• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian secara umum adalah model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan kemampuan mengajar awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah. Kesimpulan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan kemampuan mengajar awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah dengan cara memadukan materi belajar mengajar dengan materi fisika, yang langkah-langkahnya meliputi: dosen mensimulasikan contoh mengajar untuk sekolah menengah dan mendiskusikannya, memberi pengayaan dan menugasi semua mahasiswa untuk membuat rencana pengajaran sesuai dengan pokok bahasan pada satuan acara perkuliahan (SAP) setiap model obsim, menugasi empat sampai dengan lima mahasiswa untuk menyajikan rencana pengajarannya dan mendiskusikannya, memberi umpan balik dan pemantapan.

2. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan penguasaan teori belajar mengajar (PTBM) awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah pada kategori sedang dan dapat membedakan secara signifikan antara PTBM awal dengan akhir mahasiswa tersebut.

3. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan kemampuan membuat rencana pengajaran (KMRP) awal pada kategori tinggi mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah dan dapat membedakan secara signifikan antara KMRP awal dengan akhir mahasiswa tersebut.

4. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan kemampuan mengajar jelas (KMJ) awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah pada kategori sedang dan dapat membedakan secara signifikan antara KMJ awal dengan akhir mahasiswa teresebut.

5. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan kemampuan mengajar secara keseluruhan awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah pada kategori sedang dan dapat membedakan secara signifikan antara kemampuan mengajar secara keseluruhan awal dengan akhir mahasiswa tersebut.

6. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan penguasaan teori belajar mengajar (PTBM) awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah lebih tinggi dibandingkan dengan model

tradisional dan perbedaan antara kedua model tersebut dalam meningkatan PTBM mahasiswa adalah signifikan.

7. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan kemampuan membuat rencana pengajaran (KMRP) awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah lebih tinggi daripada Model Tradisional dan perbedaan antara kedua model tersebut dalam meningkatkan KMRP mahasiswa adalah signifikan.

8. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan keterampilan mengajar jelas (KMJ) awal mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah lebih tinggi daripada model tradisional dan perbedaan antara kedua model tersebut dalam meningkatkan KMJ mahasiswa adalah signifikan.

9. Model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa pendidikan guru fisika sekolah menengah mengajar secara keseluruhan awal lebih tinggi daripada model tradisional dan perbedaan antara kedua model tersebut dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa mengajar secara keseluruhan adalah signifikan.

B. Implikasi

Kesimpulan di atas secara umum menunjukkan bahwa model Obsim dalam perkuliahan SBM Fisika dapat meningkatkan kemampuan mengajar awal mahasiswa pendidikan fisika . Implikasi dari kesimpulan ini adalah : 1. Model Obsim dapat digunakan pada pembelajaran mata kuliah yang

kemampuan membuat rencana pengajaran, dan keterampilan mengajar jelas fisika sekolah menengah mahasiswa.

2. Model Obsim dapat digunakan sebagai suatu strategi untuk mewujudkan tujuan MKPBM khususnya dalam mengembangkan wawasan kemampuan dan keterampilan profesi mahasiswa calon guru fisika.

3. Model Obsim dapat digunakan untuk mengembangkan keprofesionalan guru/calon guru fisika khususnya pada pengembangan profesional pengetahuan tetang mengajar IPA/fisika dan belajar untuk mengajar. 4. Model Obsim memungkinkan dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan mengajar awal pada selain mahasiswa pendidikana guru fisika sekolah menengah.

C. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan model Obsim, yaitu:

1. Mata kuliah yang diajar dengan Model Obsim mensyaratkan diajar oleh pengajar tim (team teaching) yang jumlah anggotanya disarankan 2-4 orang. Jumlah anggota tim ini diperlukan ketika melakukan kegiatan pengamatan latihan mengajar jelas mahasiswa. Hal ini juga untuk mengatasi hambatan pemakaian video yang relatif mahal.

2. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Model Obsim dan didukung oleh tanggapan dari beberapa dosen pembina mata kuliah SBM dan beberapa mahasiswa, maka jika model ini digunakan pada mata kuliah

SBM Fisika, dosen disarankan berlatar belakang pendidikan IPA/Fisika dan mempunyai pengalaman mengajar fisika sekolah menengah.

3. Model Obsim hanya cocok diterapkan pada kelas yang jumlahnya sekitar 20 orang dengan bobot mata kuliah 3-4 sks.

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J. (1982). Teaching Children Science. New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.

APEID. (1990). Innovations and Initiative in Teacher Education in Asia and Pacific Region, Vol 1. Overview. Bangkok: UNESCO.

Arsyad, A. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bailey, B. L., Scantlebury, K. C. & Johnson, E. M. (1999). Encouraging the

beginning of equitable science teaching practice: Collaboration is the key. Journal of Science Teacher Education. 10(3), 159-173.

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Bardwell, R. (1981). Feedback: How does it function? Journal of

Experimental Education, 50: 4-9.

Biehler, R.. & Snowman, J. (1982). Psychology Applied to Teaching. Boston: Houghton Mifflin.

Bloom, B. S. (1956). Taxonomy Educational Objectives: The classification of educational goals. New York: David McKay.

Bloom, B. S., Madaus, G. F. & Hastings, J. T. (1981). Evaluation to Improve Learning. New York: McGraw-Hill Book Company.

Brophy, J. E. & Good, T. L. (1986). Teacher behaviour and student achieve- ment, in M. C. Wittrock (ed.). Handbook of Research on Teaching (3rd edn). New York: Macmillan.

Brown, G. (1978). Microteaching. Great Britain: Methuen & Co Ltd.

Brown, J. W., Lewis, R. B., & Harcleroad, F. F. (1983). Av Instruction: Technology, Media, and Methods. New York: McGraw-Hill Book Company.

Budikase, E. & Kertiasa, N. (1995). Fisika 3: untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 3 Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud.

Butts, D. P. & Yager. R. (1980). Science educators’ perceptions of the graduate preparation programs of science teachers in 1979. Journal of Research in Science Teaching. Vl 17 (6). 529-536.

Cambell, D. & Stanley, J. (1966). Experimental and quasi-experimental designs for research. Chicago: Rand McNally.

Carin, A. A. & Sund, R. B. (1975). Teaching Modern Science. Second edition. Ohio: Charles E. Merril Publishing Company, A Bell & Howell Company.

Carr, D. ( ). Is Teaching a Skill? [Online]. Tersedia:

http://www.pantaneto.co.uk/issue8/Carr.htm[5 Desember 2003]

Carter. K. (1990). Teachers’ knowledge and learning to teach. Houston, R. (ed.). Handbook of Research on Teacher Education. New York: Macmillan

Cole P. G. & Chan K. S. (1994). Teaching Principles and Practice. Second edition. New York: Prentice Hall.

Cruickshank, D. R. & Metcalf, K. K. (1990). Training within teacher preparation. In W. R. Houston (Ed.). Handbook of research on teacher education (pp. 469-497). New York: Macmillan.

Cruickshank, D. (1987). Reflective Teaching: the Preparation of Students of teaching, Reston, VA: Association of Teacher Educators.

---. (1988). The user of simulations in teacher preparation: past, present, and future, Simulations and Games, 19(2), 133-156.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. (1991). Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud R. I., Kurikulum Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (MIPA-LPTK) Program Strata-1 (S1), Jakarta: Dirjen Dikti., Depdikbud.

---. (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) SLTP Mata Pelajaran IPA, Jakarta: Depdikbud. ---. (1995). Kurikulum Sekolah Menengah Umum: Garis-garis Besar

Program Pengajaran (GBPP) Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Depdikbud.

---. (1995). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0217/U/1995 tentang Kurikulum yang Berlaku Secara Nasional Program Studi Sarjana Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

---. (1996). Mengajar di Perguruan Tinggi. Bagian Satu. Program Applied Approach. Jakarta: Depdikbud.

---. (1996). Mengajar di Perguruan Tinggi. Bagian Dua. Program Applied Approach. Jakarta: Depdikbud.

---. (1996). Mengajar di Perguruan Tinggi. Bagian Empat. Program Applied Approach. Jakarta: Depdikbud.

---. (1999). Hasil Evaluasi Kurikulum 1994, SLTP. Jakarta: Depdikbud. ---. (1999). Penyempurnaan/Penyesuaian Kurikulum 1994 (Suplemen

GBPP): Mata Pelajaran Fisika SMU/MA. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2002). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Jakarta: Depdiknas.

---., (2001). NEM Rata-rata SMU Tahun Ajaran 1997/1998, 1998/1999,

dan 1999/2000. Tersedia:

http://ebtanas.org/nemkota/nemkotaproses.asp.htm[19 Oktober 2002] ---. (2000). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah,

Skripsi, Tesis, Disertasi). Bandung: UPI.

---. (2000). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan penilaian hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas. ---. (2001). Kurikulum Pendidikan Bidang Studi Mata Kuliah Proses

Belajar Mengajar Program S-1 Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam. Proyek PGSM IBRD Loan 3979-IND. Jakarta: Depdiknas.

Djamrah, S. B. & Zain, A. (1997). Strategi Belajar Mengajar Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Druxes, H. et al. (1984). Kompedium Dedaktik Fisika. (Terjemahan Soeparmo). Bandung: Remaja Karya.

Duit, R. (1991). On the role of analogies and metaphor in learning science.

Journal of Science Education. 75(6), 649-672.

Dunkin, M. J. (1986). Research on teaching in higher education. In M. C. Wittrock (ed.). Handbook of Research on Teaching. (3rd. ed.), 754- 777. New York: Macmillan.

Eggen, P. D., Kauchak, D. P., & Harder, R. J. (1976). Strategies for Teachers. New Jersey: Prentice-Hall., INC., Englewood Cliffs,.

Farmer, W. A. & Farrel, M. A. (1980). Systematic Instruction in Science For the Middle and High School Years, Albany, New York: Addison- Wesley Publishing Company.

Fensham, P., Gunstone, R., & White, R. (1994). The Content of Science: A Constructivist Approach to its Teaching and Learning. Hongkong: The Falmer Press.

Fischer, C. G. & Grant, G. F. (1983). Intellectual levels in college classroom. In W. R. Houston (ed.). Hanbook of Research on Teacher Education. 617-635. London: Macmillan Publishing Company.

Fraenkel J. R. dan Wallen N. E. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Publishing Company. Freud, J. E. (1981). Statistics A First Course. (3rd Edition). Englewood Cliffs.

Prentice-Hall, Inc.

Gagne. R. M. (1974). Essentials of Learning for Instruction. Hinsdale: The Dryden Press.

Gall, M. D., Gall, J. P., dan Borg W, R. (2003). Educational Research: An Introduction. Seventh Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Giancoli, C. D. (1995). Physics: Principles with Applications; New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.

Gilbert, J. K., Osborne, R. J., & Fensham, P. J. (1982). Chidren’ science and its consequences for teaching. Journal of Science Education. 66(4), 623-633.

Goldberg, F. M. & McDermott, L. C. (1986). “Student Difficulties in Understanding Image Formation by A Plane Mirror”. The Physics Teacher (November 1986).

Gunstone, R. & Watts, M. (1985). Force and Motion, In Children’ Ideas in Science. Driver, R., Guesne, E. & Tiberghien, A. eds. Milton Keynes: Open University Press.

Haladyna, T. M. (1997). Writing Test Items to Evaluate Higher Order Thinking. Boston: Allyn & Bacon.

Harrow, A. J. (1972). A Taxonomy of the Psychomotor Domain (A guide for developing behavioral objectives). New York: Longman, Inc.

Hinduan, et. al (2001). The Development of Teaching and Learning Science Models at Primary School and Primary School Teacher Education.. Final Report URGE Project. Loan IBRD No. 3754-IND Graduate Program Indonesian University of Education: Unpubished.

Holmes Group. (1986). Tomorrow’s Teachers. East Lansing. MI: Author. Hudgins. (1974). Self contained training materials for teacher education: A

derivation from research on the learning of complex skills. Blomington: Dalam: Indiana University, National Center for the Development of Training Materials in Teacher Education.

Irianto, A. (1989). Bahan Ajaran Statistik Pendidikan (Buku Kedua).Jakarta: Depdikbud.

Joyce B., Weil M., dan Calhoun E. (2000). Models of Teaching, Sixth edition. Boston: Allyn and Bacon.

Kertiasa, N. (1993). Fisika 1: Untuk Sekolah menengah Umum Kelas 1. Jakarta: Depdikbud.

Krathwohl, D. R., Bloom, B. S., & Maria, B. B. (1964). Taxonomy of educational Objectives: The classification of educational goals: Handbook II, Affective domain, New York: David McKay.

Mann, et. al. (1970). The college classroom: conflict, change, and learning. In W. R. Houston (ed.). Hanbook of Research on Teacher Education. 617-635. London: Macmillan Publishing Company.

McKeachie, W. J. (1986). Teaching Tips: A guide book for the beginning college teacher. Boston: D. C. Heath.

McDermott L, C. (1975). Improving high school physics teacher preparation.

ThePhysics Teacher. 13 (9), 523-529.

---. (1984). Research on conceptual understanding in mechanics,

Physics Today, 1-10.

---. (1990). A perspective on teacher preparation in physics and other sciences: the need for special science courses for teachers. American Journal Physics. 58 (8), 734-741.

Meltzer, David, E. (2002). The relationship between Mathematics preparation and conceptual learning gain in Physics: A possible hidden variable in diagnostic pretest scores. American Journal

Metcalf, Kim, K. (1992). The effects of a guided training experience on the instructional clarity of preservice teachers. Teaching and Teacher Education. 8 (3), 275-286.

National Research Council (NRC). (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press.

Oliva, P. F. (1984). Supervision for Today’s Schools. New York & London: Longman.

Pope, M. & Gilbert, J. (1983). Personal experience and the construction of knowledge in science. Journal of Science Education. 67(2), 173-203. Reif, F. (1995). Millikan Lecture 1994: understanding and teaching important

scientific thought processes. Am. J. Phys. 63 (1). January 1995.

Roestiyah, N. K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Romiszowski. A. J. (1984). Producing Instructional System. Kogan Page:

Nichols Publishing Company.

Rosenshine, B., & Furst, N. (1971). Research on teacher performance criteria. In b. Smith (Ed.), Research in Teacher Education (37-72). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Roth, W. M. & Roychoudhury, A. (1994). Physics student’ epistemologies and views about knowing and learning. Journal of Research in Science Teaching. 31(1), 5-30.

Savinainen, A. & Scott, P. (2002). The force concept Inventory: A tool for monitoring student learning. Physics Education. 37 (1), 45-52.

Sears, F. W., Zemansky, M. W., & young, H. D. (1984). University Physics. Sydney: Addison Wesley Publishing Company.

Sharma, R. C. (1981). Modern Science Teaching. New Delhi: Dhampat Roi & Sons.

Shulman, L. S. (1987). Knowledge and teaching foundations of the new reform. Havard Educational Review. 57 (1): 1-12.

---. (1991). Ways of seeing, ways of knowing: ways of teaching, ways of learning about teaching. Journal of Curriculum Studies, 23(5), 393- 395.

Sidi, I. J. (2000). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Lingkungan Sekolah Dasar dan Menengah: Tantangan dan Pengembangan.

Makalah disampaikan pada Seminar dan Loka karya Pendidikan MIPA di Indonesia. Diselenggarakan oleh ITB & UPI tanggal 31 Juli s/d 2 Agustus 2000.

Sigel, I. E. & Cocking, R. R. (1977). Cognitive Development from Childhood to Adolescence: Aconstructivist perspective. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Siegel, S. (1994). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Sirait, B. (1989). Bahan Pengajaran untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Smith, D. G. (1977). College classroom interactions and critical thinking.

Journal of Educational Psychology, 69: 180-190. Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Subiyanto. (1990). Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Malang: IKIP Malang.

Sund, R. B. & Trowbridge, L. W. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School, second edition. Ohio: Charles E. Merril Publishing Company, A Bell & Howell Company.

Taba, H. (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. New York: Havcourt Brace Jovanovich. Inc.

Tirtarahardja, U. & La Sulo. (1994). Pengantar Pendidikan. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Dirjen Dikti. Jakarta: Depdikbud.

Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher, Fifth edition. Columbus: Merrill Publishing Company, A Bell & Howell Company.

Tuckman, B. W., & Oliver, W. S. (1968). Effectiveness of feedback to teachers as a function of source. Journal of Educational Psychhology, 59: 291-307.

Tyler, R. W. (1969). Educational Evaluation: New Roles, New Means”, The Eight-year Study Book of the National. Chicago: The National Society for the Study of Education.

Van Aalst, J. (1999). The learning to knowledge building model: A framework for teaching and learning in collaborative environments. Center for Applied Cognitive Science. Toronto: OISE/University of Toronto.

Wessel, W. (1999). Knowledge construction in High School Physics: A Study of student teacher interaction. SSTA Research Central Report.

Winecoff, H. L. (1989). Curriculum Development and Instructional Planning. Jakarta: Depdikbud.

Zais, R. S. (1976). Curriculum: Principles and Foundation. New York: Harper & Row, Publisher.

Zamroni. (2001). Peran Kolaborasi Sekolah-Universitas dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Matematika dan IPA di Indonesia. Makalah diseminarkan pada National Seminar on Science Education. Faculty of science & Mathematics Education on Collaboration with Japan International Corporation Agency & directorate General of Higher education, Bandung, Agustus 21, 2001.

Dokumen terkait