Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan penelitian selama pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah, diperoleh beberapa simpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. simpulan-simpulan tersebut adalah:
1. Jika guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan nilai peluang secara bersama-sama dan terbimbing dengan proses mengedepankan aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi, dapat meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran logis yang berkaitan dengan analogi dan generalisasi siswa pada materi ajar peluang.
2. Setelah diberikan tindakan model pembelajaran berbasis masalah dengan belajar pada kelompok-kelompok kecil dalam memecahkan masalah yang menekankan pada aspek berfikir pemahaman konsep (translasi, interpretasi dan ektrapolasi). Siswa mampu memecahkan masalah rutin-terapan yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari pada materi peluang. 3. 85% siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal setalah dilakukan
kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam kelompok - kelompok belajar kecil yang menekankan aspek
178
berfikir pemahaman konsep (translasi, interpretasi, ektrapolasi) dan penalaran induktif (analogi dan generalisasi).
5.2. Implikasi
Untuk peningkatan hasil belajar Matematika yang mengedepankan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran matematika guna pemecahan masalah matematika perlu dikemukakan rekomendasi sesuai dengan hasil penelitianaction researchsebagai berikut:
1. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan mendesain kelompok-kelompok belajar kecil, dan memberikan kesempatan berfikir serta aktif mengemukakan pendapat akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep (interpretasi, translasi, ekstrapolasi) dan penalaran matematika (analogi, generalisasi) dalam arti proses dan hasil belajar yang berujung pada kemampuan siswa memecahkan masalah matematika rutin-terapan meningkat. Kerjasama kelompok juga memberikan dampak positif untuk membangun karakter sosial (social character building) siswa, karena pembelajaran model ini dilakukan dalam kelompok sehingga siswa dituntut untuk mampu bekerja dan belajar bersama yang secara langsung akan mempengaruhi sikap sosial siswa antara lain, sikap kepemimpinan, kerjasama serta tanggungjawab individu.
2. Bagi guru, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan desain
kelompok-kelompok belajar kecil dalam pembelajaran dengan
179
(interpretasi, translasi, ektrapolasi) dan penalaran yang mengedepankan prinsip analogi dan generalisasi terbimbing secara individu atau kelompok akan membangkitkan motivasi siswa menyenangi matematika, jika siswa menyenangi proses pembelajaran matematika maka proses pemahaman konsep dan penalaran dapat ditingkatkan.
3. Meskipun efektivitas pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep yang berkaitan dengan (translasi, interpretasi dan ekstrapolasi) serta penalaran (analogi dan generalisasi) pada materi peluang, namun model pembelajaran berbasis masalah belum tentu dapat diterapkan pada semua materi pembelajaran matematika.
5.3. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru, agar mempertimbangkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika yang menekankan pada upaya meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran matematika dalam pemecahan masalah matematika terlaksana dengan baik, maka guru harus :
a. Menguasai materi pelajaran yang diberikan dengan baik secara kontekstual.
180
b. Memahami fase-fase yang harus diterapkan dalam model pembelajaran berbasis masalah baik di dalam kelas maupun ketika berada di luar kelas. c. Mempersiapkan instrument penilaian otentik baik yang digunakan untuk
penilaian secara individu maupun kelompok.
d. Melakukan desain kelompok-kelompok belajar kecil yang heterogen tanpa memandang perbedaan suku, ras dan agama.
e. Mau meluangkan waktu untuk melakukan bimbingan baik secara individu maupun kelompok di dalam ataupun di luar kelas.
f. Memfasilitasi kegiatan belajar sebagai fasilitator dengan mengedepankan sikap sabar, ulet dan selalu inovatif.
2. Bagi sekolah, oleh karena proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan sarana dan prasarana agar memberikan dukungan fasilitas yang dibutuhkan guna perbaikan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, dalam hal ini upaya meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran logis matematika dalam pemecahan masalah matematika.
181
DAFTAR PUSTAKA
Aan Hasanah, (2004). Pengembangan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Representase Matematika. PPS UPI; Tidak Diterbitkan
Amir Taufik M.(2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning
(Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan). Jakarta: Kencana
Arikunto. S (2007), Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto. S dkk (2009),Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta: Bumi Aksara Arikunto. S (2009), Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Bagi
Mahasiswa dan Praktisi pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara
Astuti,W.W (2000) Penerapan Strategi Belajar Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada Pembelajaran matematika Kelas II di MAN Magelang. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan. Dahar, R.W. (1996).Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional (2005). Kumpulan Permendiknas Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Panduan KTSP
Departemen Pendidikan Nasional (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tentang Standar Isi.
Departemen Pendidikan Nasional (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Driver, R Leach, J (1993), A Constructivist View of Learning: Children’s Concptions on Nature of Science. What Research Says to The Science Teacher. 7, 103-112. Washington: National Science Teachers Association
Hamalik, O (2003).Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Haryanto, (2000), Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Kooperatif Jigsaw dengan Model Tradisional di kelas II MAN Jember. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.
Hamzah B. Uno (2009), Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif,Jakarta: Bumi Aksara
Hudojo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang
Hudojo, H. (2002). Representasi Belajar Berbasis Masalah. Prosiding Konferensi Nasional Matematika XI, Edisi Khusus.
http://www.idonbiu.com/2009/05/model-pembelajaran-cooperative-learning.html di download 28 April 2010
182
http://etd.eprints.ums.ac.id/ 711/1/A410040158.pdf diakses tanggal 10 Juni 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_human_depelopment_index http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/ diakses pada tanggal 26 April 2011
http://webometrics.info/top100 _continent.asp?cont
Ibnu, Suhadi,dkk.2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian, Malang: UM Pres
Ibrahim. M (2000), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya . Universitas Negeri Surabaya
Matlin, M.W. (1994). Cognition. Third Edition. Amerika: Harcourt Brace Publishers
Mundiri. (2000).Logika.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
National Council of Teachers of Mathematics (1989), Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, Reston, VA: NCTM.
Napitupulu E.E. (2008), Developing Resoning Skills and Problem Solving Trough Problem Based Learning. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1 No. 1 Edisi Juni 2008. Program Studi Pendidikan Matematika PPs Unimed.
National Council of Teachers of Mathematics (2000), Principles and Standarts for School mathematics, Reston, VA: NCTM.
Ong Eng Tek (1996),The Effect of Cooperative Learning on the Mathematics Achievement Of Form 4 Student in a Malaysian Secondary School. Buku Guru of Science and Mathematics Education in SE Asia. Vol XXI No. 2
Oemar Hamalik (2008), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Siste,Jakarta: Bumi Aksara
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, Departemen Pendidikan Nasional
Posamentier, A.S. dan Stepelmen, J. (2002).Teaching Secondary Mathematics. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Richard I.Arends (2008), Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Riyanto Yatim (2009), Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas,Jakarta: Kencana
Ruseffendi, E.T (1988), Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA: Bandung :Tarsito
183
…………,. (1991a). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
…………, E.T. (1991b). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa
Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Diktat Perkuliahan. IKIP Bandung: Tidak Dipublikasikan.
…………,, E. T. (1992). Materi Pokok Pendidikan matematika 3. proyek
Pendidikan Tenaga Pendidikan Tinggi. Jakarta: Depdikbud.
Slavin, R.E (1995), Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Secon Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publishers
Slameto (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta
Sri Wardani (2004), Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi, Yogyakarta: PPPG Matematika
Suherman, E. dan Sukjaya, K.Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Suherman, E dan Winataputra,U (1993), Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud.
Suherman,E (1994), Evaluasai Proses dan Hasil Belajar Matematika.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikdasmen
Sumarno, U (1987), Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi. FPS IKIP, Bandung: tidak diterbitkan.
Suparno,P (1997), Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suriasumantri, J.S (1998), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.
Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
S. Nasution (2009), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar,Jakarta: Bumi Aksara
Tatang Herman (2007), Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP, Cakrawala Pendidikan. Februari 2007, Th. XXVI. No, I
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.
184
Trianto, (2009).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progressif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi IKIP bandung. Tidak Diterbitkan
Wilson, T.O (1965), The Art of Critical Thinking. Boston: Ohio University Houghton Mifflin Company.
Winkel, W.S (1991).Psikologi Pengajaran. Jakarta: P.T. Grasindo.
Winny Liliawati dan Erna Puspita(2010), Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Keterampilan perfikir Kreatif Siswa,Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010,UPI.
Wragg. Ec. (1997). Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: P.T. Grasindo.