• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi pembelajaran PAI saat ini

Berdasarkan hasil survei awal, kondisi pembelajaran PAI di SMP-SMP Negeri Kota Magelang sudah menunjukkan kondisi yang cukup baik, meskipun belum optimal. Hal ini terlihat dari belum optimalnya kemampuan dan kinerja guru dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi yang digunakan belum mengarah pada substansi pembelajaran life skills, artinya apa yang dilakukan guru terlihat masih konvensional hanya untuk mendorong kemampuan penguasaan materi pelajaran dan cenderung hanya mengukur satu kemampuan saja yaitu kognitif. Sedangkan kemampuan dan aktivitas belajar yang ditunjukkan peserta didik dalam pembelajaran PAI di kelas, nampak pasif, kurang motivasi dan belum mengarah pada aktivitas yang dituntut dalam pembelajaran life skills. Demikian juga pemanfaatan sarana dan pra sarana belajar, meskipun cukup memadai, tapi belum digunakan secara maksimal oleh guru dalam pembelajaran PAI.

2. Model pembelajaran komprehensif sebagai hasil pengembangan untuk meningkatkan life skills peserta didik pada mata pelajaran PAI

Model pembelajaran yang dikembangkan dalam pengembangan life skills, merupakan model komprehensif berdasarkan kontekstualisasi yang diambil dari

dan (3) pendidikan nilai. Inti model pembelajaran yang dikembangkan dalam disertasi ini adalah desain dan langkah-langkah pembelajaran. Desain pembelajaran yang digunakan sebagai dasar melaksanakan pembelajaran meliputi: (1) tujuan pembelajaran, dirumuskan berdasarkan SK/KD yang dikembangkan dengan nilai-nilai life skills peserta didik secara umum, yang meliputi kecakapan personal dan kecakapan sosial, (2) materi pembelajaran, dikembangkan berdasarkan SK/KD, dengan menuliskan secara singkat pokok-pokok materi pembelajaran dalam RPP, (3) Metode pembelajaran ditentukan sesuai karakteristik materi yang akan diajarkan berdasarkan nilai life skills, (4) langkah-langkah pembelajaran disusun dengan lima tahapan, (5) Media dan sumber belajar, media dikembangkan sebagai alat yang memudahkan proses transformasi pengetahuan dan nilai, sedangkan sumber belajar adalah berbagai sumber yang berhubungan dengan uraian materi, (6) Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses menggunakan observasi terhadap kecakapan peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar. Evaluasi hasil menggunakan tes, yaitu: pertama, dengan menggunakan skala sikap model Likert di akhir pembelajaran untuk mengetahui life skills peserta didik dalam general life

skills yang dicapai. Kedua, tes bentuk uraian untuk mengetahui tingkat

ketercapaian materi pembelajaran yang diperoleh peserta didik. Adapun pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan lima tahapan, yaitu:

a. Pengkondisian spiritual

• Mengkondisikan peserta didik agar siap melakukan proses pembelajaran melalui pembiasaan spiritual (life skills—kesadaran diri)

• Memberi motivasi keteladanan akan pentingnya mengamalkan nilai-nilai agama (life skills—kesadaran diri)

• Menyatakan tujuan pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan peserta didik berdasarkan nilai-nilai life skills secara menyeluruh.

b. Eksplorasi pemahaman

• Mengarahkan peserta didik pada pemahaman materi melalui penjelasan yang disertai ilustrasi atau contoh-contoh (life skills—berfikir rasional)

• Memberi kesempatan peserta didik bereksplorasi melalui penemuan bermakna dengan membaca atau dialog positif (life skills—berfikir rasional dan kecakapan berkomunikasi)

c. Elaborasi kecakapan

Menciptakan masyarakat belajar (life skills—kecakapan bekerjasama)

• Membimbing peserta didik pada aktivitas penyelesaian masalah dengan bekerjasama dalam kelompok (life skills—berfikir rasional dan kecakapan bekerjasama)

Memberi kesempatan peserta didik membuat meaningful connection melalui presentasi (life skills—kecakapan komunikasi)

d. Konfirmasi sikap

• Memberi konfirmasi penegasan atau pelurusan hasil kerjasama kepada sikap positif akan nilai yang dipelajari dengan nilai-nilai life skills

• Mendorong peserta didik untuk membentuk pengetahuan, pengalaman dan sikap yang baru melalui dialog dan tanya jawab sebagai penguatan umpan balik positif (life skills—kecakapan komunikasi)

• Memberi penghargaan atas apa yang telah dilakukan peserta didik e. Refleksi dan fasilitasi nilai

• Membuat rangkuman/kesimpulan dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menulis

• Mengadakan penilaian selama proses belajar berlangsung

• Mengarahkan peserta didik melakukan refleksi (internalisasi nilai) akhlak mulia dan keteladanan dalam menumbuhkan nilai general life skills

• Memberi umpan balik penugasan tindak lanjut

• Memberi pembiasaan nilai religius untuk menutup pelajaran dengan doa dan nasehat kebaikan (life skills—kesadaran diri)

3. Efektivitas model pembelajaran komprehensif sebagai hasil pengembangan untuk meningkatkan life skills peserta didik pada mata pelajaran PAI

Berdasarkan hasil temuan penelitian, dapat diketahui bahwa model pembelajaran komprehensif sebagai hasil pengembangan, lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru.

terutama yang berhubungan dengan peserta didik dan guru. Adapun dampak positif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Dampak positif terhadap peserta didik.

Dampak positif yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dampak pembelajaran (instruksional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect). Dampak pembelajaran berupa peningkatan penguasaan materi pelajaran dan sekaligus pemahaman terhadap pengembangan diri dari nilai life skills. Adapun dampak pengiringnya, peserta didik menjadi terbiasa untuk mengelola dan mengembangkan diri dengan berbagai kecakapan baik kecakapan personal maupun sosial yang dilandasi iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari. b. Dampak positif terhadap guru

Dampak positif terhadap guru dapat diketahui dengan adanya peningkatan kualitas kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran, baik yang berupa kemampuan mengembangkan segenap aspek-aspek pembelajaran, maupun yang berkenaan dengan kemampuan mengimplementasikan model di kelas. Dalam mengimplementasikan model, sebagaimana langkah-langkah yang dituntut, guru dapat meningkatkan motivasi dan semangat mengajar tidak sekedar mentransfer pengetahuan, tetapi juga mentransfer nilai-nilai life skills yang harus dikembangkan pada peserta didik pada setiap tahapan proses pembelajaran berdasar tujuan yang dikembangkan dalam pendidikan Islam.

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ditemukan beberapa faktor pendukung bagi kelancaran dan keberhasilan pengembangan model pembelajaran, yaitu latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar guru, kinerja guru, kesiapan belajar dan keterlibatan aktif peserta didik, dan prasarana/fasilitas belajar dan lingkungan sekolah. Apabila faktor-faktor tersebut tidak tersedia atau tidak dimanfaatkan secara baik akan menjadi faktor penghambat dari kelancaran pelaksanaan sebuah pengembangan model pembelajaran PAI, khususnya yang berhubungan dengan kinerja guru dan kesiapan belajar peserta didik. Keberhasilan sebuah pengembangan model pembelajaran terletak pada kemampuan mengeliminir faktor-faktor penghambat dan kemampuan memenuhi faktor-faktor pendukung sehingga hasilnya secara efektif dapat dirasakan semua pihak, baik oleh guru sendiri sebagai pelaksana pembelajaran, maupun bagi peserta didik akan mendapatkan manfaat yaitu meningkatnya life skills sebagaimana tujuan yang diharapkan dalam pengembangan model pembelajaran.

B.Implikasi

Berdasarkan atas uraian kesimpulan di atas, maka model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan dapat memberikan implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi teoritis

Berdasarkan temuan penelitian, dapat dikemukakan sejumlah dalil, yaitu: a. Pembelajaran PAI tidak sekedar mentransfer pengetahuan dan nilai tentang

keimanan, ibadah dan akhlak kepada peserta didik, tetapi mengandung muatan

b. Pembelajaran PAI akan efektif jika nilai-nilai ajaran Islam sebagai spirit yang mendasari proses pembelajaran mampu dipadukan dengan life skills secara kontekstual, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan antara apa yang dipelajari dengan apa yang diketahui berdasarkan pengalamannya sehari-hari peserta didik.

c. Pembelajaran PAI akan efektif jika ada keteladanan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran dapat mewariskan nilai-nilai positif melalui keterlibatan aktif peserta didik dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman life skills yang bermakna baik dari sisi proses maupun dari hasil belajar.

d. Pembelajaran PAI dengan langkah-langkah: (1) pengkondisian spiritual, (2) eksplorasi pemahaman, (3) elaborasi kecakapan, (4) konfirmasi sikap; (5) refleksi & fasilitasi nilai, dapat meningkatkan life skills peserta didik, yaitu: kecakapan personal yang meliputi antara lain kesadaran diri dan berfikir rasional, dan kecakapan sosial yang meliputi kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama.

2. Implikasi praktis

Dengan merujuk pada temuan hasil penelitian terkandung implikasi praktis, yaitu:

a. Penerapan model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan pada mata pelajaran PAI, akan efektif jika adanya acuan tertulis sebagai sebuah resep yang berisi langkah-langkah yang harus dilaksanakan guru dalam

pelatihan terhadap guru-guru tentang model yang dikembangkan. Sehingga dengan cara tersebut dapat memudahkan guru mengimplementasikan model yang dikembangkan di kelas untuk memeningkatkan life skills peserta didik sebagaimana tujuan yang diharapkan.

b. Penerapan model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan pada mata pelajaran PAI, akan efektif jika guru dapat memainkan perannya sebagai fasilitatot, motivator, inspirator, dan pembimbing bagi peserta didik dalam pembelajaran melalui fasilitasi nilai dengan keteladanan yang dibangun secara harmonis dan kekeluargaan. Untuk itu, diperlukan terlebih dahulu adanya pengkondisian spiritual, sebagai spirit yang mewarnai proses pembelajaran sehingga mampu mendukung perwujudan budaya sekolah yang dibangun atas kesadaran personal dan sosial.

c. Model model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan pada mata pelajaran PAI, secara efektif hasilnya dapat dirasakan semua pihak, baik oleh guru sebagai pelaksana pembelajaran, maupun bagi peserta didik dapat meningkatnya life skill yang sangat bermanfaat bagi kehidupannya, jika adanya kemampuan memenuhi faktor-faktor pendukung, antara lain latar belakang pendidikan guru dengan kualifikasi pendidikan minimal S1 pada jurusan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya, pengalaman mengajar guru, kinerja guru, kesiapan belajar dan keterlibatan aktif peserta didik, dan penyediaan prasarana/fasilitas belajar dan lingkungan sekolah. Apabila faktor-faktor tersebut tidak terpenuhi secara baik akan menjadi faktor-faktor penghambat

sebab itu dapat dikatakan bahwa keberhasilan sebuah pengembangan model pembelajaran terletak pada kemampuan mengeliminir faktor-faktor penghambat dan kemampuan memenuhi faktor-faktor pendukung, sehingga pembelajaran PAI dapat terlaksana dengan baik.

C.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pengembangan (R&D), dan atas keunggulan yang dimiliki oleh model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan pada mata pelajaran PAI yang berorientasi pengembangan life

skills, disampaikan sejumlah rekomendasi sebagai berikut:

1. Rekomendasi kepada pihak pengguna (guru)

Agar implementasi model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan dapat berhasil secara optimal dalam meningkatkan life skills peserta didik, untuk guru sebagai pihak pengguna ada beberapa saran yang dapat diajukan sebagai rekomendasi, yaitu:

a. Dalam proses pembelajaran guru harus senantiasa memegang prinsip bahwa model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan pada mata pelajaran PAI adalah model pembelajaran yang lebih mengedepankan pada peningkatan

life skills peserta didik berdasarkan nilai-nilai yang bersumber dari ajaran

Islam. Oleh karena itu guru harus memegang teguh prinsip ini, agar tidak terjebak oleh kebiasaan selama ini, yaitu lebih menonjolkan aspek untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik.

perkembangan kemampuan peserta didik dan sesuai dengan kaidah pembelajaran yang selama ini sudah dilaksanakan oleh guru. Namun, kemampuan untuk melaksanakan secara optimal, tidak bisa sekaligus dikuasai begitu saja, tetapi melalui proses yang terus menerus, serta memperbaiki segala kelemahan yang muncul dalam pembelajaran.

c. Model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan pada mata pelajaran PAI adalah model pembelajaran untuk meningkatkan life skills peserta didik dalam hal kecakapan umum (general life skills), yaitu kecakapan personal dan sosial yang tidak terlepas dari pengalaman kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu guru perlu mengoptimalkan segala potensi dan pengalaman yang dimiliki peserta didik, guru juga harus mampu mengoptimalkan segala sumber belajar yang tersedia yang relevan dengan topik materi bahasan, tidak hanya tergantung pada salah salah satu sumber belajar, dan juga guru harus mampu menjadi model untuk “menularkan” nilai-nilai positif pada peserta didik. d. Model pembelajaran ini telah teruji dapat meningkatkan life skills peserta

didik, oleh sebab itu model ini bisa dijadikan model alternatif bagi guru dalam pembelajaran PAI di tingkat SMP.

Di sisi lain, agar model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan ini dapat terealisasi dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan, maka model ini membawa konsekuensi yang menuntut kesungguhan guru dalam membuat rancangan pembelajaran, konsistensi dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai

hasil belajar peserta didik yang mengacu pada peningkatan life skills peserta didik. 2. Rekomendasi kepada pihak penyelenggara pendidikan

Bagi instansi terkait yakni Dinas Pendidikan bidang Pendidikan Dasar yang membawai dan membina sekolah penyelenggara pendidikan dasar, dan Kementerian Agama bidang Pergurais yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap pembinaan guru-guru agama dan pelaksanaan pendidikan agama, diharapkan memberi dukungan kebijakan melalui desiminasi dengan mengadakan pelatihan-pelatihan pengembangan model pembelajaran bagi guru sebagai bentuk peningkatan mutu pembelajaran PAI, sehingga guru-guru mempunyai pengalaman tentang kemampuan menerapkan berbagai alternatif model pembelajaran, termasuk model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan ini.

Bagi Fakultas Tarbiyah atau Fakultas Agama Islam program studi Pendidikan Agama Islam (FAI), sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang menyiapkan calon-calon guru PAI perlu memperhatikan dan menindaklanjuti dengan melakukan pengkajian dan pengembangan yang terus menerus terhadap berbagai model pembelajaran, termasuk model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan ini. Melalui pengembangan kurikulum diharapkan model-model pembelajaran PAI sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri, tentunya diharapkan dapat menjadi bekal pengalaman yang dapat diterapkan ketika mahasiswa melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL), maupun ketika menjadi guru PAI kelak dikemudian hari.

Penelitian dan pengembangan ini mempunyai keterbatasan, karena itu dipandang perlu adanya rekomendasi bagi penelitian lanjutan, yaitu antara lain: a. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada kelas VIII SMP dalam mata

pelajaran PAI, yang hasilnya menunjukkan adanya peningkatan life skills yang dilihat dari proses maupun hasil pembelajaran. Meskipun demikian, efektivitas model pembelajaran ini perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjut lagi dalam jenjang pendidikan yang berbeda atau mata pelajaran lain.

b. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di wilayah Kota Magelang yang memiliki karakteristik sosial budaya dan daya dukung yang berbeda dengan wilayah yang lain. Meskipun penelitian dan pengembangan ini telah mampu menghasilkan suatu produk model pembelajaran komprehensif hasil pengembangan yang efektif pada mata pelajaran PAI di SMP Kota Magelang, bukan berarti secara otomatis bisa digeneralisasikan ke wilayah lain. Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan penelitian dan pengembangan ulang, demi penyempurnaan model sehingga dapat diterapkan di daerah lain.

c. Penelitian dan pengembangan ini lebih memfokuskan peningkatan life skills peserta didik pada aspek general life skill-nya, yang mencakup kecakapan personal dan sosial, sedangkan aspek specific life skills tidak dikaji. Oleh karena itu perlu dicoba dalam penelitian lanjutan yang memfokuskan pada peningkatan life skills dalam aspek specific life skill-nya.

d. Dengan produk model pembelajaran komprehensif pada mata pelajaran PAI yang berorientasi pengembangan life skills, ternyata juga mampu

dijadikan sebagai paradigma diskusi dan penelitian pada masa yang tiada habis-habisnya. Oleh sebab itu, sangatlah relevan apabila model pembelajaran komprehensif yang berorientasi pengembangan life skills ini perlu diteliti ulang dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan zaman.

Abdullah, M. A. (1998). ”Problem Epistimologis-Metodologis Pendidikan Islam”, dalam Mulkhan, A.M.,et.al. Religiusitas Iptek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Adz-Dzaky, H.B. (2001). Psikoterapi dan Konseling Islam. Yogyakarta: Fajar

Pustaka Baru.

Al-Syaibani, O.M.T. (1979). Falsafah Pendidikan Islam.Terj. Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Zarnuji, Burhan al-Islam (tt). Ta’lim al-Muta’alim fi Thariq al-Ta’allum. Surabaya: Salim Naabhan.

Andriati, M. (2010). Aplikasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) pada

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kecakapan Generik di SMP Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana pada

FKIP UM Surakarta: Tidak diterbitkan.

Anwar.(2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).Bandung: Alfabeta.

Arend, R. (1997). Classroom Instructional Management. New York: The Mc Graw-Hill Company.

Ariani, R.P, dkk. (2005). ”Optimalisasi Pembelajaran Kecakapan Hidup tentang Peningkatan Produksi Pangan pada Siswa Kelas III SMP Negeri 2 Singaraja”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. Edisi Khusus TH.XXXVIII Desember 2005. 922-934.

Arifin, M. (1996). Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Cet.4. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2000). Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Aziz, R dan Mulyadi. (2008).“Perkembangan Peserta Didik” dalam Prabowo, S.L. (ed.). Materi Pendidikan Pelatihan Profesi Guru (PLPG). Malang: UIN Malang Press.

Azizy, A.Q. (2002). Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial. Semarang: CV Aneka Ilmu.

Azra, A. (1999). Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Barnadib, I. dan Barnadib, S.I. (1996). Beberapa Aspek Substansial Ilmu

Bisri, Cik Hasan, Ed. (1999) Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: Logos

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1979). Educational Research an Introduction. New York&London: Longman.

Bransford, J.D. (1979). Human Cognition, Learning, Understanding and

Remembering. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.

Brolin, D.E. (1989). Life Centered Career Education: A Competency Based

Approach. Reston, VA: The Council for Exceptional Children.

Brown, D.H. (2001). Teaching by Principles: An Interactive Approach Language

Peadgogy. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall Inc.

Buchori, M. (1992). Posisi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam

Kurikulum Pendidikan Tinggi Islam. Makalah pada seminar IKIP Malang.

24 Februari

_____. (1994). Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan (dalam renungan). Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya bekerja sama dengan IKIP Muhammadiyah Jakarta-Press.

Cherry, K. (2010). Kohlberg's Theory of Moral Development: Stages of

Moral Development. [Online]. Tersedia: http://psychology.about.com/od/developmentalpsychology/a/kohlberg.htm [25 Januari 2011].

_____. (2009). Social Learning Theory: An Overview of Bandura’s Social

Learning Theory. [Online]. Tersedia: http://psychology.about.com/od/developmentalpsychology/a/sociallerning.ht m [20 Juli 2011].

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Cet. 2. Jakarta: Erlangga.

Daradjat, Z. (1993). Psikologi Agama. Cet. 14. Jakarta: PT Bulan Bintang.

_____, et.al. (1995). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Ed.2. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama. (2000). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Diponegoro

_____. (2005 ). Pedoman Integrasi Life skills dalam Pembelajaran. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.

Pendidikan Kecakapan Hidup (Pendidikan Menengah). Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat kurikulum.

_____.(2003). Kurikulum 2004 Standar Pendidikan Agama Islam Sekolah

Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat kurikulum Balitbang

Depdiknas.

_____. (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui

Pendekatan Broad-Besed Education (Draft). Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

_____. (2005). Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup:

SD/MI/SDLB-SMP/MTs/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/MAK. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas/

Dunkin, M.J. dan Biddle, B.J. (1975). The Study of Teaching. New York: Holt Rinehart and Winston.

Fowler, J.W. (1981). Meaning and Trust: The Development Dynamic of Faith. New York: Harrow Press.

Gagne, E.D. (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston-Toronto: Little, Brown and Company.

Gojwan, A. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata

Pelajaran PAI di SLTP. Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Halimah, N. (2009). Pengembangan Model pembelajaran Kontekstual untuk

Meningkatkan Kecakapan Hidup (Studi pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Program Paket B di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah). Disertasi pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Hanbury, C. (2008) The Life skills Handbook (An Active Learning Handbook for

Working with Children and Young People). [Online] Tersedia: www.lifeskillshandbooks.com [15 Desember 2009].

Hasan. I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanudin, A. (2005). Dampak Pelaksanaan Program Pelatihan Kecakapan

Hidup (Life Skills) Budidaya Tanaman Pisang dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Desa Santenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Lembang.Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Komparasi dan Signifikansi). Terj. M. Khozim. Cet ke 2. Bandung: Nusa

Media.

Hopson, B & Scally, M. (1981). Lifeskills Teaching. England: McGraw-Hill Book Company (UK) Limited.

ICAP. (2005). Life Skills. [Online]. Tersedia:

http//:www.icap.org/portals/o/download/all.pdf/bluebook/modularoz.lifeskil ls.pdf. [15 Desember 2009]

Ibnu, S., Mukhadis, A., dan Dasna, I.W. (2003). Dasar-dasar Metodologi

Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.

Ihsan, H. dan Ihsan, A.F. (2007). Filsafat Pendidikan Islam. Cet.3. Bandung: CV Pustaka Setia.

Indrajaya, K. (2007). Model Pelatihan Kecakapan Hidup dan Berwirausaha untuk

Pemberdayaan Pemuda (Studi pada pemuda Anggota KNPI di Kota Bandung.Disertasi pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:

Tidak diterbitkan.

Jacobsen, D.A., dkk. (2009). Methods for Teaching: Metode-metode Pengajaran

Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Edisi ke-8. Terj. Ahmad Fawaid &

Khairul Anam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson, E.B. (2008). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Penerj. Ibnu Setiawan.

Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Joyce, B. R. and Weil, M. (1980). Models of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Joyce, B. R. et.al.(2000). Models of Teaching. Nedham: Allyn & Bacon.

Kartono, K. (1990). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.

Kirschenbaum, H. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools

and Youth Setting. Boston: Allyn and Bacon.

Langgulung, H. (1980). Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung: Al-Maarif.

Lasley II, T.J., Matczynski, J.T., dan Rowley, J.B. (2002). Instructional Models:

Strategies for Teaching in a Diverse Society (2nd ed). USA: Wadsworth. Mawardi, I. dan Styaningrum, E.D. (2009). “Pengaruh Metode Keteladanan Guru

Kabupaten Magelang”. Tarbiyatuna Jurnal Penelitian & Pendidikan Islam ISSN 2086-0889. Vol. 1 No 1 Juli 2009.

Marhamah, (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kelompok ”Cooperative

Learning” pada Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. Tesis pada SPs

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Marimba, A.D. (1989). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Maarif.

Marsh, C. dan Stafford, K. (1988). Curriculum Practices. Sidney: Mc Graw-Hill Book Company.

Masykur, R. (2008). Model pembelajaran Kreatif dalam Upaya Meningkatkan

Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah dalam Pendidikan Agama Islam. Bandung: Disertasi Doktor pada SPs Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Maxim, G.W. (1987). Social Studies and the Elementary School Child. Columbus: Merril Publishing Co.

McMillan dan Schumacher (2001). Research in Education: A Conceptual

Introduction. USA: HarperCollins publishers.

Miller, J.P. dan Seller, W. (1985). Curriculum: Perspectives and Practice. New York: Longman.

Monks, F.J, et.al., (1992). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muhadjir, N. (1996/1997). ”Bagian Keempat: Analisis dan refleksi” dalam

Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Yogyakarta:

Dokumen terkait