• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PELUANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMA NEGERI 2 BINJAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PELUANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMA NEGERI 2 BINJAI."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA PADA

POKOK BAHASAN PELUANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

DI SMA NEGERI 2 BINJAI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

M. YUS EFENDI NIM: 081188710051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

M. YUS EFENDI, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Penalaran Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Peluang Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Di SMA Negeri 2 Binjai. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana efektivitas dan respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran matematika siswa pada materi peluang di SMA Negeri 2 Binjai pada tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus dengan tahapan perencanaan (plan), tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflective). Metode yang digunakan adalah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah selama proses pembelajaran dikelas. Instrumen yang digunakan adalah tes akhir disetiap siklus I dan II, lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan angket respon siswa terhadap pelaksanan pembelajaran berbasis masalah. Dari 32 orang siswa terdapat 28 orang siswa (87,50%) dinyatakan tuntas secara individual yaitu siswa yang mendapat nilai≥ 76 degan rata- rata 80,56. Nilai rata-rata kelas adalah 79,25 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal direncanakan minimal adalah 85%.

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah yang didesain dengan membentuk kelompok-kelompok belajar kecil yang terdiri dari 5-6 orang sangat baik dan efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran matematika. 87% siswa memberikan respon positif dan senang terhadap proses pembelajaran, 91% siswa menyatakan memberikan kesempatan mereka untuk berfikir serta 84% merasa lebih mudah dalam memahami konsep-konsep matematika dan mengembangkan penalaran melalui pembelajaran berbasis masalah.

(6)

ii

ABSTRACT

M. YUS EFENDI, Effort to Improve Understanding Concepts And Reasoning Ability Math Students In Probability Subject With Using Problem Based Learning Model in SMA Negeri 2 Binjai. Thesis. Medan: Postgraduate Program, State University of Medan, 2013.

Classroom Action Research aims to find out: how the effectiveness and students' response to the problem based learning model in improving the understanding of mathematical concepts and reasoning of students in Probability subject matter in SMA Negeri 2 Binjai in the academic year 2012/2013.

This action research was conducted in two cycles with stages of planning, action , observation and reflection. The method used is to apply a model of problem-based learning during the learning process in class. The instrument was used the end of each test cycle I and II, teacher observation sheet, student observation sheets and student questionnaire responses to the implementation of problem based learning.

From 32 students there are 28 students (87.50%) stated that students complete individually who scored ≥ 76 with an average of 80.56. Value of the class average is 79.25 with the level of exhaustiveness learn classical is planned minimum is 85%.

Effectiveness of problem-based learning model is designed to form small study groups consisting of 5-6 people is very good and effective in improving the understanding of mathematical concepts and reasoning. 87% of students responded positively and fun to the learning process, 91% of students claimed to give them the opportunity to think and 84% found it easier to understand mathematical concepts and develop reasoning through a problem-based learning.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah yang telah memberikan kekuatan dan kelapangan kepada

penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat yang

harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi

Matematika, tesis ini merupakan sebuah penelitian tindakan dengan judul ”Upaya

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika

Siswa Pada Pokok Bahasan Peluang Dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Di SMA Negeri 2 Binjai”

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yaitu:

1. Prof. Dian Armanto,M.Pd, M.Sc, MA, PhD selaku pembimbing I dan

2. Prof. Dr. Asmin, M.Pd, selaku pembimbing II

3. Dr. Edi Syahputra, M.Pd Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

4. Dr. Hasratudddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Matematika.

5. Dr. Elvis Napitupulu, M.S selaku Narasumber dan

6. Dr. KMS. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku Narasumber

7. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah

memberikan kontribusinya dalam menyalurkan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama masa perkuliahan.

8. Bapak/ Ibu guru rekan sejawat di SMA Negeri 2 Binjai yang yang banyak

membantu selama berlangsungnya penelitian ini, oleh karena itu

(8)

sebesar-iv

besarnya kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang

telah membantu dan memberikan masukan serta arahan dalam

penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih

banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyajian

oleh karena itu dengan segala keterbukaan penulis menerima masukan,

kritikan yang bersifat membangun.

Akhirnya semoga Allah Yang Maha Rahman dan Rahim memberikan

balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

bimbingan kepada penulis. Insya Allah dengan harapan yang besar kiranya tesis

ini nantinya dapat menjadi bahan referensi yang bermanfaat bagi penulis dan

pembaca dalam melaksanakan penelitian yang sama.

Penulis

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 17

1.3. Batasan Masalah ... 17

1.4. Rumusan Masalah ... 18

1.5. Tujuan Penelitian ... 18

1.6. Manfaat Penelitian ... 19

1.7. Definisi Operasional Variabel ... 20

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Belajar ... 23

2.2. Pengertian Masalah ... 26

2.3. Pengertian Pemahaman Matematika ... 29

2.4. Pengertian Penalaran Matematika ... 32

2.4.1.Penalaran Induktif (Induksi) ... 33

2.4.2. Penalaran Deduktif (deduksi) ... 36

2.5.Pengertian Mengajar... 44

2.6. Prinsip dan Hakekat Pembelajaran Matematika... 47

2.7. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 52

2.8. Teori-teori Belajar Yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 56

2.8.1. Teori Belajar Gestalt... 63

2.8.2. Teori BelajarCognitive-Field... 64

2.8.3. Teori BelajarCognitive Depelopment... 65

2.8.4. Teori BelajarDiscovery Learning... 67

2.8.5. Teori BelajarMeaningful Learning... 67

2.9. Penelitian Yang Relevan ... 71

2.10. Kerangka Konseptual ... 73

2.11. Hipotesis Tindakan ... 77

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat/ Lokasi Penelitian ... 79

3.2. Partisipan dan Objek Penelitian ... 79

3.3. Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Penelitian ... 80

3.4. Desain Penelitian ... 81

(10)

vi

3.6. Uji Coba Instrumen ... 98

3.7. Teknik Analisis Data ... 107

3.8. Indikator Keberhasilan Kinerja ... 110

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 113

4.1.1 Deskrispi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 113

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II... 139

4.1.3 Deskripsi Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah ... 163

4.1.4 Deskripsi Hasil Jawaban Angket Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 166

4.2. Pembahasan Temuan Penelitian ... 176

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 177

5.2 Implikasi ... 178

5.3 Saran ... 179

DAFTAR PUSTAKA ... 181

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan UN SMA Negeri 2 Binjai ... 3

Tabel 1.2 Hasil Perolehan Nilai Ujian Tengah Semester ... 6

Tabel 1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 6

Tabel 2.1 Sintaksis Pembelajaran Berbasis Masalah ... 59

Tabel 3.1 Lembar Observasi Pembelajaran Berbasis Masalah (Guru) ... 89

Tabel 3.2 Lembar Observasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dari Siswa ... 91

Tabel 3.3 Kisi–kisi Penulisan Soal Tes Akhir Siklus I dan Siklus II ... 89

Tabel 3.4 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 98

Tabel 3.5 Hasil Validasi Tes Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika ... 99

Tabel 3.6 Hasil Validasi Angket Umpan Balik (Respon) Siswa ... 100

Tabel 3.7 Validitas Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika ... 103

Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika ... 106

Tabel 3.9 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika ... 107

Tabel 4.1 Pembagian Masalah Pada Kelompok Belajar... 115

Tabel 4.2 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 122

Tabel 4.3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Presentasi Kelompok Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Siklus I……… 128

Tabel 4.4 Pembagian Masalah Kelompok Pada Siklus II……… 140

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Akhir Siklus II……… 143

Tabel 4.6 Hasil Tes Siklus II………. 145

Tabel 4.7 Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Siklus II………... 148

Tabel 4.8 Perbandingan Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam Presentase Kelompok Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Siklus I dan II………. 156

Tabel 4.9 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Dalam Pemecahan Masalah Pada Materi Peluang……… 159

Tabel 4.10 Distribusi Frekwensi Jawaban Pada Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah……… 163

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Soal Ulangan Tengah Semester ... 8

Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan soal ... 8

Gambar 1.3. Kelemahan dalam Pemahaman Konsep ... 10

Gambar 1.4. Jawaban Gambar 1.3 ... 10

Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 76

Gambar 3.2. Rencana Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993) ... 76

Gambar 4.1. Perolehan skor aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah siklus I ... 128

(13)

ix

DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1. Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam

Pembelajaran Berbasis Masalah... 125

Grafik 4.2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam Presentase

Kelompok Pada Pembelajaran Berbasis Masalah ... 146

Grafik 4.3 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan II ... 157

Grafik 4.4 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika Dalam Pemecahan

Masalah Pada Materi Peluang Kelompok I……….. 160

Grafik 4.5 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika Dalam Pemecahan

Masalah Pada Materi Peluang KelompokII………. 160

Grafik 4.6 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika Dalam Pemecahan

Masalah Pada Materi Peluang Kelompok III………... 161

Grafik 4.7 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika Dalam Pemecahan

Masalah Pada Materi Peluang Kelompok IV……….. 161

Grafik 4.8 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika Dalam Pemecahan

Masalah Pada Materi Peluang Kelompok V………. 161

Grafik 4.9 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika Dalam Pemecahan

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 185

2. Lampiran : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 200

3. Lampiran : Lembar Aktivitas Siswa Siklus I... 212

4. Lampiran : Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ... 216

5. Lampiran : Kisi-kisi Penulisan Soal Tes Akhir Siklus I dan II ... 219

6. Lampiran : Tes Akhir Siklus I... 221

7. Lampiran : Tes Akhir Siklus II ... 222

8. Lampiran : Alternatif Kunci jawaban Lembar Aktivitas Siswa Siklus I ... 223

9. Lampiran : Alternatif Kunci jawaban Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ... 229

10. Lampiran : Alternatif Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I ... 236

11. Lampiran : Alternatif Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II ... 240

12. Lampiran : Lembar Observasi Siswa Model Pembelajaran Berbsasis Masalah Dari Sisi Siswa ... 247

13. Lampiran : Lembar Observasi Pembelajaran berbasis Masalah Dari Sisi Guru... 249

14. Lampiran : Angket Umpan Balik (Respon) Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ... 250

15. Lampiran : Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran... 253

16. Lampiran : Hasil Uji coba Instrumen... 264

17. Lampiran : Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika ... 274

18. Lampiran : Pembagian Kelompok Belajar Berdasarkan Kemampuan Nilai Awal Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ... 280

19. Lampiran :Hasil Evaluasi Siklus I Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika Dalam Pemecahan Masalah Pada Materi Peluang Siklus I... 281

(15)

xi

21.Lampiran : Rekapitulasi Hasil Pengamatan Observer 1 dan 2

Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah

dari sisi Siswa Pada Siklus I... 283

22.Lampiran : Hasil Evaluasi Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika Dalam Pemecahan Masalah Pada Materi Peluang Siklus II... 285

23.Lampiran : Nilai Rata-rata Hasil Observasi Pembelajaran Berbasis Masalah dari sisi Guru Oleh Pengamat Pada Siklus II .... 286

24. Lampiran : Rekapitulasi Hasil Pengamatan Observer 1 dan 2 Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah dari sisi Siswa Pada Siklus I... 287

25. Lampiran : Rekapitulasi Hasil Jawaban Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematika ... 289

26. Lampiran : Formulir Fase III dan IV PBL Siklus I ... 291

27. Lampiran : Daftar Nilai Aktivitas Diskusi Kelompok Siklus I ... 297

28. Lampiran : Formulir Fase III dan IV PBL Siklus II ... 303

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan

martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat di lihat dari filosofi

pendidikan yang intinya untuk mengaktualisasikan ketiga dimensi

kemanusiaan yang paling elementer, yakni: (1) afektif yang tercermin pada

kualitas keimanan dan ketaqwaan, etika dan estetika serta akhlak mulia dan

budi pekerti luhur; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas berfikir dan

daya intelektualitas untuk menggali ilmu pengetahuan dan mengembangkan

serta menguasai teknologi; (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan

mengembangkan keterampilan teknis dan kecakapan praktis (Depdiknas,

2005). Kesemuanya ini bermuara pada bagaimana menyiapkan anak-anak

didik untuk mampu menjalankan kehidupan (preparing children for life), dan

bukan sekadar mempersiapkan anak didik untuk menjadi manusia yang hanya

mampu menjalankan hidupnya. Dengan demikian, pendidikan dalam hal ini

menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi

individu. Pendidikan dalam hal ini bertujuan membantu anak didik untuk

dapat memuliakan hidup (enobling life).

Oleh karena itu kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan

pada pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat yang mengacu

pada delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP mencakup komponen

(17)

2

tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian.

Pencapaian berbagai standar tersebut di atas digunakan sebagai dasar

untuk melakukan penilaian terhadap kinerja satuan pendidikan, mulai dari

PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan non formal,

sampai dengan Pendidikan Tinggi (Depdiknas, 2005).

Namun pada tingkat praktis, permasalahan pendidikan yang terjadi

memperlihatkan berbagai kendala yang menghambat tercapainya tujuan

pendidikan seperti diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dapat dipahami bahwa rendahnya mutu sumber daya manusia bangsa

Indonesia saat ini akan berakibat pada rendahnya mutu pendidikan, atau

sebaliknya rendahnya mutu pandidikan akan menyebabkan rendahnya sumber

daya manusia. Dari berbagai hasil survey menunjukkan bahwa kualitas

pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah (Tjalla, 2010). Beberapa

tahun yang lalu, tidak ada satupun juga Universitas di Indonesia yang masuk

kelompok 100 Universitas di tingkat dunia. (Tilaar, 2006), baru pada

tahun-tahun terakhir ini, data memperlihatkan bahwa ITB, UGM dan UI menempati

urutan ke 56, 61 dan 84 dari 100 Universitas terbaik di Asia.

http://webometrics.info/top100 _continent.asp?cont. Apabila kualitas

pendidikan tinggi sudah demikian rendahnya apalagi pendidikan dasar dan

menengah, tentu kualitasnya tidak lebih baik. Kenyataan ini diperjelas lebih

dari hasil rerata nilai Ujian Nasional untuk dua tahun terakhir di SMA Negeri

(18)

3

dilakukan peningkatan pencapaian nilai rerata peserta ujian. Hasil ini

memperlihatkan bahwa, perlunya ditingkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

Tabel 1.1 Perkembangan UN SMA Negeri 2 Binjai

Komponen SMA

2010/2011 2011/2012

Peserta 352 468

% Kelulusan 93,74 100

Rerata Nilai 7,75 7,29

Sumber: SMA Negeri 2 Binjai 2012

Untuk memastikan pencapaian standar nasional pendidikan yang

berorientasi pada output pendidikan yang bermutu tersebut, perlu diupayakan

proses pembelajaran yang baik serta sistem evaluasi yang bermutu dan

kredibel sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undanng nomor 20 tahun

2003, Bab XVI, pasal 57, butir 1, yang menyatakan bahwa evaluasi dilakukan

dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk

penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan hasil studi (Tjalla, 2010): http://pustaka.ut.ac.id/

pdfartikel/ TG601.pdf online diakses tanggal 26 April 2011 diperoleh pula

berbagai temuan tentang perkiraan kelemahan siswa Indonesia, antara lain

sebagai berikut:

a. Mengorganisasi dan menyimpulkan informasi, membuat generalisasi dan memecahkan masalah yang tidak rutin.

b. Memecahkan berbagai macam rasio dan masalah presentase.

c. Menerapkan pengetahuannya untuk menghubungkan konsep bilangan dan aljabar.

(19)

4

e. Mengaplikasikan pengetahuannya pada geometri dalam masalah yang kompleks; dan

f. Menggunakan data dari berbagai sumber untuk memecahkan berbagai masalah

Ternyata hasil penelitian yang dilakukan oleh (Tjalla,2010) dapat

dibuktikan secara empirik. Tingginya nilai perolehan dari hasil ujian bukan

menjadi jaminan bagi seorang siswa untuk dapat dikatakan berhasil dan

memiliki kompetensi dalam proses pembelajaran khususnya pada mata

pelajaran matematika. Hal ini disebabkan adanya kriteria penilaian yang

memuat aspek adaptif siswa yang perlu dipertimbangkan selain dari aspek

kognitif. Akibatnya dalam memberikan penilaian hasil belajar guru lebih

cenderung melihat siapa yang akan menerima nilai. Kenyataan keseharian

memperlihatkan betapa besarnya beban dan tantangan guru khususnya guru

mata pelajaran matematika untuk membawa siswa mencapai tujuan

pembelajaran matematika. Ketidakmampuan siswa dalam memecahkan

berbagai masalah, serta menerapkan pengetahuannya dalam menghubungkan

antar konsep dalam matematika merupakan indikator lemahnya kondisi

pembelajaran matematika di sekolah.

Di samping permasalahan tersebut di atas, dalam proses pembelajaran

matematika, kebiasaan membaca sambil berfikir dan bekerja sampai dapat

memahami informasi esensial dan strategis belum menjadi kebiasaan siswa.

Dalam hal ini dosis mekanistik masih terlampau besar dan dosis penalaran

masih terlampau kecil. Akibatnya matematika belum menjadi “sekolah

berfikir” bagi siswa kita, yang banyak menerima informasi tanpa kepedulian

(20)

5

Namun dalam kenyataan sehari – hari proses pembelajaran

matematika di kelas banyak mengalami kendala saat melakukan proses

pembelajaran. Tak jarang seorang guru kekurangan waktu untuk menjelaskan

suatu topik bahasan namun siswa belum juga mampu untuk menangkap apa

yang dijelaskan oleh guru yang bersangkutan, atau sebaliknya banyak siswa

yang menganggap bahwa belajar matematika sama saja dengan menambah

beban yang tak perlu dikerjakan, memusingkan kepala, serta banyak alasan

lain bagi siswa untuk enggan masuk kelas pada saat belajar matematika,

kejadian seperti ini sering muncul dalam sebuah proses pembelajaran

matematika. Sebagaimana yang di utarakan Suherman (1993) mengatakan

“…. Ternyata banyak orang takut terhadap matematika dan sejauh mungkin

berusaha menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan”.

Sejalan dengan itu Russeffendi (1988:15) juga mengatakan bahwa”

pelajaran Matematika dan ilmu pasti tersebut bagi anak–anak pada umumnya

merupakan pelajaran yang tidak disenangi kalau bukan yang paling dibenci.

Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa sebagaian besar peserta

didik tidak menyenangi matematika.

Dua pendapat di atas suherman dan Ruseffendi memberikan inspirasi

kepada peneliti untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas pada SMA

Negeri 2 Binjai. Oleh karena peneliti beranggapan bahwa selama ini proses

pembelajaran di SMA Negeri 2 Binjai ini memang masih belum berubah

meskipun SMA Negeri 2 Binjai telah di kategorikan sebagai Sekolah Model

(Sekolah dibawah pengawasan dan pembinaan Direktorat Peningkatan Mutu

(21)

6

kategorikan telah memenuhi/ hampir memenuhi 8 Standar Nasional

Pendidikan.

Namun dari hasil temuan peneliti terhadap 28 rombongan belajar yang

terdiri dari 8 (delapan) kelas XI yang menjadi peserta ujian tengah semester

tahun pelajaran 2011 pada bulan Oktober 2011 diperoleh hasil penilaian

terhadap mata pelajaran Matematika sebagai berikut:

Tabel 1.2 Hasil Perolehan Nilai Ujian Tengah Semester TP 2011-2012

Mata Pelajaran Matematika Kelas XI

No

PROGRAM STUDI

ILMU ALAM ILMU SOSIAL

A-1 A-2 A-3 A-4 A-5 S-1 S-2 S-3

Jlh. Siswa 35 45 46 44 45 33 35 33

Rata-Rata Kelas 74,8 68,3 72,3 60,1 70,4 72,8 68,3 53,6

Sumber Data : Daftar Kumpulan Nilai SMA Negeri 2 Binjai Tahun 2011

Dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diujikan sesuai

dengan tabel di bawah ini.

Tabel 1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas XI Yang di Ujikan Pada Ujian Tengah Semester Gasal 2011- 2012

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Statistika dan Peluang

1. Menggunakan aturan statistika, kaidah

pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan masalah.

1.1 Membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, danogive

1.2 Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, danogiveserta

penafsirannya

1.3 Menghitung ukuran pemusatan, ukuran letak, dan ukuran penyebaran data, serta penafsirannya.

Sumber : Depdiknas, 2006

Adapun dari hasil penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata

(22)

7

Sedangkan untuk Program Studi Ilmu Sosial Kriteria Ketuntasan Minimal

adalah 76. Dengan demikian dari hasil perolehan ujian tengah semester gasal

pada tahun 2011 terlihat bahwa secara rata – rata siswa kelas XI dari kedua

program studi belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal artinya siswa

belum belajar tuntas dan harus mengikuti kembali perbaikan pembelajaran.

Berdasarkan data- data hasil ujian tengah semester di atas peneliti

beranggapan bahwa ada masalah pada proses pembelajaran di kelas yang

menyebabkan mengapa rendahnya hasil perolehan nilai ujian tengah semester

di SMA Negeri 2 Binjai tahun pelajaran 2011/ 2012. Untuk mengetahui

penyebab dari rendahnya hasil ujian tersebut kiranya perlu dilakukan suatu

penelitian berbasis kelas.

Berikut ini akan diperlihatkan beberapa contoh kelemahan siswa

dalam memahami konsep matematika pada saat ujian:

Data hasil ulangan tengah semester di SMA Negeri 2 Binjai pada

semester ganjil tahun 2011/ 2012 pada pokok bahasan Statistika program

(23)

8

Gambar 1.1 Soal ulangan tengah semester mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011 / 2012 pada SMA Negeri 2 Binjai kelas XI Ilmu Sosial.

Jawaban siswa dari soal di atas adalah sebagai berikut :

Gambar 1.2 Hasil jawaban siswa dalam menyelesakan soal yang berkaitan dengan pemahaman konsep matematika dalam statistika

Dari apa yang terlihat pada gambar 1.2 di atas merupakan hasil

(24)

9

memahami konsep penyelesaian pada pokok bahasan ukuran pemusatan

sebagai masalah yang disajikan dalam soal. Dalam hal ini siswa hanya

mampu menjawab benar untuk soal nomor 1. Selebihnya siswa menjawab

namun tidak sempurna, bahkan untuk soal nomor 3, 5 dan 7 sama sekali tidak

dapat menyelesaikan. Ini merupakan salah satu bukti lemahnya pemahaman

konsep matematika serta penalaran siswa dalam menyelesaikan masalah

matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Padahal

kemampuan pemahaman konsep matematika adalah salah satu tujuan penting

dalam pembelajaran matematika, yang memberikan pengertian bahwa

materi-materi yang dipelajari bukan hanya sekedar hafalan, namun lebih dari itu

dengan pemahaman konsep matematika siswa akan dapat lebih mengerti

dalam memecahkan berbagai masalah rutin lainnya. Sebagaimana (Hudoyo,

2002) mengatakan : ”tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang

disampaikan dapat dipahami peserta didik”. Dengan demikian pendidikan

yang baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa kepada tujuan yang

ingin dicapai yaitu agar bahan ajar yang disampaikan dapat dipahami oleh

siswa sepenuhnya.

Contoh lain yang berkaitan dengan lemahnya pemahaman konsep dan

penalaran dapat diperlihatkan melalui gambar di bawah ini. Yang diinginkan

soal di bawah ini adalah siswa dapat menentukan modus dari diagram yang

(25)

10

Gambar 1.3 : Kelemahan dalam pemahaman konsep

Jawaban siswa adalah sebagai berikut :

Gambar 1.4 : Jawaban gambar 1.3

Untuk menyelesaiakan masalah yang diinginkan soal pada gambar 1.3

di atas. Siswa mencoba melakukan pemahaman masalah dengan menafsirkan

(26)

11

diagram di atas, namun terjadi kesalahan dalam melakukan pengembangan

(ekstrapolasi) ketika ia menetapkan bahwa yang menjadi kelas modus pada

kelas interval kedua, yang sebenarnya menurut tabel hasil intrepretasi siswa

di atas kelas modus itu mestinya adalah pada kelas interval ke tiga jika

ditinjau dari jumlah frekwensi. Oleh karena menentukan kelas modusnya

belum benar maka penyelesaian yang dilakukan oleh siswa di atas juga belum

dikatakan benar. Ini artinya siswa belum mampu memahami masalah yang

diinginkan soal. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan pemahaman

konsep siswa masih rendah.

Peneliti berpendapat dengan Penelitian tindakan kelas yang akan

dilakukan dapat menemukan akar permasalahan yang terjadi pada proses

pembelajaran, sehingga dengan demikian kesalahan-kesalahan ataupun

kekeliruan yang selama ini terjadi pada proses pembelajaran, yang

mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal

dan masalah yang berkaitan dengan matematika dapat diperbaiki.

Untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas

yang terkadang sering terlihat monoton tentunya sangat dibutuhkan peran

aktif guru dalam mendesain rencana proses pembelajaran yang dapat

meningkatkan gairah belajar dan sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar

matematika sebagaimana yang diharapkan. Dalam hal ini guru memiliki

kewajiban dan tanggungjawab dalam mengatasi persoalan yang menye

babkan lemahnya semangat untuk mempelajari matematika.

Lemahnya semangat untuk mempelajari matematika sangat

(27)

12

2008), banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran

matematika seperti sikap, kemampuan, dan gaya belajar siswa. Selanjutnya ia

mengatakan bahwa kemauan dan pengetahuan guru, dan konteks belajar,

adalah salah satu dari yang terpenting pada proses belajar mengajar di kelas

yang banyak diwarnai oleh kompetensi guru itu sendiri.

Oleh karena itu model, pendekatan, strategi, metoda, ataupun teknik

yang digunakan guru diyakini memiliki pengaruh besar terhadap pencapaian

hasil belajar siswa. Berkaitan dengan hal ini Marsigit (dalam Darhim, 2004)

mengemukakan bahwa pembelajaran matematika di kelas masih cenderung

didominasi oleh cara biasa yang lebih berpusat pada guru. Selanjutnya

(Wahyudin, 1999: 244) mengatakan lebih jauh bahwa pada umumnya para

guru matematika hampir selalu menggunakan metoda ceramah dan

ekspositori. Para guru matematika jarang sekali bahkan tak pernah

menugaskan para siswanya untuk mempelajari materi baru sebelum diajarkan

oleh gurunya.

(Wahyudin, 1999) juga mengatakan lebih lanjut bahwa dalam

penyampaian pengertian, definisi, rumus, teorema para guru matematika

sering kali tidak pernah mengajak siswa untuk menganalisis secara mendalam

tentang objek tersebut sehingga siswa kurang mantap menguasainya.

Akibatnya pemecahan masalah sebagai fokus pembelajaran tak pernah

dijamah sebagian besar guru apalagi mengujicobakannya. Hal inilah yang

membuat adanya anggapan bahwa mempelajari matematika cukup hanya

(28)

13

Dari uraian dan survey data dokumen di atas perlu kiranya diambil

langkah-langkah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

pemahaman dan penalaran matematika siswa terhadap pemecahan masalah

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan

pembelajaran matematika sebagaimana yang di utarakan (Depdiknas, 2006)

Bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas kiranya perlu dilakukan penelitian untuk

dapat mengubah sudut pandang dan membangun kreatifitas siswa terhadap

mata pelajaran matematika, serta meningkatkan penalaran/ berfikir yang

menjadi unsur utama dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika beserta sistem evaluasi yang ada selama ini

dipandang kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk memunculkan

gagasan-gagasan/ ide-ide selama siswa belajar matematika, hal ini disebabkan

oleh karena pembelajaran yang lebih banyak terpusat pada guru (teacher

(29)

14

pembelajaran yang demikian telah perlu diselingi dengan model-model

pembelajaran yang lebih aktif. Selanjutnya (Amir, 2009:4) membiarkan siswa

belajar pasif, dengan pendekatan yang terpusat pada guru sulit untuk

memungkinkan siswa mengembangkan kecakapan berfikir, kecakapan intra

personal, kecakapan beradaptasi dengan baik. Oleh karena itu diperlukan

paradigma baru dalam pembelajaran matematika yang bersifat konstruktif.

Salah satu cara untuk kearah itu adalah dengan menggunakan

pendekatan-pendekatan dan metode-metode pembelajaran baru yang melibatkan siswa

aktif secara mental dan spiritual. Hal ini dapat dipahami untuk

mengembangkan pemahaman dan penalaran yang lebih kreatif dengan tujuan:

1. Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat

mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru, seperti

yang di katakana oleh (Rianto, 2009) membangun pemahaman akan lebih

mudah melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi

memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui

diskusi, saling bertanya dan saling menjelaskan.

2. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya di mulai

dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara

bertahap di bimbing untuk menguasai konsep matematika. (Depdiknas,

2006).

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika di kelas di

tekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan

(30)

15

matematika yang telah di miliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada

bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu cara untuk menerapkan

konsep-konsep matematika tersebut ialah proses pembelajaran yang

berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of

everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan

sehari-hari dengan proses pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) bermaksud untuk memberikan

ruang gerak berfikir yang bebas pada siswa untuk mencari konsep dan

penyelesaian masalah yang terkait dengan materi yang di ajarkan guru di

sekolah. Karena pada dasarnya ilmu matematika bertujuan agar siswa

memahami konsep matematika dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan

pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai

konsep matematika untuk menjelaskan gejala alam dan mampu

menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang di

temukan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2005).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran

yang siswanya di bentuk menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4

– 6 orang, dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok

heterogen (Slavin, 1995). Dengan pendekatan atau serangkaian strategi yang

khusus di rancang untuk memberikan dorongan pada siswa (peserta didik)

agar bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran dan mencari

sendiri dengan di dasari pada pengetahuan yang telah di milikinya Sunal &

(31)

16

Proses pembelajaran berbasis masalah didesain dalam bentuk

pembelajaran yang diawali dengan struktur masalah real yang berkaitan

dengan konsep-konsep matematika yang akan di belajarkan. Atau

pembelajaran dimulai setelah dikonfrontasi dengan struktur masalah real,

dengan cara ini siswa mengatahui mengapa mereka belajar. Semua informasi

akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi ajar, kerja praktik

maupun melalui diskusi dengan teman sebaya untuk dapat digunakan

memecahkan masalah yang dihadapinya.

Menurut Amir, (2009) Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, karena melalui pembelajaran

berbasis masalah siswa belajar bagaimana menggunakan sebuah proses

iteratif untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang

mereka ingin ketahui, mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan

berkolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data-data yang telah

mereka kumpulkan. Oleh karena itu karakteristik pembelajaran berbasis

masalah lebih mengacu kepada aliran pendidikan konstruktivisme, di mana

belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun

pengetahuannya. Proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat secara

mental tetapi juga keaktifan secara fisik, artinya melalui aktifitas secara fisik

pengetahuan siswa dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau

bahan yang dipelajari dengan pengetahuan (schemata) yang telah dimiliki

(32)

17

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa hal yang menjadi

masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Rendahnya kemampuan matematika siswa dalam menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang

berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari.

3. Rendahnya tingkat kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan

masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

4. Pembelajaran di kelas yang diterapkan oleh guru lebih berorientasi pada

guru dari pada siswa.

5. Tingkat ketuntasan belajar matematika siswa masih jauh dari KKM yang

di tetapkan.

6. Perhatian siswa yang tidak fokus pada saat belajar matematika.

7. Rasio siswa dalam kelas melebihi dari ketentuan 32 orang/ kelas.

1.3. Batasan Masalah

Dari uraian identifikasi di atas terlihat betapa luasnya cakupan

penelitian yang akan dilakukan, namun untuk menjaga agar penelitian ini

tidak kabur dan lari dari tujuan awal maka perlu ada pembatasan masalah

dalam penelitian ini. Sesuai dari hasil identifikasi masalah di atas yang sangat

(33)

18

1). Kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika yang berkaitan

dengan masalah kehidupan sehari-hari.

2). Kemampuan penalaran matematika siswa dalam menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

1.4. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah sebagaimana yang diutarakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana model pembelajaran berbasis masalah meningkatkan

pemahaman konsep dan penalaran matematika siswa pada materi ajar

peluang ?.

2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep dan penalaran matematika

siswa pada materi ajar Peluang setelah diberikan tindakan dengan model

pembelajaran berbasis masalah ?.

3. Bagaimana efektifitas model pembelajaran berbasis masalah

meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran matematika siswa pada

materi ajar peluang ?.

4. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah ?.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman

(34)

19

2. Peningkatan pemahaman konsep dan penalaran matematika siswa pada

materi ajar Peluang setelah diberikan tindakan dengan model pembelajaran

berbasis masalah.

3. Efektifitas model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan

pemahaman konsep dan penalaran matematika siswa pada materi ajar

peluang.

4. Respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang proses

pembelajaran berbasis masalah, sebagai upaya dalam memperbaiki mutu

pendidikan dan pembelajaran matematika. Khususnya yang berkaitan dengan

pemahaman (Knowledge), penalaran (reasoning), untuk pemecahan masalah

(problem solving) matematika. Jika ternyata dalam penelitian tindakan ini

menunjukkan ada peningkatan hasil belajar maka model pembelajaran yang

dilakukan dalam penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan

model pembelajaran di masa yang akan datang. Oleh karena itu ada beberapa

manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Bagi guru, kelak hasil dari penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai

pembanding dalam menerapkan proses pembelajaran berbasis masalah

sebagai alternatif dari proses pembelajaran yang lainnya.

2. Bagi Sekolah, dan lembaga pendidikan setingkat hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan untuk melakukan

(35)

20

3. Bagi Siswa, Penerapan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan

dapat memacu semangat / motivasi belajar siswa secara mandiri. Sehingga

tumbuh rasa tanggung jawab dalam diri siswa dan membangun

pengetahuan sesuai dengan kemampuan penalaran yang memunculkan

sifat berfikir kritis sebagaimana yang diharapkan.

4. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini nantinya akan dijadikan sebagai

bahan masukan dan perbandingan dalam melakukan penelitian dimasa

yang akan datang terutama untuk penelitian yang bersifat pembelajaran

yang inovatif.

1.7. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya kerancuan dalam penelitian ini

terutama terjadinya penafsiran yang berbeda maka perlu ada pembatasan istilah

dalam penelitian ini:

1. Kemampuan pemahamankonsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa dalam melakukan pemahaman matematika sesuai aspek

dalam Taksonomi Bloom. Di mana pemahaman diartikan sebagai

penyerapan arti suatu materi atau bahan yang dipelajari yaitu : mengubah,

(translation), pemberian arti (interpetasi), dan pembuatan ekstrapolasi

(extrapolation).

2. Penalaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada

penalaran induktif yang meliputi proses generalisasi dan analogi dalam

(36)

21

3. Menterjemahkan (translasi) adalah kemampuan dalam memahami suatu

gagasan yang dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan asal yang

sebelumnya dalam menyelesaikan masalah.

4. Menafsirkan(interpretasi)adalah kemampuan dalam memahami bahan atau

ide yang direkam, diubah atau disusun dalam bentuk lain,berupa tabel,

diagram, gambar dan lain sebagainya dalam menyelesaikan masalah.

5. Meramalkan(ekstrapolasi) adalah kemampuan meramalkan kecenderungan

yang ada menurut data tertentu dengan mengutarakan konsekuensi dan

implikasi yang sejalan dengan kondisi yang digambarkan.

6. Generalisasi adalah membuat perkiraan atau terkaan berbasis kepada

pengetahuan (pengalaman) yang di kembangkan melalui contoh-contoh

khusus dalam menyelesaikan masalah matematika. (Ruseffendi, 1988).

7. Analogi adalah membandingkan dua hal (situasi atau kondisi) yang

berlainan berbasis keserupaanya, kemudian menarik kesimpulan atas dasar

keserupaan tersebut.

8. Kemampuan memecahkan masalah matematika adalah kemampuan siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses

berfikir dan penalaran dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Memahami masalah.

2) Merencanakan penyelesaian serta memilih strategi penyelesaian yang

sesuai dengan kebutuhan soal.

3) Menyelesaiakan persoalan dengan menggunakan strategi yang

direncanakan.

(37)

22

9. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu

model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dan

kreatif, serta mampu menggunakan berfikir kritis untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

10. Kriteria sukses dalam penelitian tindakan ini adalah adalah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu hasil belajar yang harus dicapai oleh

siswa rata-rata≥ 76 tanpa remedial yang mencerminkan keberhasilan dalam

(38)

177 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan penelitian

selama pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah,

diperoleh beberapa simpulan yang merupakan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. simpulan-simpulan tersebut

adalah:

1. Jika guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah, siswa belajar dalam kelompok-kelompok

kecil menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan nilai peluang secara

bersama-sama dan terbimbing dengan proses mengedepankan aspek

translasi, interpretasi dan ekstrapolasi, dapat meningkatkan pemahaman

konsep dan penalaran logis yang berkaitan dengan analogi dan generalisasi

siswa pada materi ajar peluang.

2. Setelah diberikan tindakan model pembelajaran berbasis masalah dengan

belajar pada kelompok-kelompok kecil dalam memecahkan masalah yang

menekankan pada aspek berfikir pemahaman konsep (translasi, interpretasi

dan ektrapolasi). Siswa mampu memecahkan masalah rutin-terapan yang

berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari pada materi peluang.

3. 85% siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal setalah dilakukan

kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

(39)

178

berfikir pemahaman konsep (translasi, interpretasi, ektrapolasi) dan

penalaran induktif (analogi dan generalisasi).

5.2. Implikasi

Untuk peningkatan hasil belajar Matematika yang mengedepankan

kemampuan pemahaman konsep dan penalaran matematika guna pemecahan

masalah matematika perlu dikemukakan rekomendasi sesuai dengan hasil

penelitianaction researchsebagai berikut:

1. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan

mendesain kelompok-kelompok belajar kecil, dan memberikan kesempatan

berfikir serta aktif mengemukakan pendapat akan meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami konsep (interpretasi, translasi, ekstrapolasi) dan

penalaran matematika (analogi, generalisasi) dalam arti proses dan hasil

belajar yang berujung pada kemampuan siswa memecahkan masalah

matematika rutin-terapan meningkat. Kerjasama kelompok juga memberikan

dampak positif untuk membangun karakter sosial (social character building)

siswa, karena pembelajaran model ini dilakukan dalam kelompok sehingga

siswa dituntut untuk mampu bekerja dan belajar bersama yang secara

langsung akan mempengaruhi sikap sosial siswa antara lain, sikap

kepemimpinan, kerjasama serta tanggungjawab individu.

2. Bagi guru, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan desain

kelompok-kelompok belajar kecil dalam pembelajaran dengan

(40)

179

(interpretasi, translasi, ektrapolasi) dan penalaran yang mengedepankan

prinsip analogi dan generalisasi terbimbing secara individu atau kelompok

akan membangkitkan motivasi siswa menyenangi matematika, jika siswa

menyenangi proses pembelajaran matematika maka proses pemahaman

konsep dan penalaran dapat ditingkatkan.

3. Meskipun efektivitas pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep yang berkaitan

dengan (translasi, interpretasi dan ekstrapolasi) serta penalaran

(analogi dan generalisasi) pada materi peluang, namun model

pembelajaran berbasis masalah belum tentu dapat diterapkan pada

semua materi pembelajaran matematika.

5.3. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, agar mempertimbangkan penerapan model pembelajaran berbasis

masalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar

matematika yang menekankan pada upaya meningkatkan pemahaman konsep

dan penalaran matematika dalam pemecahan masalah matematika terlaksana

dengan baik, maka guru harus :

a. Menguasai materi pelajaran yang diberikan dengan baik secara

(41)

180

b. Memahami fase-fase yang harus diterapkan dalam model pembelajaran

berbasis masalah baik di dalam kelas maupun ketika berada di luar kelas.

c. Mempersiapkan instrument penilaian otentik baik yang digunakan untuk

penilaian secara individu maupun kelompok.

d. Melakukan desain kelompok-kelompok belajar kecil yang heterogen

tanpa memandang perbedaan suku, ras dan agama.

e. Mau meluangkan waktu untuk melakukan bimbingan baik secara

individu maupun kelompok di dalam ataupun di luar kelas.

f. Memfasilitasi kegiatan belajar sebagai fasilitator dengan mengedepankan

sikap sabar, ulet dan selalu inovatif.

2. Bagi sekolah, oleh karena proses pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran berbasis masalah membutuhkan sarana dan prasarana agar

memberikan dukungan fasilitas yang dibutuhkan guna perbaikan

pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, dalam hal

ini upaya meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran logis matematika

(42)

181

DAFTAR PUSTAKA

Aan Hasanah, (2004). Pengembangan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Representase Matematika. PPS UPI; Tidak Diterbitkan

Amir Taufik M.(2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning

(Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan). Jakarta: Kencana

Arikunto. S (2007), Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto. S dkk (2009),Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto. S (2009), Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Bagi Mahasiswa dan Praktisi pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara

Astuti,W.W (2000) Penerapan Strategi Belajar Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada Pembelajaran matematika Kelas II di MAN Magelang. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Dahar, R.W. (1996).Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional (2005). Kumpulan Permendiknas Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Panduan KTSP

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tentang Standar Isi.

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Driver, R Leach, J (1993), A Constructivist View of Learning: Children’s Concptions on Nature of Science. What Research Says to The Science Teacher. 7, 103-112. Washington: National Science Teachers Association

Hamalik, O (2003).Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Haryanto, (2000), Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Kooperatif Jigsaw dengan Model Tradisional di kelas II MAN Jember. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Hamzah B. Uno (2009), Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif,Jakarta: Bumi Aksara

Hudojo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang

Hudojo, H. (2002). Representasi Belajar Berbasis Masalah. Prosiding Konferensi Nasional Matematika XI, Edisi Khusus.

(43)

182

http://etd.eprints.ums.ac.id/ 711/1/A410040158.pdf diakses tanggal 10 Juni 2010

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_human_depelopment_index

http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/ diakses pada tanggal 26 April 2011

http://webometrics.info/top100 _continent.asp?cont

Ibnu, Suhadi,dkk.2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian, Malang: UM Pres

Ibrahim. M (2000), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya . Universitas Negeri Surabaya

Matlin, M.W. (1994). Cognition. Third Edition. Amerika: Harcourt Brace Publishers

Mundiri. (2000).Logika.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

National Council of Teachers of Mathematics (1989), Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, Reston, VA: NCTM.

Napitupulu E.E. (2008), Developing Resoning Skills and Problem Solving Trough Problem Based Learning. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1 No. 1 Edisi Juni 2008. Program Studi Pendidikan Matematika PPs Unimed.

National Council of Teachers of Mathematics (2000), Principles and Standarts for School mathematics, Reston, VA: NCTM.

Ong Eng Tek (1996),The Effect of Cooperative Learning on the Mathematics Achievement Of Form 4 Student in a Malaysian Secondary School. Buku Guru of Science and Mathematics Education in SE Asia. Vol XXI No. 2

Oemar Hamalik (2008), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Siste,Jakarta: Bumi Aksara

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, Departemen Pendidikan Nasional

Posamentier, A.S. dan Stepelmen, J. (2002).Teaching Secondary Mathematics. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Richard I.Arends (2008), Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Riyanto Yatim (2009), Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas,Jakarta: Kencana

(44)

183

…………,. (1991a). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

…………, E.T. (1991b). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa

Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Diktat Perkuliahan. IKIP Bandung: Tidak Dipublikasikan.

…………,, E. T. (1992). Materi Pokok Pendidikan matematika 3. proyek

Pendidikan Tenaga Pendidikan Tinggi. Jakarta: Depdikbud.

Slavin, R.E (1995), Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Secon Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publishers

Slameto (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta

Sri Wardani (2004), Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi, Yogyakarta: PPPG Matematika

Suherman, E. dan Sukjaya, K.Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suherman, E dan Winataputra,U (1993), Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud.

Suherman,E (1994), Evaluasai Proses dan Hasil Belajar Matematika.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikdasmen

Sumarno, U (1987), Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi. FPS IKIP, Bandung: tidak diterbitkan.

Suparno,P (1997), Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suriasumantri, J.S (1998), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

S. Nasution (2009), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar,Jakarta: Bumi Aksara

Tatang Herman (2007), Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP, Cakrawala Pendidikan. Februari 2007, Th. XXVI. No, I

(45)

184

Trianto, (2009).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progressif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi IKIP bandung. Tidak Diterbitkan

Wilson, T.O (1965), The Art of Critical Thinking. Boston: Ohio University Houghton Mifflin Company.

Winkel, W.S (1991).Psikologi Pengajaran. Jakarta: P.T. Grasindo.

Winny Liliawati dan Erna Puspita(2010), Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Keterampilan perfikir Kreatif Siswa,Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010,UPI.

Gambar

Gambar 1.1 Soal Ulangan Tengah Semester ..............................................8
Grafik  4.1.Perolehan Skor Aktivitas Siswa Dalam
Tabel 1.1 Perkembangan UN SMA Negeri 2 Binjai
Tabel 1.2 Hasil Perolehan Nilai Ujian Tengah Semester TP 2011-2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di dalam Microsoft Visual Basic 6.0 maka, dapat dibuat sebuah program sederhana yang

Berdasarkan penjabaran sebelumnya, diduga karakteristik contoh, karakteristik keluarga, kuantitas dan kualitas konsumsi pangan, penyakit infeksi (malaria), sanitasi

Jadi yang dimaksud dengan implementasi kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan yaitu suatu penerapan atau pelaksanaan rencana yang tersusun untuk melancarkan proses pembelajaran

Berpijak dari keadaan tersebut bahwa kondisi siswa yang sangat bervariasi dalam menerima materi dan menguasai materi pembelajaran dari guru serta dewasa ini metode

Formula untuk metoda uji simpangan baku dan uji sisa ter-student dapat dibandingkan secara teoritis dimana jika suatu data terdeteksi sebagai pencilan dengan uji

[r]

Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk. telah saya nyatakan

Sesuai dengan hasil keputusan Panitia Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Tahun Anggaran 2017, maka