Deskripsi responden menurut ketergantungan ekonomi lansia
terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 58,8% menyatakan tergantung, dan
41,2% menyatakan tidak tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain.
Jawaban responden mengenai pertanyaan apakah merasa puas terhadap kondisi ekonomi
mereka saat ini, diperoleh 54,7% responden menyatakan tidak puas dan 45,3%
menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka.
5.2 Model Status Pekerjaan Lansia
Masa pensiun seharusnya diisi dengan menikmati hari tua bersama anak dan
cucu-cucunya, tetapi kenyataan di Provinsi Bali terutama di pedesaan masih ada 67,2%
lansia yang berstatus bekerja. Alasan terbesar lansia ini masih bekerja adalah untuk
menambah penghasilan dan membantu keuangan keluarga. Pekerjaan yang paling
banyak ditekuni adalah pekerjaan kasar seperti buruh tani, buruh bangunan, dan
sebagian lagi pedagang.
Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi lansia tersebut masih bekerja dapat
dijelaskan dengan melakukan analisis statistic univariat dan multivariate. Analisis
univariat dilakukan untuk melihat ada/tidaknya keterkaitan antara status pekerjaan lansia
dengan karakteristik sosial ekonomi menggunakan statistik uji khi kuadrat. Hipotesis
untuk uji ini adalah:
19 Hi: Ada keterkaitan status pekerjaan dengan variabel karakteristik sosial
ekonomi
Tabel 5.2 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Pekerjaan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi
Status Pekerjaan Vs Variabel Karakteristik
Nilai Khi kuadrat
Nilai Sign. Keputusan
1. Tingkat Pendidikan 22.428 0.000 Tolak Ho
2. Status Kawin 22.390 0.000 Tolak Ho
3. Status dalam Rumah Tangga 18.600 0.000 Tolak Ho
4. Ada/tidaknya Tanggungan 26.178 0.000 Tolak Ho
5. Jenis Kelamin 6.896 0.009 Tolak Ho
6. Status Kesehatan 19.700 0.000 Tolak Ho
7. Ada/tidaknya Tunjangan Hari Tua 0.875 0.350 Terima Ho
8. Pendapatan 322.635 0.000 Tolak Ho
9. Pendapatan Keluarga 1.966 0.374 Terima Ho
10. Puas/tidak pada kondisi ekonomi 0.710 0.402 Terima Ho
11. Ketergantungan secara ekonomi pada keluarga lain
41.980 0.000 Tolak Ho
Hasil uji khi kuadrat pada Tabel 5.2 menjelaskan bahwa secara sendiri-sendiri
tidak terlihat adanya keterkaitan antara status pekerjaan lansia dengan status
ada/tidaknya tunjangan hari tua, pendapatan keluarga dan kepuasan pada kondisi
ekonomi, ini terlihat dari nilai signifikansi yang lebih besar dari taraf nyata 5%, sehingga
Ho diterima. Sedangkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel
karakteristik sosial lainnya signifikan yang menunjukkan adanya keterkaitan status
pekerjaan dengan variabel-variabel ini.
Hasil analisis univariat hanya menghasilkan kesimpulan tentang hubungan antara
status pekerjaan lansia dengan masing-masing variabel karakteristik sosial ekonomi, hal
ini jelas berbeda ketika hubungan status pekerjaan lansia dengan masing-masing variable
karakteristik sosial ekonomi dilihat secara simultan dan parsial (multivariate). Model
yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan lansia yang
berskala kategorik biner dengan variable karakteristik sosial ekonomi dengan skala
kategorik dan atau kontinu adalah model regresi logistic biner. Hasil uji regresi logistic
20 Tabel 5.3. Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Pekerjaan Lansia
Variables in the Equation
a. Variable(s) entered on step 1: Umur, JenisKlmn, StatusKwn, Pendidik, StatusRT, Tanggungan, StatKeshtn, TunjHariTua, Pendptan, PendKeluarga, PuasTarget, EkoTergntg.
Berdasarkan pada nilai signifikansinya yang lebih besar dari taraf nyata 5% dapat
diputuskan variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur,
ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Maka model terbaik
yang diperoleh adalah:
ˆ x Umur TunjHariTua Pendp
g (1)
Model 1 menunjukkan bahwa nilai OR untuk umur = 0,895 berarti bertambahnya umur
satu tahun akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja 0,895 kali. Ketika
bertambahnya umur lansia selalu diikuti dengan menurunnya derajat kesehatan, sehingga
mengurangi pula keinginan untuk bekerja. Hal ini sejalan dengan hasil uji khi kuadrat
(Tabel 5.2) untuk status kesehatan yang signifikan (sign. = 0.001 < α = 0.05) dengan status bekerja. Artinya sehat tidaknya lansia ada kaitan dengan bekerja tidaknya lansia.
Nilai OR untuk tunjangan hari tua = 0.251 mengindikasikan bahwa ketika lansia
mempunyai tunjangan hari tua akan menurunkan keinginan lansia untuk bekerja 0,251
kali dibandingkan lansia yang tidak mempunyai tunjangan hari tua. Hal ini disebabkan
karena pada lansia yang mempunyai tunjangan hari tua secara ekonomi lebih mapan
21 Begitu pula pada variabel besaran pendapatan dengan nilai OR = 14,071
menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk
bekerja sebesar 14,071 kali.
Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika
lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia
untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan
pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.
Dengan banyaknya lansia yang bekerja, perlu dipikirkan lapangan pekerjaan dan
jenis pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka. Mereka masih tetap menjadi modal
pembangunan, tanpa mengurangi kesempatan bekerja untuk penduduk usia produktif.
Namun, kondisi seperti ini perlu didukung adanya jaminan sosial yang dapat membantu
kebutuhan lansia, terutama untuk lansia yang bekerja di sektor informal.
5.3 Model Status Kasehatan Lansia
Bertambahnya umur pada lansia selalu berkaitan dengan kondisi kesehatan
mereka. Ketika memasuki masa lansia adalah hal wajar bila diikuti pula dengan
menurunnya derajat kesehatannya. Hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh pada status
kesehatan lansia ini dapat dilihat dari model status kesehatan yang diperoleh baik
berdasarkan analisis univariat maupun analisis multivariat.
Hasil uji univariat dengan analisis khi kuadrat pada status kesehatan lansia
terlihat pada Tabel 5.4. Analisis ini adalah untuk melihat ada tidaknya keterkaitan antara
status kesehatan dengan karakteristik sosial ekonomi, dengan hipotesis yang diuji adalah
Ho: Tidak ada keterkaitan status kesehatan dengan variable karakteristik social ekonomi
Hi: Ada keterkaitan status kesehatan dengan variabel karakteristik sosial ekonomi.
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa secara sendiri-sendiri hanya variabel tingkat
pendidikan yang menerima Ho. Artinya tingkat pendidikan lansia tidak mempunyai
keterkaitan dengan status kesehatan lansia. Ini mengindikasikan bahwa apapun
pendidikannya tidak mempengaruhi derajat kesehatan para lansia. Lansia dengan
pendidikan rendah maupun yang mempunyai pendidikan tinggi beresiko sama untuk
sakit maupun sehat. Sedangkan variabel lain hasil analisisnya adalah menolak Ho, yang
menunjukkan bahwa ada keterkaitan variable status kawin, status dalam rumah tangga,
22 pada kondisi ekonomi dan ada tidaknya ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga
lain dengan status kesehatan.
Tabel 5.4. Hasil Uji Khi Kuadrat Status Kesehatan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi
Status Kesehatan vs Variabel Karakteristik
Nilai Khi kuadrat
Nilai Sign. Keputusan
1. Tingkat Pendidikan 94.182 0.000 Terima Ho
2. Status Kawin 4.143 0.246 Tolak Ho
3. Status dalam Rumah Tangga 10.848 0.001 Tolak Ho
4. Ada tidaknya Tanggungan 4.188 0.041 Tolak Ho
5. Jenis Kelamin 9.336 0.002 Tolak Ho
7. Pendapatan 45.152 0.000 Tolak Ho
8. Pendapatan Keluarga 39.478 0.000 Tolak Ho
9. Puas/tidak pd kondisi ekonomi 24.241 0.000 Tolak Ho
10. Ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga lain
13.191 0.000 Tolak Ho
Analisis selanjutnya adalah melakukan pengujian secara simultan atau serempak
dan analisis secara parsial untuk mengetahui variabel karakteristik mana saja yang
berpengaruh pada status kesehatan lansia. Analisis yang digunakan adalah analisis
regresi logistik biner dengan variabel responnya adalah status kesehatan berkategori
sehat dan tidak sehat.
Berdasarkan Tabel 5.5 variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia
adalah variable dengan tingkat signifikansi (sig.) lebih kecil 0.05. Ada dua variabel yang
signifikan berpengaruh yaitu variabel umur dan pendapatan keluarga, oleh karena itu
model terbaik yang diperoleh adalah:
a
Koefisien regresi logistic (B) dalam Model 2 tidak dapat diinterpretasikan secara
langsung, melainkan melalui nilai eksponen B nya (exp B) yang disebut nilai odd rasio.
Pada variabel umur dengan odd rasio 0.968 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur
akan menurunkan derajat kesehatan lansia. Variabel kedua yang berpengaruh pada status
kesehatan adalah pendapatan keluarga dengan nilai odd rasio 0.374. Nilai ini
menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi
23 tergolong tinggi cenderung mempersepsi diri mempunyai status kesehatan tidak sehat.
Berbeda dengan lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong rendah cenderung
mempersepsi diri bahwa status kesehatan mereka sehat.
Tabel 5.5 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Kesehatan Lansia
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Umur -0.033 0.016 4.024 1 0.045 0.968
JenisKlmn 0.340 0.303 1.253 1 0.263 1.405
StatusKwn -0.053 0.134 0.157 1 0.692 0.948
Pendidik 0.214 0.156 1.894 1 0.169 1.239
StatusRT 0.522 0.325 2.575 1 0.109 1.685
Tanggungan 0.271 0.261 1.076 1 0.300 1.311
TunjHariTua 0.488 0.331 2.171 1 0.141 1.629
StatKerja 0.239 0.328 0.529 1 0.467 1.269
Pendptan 0.298 0.168 3.138 1 0.076 1.347
PendKeluarga -0.309 0.157 3.862 1 0.049 0.734
PuasTarget 0.453 0.239 3.604 1 0.058 1.574
EkoTergntg 0.288 0.246 1.373 1 0.241 1.334
Constant -1.180 1.674 0.497 1 0.481 0.307
a. Variable(s) entered on step 1: Umur, JenisKlmn, StatusKwn, Pendidik, StatusRT, Tanggungan, TunjHariTua, StatKerja, Pendptan, PendKeluarga, PuasTarget, EkoTergntg.
5.4 Model Status Tunjangan Hari Tua Lansia
Secara umum di Indonesia tunjangan hari tua biasanya diberikan hanya pada
pekerja formal berupa uang pensiunan, hanya sedikit yang memberikan tunjangan hari
tua pada pekerja informal. Padahal sebagian besar masyarakat di Indonesia bekerja pada
sector informal. Hasil analisis deskriptif menunjukkan dari 430 lansia yang menjadi
responden dalam penelitian ini hanya 81 orang (18,8%) yang mempunyai tunjangan hari
tua, sisanya 349 orang (81,2%) tidak memiliki tunjangan hari tua. Variabel karakteristik
sosial mana saya yang terkait dengan ada tidaknya tunjangan hari tua ini dapat dilihat
dari hasil analisis univariat pada Tabel 5.6.
Hasil analisis univariat dengan menggunakan uji khi kudrat menunjukkan bahwa
hanya variabel status perkawinan saja yang tidak ada keterkaitan dengan status ada
24 keterkaitan dengan ada tidaknya tunjangan hari tua. Sedangkan variabel lainnya
mempunyai keterkaitan dengan status tunjangan hari tua.
Tabel 5.6 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Tunjangan Hari Tua dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia
Ada Tidaknya Tunjangan Hari Tua vs Variabel Karakteristik
Nilai Khi kuadrat
Nilai Sign. Keputusan
1. Tingkat Pendidikan 94.182 0.000 Tolak Ho
2. Status Kawin 4.143 0.246 Terima Ho
3. Status dalam Rumah Tangga 10.848 0.001 Tolak Ho
4. Ada tidaknya Tanggungan 4.188 0.041 Tolak Ho
5. Jenis Kelamin 9.336 0.002 Tolak Ho
6. Status Kesehatan 11.837 0.001 Tolak Ho
7. Pendapatan 45.152 0.000 Tolak Ho
8. Pendapatan Keluarga 39.478 0.000 Tolak Ho
9. Puas/tidak pd kondisi ekonomi 24.241 0.000 Tolak Ho
10. Ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga lain
13.191 0.000 Tolak Ho
Analisis selanjutnya adalah menentukan model terbaik dengan analisis regeri logistic
multivariate. Hasilnya seperti yang tertera pada Tabel 5.7, menunjukkan bahwa hanya
variabel tingkat pendidikan lansia yang signifikan berpengaruh terhadap status tunjangan
hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:
Pendidikan x
gˆ( )6.7670.855
(3)
Berdasarkan nilai odd rasio = 2.351 dapat dinyatakan bahwa meningkatnya tingkat
25 Tabel 5.7 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Tunjangan Hari Tua
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Umur 0.038 0.022 3.024 1 0.082 1.039
JenisKlmn -0.581 0.432 1.808 1 0.179 0.560
StatusKwn 0.251 0.199 1.593 1 0.207 1.285
Pendidik 0.855 0.166 26.527 1 0.000 2.351
StatusRT -0.114 0.426 0.071 1 0.789 0.892
Tanggungan 0.409 0.325 1.578 1 0.209 1.505
StatKeshtn 0.531 0.336 2.494 1 0.114 1.700
StatKerja -0.477 0.445 1.151 1 0.283 0.620
Pendptan 0.233 0.196 1.413 1 0.234 1.262
PendKeluarga 0.019 0.212 0.008 1 0.929 1.019
PuasTarget 0.473 0.319 2.202 1 0.138 1.605
EkoTergntg -0.385 0.313 1.510 1 0.219 0.680
Constant -6.767 2.431 7.747 1 0.005 0.001
26 BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Rencana Tahap Penelitian Tahun II
Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama untuk daerah perdesaan ditemukan
sebagian besar lansia masih bekerja dan minimya lansia yang mempunyai jaminan sosial
seperti asuransi hari tua, pensiunan, jaminan sosial lanjut usia (JSLU), dan jenis jaminan
sosial lainnya.
Berdasarkan hal tersebut muncul pertanyaan, bagaimanakah kondisi lansia di
perkotaan Provinsi Bali? Apakah rekomendasi kebijakan yang diberikan berdasarkan
hasil penelitian di perdesaan ini dapat dijadikan acuan untuk revisi kebjakan
kesejahteraan lansia di perkotaan? Apakah model dari status kesehatan, status jaminan
social, dan status pekerjaan lansia untuk lansia perdesaan bisa menjadi acuan untuk
menyusun kebijakan lansia perkotaan? Bagaimanakah latar belakang, kondisi status
kesehatan, status jaminan sosial, dan status pekerjaan lansia di perkotaan?
Berdasarkan beberapa pertanyaan penelitian tersebut di atas, maka penelitian
lanjutan untuk lansia di daerah perkotaan menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Sehingga nantinya akan diperoleh model yang bersifat menyeluruh untuk Provinsi Bali
khususnya, dan dapat menjadi rekomendasi untuk provinsi lain yang memiliki
27 BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Latar belakang sosial ekonomi lansia diperoleh sebagian besar lansia mempunyai
status bekerja, yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Alasan masih bekerja,
sebagian besar responden menyatakan karena secara fisik dan mental masih merasa
mampu dan kuat bekerja dan desakan ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari yang semakin besar.
Deskripsi responden menurut ada/tidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian
besar lansia (81.2%) tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai
tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia
(JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian
besar responden 63% dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya
37% menyatakan tidak sehat.
Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa 53.7%
responden adalah lansia laki-laki dan 46,3% lansia wanita, dengan status kawin sebesar
77%, 18.8% status cerai mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai
hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4% anggota
rumah tangga dan 41.6% merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden
menurut ada/tidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia,
yaitu 66,3% tidak mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai
tanggungan, dengan rata-rata tanggungan 2 orang.
Sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar
44,9%, SD 41,9%, sisanya 13,2% dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
Secara keseluruhan, tingkat pendidikan lansia umumnya rendah.
Mayoritas responden mempunyai pendapatan per bulan sangat sedikit.
Deskripsi pendapatan responden diperoleh 33,3% lansia tidak mempunyai pendapatan,
30,7% dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,-, pendapatan Rp. 500.000 – 1.000.000,- sebesar 22,6%, dan pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,- sebesar 13,5%.
Deskripsi pendapatan keluarga responden diperoleh sebesar 42,1% dari 430 lansia
28 2.000.000,- sebesar 39,3%, dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 18,6%.
Deskripsi responden menurut ketergantungan secara ekonomi terhadap anggota keluarga
lain, menunjukkan bahwa 58,8% menyatakan tergantung, dan 41,2% menyatakan tidak
tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain. Sebanyak 54,7% responden
menyatakan tidak puas dan 45,3% menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka
saat ini.
Model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan
lansia dengan variabel karakteristik sosial ekonomi lansia adalah model regresi logistic
biner. Hasil uji diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia,
yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Model
terbaik yang diperoleh adalah:
ˆ x Umur TunjHariTua Pendp
g (1)
Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia
mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk
bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan
pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.
Variabel-variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variabel
umur dan pendapatan keluarga, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:
a
Model 2 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur akan menurunkan derajat
kesehatan lansia dan peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi
responden mengenai status kesehatannya. Lansia dengan pendapatan keluarga yang
tergolong tinggi cenderung mempersepsi diri mempunyai status kesehatan tidak sehat.
Berbeda dengan lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong rendah cenderung
mempersepsi diri bahwa status kesehatan mereka sehat.
Variabel tingkat pendidikan lansia berpengaruh signifikan terhadap status
tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:
Pendidikan x
gˆ( )6.7670.855
(3)
Berdasarkan model 3 dapat dinyatakan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan lansia
29 7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa hal yang dapat disarankan
adalah:
1. Kondisi banyaknya lansia yang bekerja, perlu dipikirkan lapangan pekerjaan dan
jenis pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka. Mereka masih tetap menjadi
modal pembangunan, tanpa mengurangi kesempatan bekerja untuk penduduk usia
produktif. Namun, kondisi seperti ini perlu didukung adanya jaminan sosial yang
dapat membantu kebutuhan lansia, terutama untuk lansia yang bekerja di sektor
informal.
2. Kondisi minimnya lansia yang mempunyai jaminan sosial di perdesaan Provinsi
Bali dan berdasarkan model status jaminan sosial lansia yang diperoleh dari
penelitian ini, yang mengindikasikan bahwa hanya lansia dengan pendidikan
menengah ke atas yang mempunyai peluang untuk mempunyai jaminan sosial,
maka rekomendasi berdasarkan hasil penelitian ini adalah agar pengambil
kebijakan mempertimbangkan untuk menyiapkan jaminan sosial lansia yang bisa
30 DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Moch. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia
Memilih Untuk Bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 3 No. 2 Oktober 2009, 99-110
Anonim. Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/lansia/ diakses pada tanggal 25 April 2012.
BPS. 2010. Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010, Tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
_______. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
_______. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Bali 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Cantor, Marjorie H. 1989. Social Care: Family and Community Support Systems. ANNALS, AAPSS.
Chen, Hsiao-hung Nancy. 2007. Social Safety Nets and Socio-economic Disparity Under Globalization, Department of Sociology, Taiwan: National Chengchi University Taipei.
Cowgill, Donald O. & Holmes, Lowell D. (Editors). 1972. Aging and Modernization, New York: Appleton-Century-Crofts
Cowgill, D. 1986 . Ageing Around the World. Belmont, CA.: Wadsworth Publishing Co.
Fillenbaum, G. G. 1984. “The Well-being of the Elderly: Approaches to
Multidimensional Assessment”, World Health Organization. Publication No.84. Geneva, WHO.
Hardywinoto dan Setiabudi, T, 1999. Panduan Geontorologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta: Penerbit PT GramediaPustaka Jakarta Utama.
Hosmer, DW & S. Lemeshow. 2000. Apllied Logistik Regression . New York: John Wiley and Sons.
Kantor Menteri Negara Kependudukan / BKKBN, 1998. Demografi Multiregional. Jakarta.
Milligan, K. & Tammy S. 2008. Working While Receiving a Pension: Will Double Dipping Change The Elderly Labour Market? Paper prepared for the John Deutsch Institute conference on Retirement Policy Issues in Canada, held in Kingston Ontario on October 25-26, 2007
Munsur, Ahmed Mohammad; Tareque, Ismail; and Rahman, K. M. Mustafizur. 2010. Determinants of Living Arrangements, Health Status and Abuse among Elderly Women: A Study of Rural Naogaon District, Bangladesh. Journal of
International Women's Studies, 11(4), 162-176. Dalam: http://vc.bridgew.edu/jiws/vol11/iss4/12
31 LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
KUESIONER
DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS JAMINAN SOSIAL DAN STATUS PEKERJAAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LANJUT USIA (STUDI LANSIA PEDESAAN DI PROVINSI BALI) Kami dari Universitas Udayana mendapatkan tugas mengadakan penelitian tentang Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial, dan Status Pekerjaan Lanjut Usia. Informasi yang kami peroleh akan digunakan untuk acuan dalam memperbaiki program-program maupun kebijakan yang sudah ada dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Dalam hal ini, nama dan kerahasiaan Bapak/Ibu tetap kami jaga, oleh karena itu Bapak/Ibu tidak perlu khawatir.
Atas bantuan dan kesediannya, kami ucapkan terima kasih.
Nama Responden : ………..
Desa : ……….
Kecamatan : ……….
Kabupaten : ……….
Identitas interviewer: ………Tanggal: ……… Lama: ………….
Editor : ………
Koreksi:
PERTANYAAN
1. Berapa umur bapak/ibu sekarang:
Jawab: ……. tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Status kawin Belum kawin
Kawin
Cerai hidup
Cerai mati
4. Apakah tingkat pendidikan terakhir bapak/ibu ?
Tidak sekolah
32 SMP
SMA
Perguruan tinggi
5. Apakah status bapak/ibu dalam rumah tangga?
Anggota rumah tangga Kepala rumah tangga
6. Apakah bapak/ibu memiliki tanggungan?
Tidak Ada
7. Jika ada berapa orang anggota keluarga yang masih bapak/ibu tanggung? Jawab: …:... orang
8. Bagaimana status kesehatan bapak/ibu saat ini?
Tidak sehat Sehat
9. Jika tidak sehat berapa lama bapak/ibu sakit dalam satu minggu terakhir?
Jawab: ... hari
10. Keluhan sakit apa yang bapak/ibu alami?
Panas
Pilek
Batuk
Asma
Diare
Lainnya, sebutkan…..
11. Apakah bapak/ibu memiliki tunjangan hari tua?
Tidak Ada
12. Jika ya apa jenis tunjangan hari tua yang bapak/ibu miliki?
Pensiunan
Asuransi hari tua
Jaminan sosial lanjut usia (JSLU)
lainnya, sebutkan ...
13. Apa status pekerjaan bapak/ibu?
Tidak bekerja
Bekerja dengan status berusaha
Bekerja dengan berusaha dibantu buruh
Pekerja tidak dibayar
33 Buruh/karyawan
14. Apa jenis pekerjaan bapak/ibu?
Petani Pedagang
Peternak Lainnya,Sebutkan ………
15. Berapa jam kerja bapak/ibu selama satu minggu?
jawab: ... jam
16. Berapa pendapatan bapak/ibu (rata-rata per bulan) ?
Tidak berpenghasilan ≤ Rp. 500.000
Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000
> Rp. 1.000.000 ( sebutkan: Rp. ………..) 17. Berapa pendapatan keluarga bapak/ibu (rata-rata per bulan)?
≤ Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000
> Rp. 2.000.000 ( sebutkan: Rp. ………..)
18. Apakah bapak/ibu merasa puas terhadap kondisi ekonomi bpk/ibu saat ini?
Tidak Ya
19. Secara ekonomi apakah bpk/ibu bergantung kepada anggota keluarga yang lain?
Tidak Ya
20. Apakah alasan bapak/ibu masih bekerja?
jawab: ...
………
21. Apakah aktivitas yang bapak/ibu lakukan sehari-hari?
jawab:...
………
34 Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti dan Kualifikasinya
No Nama NIDN Pendidikan Fakultas/
Jurusan
Bidang Keahlian
1. Made Susilawati, S.Si., M.Si.
0002097101 S2 FMIPA/
Matematika
Statistika
2. Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si.
0011067113 S2 FMIPA/
Matematika
Studi
Kependudukan
3. Drs. Nyoman Dayuh Rimbawan, MM.
0006054807 S2 FE/Program
Studi Ekonomi Pembangunan
Ekonomi Pembangunan
Lampiran 3. Publikasi Hasil Penelitian