• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Dari Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial Dan Status Pekerjaan Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Lanjut Usia (Studi Lansia Pedesaan Di Provinsi Bali).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Dari Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial Dan Status Pekerjaan Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Lanjut Usia (Studi Lansia Pedesaan Di Provinsi Bali)."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS JAMINAN

SOSIAL DAN STATUS PEKERJAAN BERDASARKAN

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LANJUT USIA

(STUDI LANSIA PEDESAAN DI PROVINSI BALI)

Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

Made Susilawati, S.Si., M.Si., NIDN. 0002097101

Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si., NIDN. 0011067113 Drs. Nyoman Dayuh Rimbawan, MM., NIDN. 0006054807

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Determinan dari Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial dan Status Pekerjaan Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Lanjut Usia (Studi Lansia Perdesaan di Provinsi Bali)

DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI, S.Si., M.Si. 0011067113

Drs. NYOMAN DAYUH RIMBAWAN, MM 0006054807

Universitas Udayana Institusi Mitra (jika ada) :

Nama Institusi Mitra :

Alamat :

Penanggung Jawab :

Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp. 53.500.000,00

Biaya Keseluruhan : Rp. 142.237.000,00

(3)

iii RINGKASAN

Tujuan Secara keseluruhan penelitian ini diarahkan pada status kesehatan, jaminan sosial dan status pekerjaan, dengan tujuan: mengetahui secara luas latar belakang sosial ekonomi lansia; mengetahui model dari status kesehatan lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya; mengetahui model dari status jaminan sosial lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya; dan mengetahui model dari status pekerjaan lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Penelitian ini dilakukan di 8 kabupaten di Provinsi Bali, dengan total sampel sebanyak 430 lansia. Teknik pengambilan sampel untuk setiap kabupaten dipilih secara acak 3 desa, selanjutnya secara proporsional diambil sampel di masing-masing desa. Banyaknya sampel yang diambil proporsional dengan jumlah lansia yang ada di masing-masing desa hingga tercapai jumlah sampel 430 lansia. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Karakteristik sosial ekonomi (umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pendapatan, status ekonomi), status kesehatan lansia, status jaminan sosial, dan status pekerjaan. Analisis statistika yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis regresi logistik. Dari model-model yang diperoleh merupakan acuan dalam revisi kebijakan tentang kesejahteraan lansia.

Latar belakang sosial ekonomi lansia diperoleh sebagian besar lansia mempunyai status bekerja, yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Menurut ada/tidaknya Jaminan sosial, diperoleh sebagian besar lansia (81.2%) tidak mempunyai jaminan sosial dan sisanya mempunyai jaminan sosial, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia (JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden (63%) mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37% menyatakan tidak sehat.

Model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel karakteristik sosial ekonomi lansia adalah model regresi logistic biner. Hasil uji diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Model terbaik yang diperoleh adalah:

ˆ x Umur TunjHariTua Pendp

g     (1)

Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.

Variabel-variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variabel umur dan pendapatan keluarga, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

a Model 2 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur akan menurunkan derajat kesehatan lansia dan peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi responden mengenai status kesehatannya.

Variabel tingkat pendidikan lansia berpengaruh signifikan terhadap status tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

Pendidikan x

gˆ( )6.7670.855

(3)

(4)

iv PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena perkenan-Nya

penelitian “Determinan dari Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial dan Status Pekerjaan Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Lanjut Usia (Studi Lansia Pedesaan

Di Provinsi Bali)” dapat dilaksanakan dengan baik dan Laporan Tahunan ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Terlaksananya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Dirjen Dikti yang telah mendanai penelitian ini, sehingga penelitian ini bisa

terlaksana.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng, sebagai Ketua Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, atas

dukungannya dalam kegiatan penelitian ini.

3. Bapak Ir. A.A.G. Raka Dalem, M.Sc. (Hons), selaku dekan FMIPA Universitas

Udayana, atas dukungannya.

4. Teman-teman sejawat di FMIPA Universitas Udayana, yang turut memberikan

sumbang saran dan dukungan.

5. Mahasiswa Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Udayana yang terlibat

dalam pengumpulan data di lapangan, serta semua pihak yang turut membantu

demi kelancaran kegiatan penelitian ini.

Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari berbagai

pihak diterima dengan senang hati, demi perbaikan pelaksanaan peenelitian di tahun

berikutnya. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi kita semua

Denpasar, 21 November 2014

(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN... iii

PRAKATA... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Keutamaan Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Konsep dan Definisi Lanjut Usia (Lansia) ... 4

2.2 Lansia dan Permasalahannya ... 6

2.3 Studi Pendahuluan ... 8

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 10

3.1 Tujuan Penelitian ... 10

3.2 Manfaat Penelitian ... 10

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 11

4.1 Pemilihan Daerah Penelitian ... 11

4.2 Teknik Sampling ... 11

4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 11

4.4 Variabel-variabel Penelitian ... 12

4.5 Metode Analisis Data ... 13

BAB V. HASIL YANG DICAPAI ... 16

5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Pedesaan Provinsi Bali ... 16

5.2 Model Status Pekerjaan Lansia ... 18

5.3 Model Status Kesehatan Lansia ... 21

5.4 Model Status Tunjangan Hari Tua Lansia ... 23

BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA... .. 26

(6)

vi

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 27

7.1 Kesimpulan ... 27

7.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Pedesaan Provinsi Bali ... 16

5.2 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Pekerjaan dengan Karakteristik

Sosial Ekonomi ... 19

5.3 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Pekerjaan Lansia ... 20

5.4 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Kesehatan dengan Karakteristik

Sosial Ekonomi... ... 22

5.5 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Kesehatan Lansia ... 23

5.6 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Tunjangan Hari Tua dengan

Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia ... ... 24

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen: Kuesioner Penelitian ... 31

2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya. ... 34

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hasil dari pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat

yang makin membaik dan usia harapan hidup yang makin meningkat. Hal tersebut

berdampak pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia. Fenomena peningkatan

jumlah penduduk lanjut usia pada abad ini, menjadikan penduduk lansia sebagai salah

satu kelompok sasaran pembangunan yang menjadi fokus perhatian pemerintah. Menurut

BPS (2011), perubahan struktur penduduk lansia ini memberikan implikasi kepada

perumusan dan arah kebijakan pembangunan, salah satunya untuk memberdayakan dan

meningkatkan kesejahteraan penduduk lansia.

Menanggapi kondisi tersebut maka diperlukan adanya penanganan yang lebih baik

mengenai kesejahteraan lansia, karena lansia merupakan kelompok yang banyak

mengalami kemunduran dari segi fisik, psikologi, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dalam

rangka mempertahankan kelangsungan hidup lansia, perlu upaya pemberdayaan guna

menunjang derajat kesehatan dan peningkatan mutu kehidupan lansia agar tidak menjadi

beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, secara umum jumlah penduduk lansia di

Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59 persen dari keseluruhan penduduk.

Jumlah penduduk lansia perempuan (9,75 juta orang) lebih banyak dari jumlah penduduk

lansia laki-laki (8,29 juta orang). Sebarannya jauh lebih banyak di daerah perdesaan

(10,36 juta orang) dibandingkan di daerah perkotaan (7,69 juta orang). Bila dilihat dari

hasil Sensus Penduduk 1971, jumlah penduduk lansia sekitar 5,31 juta orang atau 4,48

persen dari seluruh penduduk, dan menjadi empat kali lipat pada tahun 2010 yaitu sekitar

18,04 juta orang atau 7,59 persen. Jumlah penduduk lansia di Provinsi Bali sebanyak

380.115 orang atau 9,77 persen dari keseluruhan penduduk, dengan komposisi penduduk

lansia perempuan sebesar 202.594 orang dan laki-laki 177.521 orang.

Persentase penduduk lansia Provinsi Bali sebesar 9,77 persen menunjukkan bahwa

(10)

2 baik di daerah perkotaan (7,12 persen) maupun perdesaan (13,80 persen) dan lansia

laki-laki di daerah perkotaan (7,12 persen) dan perdesaan (12,01 persen) (BPS, 2011).

Perubahan struktur penduduk mempengaruhi angka beban ketergantungan, salah

satunya adalah beban ketergantungan penduduk lansia. Rasio ketergantungan penduduk

lansia (old dependency ratio/ODR) adalah angka yang menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif (15-59 tahun). Dari angka

ini tercermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk produktif untuk

membiayai penduduk lansia. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa rasio

ketergantungan penduduk lansia pada tahun 2010 di Provinsi Bali adalah sebesar 15,18,

berarti bahwa untuk setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar

15-16 orang penduduk lansia. Angka tersebut akan mengalami peningkatan seiring

dengan tingginya angka harapan hidup penduduk Provinsi Bali.

Hasil Sensus Penduduk 2010 untuk Provinsi Bali, juga menunjukkan masih banyak

lansia yang berperan sebagai kepala rumah tangga (37,69 persen), dimana lansia

berperan sebagai pemimpin rumah tangga dan bertanggungjawab terhadap rumah tangga

dari segi psikologis maupun ekonomi. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi lansia,

dimana memasuki masa tua seyogyanya lansia dapat menikmati hari tuanya tanpa beban

yang berat. Tingginya persentase lansia yang menjadi tulang punggung keluarga

didominasi oleh penduduk lansia laki-laki (65,03 persen).

Penduduk lansia yang termasuk dalam angkatan kerja merupakan lansia potensial.

Mereka tergolong sebagai lansia produktif dan mandiri. Hasil Sensus Penduduk 2010

menunjukkan bahwa dari keseluruhan penduduk lansia sekitar 54,20 persen diantaranya

bekerja. Proporsi lansia laki-laki bekerja (65,35 persen) dan lansia perempuan (44,44

persen). Kondisi ini terjadi baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.

Dilihat dari lapangan pekerjaan lansia di Provinsi Bali, data Sensus Penduduk 2010

menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja lansia paling besar

adalah pertanian (68,50 persen), sektor perdagangan (15,00 persen) dan sector jasa-jasa

(5,01 persen) dan industri pengolahan (6,61 persen). Dilihat dari status pekerjaan, dari

keseluruhan penduduk lansia yang bekerja dengan status berusaha sendiri (37,51 persen),

bekerja dengan status berusaha dibantu buruh (30,89 persen), pekerja tidak dibayar

(23,79 persen) dan sebagai pekerja bebas (6,65 persen) sisanya sebagai buruh/karyawan

(11)

3 Hal yang perlu dicermati adalah adanya pandangan bahwa peningkatan jumlah

penduduk lansia akan meningkatkan beban penduduk usia produktif, jika dikaitkan

dengan perhitungan rasio ketergantungan penduduk lansia (old dependency ratio/ODR), yang merupakan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif.

Jika penduduk lansia tersebut semakin meningkat jumlahnya, maka beban penduduk usia

produktif akan semakin besar. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak

lansia yang bekerja untuk mencari nafkah, seperti yang diuraikan pada uraian hasil

Sensus Penduduk 2010 di atas.

1.2 Keutamaan Penelitian

Menurut Affandi (2009), banyaknya lansia yang masih bekerja disebabkan oleh

kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar, serta secara fisik dan mental lansia tersebut

masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Kebutuhan ekonomi yang relatif besar

pada lansia kemungkinan disebabkan tidak/belum adanya jaminan sosial ekonomi yang

memadai bagi lansia. Di Indonesia jaminan hari tua, seperti uang pensiun masih sangat

terbatas untuk mereka yang bekerja di sektor formal saja, tidak untuk sektor informal.

Oleh karena itu, perlu dipikirkan berbagai upaya untuk menjangkau lansia yang tidak

punya pensiun atau jaminan hari tua., mengingat jumlah mereka lebih banyak dibanding

lansia dari sektor formal.

Meningkatnya jumlah penduduk lansia tentu membuat semakin berat pula beban

negara. Dampak dari pertambahan penduduk lansia ini masih perlu mendapatkan

perhatian, mengingat secara umum kondisi fisik, mental dan sosial lansia yang sudah

banyak mengalami kemunduran, apalagi masih minimnya lansia yang mempunyai

jaminan sosial, sehingga masih banyak lansia yang harus bekerja disebabkan oleh

kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar. Berdasarkan kondisi yang kontradiktif

tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui determinan dari status

kesehatan, jaminan sosial dan status pekerjaan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi

(12)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Definisi Lanjut Usia (Lansia)

Pengertian lanjut usia menurut Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Menurut BPS, lansia adalah penduduk berumur 60

tahun ke atas. Sedangkan menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (1999: 8), kelompok

lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Penggolongan

lansia menurut Depkes, digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: (1) Kelompok

lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia; (2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas); dan (3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia

yang berusia lebih dari 70 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan

lanjut usia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Berdasarkan aspek ekonomi, lansia (60 tahun ke atas) dikelompokkan menjadi

(1) lansia yang produktif yaitu lansia yang sehat baik dari aspek fisik, mental maupun

sosial; dan (2) lansia yang tidak produktif yaitu lansia yang sehat secara fisik, tetapi tidak

sehat dari aspek mental dan sosial; atau sehat secara mental tetapi tidak sehat dari aspek

fisik dan sosial; atau lansia yang tidak sehat baik dari aspek fisik, mental maupun sosial.

Secara demografis, pengelompokan penuaan penduduk dapat dilihat dari

beberapa ukuran yaitu dependency ratio, persentase penduduk lansia, dan dari sisi umur median penduduk. Dari dependency ratio suatu penduduk disebut sebagai penduduk tua jika dependency ratio penduduk tuanya sudah di atas 10 persen. Dari persentase penduduk lansia, struktur penduduk lansianya sudah mencapai 7 persen ke atas.

Sedangkan dari umur median penduduk, sebuah penduduk disebut sebagai penduduk tua

jika umur mediannya 30 tahun ke atas.

Proses penuaan merupakan hal yang kompleks, dan belum ditemukan secara pasti

fenomena yang melandasi mekanisme penuaan tersebut. Karena itu, perlu kriteria untuk

menyatakan penduduk usia tua (lansia). Untuk mendefinisikan istilah penduduk lansia

(13)

5 perlu dipertimbangkan untuk menentukan batasan penduduk lansia adalah aspek biologi,

ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia. Secara biologis, penduduk lansia adalah

penduduk yang telah menjalani proses penuaan dalam arti menurunnya daya tahan fisik

yang ditandai dengan semakin rentannya terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia, terjadi perubahan

dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Ditinjau dari aspek ekonomi, penduduk lansia secara umum dipandang lebih

sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua dianggap

sebagi warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih

muda. Bagi penduduk lansia yang masih memasuki lapangan pekerjaan, dianggap

produktifitasnya sudah menurun, sehingga pada umumnya pendapatannya lebih rendah

dibandingkan yang diterima oleh penduduk usia muda. Namun demikian tidak semua

yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini memiliki kualitas dan produktifitas

rendah. Pada sebagian penduduk, kualitas penduduk usia tua tidak kalah dibandingkan

mereka yang berada dalam kelompok umur muda, sebab di usia senja mereka telah

memiliki cukup pendidikan dan pengalaman yang belum tentu dimiliki oleh kaum muda.

Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan suatu kelompok sosial tersendiri.

Di negara Barat misalnya, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum

muda. Hal ini ditandai oleh keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,

pengaruh dalam pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin

menurun di usia tua. Namun di masyarakat tradisional di Asia pada umumnya, termasuk

Indonesai, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi, yang harus dihormati

oleh masyarakat yang usianya lebih muda. Dari beberapa aspek yang perlu

dipertimbangkan dalam mendefinisikan penduduk lanjut usia, pendekatan usia adalah

yang paling memungkinkan untuk digunakan. Batasan usia ini mudah untuk

diimplementasikan karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai

sumber data kependudukan.

Menurut Noveria dalam Affandi (2009), mengemukakan bahwa meskipun secara

prosentase, penduduk usia lanjut di Indonesia tidak sebesar yang di miliki oleh

negara-negara lain seperti Hongkong (14,3 persen), Singapora (9,6 persen) dan Korea Selatan

(8,8 persen) pada tahun 1995, namun secara absolut jumlahnya lebih besar di Indonesia

dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Tingginya jumlah lansia tersebut tidak

(14)

6 tingkat kesehatan juga rendah. Hal tersebut tentunya akan menambah kesulitan bagi para

lansia dan keluarganya. Disatu sisi mereka hidup miskin dan harus memperoleh

pekerjaan dan pendapatan yang layak. Lalu bagaimanakah kondisi mereka sebenarnya

dan apa yang mestinya dilakukan pemerintah untuk menopang kelangsungan hidup

mereka.

Selain itu, faktor keluarga juga amat menentukan di dalam perjalanan hidup para

lansia dimana selama ini diyakini bahwa dukungan penduduk lanjut usia merupakan

tanggung jawab keluarga, terutama anak, sesuai dengan nilai yang dianut oleh

kebanyakan masyarakat bahwa menjaga orang tua yang masih berusia lanjut merupakan

kewajiban anak sebagai keturunannya (Noveria dalam Affandi 2009). Disamping itu,

banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak merupakan tempat bergantung jika

mereka sudah tua dan tidak sanggup hidup sendiri, baik karena alasan ekonomi maupun

alasan kesehatan.

Nilai-nilai penghargaan terhadap orang tua tersebut tidak akan dapat bertahan,

mengingat perubahan nilai-nilai kehidupan di atas akan berubah seiring dengan

perubahan jaman. Hal ini dibuktikan dengan mulai banyak kasus orang tua yang

terlantar, mulai dari gelandangan sampai dengan menumpuknya orang tua di panti

jompo. Kondisi ini memaksa mereka untuk tetap menjadi anggota pasar kerja sangatlah

dimungkinkan di masa depan (Affandi, 2009)

2.2 Lansia dan Permasalahannya

Tesis umum dari teori modernisasi adalah bahwa modernisasi secara relatif

menghasilkan lansia dengan status lebih rendah di masyarakat manapun. Hasil

Modernisasi berdampak pada peningkatan harapan hidup dan penurunan fertilitas karena

teknologi modern membawa serta sarana untuk peningkatan hidup dan mengontrol

kelahiran (Cowgill & Holmes, 1972). Konsekuensi dari modernisasi dan urbanisasi tentu

akan memberikan kontribusi pada hilangnya banyak kekuasaan dan prestise dari orang

tua dan juga mempengaruhi perawatan lansia (Cowgill, 1986).

Menurut Chen (2005), penuaan penduduk tentu akan menciptakan tuntutan baru

pada pensiun, dan ketika digabungkan dengan fertilitas rendah, hal tersebut akan

menghasilkan beban ekonomi yang lebih berat bagi generasi mendatang. Penuaan

(15)

7 dengan usia pensiun, pemanfaatan yang efektif dari tenaga usia lanjut dan pengaturan

hidup yang tepat untuk orang tua, dan lainnya, dapat mendasari kebijakan penting yang

perlu mendapatkan penanganan.

Masalah penuaan membutuhkan komitmen jangka panjang. Kebijakan harus

dibuat sesegera mungkin dengan mempertimbangkan kondisi khusus dari budaya dan

kondisi sosial untuk tiap-tiap daerah. Dalam semua negara di dunia, penuaan penduduk

mengubah rasio ketergantungan dan secara dramatis meningkatkan jumlah lanjut usia

yang akan membutuhkan perawatan.

Cantor (1989) menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah lansia membawa

perubahan dramatis dalam kehidupan keluarga, dalam sifat dan tingkat intervensi yang

diperlukan untuk mendukung populasi yang menua, dan pengertian kita tentang peran

keluarga dan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan tersebut. Meskipun orang tua

mengelola secara mandiri dengan hanya biasanya bantuan anggota keluarga, peningkatan

jumlah usia lanjut dan orang yang menderita kelemahan dan ketidakmampuan

memerlukan perawatan sosial yang lebih luas.

Peningkatan jumlah lansia menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi

bagi keluarga dan negara. Perubahan dramatis dalam lingkungan yang lebih besar

disebabkan oleh pembangunan ekonomi. Urbanisasi, industrialisasi, migrasi, dan

globalisasi menyebabkan perubahan dalam struktur keluarga dan dukungan antar

generasi lansia.

Dalam studi oleh Munsur, et al (2010) tentang latar belakang sosio-ekonomi,

pengaturan hidup, status kesehatan dan penyalahgunaan (abuse) wanita berusia 60 tahun dan lebih tua di distrik Naogaon pedesaan Bangladesh. Data dikumpulkan dari tujuh

desa dengan menggunakan probability proportional to size (PPS) sampling. Temuan menunjukkan bahwa mayoritas dari lansia yang diteliti tidak memiliki pendidikan dasar,

sebagai tenaga kerja tidak dibayar, janda, tidak memiliki penghasilan dan secara

ekonomi tergantung pada orang lain. Analisis pengaturan hidup dari responden,

menunjukkan bahwa sebagian besar hidup dengan anak-anak yang sudah menikah.

Sebuah interpretasi positif temuan ini bahwa pengaturan hidup lansia perempuan

Bangladesh yang menguntungkan bagi kesejahteraan mereka secara keseluruhan, karena

tinggal bersama dengan kerabat merupakan sumber terpercaya dari bantuan dan

(16)

8 perawatan dari dokter desa. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa status

perkawinan responden, status pekerjaan, pendapatan bulanan keluarga, dan kebiasaan

keracunan (habit of intoxication ) secara signifikan mempengaruhi status kesehatan lansia perempuan. Selanjutnya, analisis penyalahgunaan (abuse) menunjukkan bahwa sekitar 35 persen disalahgunakan, terutama secara mental karena kemiskinan. Analisis

multivariat menunjukkan bahwa usia responden, status perkawinan, tingkat pendidikan

dan status pekerjaan secara signifikan mempengaruhi penyalahgunaan (abuse) lansia perempuan. Temuan menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pengaturan hidup,

status kesehatan, dan penyalahgunaan (abuse).

Penelitian Milligan, K. & Tammy, S. (2008) tentang lansia bekerja, dari hasil

surveI diperoleh tanggapan responden mengenai sikap tentang pekerjaan dan pension,

diperoleh bahwa sebagian besar menyatakan memilih untuk berhenti bekerja ketika

mereka pensiun dan banyak dari mereka yang ingin melanjutkan akan mencari

pengaturan paruh waktu.

2.3 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan telah dilakukan mengkhususkan pada model status pekerjaan

lansia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Studi pendahuluan dilakukan di

Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, dengan pertimbangan di Kabupaten Badung,

Kecamatan Mengwi memiliki penduduk lansia paling banyak (35,75%). Data studi

pendahuluan diperoleh melalui penyebaran angket kepada para lansia yang berumur

60-74 tahun dan sudah pensiun. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

purposive sampling, terhadap 140 orang responden. Variabel penelitian ini yaitu: tingkat pendidikan, status dalam rumah tangga, status kawin, lama sakit dalam seminggu,

ada/tidak tanggungan, tunjangan hari tua, dan status pekerjaan lansia. Teknik analisis

data yang digunakan adalah analisis log-linier. Berdasarkan hasil studi pendahuluan

diperoleh bahwa status pekerjaan lansia berinteraksi dengan ada/tidaknya tanggungan

dan ada/tidaknya tunjangan hari tua, status pekerjaan lansia berinteraksi dengan status

dalam rumah tangga dan lama sakit dalam seminggu, status pekerjaan lansia berinteraksi

dengan status kawin dan ada/tidaknya tunjangan hari tua, serta status dalam rumah

tangga berinteraksi dengan status kawin dan lama sakit dalam seminggu. Sehingga

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lansia masih bekerja adalah status

(17)

9 tanggungan, ada/tidaknya tunjangan hari tua, sedangkan tingkat pendidikan juga ikut

berpengaruh tetapi secara tidak langsung.

Berdasarkan hasil analisis log linear diperoleh model log linear terbaik sebagai

berikut:

3 log mijklmno = U + U756(omn) + U234(jkl) + U724(ojl) + U736(okn)

Persamaan di atas menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lansia masih

bekerja adalah status dalam rumah tangga, status kawin, lama sakit dalam seminggu, ada

atau tidaknya tanggungan, ada atau tidaknya tunjangan hari tua, sedangkan tingkat

pendidikan juga ikut berpengaruh tetapi secara tidak langsung.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut di atas, dalam penelitian ini akan

lebih dikembangkan lagi dan memfokuskan pada determinan dari status kesehatan, status

jaminan sosial, dan status pekerjaan lansia. Hasil penelitian diharapkan dapat

memberikan luaran yang dapat menjadi acuan dalam rangka revisi kebijakan mengenai

(18)

10 BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini diarahkan pada status kesehatan, jaminan sosial,

dan status pekerjaan lansia, dengan tujuan sebagai berikut:

1. mengetahui secara luas latar belakang sosial ekonomi lansia;

2. mengetahui model dari status kesehatan lansia dan faktor-faktor yang

memengaruhinya;

3. mengetahui model dari status jaminan sosial lansia dan faktor-faktor yang

memengaruhinya;

4. mengetahui model dari status pekerjaan lansia dan faktor-faktor yang

memengaruhinya.

Sehingga temuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. model status kesehatan lansia,

2. model status jaminan sosial lansia, dan

3. model status pekerjaan

Dari model-model yang diperoleh merupakan acuan dalam revisi kebijakan tentang

kesejahteraan lansia

3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh dapat sebagai sumber informasi bagi pengambil kebijakan maupun peneliti lain, mengenai kondisi nyata lansia di perdesaan Provinsi

Bali, dalam hal ini akan diketahui gambaran secara umum tentang kararteristik sosial

ekonomi lansia, meliputi status kesehatan, status jaminan social, dan status pekerjaan

lansia.

Berdasarkan model yang diperoleh, yaitu model status kesehatan, status jaminan

sosial dan status pekerjaan lansia, maka diketahui faktor-faktor yang perlu mendapat

perhatian dan perlu ditindaklanjuti oleh pengambil kebijakan dalam rangka perbaikan

kebijakan tentang kesejahteraan lansia.

(19)

11 BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1Pemilihan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah perdesaan di 8 kabupaten yang ada di Provinsi

Bali. Pemilihan lokasi penelitian yang merupakan wilayah perdesaan di 8 kabupaten di

Provinsi Bali, mengacu pada klasifikasi perdesaan dan perkotaan di Indonesia menurut

Badan Pusat Statistik Tahun 2010 (Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37

Tahun 2010). Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari

sumber primer, yaitu diambil secara langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner dan

angket.

4.2Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di perdesaan di Provinsi

Bali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proportional stratified

random sampling. Proportional stratified random sampling digunakan jika populasi memiliki anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, serta

dihitung berdasarkan perbandingan (Sugiyono, 2008). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 430 lansia, dengan rincian sebagai berikut: untuk setiap

kabupaten dipilih secara acak 3 desa, selanjutnya secara proporsional diambil sampel di

masing-masing desa. Banyaknya sampel yang diambil proporsional dengan jumlah lansia

yang ada di masing-masing desa hingga tercapai jumlah sampel 430 lansia.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei, dimana

informasi dikumpulkan dengan menanyai lansia menggunakan kuesioner terstruktur.

Survei ini dijalankan dengan menemui responden secara bertatap muka. Dalam hal ini

petugas lapang menanyai responden dengan pertanyaan terstruktur yang sudah disiapkan

sebelumnya. Kuesioner yang dipergunakan dalam pengumpulan data, disajikan dalam

(20)

12 4.4 Variabel-variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Karakteristik sosial ekonomi yang dijabarkan dalam variabel berikut:  Umur (tahun),

 Jenis kelamin, dikelompokkan: Laki-laki dan Perempuan

 Status perkawinan, dikelompokkan: Tidak kawin; Kawin; Cerai hidup; dan Cerai mati.

 Tingkat pendidikan, dikelompokan: tidak sekolah; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.

 Status dalam rumah tangga, dikelompokkan: Anggota rumah tangga dan Kepala rumah tangga

 Ada/Tidak Tanggungan, dikelompokkan: Tidak dan Ada

 Jumlah anggota keluarga yang masih ditanggung oleh responden: …… orang  Lama sakit dalam satu minggu terakhir: ….. hari

 Keluhan sakit yang dialami, dikelompokkan: Panas; Pilek; Batuk; Asma; Diare; Lainnya (sebutkan)

 Jenis tunjangan hari tua yang dimiliki, dikelompokkan: Pensiunan, Asuransi Hari Tua, Jaminan Sosial Lanjut Usia, Lainnya (sebutkan)

 Jenis pekerjaan responden, dikelompokkan: Petani, Peternak, Pedagang, Lainnya (sebutkan)

 Jam kerja dalam satu minggu: …..jam

 Pendapatan rata-rata responden per bulan, dikelompokkan: tidak berpenghasilan; di bawah Rp.500.000; Rp.500.001-Rp.1.000.000; diatas Rp. 1.000.000 (sebutkan)  Pendapatan keluarga rata-rata per-bulan, dikelompokkan: di bawah Rp.

1.000.000; Rp.1.000.001-Rp.2.000.000; di atas Rp.2.000.000 (sebutkan)  Kepuasan terhadap kondisi ekonomi, dikelompokkan: Tidak dan Ya.

 Status ekonomi, dikelompokkan: tidak bergantung pada keluarga; bergantung pada keluarga

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:

 Status kesehatan yaitu status kesehatan yang dirasakan sendiri oleh responden. Menurut Fillenbaum (1984), status kesehatan yang dirasakan sendiri merupakan

(21)

13 Selain itu penilaian diri mengenai kesehatan adalah komponen umum dari survei

berbasis populasi. Untuk mengetahui status kesehatan responden dalam penelitian ini diberikan pertanyaan: “bagaimaimana status kesehatan responden saat ini?” pilihan jawaban dikelompokkan sebagai: tidak sehat dan sehat.

 Status jaminan sosial, dikelompokkan: tidak mempunyai jaminan sosial; memiliki jaminan sosial (pensiunan, asuransi hari tua, jaminan sosial lanjut Usia (JSLU)

untuk lansia tidak potensial, dan lainnya)

 Status Pekerjaan, dikelompokkan: tidak bekerja; bekerja dengan status berusaha sendiri; bekerja dengan status berusaha dibantu buruh, pekerja tidak dibayar;

pekerja bebas; buruh/karyawan.

4.5 Metode Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini, mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Melakukan analisis deskriptif untuk mendapatkan karakteristik sosial ekonomi

lansia dengan menentukan persentase variabel secara univariat.

2. Melakukan teknik analisis univariat menggunakan analisis Khi Kuadrat untuk

mengetahui keterkaitan masing-masing variabel karakteristik sosial ekonomi

lansia dengan status kesehatan lansia, status jaminan sosial, dan status pekerjaan

lansia. Statistik uji analisis Khi Kuadrat dirumuskan sebagai berikut:

n = frekuensi pengamatan pada baris ke-i kolom ke-j

 i

n = frekuensi pengamatan pada baris ke-i

j

n = frekuensi pengamatan pada kolom ke-j

 

n = N = jumlah seluruh pengamatan i = 1,2, ……, I

j = 1, 2, ……,J

Statistik uji tersebut, selanjutnya dibandingkan dengan distribusi 2 dengan

derajat bebas

  

I 1 J 1 dan risiko kesalahan  , serta kriteria penolakan H0

(22)

14 3. Melakukan teknik analisis multivariate menggunakan analisis regresi logistik

untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi status kesehatan, status

jaminan sosial dan status pekerjaan lansia. Analisis regresi logistik menurut

Hosmer dan Lemeshow (2000) merupakan metode regresi dengan variabel respon

Y merupakan kategorik atau dikotomi, sedangkan variabel bebasnya merupakan

variabel kategorik dan atau kontinu.

Model regresinya adalah x x pxp

x x x

g    

  

 

0 1 1 2 2

) ( 1

) ( ln ) (

Dengan:

β = parameter regresi x = variabel bebas

Semua data diedit, dikumpulkan, dan kemudian dianalisis menggunakan bantuan

program statistik SPSS 19.0.

(23)
(24)

16 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali

Penelitian ini adalah penelitian tahun pertama yang memfokuskan pada

determinan dari status kesehatan, status jaminan sosial dan status pekerjaan berdasarkan

karakteristik sosial ekonomi lanjut usia di perdesaan di Provinsi Bali. Data yang diambil

merupakan hasil jawaban responden lansia terhadap kuisioner yang disebar di delapan

kabupaten di Bali. Data yang terkumpul adalah sebanyak 430 data. Hasil analisis

deskriptif karakteristik sosial ekonomi lansia perdesaan Provinsi Bali dapat dilihat pada

Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali

Variabel N % Variabel N %

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai status bekerja,

yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Sebagian besar responden menyatakan

alasan mereka masih bekerja karena secara fisik dan mental masih merasa mampu dan

(25)

17 semakin besar. Alasan ekonomi yang menjadi sebab lansia bekerja juga dikemukakan

oleh Sigit (1988), dengan masih bekerjanya lansia berarti mereka masih dapat

menghidupi dirinya sendiri. Bahkan tidak sedikit lansia yang masih menghidupi

keluarga anaknya yang tinggal bersamanya, karena mereka hidup dalam keluarga yang

tidak mampu.

Deskripsi responden menurut ada/tidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian

besar lansia (81.2%) tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai

tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia

(JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian

besar responden 63% dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya

37% menyatakan tidak sehat. Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian

menunjukkan bahwa 53.7% responden adalah lansia laki-laki dan 46,3% lansia wanita.

Status kawin lansia menunjukkan bahwa 77% dengan status kawin, 18.8% status cerai

mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut

statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4% anggota rumah tangga dan 41.6%

merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut ada/tidaknya

tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,3% tidak

mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan.

Variabel tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,9%, SD 41,9%, sisanya 13,2%

dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat

pendidikan lansia umumnya rendah, seperti halnya kondisi pendidikan penduduk

Indonesia pada umumnya. Kondisi demikian sangat dimaklumi mengingat kebanyakan

lansia pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam jaman penjajahan pada masa itu, dan

besar kemungkinan bahwa hanya sedikit dari mereka bersekolah, selain itu juga sarana

pendidikan masih sangat terbatas dibandingkan sekarang.

Deskripsi responden menurut pendapatan, diperoleh 33,3% lansia tidak

mempunyai pendapatan, 30,7% dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,-,

pendapatan Rp. 500.000 – 1.000.000,- sebesar 22,6%, dan untuk pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,- sebesar 13,5%. Sebagian besar pendapatan responden rendah. Hal ini

disebabkan sewaktu masih muda mereka terserap di bidang pertanian, sehingga

ketika mereka sudah lanjut usia seperti sekarang, pekerjaan-pekerjaan pertanian

(26)

18 mempunyai pekerjaan. Sama halnya dengan responden yang bekerja di sektor

industri. Tingkat pendidikan yang ditamatkan responden sejalan dengan tingkat

pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh. Karena tingkat pendidikan responden

rendah dan pekerjaan yang mereka peroleh adalah di sektor informal, penghasilan

mereka rendah. Dengan kondisi seperti itu, mereka tidak dapat menabung/

menyisihkan uang untuk hari tua. Ketika mereka berhenti dari pekerjaan tidak

mendapatkan tunjangan kesejahteraan hari tua, sehingga kondisi di lapangan

mayoritas responden mempunyai pendapatan per bulan sangat sedikit.

Deskripsi pendapatan keluarga responden diperoleh sebanyak 42,1% dari 430

lansia dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,-, pendapatan antara Rp.

1.000.001,- – Rp. 2.000.000,- sebanyak 39,3%, dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 18,6%. Deskripsi responden menurut ketergantungan ekonomi lansia

terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 58,8% menyatakan tergantung, dan

41,2% menyatakan tidak tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain.

Jawaban responden mengenai pertanyaan apakah merasa puas terhadap kondisi ekonomi

mereka saat ini, diperoleh 54,7% responden menyatakan tidak puas dan 45,3%

menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka.

5.2 Model Status Pekerjaan Lansia

Masa pensiun seharusnya diisi dengan menikmati hari tua bersama anak dan

cucu-cucunya, tetapi kenyataan di Provinsi Bali terutama di pedesaan masih ada 67,2%

lansia yang berstatus bekerja. Alasan terbesar lansia ini masih bekerja adalah untuk

menambah penghasilan dan membantu keuangan keluarga. Pekerjaan yang paling

banyak ditekuni adalah pekerjaan kasar seperti buruh tani, buruh bangunan, dan

sebagian lagi pedagang.

Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi lansia tersebut masih bekerja dapat

dijelaskan dengan melakukan analisis statistic univariat dan multivariate. Analisis

univariat dilakukan untuk melihat ada/tidaknya keterkaitan antara status pekerjaan lansia

dengan karakteristik sosial ekonomi menggunakan statistik uji khi kuadrat. Hipotesis

untuk uji ini adalah:

(27)

19 Hi: Ada keterkaitan status pekerjaan dengan variabel karakteristik sosial

ekonomi

Tabel 5.2 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Pekerjaan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi

Status Pekerjaan Vs Variabel Karakteristik

Nilai Khi kuadrat

Nilai Sign. Keputusan

1. Tingkat Pendidikan 22.428 0.000 Tolak Ho

2. Status Kawin 22.390 0.000 Tolak Ho

3. Status dalam Rumah Tangga 18.600 0.000 Tolak Ho

4. Ada/tidaknya Tanggungan 26.178 0.000 Tolak Ho

5. Jenis Kelamin 6.896 0.009 Tolak Ho

6. Status Kesehatan 19.700 0.000 Tolak Ho

7. Ada/tidaknya Tunjangan Hari Tua 0.875 0.350 Terima Ho

8. Pendapatan 322.635 0.000 Tolak Ho

9. Pendapatan Keluarga 1.966 0.374 Terima Ho

10. Puas/tidak pada kondisi ekonomi 0.710 0.402 Terima Ho

11. Ketergantungan secara ekonomi pada keluarga lain

41.980 0.000 Tolak Ho

Hasil uji khi kuadrat pada Tabel 5.2 menjelaskan bahwa secara sendiri-sendiri

tidak terlihat adanya keterkaitan antara status pekerjaan lansia dengan status

ada/tidaknya tunjangan hari tua, pendapatan keluarga dan kepuasan pada kondisi

ekonomi, ini terlihat dari nilai signifikansi yang lebih besar dari taraf nyata 5%, sehingga

Ho diterima. Sedangkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel

karakteristik sosial lainnya signifikan yang menunjukkan adanya keterkaitan status

pekerjaan dengan variabel-variabel ini.

Hasil analisis univariat hanya menghasilkan kesimpulan tentang hubungan antara

status pekerjaan lansia dengan masing-masing variabel karakteristik sosial ekonomi, hal

ini jelas berbeda ketika hubungan status pekerjaan lansia dengan masing-masing variable

karakteristik sosial ekonomi dilihat secara simultan dan parsial (multivariate). Model

yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan lansia yang

berskala kategorik biner dengan variable karakteristik sosial ekonomi dengan skala

kategorik dan atau kontinu adalah model regresi logistic biner. Hasil uji regresi logistic

(28)

20 Tabel 5.3. Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Pekerjaan Lansia

Variables in the Equation

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, JenisKlmn, StatusKwn, Pendidik, StatusRT, Tanggungan, StatKeshtn, TunjHariTua, Pendptan, PendKeluarga, PuasTarget, EkoTergntg.

Berdasarkan pada nilai signifikansinya yang lebih besar dari taraf nyata 5% dapat

diputuskan variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur,

ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Maka model terbaik

yang diperoleh adalah:

ˆ x Umur TunjHariTua Pendp

g     (1)

Model 1 menunjukkan bahwa nilai OR untuk umur = 0,895 berarti bertambahnya umur

satu tahun akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja 0,895 kali. Ketika

bertambahnya umur lansia selalu diikuti dengan menurunnya derajat kesehatan, sehingga

mengurangi pula keinginan untuk bekerja. Hal ini sejalan dengan hasil uji khi kuadrat

(Tabel 5.2) untuk status kesehatan yang signifikan (sign. = 0.001 < α = 0.05) dengan status bekerja. Artinya sehat tidaknya lansia ada kaitan dengan bekerja tidaknya lansia.

Nilai OR untuk tunjangan hari tua = 0.251 mengindikasikan bahwa ketika lansia

mempunyai tunjangan hari tua akan menurunkan keinginan lansia untuk bekerja 0,251

kali dibandingkan lansia yang tidak mempunyai tunjangan hari tua. Hal ini disebabkan

karena pada lansia yang mempunyai tunjangan hari tua secara ekonomi lebih mapan

(29)

21 Begitu pula pada variabel besaran pendapatan dengan nilai OR = 14,071

menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk

bekerja sebesar 14,071 kali.

Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika

lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia

untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan

pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.

Dengan banyaknya lansia yang bekerja, perlu dipikirkan lapangan pekerjaan dan

jenis pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka. Mereka masih tetap menjadi modal

pembangunan, tanpa mengurangi kesempatan bekerja untuk penduduk usia produktif.

Namun, kondisi seperti ini perlu didukung adanya jaminan sosial yang dapat membantu

kebutuhan lansia, terutama untuk lansia yang bekerja di sektor informal.

5.3 Model Status Kasehatan Lansia

Bertambahnya umur pada lansia selalu berkaitan dengan kondisi kesehatan

mereka. Ketika memasuki masa lansia adalah hal wajar bila diikuti pula dengan

menurunnya derajat kesehatannya. Hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh pada status

kesehatan lansia ini dapat dilihat dari model status kesehatan yang diperoleh baik

berdasarkan analisis univariat maupun analisis multivariat.

Hasil uji univariat dengan analisis khi kuadrat pada status kesehatan lansia

terlihat pada Tabel 5.4. Analisis ini adalah untuk melihat ada tidaknya keterkaitan antara

status kesehatan dengan karakteristik sosial ekonomi, dengan hipotesis yang diuji adalah

Ho: Tidak ada keterkaitan status kesehatan dengan variable karakteristik social ekonomi

Hi: Ada keterkaitan status kesehatan dengan variabel karakteristik sosial ekonomi.

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa secara sendiri-sendiri hanya variabel tingkat

pendidikan yang menerima Ho. Artinya tingkat pendidikan lansia tidak mempunyai

keterkaitan dengan status kesehatan lansia. Ini mengindikasikan bahwa apapun

pendidikannya tidak mempengaruhi derajat kesehatan para lansia. Lansia dengan

pendidikan rendah maupun yang mempunyai pendidikan tinggi beresiko sama untuk

sakit maupun sehat. Sedangkan variabel lain hasil analisisnya adalah menolak Ho, yang

menunjukkan bahwa ada keterkaitan variable status kawin, status dalam rumah tangga,

(30)

22 pada kondisi ekonomi dan ada tidaknya ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga

lain dengan status kesehatan.

Tabel 5.4. Hasil Uji Khi Kuadrat Status Kesehatan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi

Status Kesehatan vs Variabel Karakteristik

Nilai Khi kuadrat

Nilai Sign. Keputusan

1. Tingkat Pendidikan 94.182 0.000 Terima Ho

2. Status Kawin 4.143 0.246 Tolak Ho

3. Status dalam Rumah Tangga 10.848 0.001 Tolak Ho

4. Ada tidaknya Tanggungan 4.188 0.041 Tolak Ho

5. Jenis Kelamin 9.336 0.002 Tolak Ho

7. Pendapatan 45.152 0.000 Tolak Ho

8. Pendapatan Keluarga 39.478 0.000 Tolak Ho

9. Puas/tidak pd kondisi ekonomi 24.241 0.000 Tolak Ho

10. Ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga lain

13.191 0.000 Tolak Ho

Analisis selanjutnya adalah melakukan pengujian secara simultan atau serempak

dan analisis secara parsial untuk mengetahui variabel karakteristik mana saja yang

berpengaruh pada status kesehatan lansia. Analisis yang digunakan adalah analisis

regresi logistik biner dengan variabel responnya adalah status kesehatan berkategori

sehat dan tidak sehat.

Berdasarkan Tabel 5.5 variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia

adalah variable dengan tingkat signifikansi (sig.) lebih kecil 0.05. Ada dua variabel yang

signifikan berpengaruh yaitu variabel umur dan pendapatan keluarga, oleh karena itu

model terbaik yang diperoleh adalah:

a

Koefisien regresi logistic (B) dalam Model 2 tidak dapat diinterpretasikan secara

langsung, melainkan melalui nilai eksponen B nya (exp B) yang disebut nilai odd rasio.

Pada variabel umur dengan odd rasio 0.968 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur

akan menurunkan derajat kesehatan lansia. Variabel kedua yang berpengaruh pada status

kesehatan adalah pendapatan keluarga dengan nilai odd rasio 0.374. Nilai ini

menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi

(31)

23 tergolong tinggi cenderung mempersepsi diri mempunyai status kesehatan tidak sehat.

Berbeda dengan lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong rendah cenderung

mempersepsi diri bahwa status kesehatan mereka sehat.

Tabel 5.5 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Kesehatan Lansia

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Umur -0.033 0.016 4.024 1 0.045 0.968

JenisKlmn 0.340 0.303 1.253 1 0.263 1.405

StatusKwn -0.053 0.134 0.157 1 0.692 0.948

Pendidik 0.214 0.156 1.894 1 0.169 1.239

StatusRT 0.522 0.325 2.575 1 0.109 1.685

Tanggungan 0.271 0.261 1.076 1 0.300 1.311

TunjHariTua 0.488 0.331 2.171 1 0.141 1.629

StatKerja 0.239 0.328 0.529 1 0.467 1.269

Pendptan 0.298 0.168 3.138 1 0.076 1.347

PendKeluarga -0.309 0.157 3.862 1 0.049 0.734

PuasTarget 0.453 0.239 3.604 1 0.058 1.574

EkoTergntg 0.288 0.246 1.373 1 0.241 1.334

Constant -1.180 1.674 0.497 1 0.481 0.307

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, JenisKlmn, StatusKwn, Pendidik, StatusRT, Tanggungan, TunjHariTua, StatKerja, Pendptan, PendKeluarga, PuasTarget, EkoTergntg.

5.4 Model Status Tunjangan Hari Tua Lansia

Secara umum di Indonesia tunjangan hari tua biasanya diberikan hanya pada

pekerja formal berupa uang pensiunan, hanya sedikit yang memberikan tunjangan hari

tua pada pekerja informal. Padahal sebagian besar masyarakat di Indonesia bekerja pada

sector informal. Hasil analisis deskriptif menunjukkan dari 430 lansia yang menjadi

responden dalam penelitian ini hanya 81 orang (18,8%) yang mempunyai tunjangan hari

tua, sisanya 349 orang (81,2%) tidak memiliki tunjangan hari tua. Variabel karakteristik

sosial mana saya yang terkait dengan ada tidaknya tunjangan hari tua ini dapat dilihat

dari hasil analisis univariat pada Tabel 5.6.

Hasil analisis univariat dengan menggunakan uji khi kudrat menunjukkan bahwa

hanya variabel status perkawinan saja yang tidak ada keterkaitan dengan status ada

(32)

24 keterkaitan dengan ada tidaknya tunjangan hari tua. Sedangkan variabel lainnya

mempunyai keterkaitan dengan status tunjangan hari tua.

Tabel 5.6 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Tunjangan Hari Tua dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia

Ada Tidaknya Tunjangan Hari Tua vs Variabel Karakteristik

Nilai Khi kuadrat

Nilai Sign. Keputusan

1. Tingkat Pendidikan 94.182 0.000 Tolak Ho

2. Status Kawin 4.143 0.246 Terima Ho

3. Status dalam Rumah Tangga 10.848 0.001 Tolak Ho

4. Ada tidaknya Tanggungan 4.188 0.041 Tolak Ho

5. Jenis Kelamin 9.336 0.002 Tolak Ho

6. Status Kesehatan 11.837 0.001 Tolak Ho

7. Pendapatan 45.152 0.000 Tolak Ho

8. Pendapatan Keluarga 39.478 0.000 Tolak Ho

9. Puas/tidak pd kondisi ekonomi 24.241 0.000 Tolak Ho

10. Ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga lain

13.191 0.000 Tolak Ho

Analisis selanjutnya adalah menentukan model terbaik dengan analisis regeri logistic

multivariate. Hasilnya seperti yang tertera pada Tabel 5.7, menunjukkan bahwa hanya

variabel tingkat pendidikan lansia yang signifikan berpengaruh terhadap status tunjangan

hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

Pendidikan x

gˆ( )6.7670.855

(3)

Berdasarkan nilai odd rasio = 2.351 dapat dinyatakan bahwa meningkatnya tingkat

(33)

25 Tabel 5.7 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Tunjangan Hari Tua

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Umur 0.038 0.022 3.024 1 0.082 1.039

JenisKlmn -0.581 0.432 1.808 1 0.179 0.560

StatusKwn 0.251 0.199 1.593 1 0.207 1.285

Pendidik 0.855 0.166 26.527 1 0.000 2.351

StatusRT -0.114 0.426 0.071 1 0.789 0.892

Tanggungan 0.409 0.325 1.578 1 0.209 1.505

StatKeshtn 0.531 0.336 2.494 1 0.114 1.700

StatKerja -0.477 0.445 1.151 1 0.283 0.620

Pendptan 0.233 0.196 1.413 1 0.234 1.262

PendKeluarga 0.019 0.212 0.008 1 0.929 1.019

PuasTarget 0.473 0.319 2.202 1 0.138 1.605

EkoTergntg -0.385 0.313 1.510 1 0.219 0.680

Constant -6.767 2.431 7.747 1 0.005 0.001

(34)

26 BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Rencana Tahap Penelitian Tahun II

Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama untuk daerah perdesaan ditemukan

sebagian besar lansia masih bekerja dan minimya lansia yang mempunyai jaminan sosial

seperti asuransi hari tua, pensiunan, jaminan sosial lanjut usia (JSLU), dan jenis jaminan

sosial lainnya.

Berdasarkan hal tersebut muncul pertanyaan, bagaimanakah kondisi lansia di

perkotaan Provinsi Bali? Apakah rekomendasi kebijakan yang diberikan berdasarkan

hasil penelitian di perdesaan ini dapat dijadikan acuan untuk revisi kebjakan

kesejahteraan lansia di perkotaan? Apakah model dari status kesehatan, status jaminan

social, dan status pekerjaan lansia untuk lansia perdesaan bisa menjadi acuan untuk

menyusun kebijakan lansia perkotaan? Bagaimanakah latar belakang, kondisi status

kesehatan, status jaminan sosial, dan status pekerjaan lansia di perkotaan?

Berdasarkan beberapa pertanyaan penelitian tersebut di atas, maka penelitian

lanjutan untuk lansia di daerah perkotaan menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Sehingga nantinya akan diperoleh model yang bersifat menyeluruh untuk Provinsi Bali

khususnya, dan dapat menjadi rekomendasi untuk provinsi lain yang memiliki

(35)

27 BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Latar belakang sosial ekonomi lansia diperoleh sebagian besar lansia mempunyai

status bekerja, yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Alasan masih bekerja,

sebagian besar responden menyatakan karena secara fisik dan mental masih merasa

mampu dan kuat bekerja dan desakan ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari yang semakin besar.

Deskripsi responden menurut ada/tidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian

besar lansia (81.2%) tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai

tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia

(JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian

besar responden 63% dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya

37% menyatakan tidak sehat.

Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa 53.7%

responden adalah lansia laki-laki dan 46,3% lansia wanita, dengan status kawin sebesar

77%, 18.8% status cerai mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai

hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4% anggota

rumah tangga dan 41.6% merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden

menurut ada/tidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia,

yaitu 66,3% tidak mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai

tanggungan, dengan rata-rata tanggungan 2 orang.

Sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar

44,9%, SD 41,9%, sisanya 13,2% dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Secara keseluruhan, tingkat pendidikan lansia umumnya rendah.

Mayoritas responden mempunyai pendapatan per bulan sangat sedikit.

Deskripsi pendapatan responden diperoleh 33,3% lansia tidak mempunyai pendapatan,

30,7% dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,-, pendapatan Rp. 500.000 – 1.000.000,- sebesar 22,6%, dan pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,- sebesar 13,5%.

Deskripsi pendapatan keluarga responden diperoleh sebesar 42,1% dari 430 lansia

(36)

28 2.000.000,- sebesar 39,3%, dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 18,6%.

Deskripsi responden menurut ketergantungan secara ekonomi terhadap anggota keluarga

lain, menunjukkan bahwa 58,8% menyatakan tergantung, dan 41,2% menyatakan tidak

tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain. Sebanyak 54,7% responden

menyatakan tidak puas dan 45,3% menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka

saat ini.

Model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan

lansia dengan variabel karakteristik sosial ekonomi lansia adalah model regresi logistic

biner. Hasil uji diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia,

yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Model

terbaik yang diperoleh adalah:

ˆ x Umur TunjHariTua Pendp

g     (1)

Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia

mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk

bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan

pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.

Variabel-variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variabel

umur dan pendapatan keluarga, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

a

Model 2 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur akan menurunkan derajat

kesehatan lansia dan peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi

responden mengenai status kesehatannya. Lansia dengan pendapatan keluarga yang

tergolong tinggi cenderung mempersepsi diri mempunyai status kesehatan tidak sehat.

Berbeda dengan lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong rendah cenderung

mempersepsi diri bahwa status kesehatan mereka sehat.

Variabel tingkat pendidikan lansia berpengaruh signifikan terhadap status

tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

Pendidikan x

gˆ( )6.7670.855

(3)

Berdasarkan model 3 dapat dinyatakan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan lansia

(37)

29 7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa hal yang dapat disarankan

adalah:

1. Kondisi banyaknya lansia yang bekerja, perlu dipikirkan lapangan pekerjaan dan

jenis pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka. Mereka masih tetap menjadi

modal pembangunan, tanpa mengurangi kesempatan bekerja untuk penduduk usia

produktif. Namun, kondisi seperti ini perlu didukung adanya jaminan sosial yang

dapat membantu kebutuhan lansia, terutama untuk lansia yang bekerja di sektor

informal.

2. Kondisi minimnya lansia yang mempunyai jaminan sosial di perdesaan Provinsi

Bali dan berdasarkan model status jaminan sosial lansia yang diperoleh dari

penelitian ini, yang mengindikasikan bahwa hanya lansia dengan pendidikan

menengah ke atas yang mempunyai peluang untuk mempunyai jaminan sosial,

maka rekomendasi berdasarkan hasil penelitian ini adalah agar pengambil

kebijakan mempertimbangkan untuk menyiapkan jaminan sosial lansia yang bisa

(38)

30 DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Moch. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia

Memilih Untuk Bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 3 No. 2 Oktober 2009, 99-110

Anonim. Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/lansia/ diakses pada tanggal 25 April 2012.

BPS. 2010. Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010, Tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_______. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_______. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Bali 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Cantor, Marjorie H. 1989. Social Care: Family and Community Support Systems. ANNALS, AAPSS.

Chen, Hsiao-hung Nancy. 2007. Social Safety Nets and Socio-economic Disparity Under Globalization, Department of Sociology, Taiwan: National Chengchi University Taipei.

Cowgill, Donald O. & Holmes, Lowell D. (Editors). 1972. Aging and Modernization, New York: Appleton-Century-Crofts

Cowgill, D. 1986 . Ageing Around the World. Belmont, CA.: Wadsworth Publishing Co.

Fillenbaum, G. G. 1984. “The Well-being of the Elderly: Approaches to

Multidimensional Assessment”, World Health Organization. Publication No.84. Geneva, WHO.

Hardywinoto dan Setiabudi, T, 1999. Panduan Geontorologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta: Penerbit PT GramediaPustaka Jakarta Utama.

Hosmer, DW & S. Lemeshow. 2000. Apllied Logistik Regression . New York: John Wiley and Sons.

Kantor Menteri Negara Kependudukan / BKKBN, 1998. Demografi Multiregional. Jakarta.

Milligan, K. & Tammy S. 2008. Working While Receiving a Pension: Will Double Dipping Change The Elderly Labour Market? Paper prepared for the John Deutsch Institute conference on Retirement Policy Issues in Canada, held in Kingston Ontario on October 25-26, 2007

Munsur, Ahmed Mohammad; Tareque, Ismail; and Rahman, K. M. Mustafizur. 2010. Determinants of Living Arrangements, Health Status and Abuse among Elderly Women: A Study of Rural Naogaon District, Bangladesh. Journal of

International Women's Studies, 11(4), 162-176. Dalam: http://vc.bridgew.edu/jiws/vol11/iss4/12

(39)

31 LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

KUESIONER

DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS JAMINAN SOSIAL DAN STATUS PEKERJAAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LANJUT USIA (STUDI LANSIA PEDESAAN DI PROVINSI BALI) Kami dari Universitas Udayana mendapatkan tugas mengadakan penelitian tentang Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial, dan Status Pekerjaan Lanjut Usia. Informasi yang kami peroleh akan digunakan untuk acuan dalam memperbaiki program-program maupun kebijakan yang sudah ada dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Dalam hal ini, nama dan kerahasiaan Bapak/Ibu tetap kami jaga, oleh karena itu Bapak/Ibu tidak perlu khawatir.

Atas bantuan dan kesediannya, kami ucapkan terima kasih.

Nama Responden : ………..

Desa : ……….

Kecamatan : ……….

Kabupaten : ……….

Identitas interviewer: ………Tanggal: ……… Lama: ………….

Editor : ………

Koreksi:

PERTANYAAN

1. Berapa umur bapak/ibu sekarang:

Jawab: ……. tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Status kawin Belum kawin

Kawin

Cerai hidup

Cerai mati

4. Apakah tingkat pendidikan terakhir bapak/ibu ?

Tidak sekolah

(40)

32 SMP

SMA

Perguruan tinggi

5. Apakah status bapak/ibu dalam rumah tangga?

Anggota rumah tangga Kepala rumah tangga

6. Apakah bapak/ibu memiliki tanggungan?

Tidak Ada

7. Jika ada berapa orang anggota keluarga yang masih bapak/ibu tanggung? Jawab: …:... orang

8. Bagaimana status kesehatan bapak/ibu saat ini?

Tidak sehat Sehat

9. Jika tidak sehat berapa lama bapak/ibu sakit dalam satu minggu terakhir?

Jawab: ... hari

10. Keluhan sakit apa yang bapak/ibu alami?

Panas

Pilek

Batuk

Asma

Diare

Lainnya, sebutkan…..

11. Apakah bapak/ibu memiliki tunjangan hari tua?

Tidak Ada

12. Jika ya apa jenis tunjangan hari tua yang bapak/ibu miliki?

Pensiunan

Asuransi hari tua

Jaminan sosial lanjut usia (JSLU)

lainnya, sebutkan ...

13. Apa status pekerjaan bapak/ibu?

Tidak bekerja

Bekerja dengan status berusaha

Bekerja dengan berusaha dibantu buruh

Pekerja tidak dibayar

(41)

33 Buruh/karyawan

14. Apa jenis pekerjaan bapak/ibu?

Petani Pedagang

Peternak Lainnya,Sebutkan ………

15. Berapa jam kerja bapak/ibu selama satu minggu?

jawab: ... jam

16. Berapa pendapatan bapak/ibu (rata-rata per bulan) ?

Tidak berpenghasilan ≤ Rp. 500.000

Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000

> Rp. 1.000.000 ( sebutkan: Rp. ………..) 17. Berapa pendapatan keluarga bapak/ibu (rata-rata per bulan)?

≤ Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000

> Rp. 2.000.000 ( sebutkan: Rp. ………..)

18. Apakah bapak/ibu merasa puas terhadap kondisi ekonomi bpk/ibu saat ini?

Tidak Ya

19. Secara ekonomi apakah bpk/ibu bergantung kepada anggota keluarga yang lain?

Tidak Ya

20. Apakah alasan bapak/ibu masih bekerja?

jawab: ...

………

21. Apakah aktivitas yang bapak/ibu lakukan sehari-hari?

jawab:...

………

(42)

34 Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti dan Kualifikasinya

No Nama NIDN Pendidikan Fakultas/

Jurusan

Bidang Keahlian

1. Made Susilawati, S.Si., M.Si.

0002097101 S2 FMIPA/

Matematika

Statistika

2. Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si.

0011067113 S2 FMIPA/

Matematika

Studi

Kependudukan

3. Drs. Nyoman Dayuh Rimbawan, MM.

0006054807 S2 FE/Program

Studi Ekonomi Pembangunan

Ekonomi Pembangunan

Lampiran 3. Publikasi Hasil Penelitian

Gambar

Tabel 5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia  Perdesaan Provinsi Bali
Tabel 5.2  Hasil Uji Khi Kuadrat Status Pekerjaan dengan Karakteristik Sosial  Ekonomi
Tabel 5.3. Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Pekerjaan Lansia
Tabel 5.4. Hasil Uji Khi Kuadrat Status Kesehatan dengan Karakteristik Sosial  Ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah studi telah dilakukan oleh Juma (dalam Matoane, 2012) seperti dimuat dalam jurnal psikoterapi dan politik, penelitian itu melaporkan bahwa pada umumnya

Sekretariat Jenderal MPR-RI, Panduan Dalam Memasyarakatkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Latar Belakang, Proses, dan Hasil Perubahan Undang-Undang

1) Meneruskan kehidupan demokratis seperti pemerintahan sebelumnya (memberikan kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat minoritas, kebebasan beragama, memperbolehkan

Kesalahan konsep terbanyak terjadi karena siswa gagal atau salah dalam mengidentifikasi bangun dalam soal, sehingga siswa tidak mampu menentukan rumus atau

Dalam metode ini, kita tidak menspesifikasikan secara penuh distribusi bersama dari variabel-variabel respons, tetapi hanya menspesifikasikan fungsi link, hubungan

Dalam pemasaran batik Blora ini masih ada di wilayah Blora saja, tetapi sekarang sudah ada ditempat khas oleh-oleh Blora dan sudah mulai online juga karena

Berdasarkan hasil penelitian analisa profil protein selama proses fermentasi tepung singkong dengan biakan angkak dari berbagai lama fermentasi (hari) dapat dilihat

Semakin baik kepemimpinan transformasional yang dijalankan seorang pemimpin dan semakin tinggi self efficacy yang dimiliki oleh bawahan maka kinerja pegawai akan