• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum resilience remaja korban bencana yang berada di Rumah Anak Madani. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana gambaran umum resilience remaja korban bencana yang ditinjau dari kemampuan emotional regulation, impulse control, optimisme, causal analysis, empathy, self efficacy dan reach out yang menjadi pengukuran dari reslience.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa mean empirik lebih tinggi daripada mean hipotetik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum resilience subjek di penelitian ini memiliki skor yang tinggi. Berdasarkan pengkategorisasian resilience, subjek penelitian dikategorisasikan pada kategori tinggi, sedang dan rendah. Subjek penelitian yang berada pada kategori resilience yang tinggi berarti subjek mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mengatasi kesulitan, hambatan dan rintangan dalam hidupnya, ia akan terus berusaha untuk maju dan pantang menyerah. Subjek penelitian yang yang berada pada kategori sedang berarti bahwa subjek mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam hidupnya sepanjang segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Subjek penelitian yang memiliki skor yang rendah berarti bahwa ia kurang mampu menghadapi kesulitan yang dihadapi dalam hisupnya dan akan cenderung menjadi orang yang gampang menyerah.

Dari nilai mean empirik diketahui bahwa kemampuan optimisme memiliki nilai mean tertinggi. Hal ini berarti bahwa remaja korban bencana alam yang tinggal di Rumah Anank Madani adalah remaja yang memiliki pandangan yang optimis terhadap hidupnya. Mereka memiliki harapan untuk masa depan dan percaya bahwa mereka bisa mengatur kehidupan mereka. Remaja yang optimis memiliki keyakinan bahwa setiap persoalan bisa diatasi. Nilai mean yang terendah adalah kemampuan emotional regulation. Masa remaja adalah masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi yang meninggi karena remaja laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Remaja belum mampu

mengontrol emosinya karena remaja masih berada dalam periode transisi ke masa dewasa.

Penelitian yang dilakukan oleh Emmy Werner di Kauai, Norman Garmezy di Minnesota dan Michael Rutter di Inggris ( dalam Grotberg, 1999) mengasumsikan bahwa dampak dari kemiskinan, orang tua yang mengalami sakit mental, dan efek dari orangtua yang pecandu alkohol adalah anak-anak tersebut akan mengalami masalah perilaku dan masalah kesehatan. Pada kenyataanya anak-anak tersebut tidak terpengaruh oleh orang tua mereka. Anak-anak tersebut memiliki kemampuan adaptasi diri yang baik, bahagia, memiliki teman. Dengan demikian, hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya bahwa remaja yang mengalami bencana memiliki kemampuan resilience yang baik.

Grotberg (1999) menyebutkan bahwa resilience bukan merupakan suatu keajaiban, setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi resilient. Pada kenyatannya, ada beberapa perbedaan individu seperti usia, tahapan perkembangan, berat atau tidaknya kesulitan yang dihadapinya dan sumber-sumber yang tersedia bagi mereka. Papalia, Old dan Feldman (2003) menyebutkan sumber-sumber tersebut adalah individu itu sendiri, keluarga dan lingkungan dari luar keluarga. Sumber yang berasal dari individu seperti kemampuuan intelektual yang baik, kemampuan untuk bersosialisasi, self efficacy yang baik. Sumber yang berasal dari keluarga seperti hubungan keluarga yang baik, gaya pengasuhan yang authoritative. Pada remaja korban bencana yang tinggal di Rumah Anak Madani sumber-sumber tersebut tersedia baik yang

berasal dari individu, keluarga yang dalam hal ini adalah pengasuh dan para pendamping di asrama, dan lingkungan sekolah tempat remaja ini menuntut ilmu. Disamping mengungkap gambaran resilience secara umum, penelitian ini juga mengungkap resilience korban bencana yang ditinjau dari karakteristik subjek penelitian seperti jenis kelamin, usia, lama tinggal dan periode waktu pasca bencana.

Berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa mean empirik laki-laki lebih menonjol dari mean empirik perempuan. Selain itu berdasarkan uji perbedaan independent sample t-test diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan resilience berdasarkan jenis kelamin. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Grotberg (1999) yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan lebih memiliki empati, lebih mudah menolong dan berbagi perasaan, sedangkan laki-laki lebih pragmatik, dan berfokus pada masalah yang dihadapi.

Berdasarkan usia, diketahui bahwa mean empirik remaja akhir (15-20 tahun) lebih menonjol daripada mean empirik remaja awal (10-14 tahun). Selain itu, berdasarkan uji perbedaan independent sample t-test diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan usia. Hal ini tidak sejalan dengan dengan yang dikemukakan oleh Grotberg (1999) bahwa usia mempengaruhi dalam kemampuan resilience.

Berdasarkan lama tinggal di Rumah Anak Madani, diketahui bahwa remaja yang tinggal selama lebih dari satu tahun memiliki mean empirik yang lebih tinggi daripada remaja yang tinggal di Rumah Anak Madani kurang dari satu

tahun. Hal ini membuktikan bahwa semakin lama seseorang berada dalam suatu lingkungan maka akan semakin baik kemampuannya dalam beradaptasi. Masten dan Coatsworth (dalam Papalia, 2003) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang remaja untuk dapat beradaptasi dengan suatu keadaan yang sulit adalah learned experience yaitu seberapa besar kemampuan mereka untuk belajar dari pengalaman. Remaja yang telah tinggal di Rumah Anak Madani lebih dari satu tahun telah belajar untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada disekitarnya.

Berdasarkan periode waktu pasca bencana, diketahui bahwa remaja yang mengalami bencana tiga tahun yang lalu memiliki mean empirik yang lebih menonjol dibandingkan remaja yang mengalami bencana dua tahun yang lalu. Berdasarkan uji perbedaan independent sample t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara subjek yang mengalami bencana dua tahun yang lalu dengan subjek yang mengalami bencana tiga tahun yang lalu.

Dokumen terkait