• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian, temuan dan pembahasan yang telah dipaparkan di pada bab sebelumnya secara umum disimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis matematis, komunikasi matematis dan disposisi self-directed learning mahasiswa berkembang setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran metakognitif. Secara rinci dikemukakan beberapa kesimpulan dari setiap temuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. a. Pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa yang mendapat pembelajaran metakognitif lebih baik daripada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran PKv.

b. Pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa kelompok KAM atas dan KAM tengah kelas pembelajaran PSM lebih baik daripada mahasiswa kelas pembelajaran PKv.

c. Pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa kelompok KAM bawah kelas pembelajaran PSM tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa kelas pembelajaran PKv.

d. Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa kelas PSM termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan untuk kelas PKv tergolong kategori sedang.

e. Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa kelompok KAM atas kelas PSM dan kelas PKV termasuk dalam kategori tinggi.

f. Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa kelompok KAM tengah kelas PSM dan kelas PKv masing-masing termasuk dalam kategori tinggi dan sedang.

g. Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa kelompok KAM bawah kedua kelas pembelajaran berada pada kategori sedang.

2. a. Tidak terdapat interaksi antara kelompok pembelajaran dan kelompok KAM terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis disebabkan oleh perbedaan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dan perbedaan kelompok KAM pada mahasiswa.

3. a. Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa yang mendapat pembelajaran metakognitif lebih baik daripada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran PKv.

b. Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa masing-masing kelompok KAM (atas, tengah dan bawah) kelas pembelajaran PSM lebih baik daripada mahasiswa kelas pembelajaran PKv.

c. Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa kelas PSM dan kelas PKv termasuk dalam kategori tinggi.

e. Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa kelompok KAM tengah dan KAM bawah pada kedua kelas pembelajaran berada pada kategori sedang.

4. a. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kelompok KAM terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara mahasiswa yang memperoleh pembelajaran PSM dan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran PKv disebabkan oleh perbedaan pendekatan pembelajaran dan perbedaan kelompok KAM.

5. a. Pencapaian disposisi self-directed learning mahasiswa kelas PSM tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa kelas PKv.

b. Pencapaian disposisi self-directed learning mahasiswa kelas PSM tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa kelas PKv pada semua kelompok KAM.

c. Peningkatan disposisi self-directed learning mahasiswa kelas PSM lebih baik daripada mahasiswa kelas PKv.

d. Peningkatan disposisi self-directed learning mahasiswa kelompok KAM atas dan KAM bawah kelas PSM lebih baik daripada mahasiswa

kelompok KAM atas dan KAM bawah kelas PKv.

e. Peningkatan disposisi self-directed learning mahasiswa kelompok KAM tengah kelas PSM tidak lebih baik daripada mahasiswa kelompok KAM bawah kelas PKv.

f. Peningkatan disposisi self-directed learning mahasiswa kelas PSM dan kelas PKv tergolong dalam kategori rendah.

g. Peningkatan disposisi self-directed learning mahasiswa kelompok KAM atas pada kelas PSM termasuk dalam kategori sedang, namun pada kelas PKv tergolong dalam kategori rendah.

h. Peningkatan disposisi self-directed learning mahasiswa kelompok KAM bawah kelas PSM dan kelas PKv termasuk dalam kategori rendah. 6. a. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kelompok KAM

terhadap pencapaian dan peningkatan disposisi self-directed learning

mahasiswa. Perbedaan peningkatan disposisi self-directed learning

disebabkan oleh perbedaan pembelajaran dan kelompok KAM.

7. Beberapa pendapat mahasiswa berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas PSM yaitu: (a) Kualitas pelaksanaan pembelajaran pada kelas PSM lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran pada kelas PKv; (b) Pemberian LAM berdampak positif terhadap kemampuan mahasiswa dalam menemukan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajari; (c) Mahasiswa mempunyai kesempatan untuk aktif di dalam menemukan suatu formula, rumus-rumus, dan sifat-sifat dalam statistik matematika; (d) Mahasiswa terlibat dalam berpikir, mengobservasi, mengkomunikasikan, dan bereksperimen terkait konsep-konsep yang dipelajari; (e) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mencari berbagai sumber belajar dalam rangka memahami, membandingkan dan mengambil kesimpulan tentang konsep yang dipelajari; (f) Pemberian LKD dan proses diskusi yang dibangun, mendorong mahasiswa untuk memahami dengan baik setiap konsep, mengkomunikasikan pemahamannya, bekerjasama dan saling membantu; (g) Meningkatkan kepercayaan diri, menghargai orang lain, dan menerima kelebihan dan kekurangan orang lain; (h) mengurangi

rasa cemas terhadap kesulitan materi statistik matematika yang dipelajari; (i) Kesempatan yang diberikan di awal perkuliahan untuk menyampaikan berbagai kesulitan yang dialami berkaitan dengan konsep pada LAM, membantu mahasiswa untuk mengatasi masalahnya sedini mungkin sehingga tidak berdampak pada meningkatnya kecemasan dalam diskusi, meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi sebelum diskusi kelompok dimulai; (j) Pemberian tugas dalam bentuk LL memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengevalusi dan memonitor sejauhmana kemajuannya dalam mempelajari materi sebelumnya; (k) Mendorong mahasiswa meninjau konsep-konsep yang belum dipahami secara baik dan konsep-konsep yang sudah dipahami. 8. a. Kesulitan sebagian mahasiswa khususnya mahasiswa kelompok KAM

bawah dan tengah dalam menyelesaikan soal-soal berpikir logis matematis berkaitan dengan indikator menentukan peluang suatu kejadian beresiko tinggi dari situasi atau kasus. Beberapa kesulitan mahasiswa pada pemecahan masalah berpikir logis antara lain: (1) tidak dapat menjelaskan konsep ke dalam bentuk yang lebih sederhana; (2) pemahaman terhadap konsep untuk memulai menyelesaikan masalah tidak memuaskan; (3) tidak dapat mencari hubungan antara konsep-konsep, definisi, dan rumus yang berkaitan; (4) menyusun kesimpulan sesuai dengan fakta yang diberikan.

b. Kesulitan sebagian besar mahasiswa kelompok KAM bawah dan sebagian mahasiswa kelompok KAM tengah pada indikator menyatakan suatu situasi atau relasi matematis ke dalam bentuk model matematis (grafik, gambar, dan ekspresi matematis). Beberapa kesalahan mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal kemampuan komunikasi matematis adalah (1) tidak dapat mengindetifikasi informasi-informasi penting dari masalah yang diberikan; (2) kurangnya kemampuan menyederhanakan soal dalam bentuk matematis yang lain; (3) tidak dapat mengaitkan atau menjelaskan makna dari simbol matematis yang digunakan; (4) menyusun suatu masalah/kasus berdasarkan model matematis yang diberikan.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, diketahui bahwa penggunaan pendekatan PSM telah berhasil meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan disposisi self-directed learning mahasiswa secara signifikan lebih baik daripada penggunaan pendekatan PKv. Untuk itu, berikut ini diuraikan beberapa implikasi dari kesimpulan-kesimpulan penelitian.

1. Pendekatan PSM lebih tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis pada mahasiswa kelompok KAM atas dan KAM tengah daripada mahasiswa KAM bawah.

2. Penerapan pendekatan PSM cocok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada mahasiswa semua kelompok KAM.

3. Penerapan pendekatan PSM lebih tepat untuk meningkatkan disposisi self-directed learning pada mahasiswa dengan kelompok KAM atas dan bawah daripada mahasiswa dengan kelompok KAM tengah.

4. Penerapan pendekatan PSM dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif, menumbuhkan sikap saling menghargai, saling mendengar, menghormati dan saling membantu dalam mengintegrasi pengetahuan yang dimiliki.

5. Penerapan pendekatan PSM dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam mencari berbagai informasi sebagai sumber belajar, berdiskusi, lebih berani mengungkapkan pendapat dan bertanya, menjawab pertanyaan baik yang diberikan oleh dosen maupun oleh sesama mahasiswa, berinteraksi secara lebih positif, baik antar mahasiswa dengan mahasiswa maupun antara mahasiswa dan dosen.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, dikemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Pendekatan PSM dalam pembelajaran statistik matematika memberi peningkatan kemampuan berpikir logis matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan disposisi self-directed learning. Untuk itu pendekatan PSM

sebaiknya dijadikan sebagai alternatif pendekatan pembelajaran pada mahasiswa.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan PSM telah berhasil meningkatkan kemampuan berpikir logis untuk mahasiswa kelompok KAM atas dan kelompok KAM tengah dan meningkatkan kemampuan komunikasi mahasiswa pada semua kelompok KAM. Untuk itu disarankan pada penelitian lanjutan diterapkan pendekatan PSM pada mahasiswa kelompok KAM bawah dengan memodifikasi bahan ajar yang lebih mudah dipahami dan lebih menarik.

3. Pada penelitian ini tidak terdapat interaksi antara faktor pendekatan pembelajaran dan kelompok KAM terhadap peningkatan KBLM dan KKM. Namun pembelajaran PSM secara konsisten mempengaruhi perbedaan pencapaian KBLM dan KKM. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menerapkan PSM untuk meningkatkan kemampuan matematis lainnya.

4. Dalam wawancara terhadap beberapa mahasiswa terungkap bahwa penerapan pendekatan PSM dengan memberikan tugas tidak seimbang dengan alokasi waktu menjadi beban untuk mahasiswa. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan yang lebih matang berkaitan dengan banyaknya soal dalam tugas, waktu yang dibutuhkan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan akses sumber belajar yang dibutuhkan.

5. Pembelajaran dengan pendekatan PSM menuntut persiapan yang matang dari dosen, dalam hal ini perangkat pembelajaran seperti LAM, LD, dan LL harus dirancang untuk mengarahkan mahasiswa menemukan sendiri konsep.

6. Hasil wawancara mengungkapkan bahwa sebagian besar mahasiswa khususnya mahasiswa kelompok KAM bawah menganggap materi statistik matematika merupakan materi yang sulit yang menuntut pemahaman yang baik terhadap materi prasyarat. Untuk itu diharapkan sebelum perkuliahan statistiki matematika dimulai, perlu diberikan penguatan kemampuan materi prasyarat.

Alhadad, S. F. (2010). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multiple matematis, Pemecahan Masalah Matematis, dan Self Esteem Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Disertasi Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.

Aminah, M. & Sabandar J. (2011). The Potency Of Metacognitive Learning To Foster Mathematical Logical Thinking. This paper has been presented at International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics Education 2011. Department of Mathematics Education, Yogyakarta State University, Yogyakarta, July 21-23 2011. Proceeding. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 7 – 0

Ansari, B. I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think- Talk- Write, Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Armiati (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis, Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Angkasa

---, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta. Rineka Cipta.

AsiaeUniversity (AeU). (2011). Course Overview. [Online]. Tersedia: http//www.learningdomain.com. [5 Oktober 2013]

Azwar, Saifuddin. (2013). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar.

Balk, F. M. A. (2010). The influence of metacognitive questions on the learning process during mathematical tasks in teacher-student conversations: A design study. Master Thesis, Educational Sciences, Utrecht University. Tersedia: http://igitur-archive.library.uu.nl/student-theses/2010-1027-200503/Masterthesis%20Balk,%20FMA-3081265.pdf. 1 Maret 2013. Baroody, A. J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8:

Helping Children Think Mathematically. New York: MacMillan Publishing Company.

Creswell, J. W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Qualitative & Quantitative Research. Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, Nwe Jersey. Pearson Prentice Hall.

Cotton, K. H. Mathematical Communication, Conceptual Understanding, and Students' Attitudes Toward Mathematics. [online]. Tersedia:http://

digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1011&context=m athmidactionresearch & seiredir = 1 & referer = http % 3A% 2F% 2F. [7 Februari 2013].

Dan S. (2013). The Study On Mathematical Communication Competence and Its Assessments in China: The Preliminary Findings.East Normal University. Proceedings Earcome 6. Innovations and Exemplary Practices in Mathematics Education. 17-22 March 2013.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dohrman, Mtra. G. de la Llata & Montes, A. G. (2009). Metacognitive Strategies. [online]. Tersedia: http://jillrobbins.com /strategies/ strategylist.pdf. [22 Februari 2013].

Efendy, O.U. (2007). Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya Offset

Ernest, P. (1994). Constructing Mathematical Knowledge: Epistemology and Mathematics Education. The Falmer Press. London

Fah, L. Y. (2009). Logical Thinking Abilities among Form 4 Students in the Interior Division of Sabah, Malaysia. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia. Vol. 32 No. 2, 161-187, School of Education and Social Development. Universiti Malaysia Sabah. [online]. Tersedia: http://www.recsam.edu.my/R&D_Journals/ YEAR2009/dec2009vol2/logicalthinking%28161-187%29.pdf. [11 April 2013].

Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro Press.

Hoban, S. and Hoban, G. (2004). Self-Esteem, Self-Efficacy, and Self-Directed

Learning: Separate, but Interrelated. International Journal of

Self-Directed Learning, Volume 1, Number 2, Fall-2004.

Johnson & Rising. 1972. Guidelines for Teaching Mathematics. California.Wadsworth Publishing Company.

Kadir. (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik, Komunikasi Matematik, dan Keterampilan Sosial Siswa SMP. Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Kabael, T. (2012).Graduate Student Middle School Mathematics Teachers’

Communication Abilities in the Language of Mathematics. Procedia - Social and Behavioral Sciences 55 ( 2012 ) 809 – 815. [online]. Tersedia: www.sciencedirect.com. [13 Februari 2013].

Karlimah (2010). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis serta Disposisi Matematis Mahasiswa PGSD Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.

Kleden, Maria A. (2013a). Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self- Directed Learning Mahasiswa, Jurnal Delta-Pi, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013, ISSN: 2089-855X.

Kurniawati, L., (2014). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Intuitif-Reflektif, Pembuktian Matematis dan Disposisi Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasisi Masalah dengan Metode Hypnoteaching. Disertasi Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.

Koswara, U., Sumarmo, U. & Kusumah, Y. S. (2012). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA Melalui Pendekatan Konteksual Berbantuan Program Autograph. Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal Educationist. Vol. VI No 2 Juli 2012.

Leongson J. A. & Limjap A. A. (2003). Assesing the Mathematics Achievement of College Freshmen Using Paiget’s Logical Operations. [online]. Tersedia: http://www.google.com/url?sa=&rct=j&q =&esrc= s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCUQFjAA&url=http%3A%2 F%2Fwww.cimt.plymouth.ac.uk%2Fjournal%2Flimjap.pdf&ei=fsf1U pGCAY6FrgfuIDoBQ&usg=AFQjCNEtbQhjaZ08Mkg3BB3jXT1tiR MXlw &bvm=bv.60983673,d.bmk. [7 Februari 2014].

Lin, Chang-Shou; Shann We-Chang, and Lin Su-Chun. (2009). Reflections on Mathematical Communication from Taiwan Math Curriculum Guideline and PISA 2003. [online]. Tersedia: http://www. google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=22&cad=rj a&ved=0CCsQFjABOBQ&url=http%3A%2F%2Fwww.criced.tsukuba .ac.jp%2Fmath%2Fapec%2Fapec2008%2Fpapers%2FPDF%2F16.Lin _Su_Chun_Taiwan.pdf&ei=Q5f0UpXBMI2okQW9pICADg&usg=AF QjCNE5qMY_uUJnIW2JQBIlRn2mF524NA&bvm=bv.60799247,d.a Gc. [11 Januari 2014].

Maulana. (2008). Pendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahassiwa PGSD. Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 10 Oktober 2008. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/ PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_10-Oktober_2008/Pendekatan_ Metakognitif_Sebagai_Alternatif_Pembelajaran_Matematika_Untuk_ Meningkatkan_Kemampuan_Berpikir_Kritis_Mahasiswa_PGSD.pdf. [1 Maret 2013].

McCauley, V. and McClelland, G. (2004). Further Studies in Self-Directed Learning in Physics at the University of Limerick, Ireland.

International Journal of Self-Directed Learning, Volume 1, Number 2, Fall 2004. [online]. Tersedia: http : //www. sdlglobal. com /IJSDL/ IJSDL1.2-2004. pdf. [2 September 2013].

McKenzie F. (2001). Developing children's communication skills to aid mathematical understanding. ACE Paper Issue 11. [online]. Tersedia: www.education.auckland. ac.nz/.../ACE_Paper_1_Issue_11.doc. [24 April 2013].

Miller, B. A. (1999). The Multigrade Classroom: A Resource Handbook for Small, Rural School. Book 6: Self-Directed Learning. Northwest Regional Educational Laboratory 101 S.W. Main Street, Suite 500 Portland, Oregon 97204. [online]. Tersedia: http://educationnorthwest. org/webfm_send/1155. [16 Oktober 2013].

Mulyana, A. (2015). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi, Bandung. Tidak diterbitkan.

Murni , A. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual, Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema “Pendekatan Kontribusi Penelitian dan Pembelajaran Matematika dalam Upaya Pembentukan Karakter Bangsa”. [online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/10499/1/P11-Atma.pdf. [5 Agustus 2015].

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000). Professional Standards for Teaching Mathematics. Reston. VA : NCTM

Nur, M. (1991). Pengadaptasian Test of Logical Thinking (TOLT) Dalam Seting Indonesia. Laporan Hasil Penelitian, IKIP Surabaya.

Nur, M. (2011). Strategi-Strategi Pembelajaran. Kementerian Pendidikan Nasional, Universitas Negeri Surabaya. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa. Surabaya.

Özsoy, G. &, Ataman, A. (2009). The effect of metacognitive strategy training on mathematical problem solving achievement. International Electronic Journal of Elementary Education Vol.1, Issue 2, March, 2009.

[online]. Tersedia: http://www.pegem.net/dosyalar/dokuman/48624-20090513123 752-03 the-effect-of-metacognitive-strategy-training.pdf. [22 Februari 2013].

Pamungkas, A. S. (2013). Pembelajaran Eksplorasi untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Self-concept Matematis Siswa SMP. Universitas Pendidikan Indonesia. Repository.upi.edu. [online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1009568_ chapter2.pdf. [7 Februari 2013].

Pratiwi, A. C. (2012). Makalah Strategi Metakognitif, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. [online]. Tersedia: http://www.scribd.com /doc/100366479/Makalah-Strategi-Metakognitif. [1 Maret 2013]

Pornsawan, I. & Charan, S. (2012). Designing Of Adaptive Coaching System To Enhance The Logical Thinking Model In Problem-Based Learning. Procedia - Social and Behavioral Sciences 46 ( 2012 ) 5265 – 5269. [online]. Tersedia: http://ac.els-cdn.com/S1877042812021556/1-s2.0-S1877042812021556 main.pdf?_tid=eb0a96b4-7579-11e2-a1c2-00000 aab0f6b&acdnat =1360717906_113c9b899d5f645c4ea85843a8a9c1f1. [13 Februari 2013].

Prabawanto, S. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Self-Efficacy Matematis Mahasiswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitivite Scaffolding. Disertasi Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak dipublikasikan.

Qohar, A. & Sumarmo, U. (2013). Improving Mathematical Communication Ability and Self-Regulation Learning of Junior High School by Using Reciprocal Teaching. International Journal of Mathematics Education, IndoMS-JME, Vol,. 4. No.1 Tahun 2013 pp 59-74. IndoMS-JME. Ramdani, Y. (2013). Pembelajaran dengan Scientific Debate untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Konsep Integral. Disertasi Sekolah Pascasarjan UPI. Tidak dipublikasikan.

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Rohaeti, E. E., Budiyanto, A.M., Sumarmo, U. (2014). Enhancing Mathematical Logical Thinking Ability and Self-Regulated Learning of Students Through Problem Based Learning, International Journal of Education.

Vol.8. No. 1. Desember 2014. pp.54-63. Graduate School, Indonesia University of Education.

Russeffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito. Bandung

---. (1998). Statistik dasar Untuk Penelitian Pendidikan. IKIP Bandung. Bandung.

Sasmoko (2004). Metode Penelitian. Jakarta: UKI Press.

Schoenfeld, A. H. (1987). What’s all the fuss about metacognition? In A. H.

Schoenfeld (Ed). Cognitive Science and Mathematics Education (pp. 189-215),. Hilsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associate.

Setiawati, E. (2014). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Habit of Mind Matematis, melalui Pembelajaran berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan

Subino, (1987). Konstruksi dan Analisis Tes. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud. Sudjana. (2000). Metode Statistika. Edisi ke – 6. Tarsito. Bandung

Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Suherman, E dan Sukjaya K Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung. Wijaya Kusuma.

Suryadi, D., et al (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Komtemporer. Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA UPI, Bandung.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

---, (2012). Pendidikan Karakter dan Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya, Makalah Diseminarkan dalam Seminar Pendidikan Matematika di Universitas Katholik Widya Mandira, Kupang NTT, Tanggal 25 Februari 2012. ---, (2010). Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Budi Pekerti: Apa,

Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Siswa, Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta, 17 April 2010.

---, (2011). “Pembinaan Karakter, Berpikir dan Disposisi Matematik,

Kesulitan Guru dan Siswa Serta Alternatif Solusinya” Makalah yang disajikan dalam Seminar Pendidikan Matematika di UNINOS. Bandung.

Sumarmo, U., Hidayat, W., Zulkarnaen, R., Hamidah, Sariningsih, R. (2012).

“Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, Dan Kreatif

Matematis: Eksperimen terhadap Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Strategi Think-Talk-Write”. Paper published in Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 17, No.1, 17-33, April 2012.

Shannon, S. V. (2008). Using Metacognitive Strategies and Learning Styles to Create Self-Directed Learners. [online]. Tersedia: http://www.auburn. edu/~witteje/ilsrj/Journal%20Volumes/Fall%202008%20Volume%201 %20PDFs/Metacognitive%20Strategies%20and%20Learning%20Styles .pdf .[ 22 Februari 2013].

Saondi, O. (2008). Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Bersikap Positif Terhadap Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik.

Jurnal Equilibrium.Vol.4.No.8. Juli-Desember 2008:86-96.

Sponias, C. (2011). How to Improve Logical Thinking Skills. [online]. Tersedia:

http://www.divinecaroline.com/self/self-discovery/how-improve-logical-thinking-skills. [16 April 2013].

Tandililing Edy, (2011). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Strategi PQ4R dan Bacaan Refutation Text. Disertasi program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tidak Dipublikasikan. Tuna, A., Biber, A. C., (2013). An Analysis Of Mathematics Teacher Candidates’

Logical Thinking Levels: Case Of Turkey. Journal of Educational and Instructional Studies in the World, Volume 3, Issues 1, ISSN:2146-7463. [online]. Tersedia: http://www.wjeis.org/FileUpload/ds217232/ File/ 10.tuna1.pdf. [6 Januari 2014]

Toit S. du & Kotze, G. (2009). Metacognitive Strategies in the Teaching and Learning of Mathematics. [online]. Tersedia: http://ww.google.com /url?sa=t&rct=j&q=metacognitive+strategies+in+math&source=web&c d=6&cad=rja&ved=0CFEQFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.pythago ras.org.za%2Findex.php%2Fpythagoras%2Farticle%2Fdownload%2F3 9%2F30&ei=4LImUbzEouMrgf4t4DYAQ&usg=AFQjCNHVj8Pc5sv 12XID57q2yXObEkvikA&bvm=bv.42768644,d.bmk. [22 Februari 2013].

Thompson, T. & Wuff, S. (2004). Implementing Guided Self-Directed Learning

Dokumen terkait