• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. EVALUASI SIMULASI KEBIJAKAN DOMESTIK DAN

7.1. Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perdagangan jagung dan dampak berbagai alternatif kebijakan terhadap kinerja perdagangan jagung adalah: 1. Produksi jagung merupakan perkalian luas areal jagung dengan produktivitas jagung. Luas areal jagung dipengaruhi oleh harga jagung domestik tahun lalu, harga jagung tahun lalu, harga kedelai tahun lalu, konversi lahan dan tren. Luas areal jagung tidak responsif terhadap perubahan variabel penjelasnya sehingga menunjukkan bahwa penerapan kebijakan harga jagung tidak dapat merangsang peningkatan luas areal jagung. Sementara itu produktivitas jagung dipengaruhi oleh suku bunga, harga Urea, harga TSP, upah tenaga kerja sektor pertanian, harga jagung domestik, areal intensifikasi dan tren perkembangan teknologi. Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi produktivitas jagung secara signifikan adalah suku bunga, harga Urea, harga TSP, upah tenaga kerja dan teknologi. Oleh karena itu, jaminan ketersediaan input produksi yang terjangkau petani serta peningkatan teknologi melalui berbagai penelitian dan pengembangan yang aplikatif diperlukan dalam peningkatan produksi jagung.

2. Permintaan jagung oleh industri pakan ternak dipengaruhi secara signifikan oleh populasi ternak. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan jagung oleh industri pakan ternak bersifat tidak responsif karena tingginya perkembangan permintaan oleh industri pakan ternak serta besarnya porsi jagung dalam komponen pakan sehingga perubahan harga tidak langsung

direspon. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dipengaruhi oleh harga jagung domestik, harga beras, perubahan pendapatan per kapita dan tren sebagai proksi dari selera. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung bersifat responsif terhadap perubahan harga sehingga menunjukkan bahwa jagung tidak lagi menjadi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Sementara itu permintaan oleh industri pangan dipengaruhi oleh harga jagung domestik, harga output industri jagung, harga terigu dan lag permintaan oleh industri pangan. Permintaan jagung oleh industri pangan tidak responsif dalam jangka pendek, tetapi responsif dalam jangka panjang karena dalam industri, respon merupakan akumulasi dari respon perusahaan-perusahaan yang tergabung sesuai dengan MR dan MC-nya sehingga responnya memerlukan waktu.

3. Impor jagung Indonesia berasal dari Amerika, negara ASEAN dan negara lainnya (ROW). Impor jagung dari Amerika dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, perubahan harga jagung dunia, tarif impor MFN, perubahan permintaan jagung oleh industri pakan, permintaan untuk konsumsi, perubahan permintaan jagung oleh industri pangan, perubahan produksi dan tren. Impor jagung dari Amerika responsif terhadap perubahan harga dunia dan tarif impor MFN. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan tarif masih mempengaruhi impor dari Amerika. Sementara itu impor dari ASEAN dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap bath Thailand, harga jagung Thailand, tarif impor CEPT, permintaan oleh industri pakan ternak dan industri pangan serta konsumsi langsung, produksi jagung domestik dan tren. Impor jagung dari ASEAN responsif terhadap permintaan oleh industri pakan

dan produksi jagung domestik. Tarif impor CEPT tidak memberikan pengaruh yang signifikan sehingga menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan antar negara ASEAN tidak mempengaruhi impor jagung dari ASEAN.

4. Ekspor jagung dipengaruhi oleh harga jagung dunia, harga jagung domestik, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, produksi jagung, dummy keikutsertaan Indonesia dalam AFTA dan tren. Ekspor jagung bersifat responsif terhadap perubahan variabel penjelasnya sehingga menunjukkan bahwa produksi dan harga dapat mendorong promosi ekspor jagung. Keikutsertaan Indonesia dalam AFTA memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan ekspor jagung Indonesia.

5. Harga jagung domestik dipengaruhi oleh harga jagung dunia, permintaan jagung, penawaran jagung, dummy krisis dan harga jagung domestik tahun lalu. Variabel harga jagung dunia, permintaan dan penawaran jagung tidak berpengaruh signifikan terhadap harga jagung domestik. Hal ini menunjukkan bahwa harga jagung tidak ditentukan oleh harga dunia karena pangsa impor Indonesia terhadap produksi masih kecil dan adanya barrier berupa kuatnya bargaining position importir dan pedagang sebagaiprice maker.

6. Keikutsertaan Indonesia dalam AFTA tidak mempengaruhi impor jagung tetapi dapat meningkatkan ekspornya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran dengan keikutsertaan Indonesia dalam AFTA. Keikutsertaan Indonesia dapat terus dilakukan guna menguatkan posisi Indonesia dalam menghadapi persaingan dengan negara-negara non-ASEAN serta mempersiapkan diri dalam menghadapi liberalisasi global.

7. Amerika masih menjadi negara asal impor yang berpengaruh terhadap keseluruhan impor jagung Indonesia dan adanya keterkaitan dengan permintaan jagung oleh industri pakan ternak sehingga perlu berbagai pertimbangan kembali jika ingin membuka perdagangan secara internasional. 8. Dampak kebijakan perdagangan bebas regional ASEAN menyebabkan

terjadinya pengalihan impor jagung dari Amerika ke ASEAN. Di sisi produksi penghapusan tarif CEPT mampu menaikkan produksi jagung, tetapi di sisi permintaan terjadi pengurangan permintaan karena kenaikan harga jagung domestik.

9. Dampak kebijakan perdagangan bebas unilateral menyebabkan terjadi trade off, membawa pengaruh yang positif bagi konsumen jagung terutama industri pakan ternak dengan penurunan harga jagung tetapi menyebabkan produksi jagung domestik berkurang.

10. Depresiasi rupiah berdampak positif terhadap ekspor jagung sehingga mampu mendorong promosi ekspor Indonesia di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. 11. Penurunan harga dunia membawa pengaruh pada penurunan harga jagung

domestik. Impor jagung dari Amerika naik tajam. Penurunan harga jagung meningkatkan permintaan jagung tetapi produksi jagung turun karena luas areal jagung turun.

12. Revolusi Peternakan yang diindikasikan dengan peningkatan populasi ternak menyebabkan permintaan jagung oleh industri pakan ternak juga naik. Hal ini menyebabkan harga jagung naik sehingga produksi dan impor jagung naik. 13. Kombinasi kebijakan liberalisasi perdagangan, depresiasi rupiah, penurunan

domestik turun, produksi turun dan impor jagung naik tajam. Hal ini menunjukkan bahwa krisis global yang terjadi saat ini menyebabkan kondisi jagung Indonesia juga mengalami kemunduran.

Dokumen terkait