• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Dari serangkaian proses yang telah dijalani peneliti sewaktu melakukan penelitian ini, maka dapat disampaikan saran yang mungkin bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Saran tersebut adalah:

• Pendataan dan pengkodean yang dilakukan di rekam medis sebaiknya perlu ditinjau kembali karena peneliti sering menemukan ketidaksesuaian antara nomor rekam medik, kode penyakit dan diagnosis penyakit serta keterangan lainnya.

• Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang gambaran histopatologi kanker payudara duktal invasif pada perempuan usia 40 tahun kebawah pada tempat pelayanan kesehatan lain agar jumlah sampel lebih banyak sehingga didapatkan data yang lebih akurat.

2.1. Payudara

2.1.1. Histologi

Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Kelenjar ini berfungsi menyekresi air susu bagi neonatus. Setiap lobus akan bermuara ke papila

mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat

lobulus–lobulus yang terdiri dari duktus intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan arteriol.7

Struktur histologi kelenjar mammae bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia dan status fisiologis. Sebelum pubertas, kelenjar payudara terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa cabang sinus ini, yaitu duktus laktiferus. Struktur khas kelenjar dan lobus pada wanita dewasa berkembang pada ujung duktus terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam satu duktus terminal dan terdapat dalam jaringan ikat longgar.8 Duktus laktiferus menjadi lebar dan membentuk sinus laktiferus di dekat papilla mammae. Sinus laktiferus dilapisi epitel berlapis gepeng pada muara luarnya yang kemudian berubah menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus sel mioepitel yang berhimpitan.7

Kelenjar mammae yang tidak aktif ditandai oleh banyaknya jaringan ikat dan sedikit unsur kelenjar. Beberapa perubahan siklik di kelenjar

mammae mungkin terlihat selama daur haid. Lobulus kelenjar terdiri dari

tubulus kecil atau duktus intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah. Di dasar epitel adalah sel mioepitel kontraktil. Duktus

interlobularis yang lebih besar mengelilingi lobules dan duktus intralobularis.7

Duktus intralobularis dikelilingi oleh jaringan ikat longgar intralobularis yang mengandung fibroblast, limfosit, sel plasma dan eosinofil. Lobulus dikelilingi oleh jaringan ikat padat interlobularis yang mengandung pembuluh darah, venula dan arteriol.

Gambar 1. Histologi Kelenjar Mammae yang tidak aktif. (Sumber: Atlas Histologi diFiore, Victor P. Eroschenko.7

2.2. Kanker Payudara 2.2.1. Definisi

Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara yang timbul ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan sekitar

dan menyebar ke seluruh tubuh.9 Sel kanker tersebut berdiam pada

kelenjar payudara dan dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker tersebut ditandai dengan pembelahan yang tidak terkendali yang menyebabkan pertumbuhan abnormal dan kemampuan sel-sel untuk menyerang jaringan normal secara lokal atau menyebar ke seluruh tubuh. Proses ini disebut dengan metastasis.1

2.2.2. Epidemiologi

Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian pada wanita dan lebih dari satu juta kasus ditemukan di berbagai belahan dunia. Di Amerika Serikat setiap tahunnya ditemukan 100.000 kasus baru dan 30.000 diantaranya meninggal. Di Amerika Utara dan Eropa Utara lebih tinggi yaitu 91,4 kasus baru dari 100.000 wanita per tahun, diikuti Eropa Selatan dan Amerika Latin dan paling rendah di Asia dan Afrika. Di Singapura, kanker payudara merupakan keganasan terbanyak pada wanita, ditemukan 46,1 kasus per 100.000 wanita per tahun dan mengalami

peningkatan 3,68% per tahun.10 Penyakit kanker payudara merupakan

penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,5%. Prevalensi kanker payudara tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Sumatera Utara terdapat sekitar 2.682 kasus pada tahun 2013.1

2.2.3. Faktor Risiko

Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara antara lain:

1. Usia

Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor risiko untuk kanker payudara. Meskipun kanker payudara dapat terjadi pada perempuan muda, namun pada umumnya merupakan penyakit penuaan. Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis adalah setelah menopause dan sekitar 75% dari kasus kanker payudara terjadi setelah usia 50 tahun.11

Umur penderita kanker di Indonesia lebih muda dibandingkan dengan usia di negara-negara maju. Kebanyakan penderita kanker payudara di Indonesia berusia kurang dari 40 tahun, sedangkan pada negara maju yakni usia diatas 40 tahun.10

Semakin bertambah usia seorang perempuan maka semakin berisiko untuk terserang kanker payudara. Usia perempuan yang lebih sering terserang kanker payudara adalah di atas usia 40 tahun,

yang disebut dengan “cancer age group”. Namun perempuan di

bawah usia 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara.3 Ini dikarenakan pada usia muda memiliki ekspresi HER2 yang lebih tinggi. 20

Berdasarkan program SEER (Surveilance, Epidemiology, and End Results) yang dilakukan NCI (National Cancer Institutte), insiden kanker payudara meningkat seiring dengan tambahan usia. Kemungkinan terbesar perkembangan penyakit payudara mulai terjadi pada wanita dengan kisaran umur 40-50 tahun.11

2. Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik 3. Terapi Hormonal

4. Status Indeks Massa Tubuh 5. Faktor lingkungan dan gaya hidup

2.2.4. Derajat dan Stadium

Stadium penyakit kanker adalah keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasien, untuk menentukan sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut ke organ atau jaringan sekitarnya. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.12

Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, ataupun dengan CT Scan. Sedangkan untuk menentukan stadium kanker, saat ini berdasarkan klasifikasi sistem

TNM yang direkomendasikan oleh AJCC (American Joint Committee On

Cancer). Klasifikasi ini terbagi dua yaitu klasifikasi cTNM Klinis dan

Kanker payudara umumnya berupa kanker campuran, sering kali terdapat beberapa jenis morfologi sekaligus, prinsip klasifikasi patologik

sering kali memberikan nama atas dasar komponen yang dominan.13

Berikut klasifikasi patologik kanker payudara, yaitu - Karsinoma noninvasif

(1) Karsinoma in situ duktal (2) Karsinoma in situ lobular

(3) Karsinoma papiliform intraduktal (4) Karsinoma papiliform intrakistik - Karsinoma mikroinvasif

- Karsinoma invasif

(1) Karsinoma lobular invasif (2) Karsinoma duktal invasif - Karsinoma tubuluar

- Karsinoma kribriform invasif - Karsinoma medular

- Karsinoma musinosa dan karsinoma kaya mucus lainnya (1) Karsinoma musinosa

(2) Karsinoma adenoid kistik dan mukokarsinoma sel torak (3) Karsinoma sel signet

- Karsinoma neuroendokrin

(1) Karsinoma neurendokrin padat (2) Atipikal

(3) Karsinoma sel kecil

(4) Karsinoma neuroendokrin sel besar - Karsinoma papilar invasif

- Karsinoma mikropapilar invasif - Karsinoma apokrin

- Karsinoma dengan metaplasia (1) Karsinoma metaplasia epitel

(3) Adenokarsinoma dengan metaplasia sel spindel (4) Karsinoma adenoskuamosa

(5) Karsinoma mukoepidermoid

(6) Karsinoma mesenkimal epithelial campuran - Karsinoma lipoid

- Karsinoma sekretorik - Karsinoma onkositik - Karsinoma kistik adenoid - Karsinoma asinar

- Karsinoma sel jernih kaya glikogen - Karsinoma seborea

- Karsinoma mammae inflamatorik - Penyakit Paget papilla mammae

2.2.5. Gambaran Histopatologi menurut Tingkat Grading

Tingkat grading dari kanker payudara merupakan representatif dari

tumor yang aggressive potential dalam generalisasi yang luas.

Menentukan tingkat grading sangat penting karena dapat membantu para

klinisi untuk menentukan tatalakasana kepada pasiennya.17 Ada tiga

tingkat grading kanker payudara menurut gambaran histopatologi, yaitu: a) Grade 1 (low grade or well differentiated)

Sel kanker kelihatan sedikit berbeda dari sel normal. Biasanya pertumbuhan kanker ini lambat.17

b) Grade 2 (intermediate grade or moderatelydifferentiated)

Sel kanker tidak kelihatan seperti sel normal. Pertumbuhannya sedikit lebih cepat dibanding yang normal.17

c) Grade 3 (high grade or poorly differentiated)

Sel kanker kelihatan sangat berbeda dari sel normal. Tingkatan yang ini pertumbuhannya sangat cepat.17

Ada perbedaan dalam “scoring system” untuk menentukan tingkat

Score system (the Elston-Ellis modification of Scarff-Bloom-Richardson

grading system).18 Pada sistem skoring ini, ada tiga faktor yang

dipertimbangkan oleh patolog dengan diberi skor dari 1-3, yaitu:

a. Jumlah formasi kelenjar ("diferensiasi" atau seberapa baik sel-sel tumor mencoba untuk menimbulkan kembali dari kelenjar normal).18 Skor 1: > 75% dari area tumor membentuk struktur glandular. Skor 2: 10% - 75% dari area tumor membentuk struktur glandular. Skor 3: < 10% dari area tumor membentuk struktur glandular.

b. Gambaran nukleus ("pleomorfisme" atau bagaimana sel-sel tumor yang rusak terlihat).18

Skor 1: Nukleus kecil dengan sedikit peningkatan dalam ukuran dibandingkan sel epitel payudara yang normal, kromatin nukleus sama, dan sedikit bervariasi dalam ukuran.

Skor 2: Sel-selnya tampak lebih besar dari normal dengan nukleus vesikular terbuka, nukleolus terlihat, dan variabilitas moderate baik dalam ukuran dan bentuk.

Skor 3: Nukleus vesikular, nukleolus sering menonjol, ditandai dengan berbagai dalam ukuran dan bentuk, biasanya bentuk yang besar. c. Aktivitas mitosis (seberapa banyak sel-sel tumor membelah).18

Skor 1: Kurang dari atau sama dengan 7 mitosis per 10 bidang daya tinggi.

Skor 2: 8-14 mitosis per 10 bidang daya tinggi.

Skor 3: sama dengan atau lebih besar dari 15 mitosis per 10 bidang daya tinggi.

Kemudian setiap skor akan ditambah untuk memberi total skor terakhir dengan jarak 3-9.18 Total skor terakhir ini digunakan untuk menentukan tingkat grading seperti berikut ini:

• Grade 1 dengan skor 3-5

• Grade 2 dengan skor 6-7

Berikut di bawah ini gambaran histopatologi kanker payudara duktal invasif menurut tingkatan grading:

Gambar 2. Histopatologi Grade 1 “low grade or well

differentiated”. (Sumber: Breast Cancer & Breast Pathology, Johns

Hopkins Medicine).18

Gambar 3. Histopatologi Grade 2 “intermediate/moderate grade or

moderately differentiated”. (Sumber: Breast Cancer & Breast

Gambar 4. Histopatologi Grade 3 “high grade or poorly

differentiated”. (Sumber: Breast Cancer & Breast Pathology, Johns

Hopkins Medicine).18

2.2.6. Menegakkan Diagnosis

Ditegakkan lebih pasti dengan beberapa pemeriksaan patologi14, yakni:

1. Pemeriksaaan Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus/Fine

Needle Aspiration Biopsy (FNAB). 2. Pemeriksaan Histopatologi

• Potong beku, yang bertujuan: untuk menentukan

diagnosis lesi (pada lesi berukuran > 1cm - < 5cm. Lesi kurang dari 1 cm tidak dianjurkan), menentukan tepi sayatan pada BCT/lumpektomi, dan menentukan status “sentinel-node”.

• Sediaan parafin rutin dengan pulasan HE

(hematoxilin-eosin). Jaringan berasal dari biopsy “core”/ insisi / eksisi / mastektomi.

3. Pemeriksaan IHK (Imunohistokimia) diagnostik, jika pemeriksaan rutin HE kesimpulannya non definitif.

4. Pemeriksaan IHK Panel payudara: reseptor progesterone,

HER2 (Human Epidermal growth factor Receptor 2), KI67,

dan topoisomerase 2 alfa untuk pemilihan jenis terapi.

5. Pemeriksaan lanjutan hibridisasi in situ (ISH) HER2 jika hasil pulasan IHK untuk HER2 positif 2

2.2.6. Prognosis

Prognosis adalah perkiraan kemungkinan hasil akhir dari suatu penyakit, baik dengan atau tanpa pengobatan. Untuk menentukan prognosis suatu kanker dapat dilihat dari disease free survival, overall survival and quality of life.

Disease free survival adalah lamanya waktu setelah pengobatan

pertama hingga pasien bertahan tanpa ada tanda atau gejala dari kanker tersebut. Hal ini adalah salah satu cara untuk melihat seberapa baik pengobatan baru bekerja.16

Overall survival adalah persentase pengobatan pasien yang masih

menjalani pengobatan pertama hingga timbulnya kembali kanker tersebut

(recurrent) ataupun death. Tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan

juga sering dinyatakan sebagai tingkat kelangsungan hidup lima tahun, yang merupakan persentase dari pengobatan yang hidup lima tahun setelah didiagnosis dan menjalani awal pengobatan.16

Quality of life pada kanker payudara berarti gambaran kualitas

hidup pasien selama menjalani pengobatan. Kualitas hidup yang baik apabila melakukan pengobatan secara teratur, sehingga kemungkinan untuk sembuh sangat besar.16

2.3. Kanker Duktal Invasif

Merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dan mencapai 80% dari kanker payudara. Kebanyakan tumor berkembang dari sel-sel epitel yang terdapat pada permukaan duktus.4

Secara gambaran makroskopis tumor berupa massa infiltratif berwarna putih-keabuan yang teraba keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan merupakan ciri khas kanker ini dan dapat terjadi

akibat deposit jaringan elastik (elastosis) di sekitar duktus di daerah yang terkena.13

Gambaran morfologinya berbeda di setiap kasus dan sering strukturnya kurang teratur berhubungan dengan tipe spesifik tumor. Bentuk sel-sel tumor dapat tersusun seperti ikatan (‘cord’), trabekula dimana beberapa tumor dkarakteristikkan dengan sebagian besar padat dan menginvasi sedikit stroma. Sel-sel ganas menunjukkan gambaran yang berubah-ubah. Sitoplasmanya selalu banyak dan eosinofilik. Nukleusnya dapat regular, pleomorfik yang tinggi dengan nukleoli yang menonjol dan selalu multipel, mitotik invasif hampir dijumpai dan banyak.4

Diatas 80% kasus kanker duktal berhubungan dengan duktus karsinoma insitu dan yang tersering adalah DCIS tipe komedo yang “high grade”. Komponen stromanya sangat bervariasi. Dapat mempunyai proliferasi fibroblastic yang tinggi, hanya sedikit elemen jaringan konektif atau petanda hialinisasi. Daerah jaringan elastis dapat dijumpai, pada distribusi periduktal atau perivenous. Daerah nekrosis biasanya luas.13

Pada beberapa kanker, secara jelas mengekspresikan reseptor hormon dan tidak overekspresi terhadapa HER2/neu. Pada tumor yang lain dijumpai sel-sel pleomorfikyang tersusun secara anastomosis, lebih sedikit mengekspresikan reseptor hormone dan lebih banyak mengekspresikan HER2/neu.

Kanker payudara duktal invasif juga merupakan kelompok terbesar dari tumor payudara malignan, persentasenya mencapai 75%-80% dari keseluruhan kanker payudara. Termasuk didalamnya adalah lesi-lesi dengan gambaran bervariasi seperti kanker duktal dengan fibrosis produktif, kanker scirrhous dan kanker simpleks.4

Gambar 5. Kanker Payudara Duktal Invasif. (Sumber: Science Breast Cancer).19

Karakteristik klinis yang dapat dijumpai pada kanker payudara duktal invasif diantaranya : adanya massa, nodular yang asimetri (umumnya terlihat setelah menstruasi), terdapat abses pada payudara yang tidak menyembuh dengan medikamentosa, kista yang persisten atau rekuren, terdapat rasa nyeri (terutama jika disertai dengan massa), bersifat persisten dan sulit diterapi, pada perempuan menopause umumnya nyeri unilateral. Adanya nipple discharge yang bisa dijumpai pada semua wanita dengan usia diatas 40 tahun. Pada usia wanita dibawah 40 tahun dijumpai

discharge bilateral hingga menimbulkan bercak, terdapat darah pada

discharge, atau discharge didapati pada duktus tunggal yang persisten.

Tanda klinis lainnya antara lain retraksi areolar, distorsi, eksim, perubahan

kontur kulit (peau de orange) serta riwayat kanker payudara pada

keluarga.13

Penatalaksanaan utama bagi kanker payudara duktal invasif payudara adalah pembedahan. Teknik yang biasa dipakai adalah modified

radical mastectomy yang bertujuan untuk mengeksisi payudara beserta

diseksi axilla.15

2.4. Jenis Kanker Payudara Invasif

• Kanker Lobular Invasif

Jenis ini merupakan kanker infiltratif yang tersusun atas sel-sel berukuran kecil dan seragam dengan sedikit pleimorfisme. Kanker lobular invasif

biasanya memiliki tingkat mitosis rendah. Sel infiltratif biasanya tersusun konsentris disekitar duktus berbentuk seperti target. Sel tumor dapat berbentuk signet-ring, tubuloalveolar, atau solid.13

Kanker Musinosum (Colloid)

Pada kanker musinosum ini didapatkan sejumlah besar mucus intra dan ekstraseluler yang dapat dilihat secara makroskopis maupun mikroskopis. Secara histologis, terdapat tiga bentuk sel kanker. Bentuk pertama, sel tampak seperti pulau-pulau kecil yang mengambang dalam cairan musin basofilik. Bentuk kedua, sel tumbuh dalam susunan kelenjar berbatas jelas dan lumennya mengandung musin. Bentuk ketiga terdiri dari susunan jaringan yang tidak teratur berisi sel tumor tanpa diferensiasi, sebagian besar berbentuk signet-ring.13

• Kanker Meduler

Sel berukuran besar berbentuk poligonal dengan batas sitoplasma tidak jelas. Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki prognosis lebih baik daripada kanker duktus infiltratif. Biasanya terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam jumlah sedang diantara sel kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.13

• Kanker Papiler Invasif

Komponen invasif dari jenis kanker ini berbentuk papiler. Terutama mengenai wanita postmenopause. Insidennya kurang dari 1-2% dari karsinoma payudara yang invasive dan termasuk prognosisnya baik.13

• Kanker Tubuler

Pada kanker tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler selapis, dikelilingi oleh stroma fibrous. Jenis ini merupakan kanker dengan diferensiasi tinggi.13

• Kanker Adenokistik

Jenis ini merupakan kanker invasif dengan karakteristik sel yang berbentuk kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara. Secara histopatologi sangat menyerupai kelenjar ludah, paru-paru dan serviks.13

• Kanker Apokrin

Kanker ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma eosnofilik, sehingga menyerupai sel apokrin yang mengalami metaplasia. Bentuk kanker apokrin dapat ditemukan juga pada jenis kanker payudara yang lain.13

• Kanker Sekretori

Merupakan kanker yang jarang, frekuensinya dibawah dari 0,15% dari

semua kanker payudara, dan termasuk “low-grade carcinoma”. Disebut

juga juvenile carcinoma. Secara histopatologi dapat terlihat proliferasi sel-sel yang berbatas tegas tetapi sering menginvasi jaringan lemak.13

1.1. Latar Belakang

Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat merusak jaringan sekitarnya serta menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya, proses ini disebut dengan metastasis.1 Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit kardiovaskular. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker hingga saat ini menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4%. Prevalensi kanker tertinggi berada pada Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1 %, berikutnya pada Provinsi Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1% dan 2,0%. Bila dilihat dari karakteristik jenis kelamin penderita kanker di Indonesia, perempuan sebesar 2,2 per 1.000 penduduk dan laki-laki sebesar 0,6 per 1.000 penduduk.2

Kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering ditemukan pada kaum perempuan. Kanker payudara dapat terjadi pada kaum laki-laki hanya 1% dan 99% terjadi pada kaum perempuan.3 Berdasarkan estimasi GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker yang menduduki nomor dua, dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia2. Penyakit kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,5%. Prevalensi

kanker payudara tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.1

Insiden dan mortalitas kanker payudara berbeda di setiap ras dan umur. Kanker payudara pada perempuan remaja dan dewasa muda didefinisikan sebagai keganasan payudara pada rentang usia 40 tahun kebawah dengan jumlah insiden 18,8 per 100.000 perempuan, menduduki 14% dari seluruh kasus kanker dan menempati 7% dari seluruh diagnosis kanker payudara pada seluruh umur.22

Peningkatan insiden kanker payudara pada perempuan usia muda diakibatkan karena peningkatan populasi, peningkatan kesadaran baik penderita maupun klinisi dalam mendiagnosis penyakit dan peningkatan pelaporan kasus. Selain itu juga, kontribusi faktor – faktor risiko lainnya seperti: faktor internal yang meliputi paritas di usia muda, riwayat keluarga dengan kanker payudara ataupun malignansi lainnya, mutasi gen breast cancer susceptibility gene 1 (brca 1) atau breast cancer susceptibility gene 2 (brca 2), mutasi p 53, maupun faktor lingkungan seperti halnya terapi radiasi karena penyakit Hodgkin, paparan hormon eksternal, penggunaan terapi pengganti hormon dan pola gaya hidup yang salah (merokok, konsumsi alkohol, jarang berolahraga).4,22 Puncak insiden kanker payudara pada wanita muda terdapat pada rentang umur 15 – 39 tahun dan terdapat peningkatan resiko relatif terkena kanker payudara seiring berjalannya usia pada seorang wanita.6

Penyakit kanker payudara pada perempuan berusia 40 tahun kebawah, tidak hanya memiliki perbedaan yang signifikan dalam faktor risiko tetapi pada derajat klinis, prognosis serta karakteristik biologis tumor seperti halnya jenis histopatologi, subtipe, rekurensi serta berbagai isu psikososial juga berbeda bila dibandingkan dengan wanita berusia 40 tahun ke atas.3,22 Gambaran histopatologi yang didefinisikan sebagai morfologi jaringan kanker secara mikroskopis dari patologi anatomi merupakan baku emas (gold standard) serta dengan pemeriksaan fisik payudara dan pemeriksaan ultrasonografi dalam diagnosis kanker payudara. Gambaran histopatologi

yang paling sering mengenai pada perempuan usia dibawah 40 tahun adalah invasive ductal carcinoma serta sering bermetastasis ke paru.5

Kanker pada perempuan usia 40 tahun kebawah adalah prediktor independen dari angka survival yang rendah serta prognosis yang buruk dan diasosiasikan dengan keterlambatan diagnosis serta kurangnya skrining sehingga sebagian besar pasien datang dengan stadium lanjut dan grade tinggi.6,22 Perempuan usia 40 tahun kebawah hanya sepertiga kasus yang terdiagnosis kanker payudara. Namun, kanker payudara yang terdiagnosis pada usia 40 tahun kebawah menunjukkan gambaran histopatologi yang lebih agresif dengan angka harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perempuan usia yang diatas 40 tahun.5

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Histopatologi Kanker Payudara Duktal Invasif berdasarkan Grading pada Perempuan Usia 40 tahun kebawah di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014-2016”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Histopatologi Kanker Payudara Duktal Invasif berdasarkan Grading pada Pasien Perempuan Usia 40 tahun kebawah di RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2014-2016?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Histopatologi Kanker Payudara Duktal Invasif berdasarkan Grading pada Perempuan Usia 40 tahun kebawah di RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2014-2016.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

Dokumen terkait