• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Secara umum, penelitian ini telah mencapai tujuannya yakni menemukan dan mengembangkan sebuah model pengasuhan berbasis keluarga dalam meningkatkan kreativitas anak terlantar. Model ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan bahwa pada dasarnya anak asuh memiliki potensi maju dan berkembang sepanjang ada lembaga pengasuhan yang memberikan pelatihan dan bimbingan secara berkesinambungan, sehingga setiap saat anak asuh dapat dengan mudah mengadopsi inovasi. Secara khusus penelitian ini mengajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

Pertama, pada awalnya pengasuhan yang dilakukan oleh ibu asuh di panti asuhan SOS Desa Taruna Lembang bertujuan untuk memberikan perlindungan, kasing sayang, rasa aman dan tentram seperti layaknya orang tua sendiri kepada anak asuhnya, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berguna, sehat jasmani maupun rohaninya, merekapun berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran di pendidikan formal. Namun kemampuan untuk berkembang sangat sulit, karena anak asuh berlatar belakang dari anak-anak yang diterlantarkan oleh kedua orang tuanya dengan kata lain anak yang kurang beruntung, sehingga dalam menyerap dan menyimak materi pelajaran di sekolah sangat lambat. Daya pikir kurang berkembang dan memiliki ketergantungan kepada orang lain, meskipun semua kebutuhan terpenuhi. SOS Desa Taruna

memiliki beberapa daya dukung dalam rangka pengembangan model yaitu pengasuhan yang dilakukan merupakan pengasuhan berbasis keluarga, dengan harapan anak terlantar yang menjadi anak asuh di panti asuhan memiliki keinginan yang kuat untuk maju dan berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya serta kemampuannya, disamping itu anak asuh diharapkan memiliki rasa tanggung jawab, percaya diri dan mandiri. Dengan dilengkapi oleh berbagai fasilitas yang memadai, SOS Desa Taruna memiliki daya dukung yang kuat yaitu memiliki ibu asuh yang betul-betul menyayangi dan mencurahkan kasih sayang kepada anak asuhnya dengan penuh kehangatan. Para ibu asuh berlatar belakang pendidikannya minimal SMA, dan sebagian besar mereka tidak memiliki keluarga sehingga kasih sayang tercurah kepada anak-anak asuhnya. SOS Desa Taruna memiliki yayasan yang kuat dan tersebar di kota besar di wilayah Indonesia yaitu Bandung, Semarang, Aceh, Meulaboh, Flores, Bali, Medan dan Cibubur, serta dikelola oleh orang-orang yang profesional. Selain itu juga ditunjang oleh sarana dan prasarana yang lengkap, serta para pelatih keterampilan yang memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya.

Kedua, model konseptual diawali dengan pertimbangan kondisi objektif para anak terlantar yaitu anak yang diasuh di panti asuhan yang kurang memiliki kecakapan hidup (Life Skill), proses pengasuhan di padukan dengan bimbingan dari para pelatih keterampilan, serta pembina kepramukaan, melalui berbagai strategi terutama dengan mempertunjukkan kebolehan para anak asuh didalam setiap kesempatan, model konseptual yang telah dirumuskan divalidasi secara deskriptif terhadap ahli, praktisi dan validasi. Validasi terhadap ahli yaitu

dilakukan melalui diskusi intensif terhadap model konseptual yang telah dibuat dengan pihak ahli yang ada di pendidikan tinggi. Kepada praktisi baik pendidikan maupun Dinas Sosial, peneliti berupaya melakukan diskusi dengan para birokrasi pemerintah maupun swasta yang bertanggung jawab dalam masalah pendidikan dan pengasuhan. Instumen validasi adalah rancangan model konseptual yang telah dibuat oleh peneliti kemudian disampaikan kepada responden untuk dibaca dan selanjutnya dibahas bersama. Bagian –bagian yang divalidasi adalah struktur model konseptual dan relevansinya dengan objek dan subjek penelitian. Hasil validasi dianalisis secara deskriptif untuk membuat keputusan dlam memperbaiki model konseptual yang telah dibuat untuk siap diuji-cobakan, cara mengimplementasikan model diawali dengan proses identifikasi kebutuhan anak asuh, selanjutnya disiapkan model pengasuhan dan latihan keterampilan dalam tiga tahap. Dua tahap pertama dilakukan dalam bentuk pengasuhan dan latihan keterampilan, sedangkan satu tahap berikutnya dilakukan bimbingan dengan melibatkan para pelatih keterampilan yang didatangkan dari luar.

Ketiga, penilaian dilakukan secara deskriptif melaui pengamatan dan wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dan pengembangan keterampilan anak terlantar melalui berbagai latihan keterampilan dan dipadukan dengan bimbingan dari para pelatih. Pengasuhan yang dilaksanakan oleh ibu asuh merupakan model dari pengasuhan berbasis keluarga yang sudah ada dan sudah dilaksanakan di panti asuhan SOS Desa Taruna, selanjutnya model yang sudah dilaksanakan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan anak asuh, ternyata selain terjadi pengembangan keterampilan anak, juga terdapat

perubahan yang sangat mendasar dimana anak asuh memiliki rasa tanggung jawab yang sangat tinggi mereka mengikuti kegiatan keterampilan tanpa disuruh, memiliki rasa percaya diri, bahwa mereka-pun mampu melakukan berbagai kegiatan keterampilan sesuai dengan minat dan bakatnya, selain itu anak asuh juga memiliki keberanian untuk melakukan aktifitas tanpa ada paksaan, mereka memiliki sipat mandiri yang patut dibanggakan oleh para ibu asuh, pengelola dan pelatih yang ada di SOS Desa Taruna.

B. Implikasi

Dukungan dan pengembangan diri melalui pengasuhan berbasis keluarga dan bimbingan yang dilakukan oleh para pelatih keterampilan, untuk berusaha mengatasi berbagai kendala dalam diri anak asuh seperti rasa tidak percaya pada orang lain, rasa rendah diri, dan rasa tidak percaya diri, merupakan kebutuhan yang seharusnya diberikan oleh semua pengelola panti asuhan. Selain itu dibutuhkan juga motivasi dorongan dari semua pihak terutama ibu asuh yang sehari-hari melindungi dan memberikan kasih sayang sepenuhnya terhadap anak asuhnya. Bimbingan dan pembinaan yang dilakukan oleh para pembina dan pelatih keterampilan akan sangat membantu para anak asuh dalam pengembangan diri dan meningkatkn kreativitasnya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.

Jika sikap pesimis, kurang percaya diri, dan putus asa dibiarkan berlanjut, maka hal ini akan berimplikasi pada kesulitan mendapatkan pengakuan dan kepercayaan dari teman-temannya baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat kelak jika sudah terjun di masyarakat. Oleh

karena itu untuk mengatasi problematika tersebut, pengasuhan berbasis keluarga yang dilaksanakan oleh ibu asuh, pembinaan sikap dan mental melaui kepramukaan, yang dipadukan dengan bimbingan oleh para pelatih melaui latihan keterampilan hal ini akan berimplikasi pada kemampuan mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para anak asuh. Jika para anak asuh tidak diberi motivasi dan tidak diberi perhatian serta kasih sayang yang penuh dari ibu asuhnya maka akan menimbulkan:

1. potensi dan keterampilan yang dimiliki oleh para anak asuh tidak akan muncul dan nampak karena tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya, padahal potensi mereka merupakan aset yang harus difasilitasi dan di kembangkan.

2. model pengasuhan yang selama ini dilaksanakan belum efektif karena perlu strategi baru yaitu melaui pengasuhan berbasis keluarga yang dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas melaui kebersamaan dan keterpaduan antara pengelola, ibu asuh, para pembina, dan pelatih keterampilan memiliki rasa tanggung jawab dalam mengasuh, membina, dan membimbing dengan penuh kasih sayang dan pengabdian tanpa melihat perbedaan suku dan agama yang dianut oleh anak asuhnya.

C. Rekomendasi

Penelitian mendapatkan temuan-temuan yang diperoleh sebagai hasil analisis yang berlandaskan konsepsi keilmuan , sehingga peneliti perlu mengemukakan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Pengelola Panti Asuhan

Penelitian yang menyangkut model pola pengasuhan yang dipadukan dengan latihan keterampilan secara kolaboratif, ternyata lebih efektif untuk peningkatan kreativitas anak terlantar sehingga implementasi model tersebut dapat ditingkatkan kualitas dan jangkauan pelaksanaannya hingga melibatkan partisipasi dari semua pihak. Hal ini karena SOS Kiderdorf memiliki cabang-cabangnya yang tersebar di beberapa kota di seluruh wilayah Indonesia yaitu : Bandung, Semarang, Aceh, Melaboh, Flores, Bali, Medan, dan Cibubur. Model yang dikembangkan diharapkan dapat diterapkan di panti-panti asuhan yang berada di bawah naungan Kinderdorf khususnya, dan panti asuhan dibawah naungan yayasan lain pada umumnya.

2. Bagi Anak Asuh

Pelaksanaan pengasuhan berbasis keluarga yang dikembangkan melaui latihan keterampilan dan bimbingan secara kolaboratif, memberikan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mempersiapkan hidup bermakna di masyarakat serta memiliki keterampilan dan keahlian yang berdampak pada penumbuhan rasa tanggung jawab, percaya diri, dan mandiri Kondisi realitas demikian bagi anak terlantar dapat berpartisipasi dalam proses pengasuhan secara kolaborasi di rumah maupun di tempat latihan keterampilan.

Melalui musik, tari, dan seni rupa merupakan salah satu usaha memberikan pengalaman berpikir kreatif pada anak, kegiatan seni ini juga merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan bakat.

3. Bagi Pemerintah

a. Partisipasi pemerintah baik pusat maupun daerah untuk dewasa ini dirasakan masih cukup dominan, walau paradigma pembangunan mulai bergeser kepada

pemberdayaan masyarakat. Keadaan demikian berdampak pada

penyelenggaraan panti asuhan, dimana pihak lembaga sosial masih tergantung terhadap intervensi pemerintah dalam bentuk penyediaan fasilitas pengasuhan maupun stimulan biaya. Konsekuensi bagi pemerintah setempat dan instansi terkait selayaknya memfasilitasi dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan pengasuhan sesuai dengan kebutuhan panti asuhan, dan kebutuhan dunia kerja serta dunia usaha pasca pengasuhan. Dalam model pola pengasuhan berbasis keluarga, instansi terkait dapat membuat kebijakan yang menggerakkan partisipasi, sehingga pihak instansi pemerintah, swasta dan lembaga sosial lainnya memiliki tanggung jawab terhadap keberadaan anak terlantar secara terpadu laboratif. Penetapan kebijakan dalam bentuk himbauan ataupun anjuran kepada lembaga-lembaga penyelenggara panti asuhan tentang pengelolaan pengasuhan dan pembinaan di panti asuhan perlu koordinatif, integratif, sikronisasi dan kolaboratif secara lintas sektor dan lintas dunia usaha.

b. Pelaksanaan pengasuhan di panti asuhan yang ada di wilayah Bandung Barat memiliki potensi untuk terjadi kegagalan program, karena pengelolaan secara parsial, kurang membangun jejaring dan pelaksanaan pengasuhan dilakukan secara sporadis. Pemerintah c.q. Departemen Sosial dan Pemerintah Kota/Kabupaten dapat membuat regulasi dalam bentuk Keputusan Menteri atau

Peraturan Daerah tentang standar pelayanan panti asuhan memuat kewajiban untuk menyelenggarakan pengasuhan secara terpadu.

4. Bagi Peneliti Lebih Lanjut

a. Dalam penelitian ini belum dapat menjangkau partisipasi semua penyelenggara panti asuhan yang ada di bawah yayasan Kinderdorf dan lembaga-lembaga pengasuhan lainnya. Pengelolaan program pengasuhan secara kolaborasi dengan pelaku dunia musik, dunia kerja dan lembaga-lembaga lainnya, memerlukan motivasi, kesabaran, dan keberanian. Hal ini karena sektor terkait memiliki kepentingan yang spesifik. Panti asuhan dengan berbagai keterbatasan memiliki kepentingan untuk memecahkan masalah anak terlantar agar bisa mandiri dan kreatif, sedangkan dunia usaha dan dunia kerja memiliki kepentingan mendapatkan tenaga kerja dengan standar kompetensi sesuai tuntutan teknologi produksi, sehingga untuk penelitian lebih lanjut direkomendasikan apabila melakukan penelitian pengembangan model program pengasuhan dapat mengkolaborasikan antara pengasuhan dengan berbagai kegiatan keterampilan sesuai dengan pasilitas yang ada di lembaga-lembaga sosial lainnya.

b. Pengembangan model pola pengasuhan berbasis keluarga, sangat efektif untuk menangani masalah anak terlantar di panti asuhan, namun belum semua terpecahkan, karena masih ada anak yang kembali ke orang tua dan bergabung dengan kelompok pengamen jalanan. Mereka pada umumnya berusia lebih dari 15 tahun dan dapat dikategorikan usia dewasa yang rentan menjadi anak

jalanan, sehingga disarankan untuk meneliti bagaimana mendisain model pengelolaan pola pengasuhan yang paling efektif bagi para anak terlantar. c. Sampel penelitian ini diambil secara random dari semua karakteristik anak

terlantar tanpa diambil secara proporsional dari setiap karakteristik (children of the street, children on the street dan vulnerable to bee street children ), sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan penelitian komparasi dari ke 3 (tiga) karakteristik anak terlantar tersebut., sehingga dapat diketahui pada karakteristik sampel anak terlantar yang mana model pengasuhan berbasis keluarga lebih efektif dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Archer D., and Cottingham S., (1996), Regenerated Freirean Literacy Through

Empowering Community Techniques, London: Actionaid

Argyle M, (1973), Social Interaction. Chicago: Aldine Publishing Company.

Borg, W.R. et.all, (1989), Educational Research, New York:Pitman Publishing. Clark,B. 1983. Growing up Gifted. (Second Edition). USA; Charles E. Merrill

Publishing Company.

Citra Umbara. (2002), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002,

Tentang Perlindungan Anak, Bandung.

Davis, Keith, (1985), Human Behavior at Work: Organizational Behavior. New Delhi:tata McGraw-Hill Publishing Company.

Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis, (1996), Pedoman Pengembangan Model Program Diklusepora, Jakarta : Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis. Departemen Sosial RI. (1998) Citra Anak Indonesia. Jakarta.

---.(1999) Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui

Rumah Singgah, Jakarta.

Fattah,N. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung Remaja Rosda

Karya.

Fraenkel, J.R, and Wallen,N.E, (1993) How to Design and EvaluatieResearch In Education New York; Mc Graw-Hill Inc.

Gowan,J. C . (1981). The Use of Developmental Stage Theory in Helping Gifted Children Become creative.

Gary,S.B. (1993). Human Capital: a Theorytical: and Empirical Analysis With Special Reference to Educational. Chicago; The University of Chicago Press.

Hastuti.L.W. (2004). Psikologi Perkembangan Anak, Semarang.

Hadianto,G (2002). Hak Anak Untuk Tumbuh Dalam Keluarga, SOS Desa

Ingalls, J.D., ((1973), A Trainers Guide to Andragogy, Washington DC: US Department of Health Education and Welfare.

Jalal, F., Supriadi D., (2001), Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, Jakarta : Adicita Karya Nusa..

Kusnadi, (2001), Penerapan Metode Reflect dalam Proses Pembelajaran

Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional di Kabupaten Cirebon (Tesis), Bandung: PPS UPI

Kindervatter, Suzanne (1979), Non-Formal Education as an Empowering Process

with Case Studies from Indonesia and Thailand, Amherst Massachusetts: Centre for International Education, University of Massachusetts

Knowles, M. (1977). The Modern Pratice of Adult Education. Andragogy Versus Pedagogy, New York : Association Press.

Lucas.F (2002). Eksistensi Panti Asuhan, Bandung

---. (2004) Pedoman Penanganan Anak Melalui Rumah Perlindungan Sosial Anak. Jakarta.

Mitchell, Terence R., (1978), People in Organization Understanding their Behavior. International Student Edition McGraw-Hill Kogakhusa Ltd.

Mudyahardjo R. (2001), Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mukhtar, Samsu, Rusmini, (2002) Pendidikan Anak Bangsa Pendidikan Untuk Semua, Jakarta : Fifamas.

Ony, S & Prijono S, dll. (1996), Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Impementasi, Jakarta:CSIS.

Pontak, E , (1981),Beberapa Aspek Yang Dapat Menumbuhkan Aktivitas Belajar

Anak, Jakarta, Karya Bhakti Ria Pembangunan.

Pramudi, D , (1985), Idde Dan Prinsip SOS Desa Taruna, Jakarta, Bhakti Ria Pembangunan

Prawoto, A , ( 1978), Masalah Pengajaran dan Pendidikan SOS Desa Taruna,

Recee, Ian, (1997), Teaching, Training and Learning: Practical Guide. Business Educational Pub. LTD.

Roesmidi & Riza. (2006). Pemberdayaan Masyarakat, Sumedang : Alqaprint Jatinangor

Supriatna, T. 1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan, Bandung : Humaniora Utama Press.

Sudjana, D., (2000), Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung, Fallah Production.

Surya, M , (1985), Psikologi Perkembangan, BP-FIP-Institut Keguruan Ilmu Pendidikan, Bandung.

Simkins, T., (1979), Non Formal Education an Development, Manchester : Depertement of Adult and Higher Education.

Soedomo, M., (1989), PLS Ke Arah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat, Jakarta: Depdikbud.

Sihombing, U., (2001), Pendidikan Luar Sekolah (Masalah, Tantangan dan Peluang, Jakarta : Wirakarsa

Supriadi, D, (1995), Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, Jakarta, Alfabeta

Semiawan, C , (2002), Pendidikan Keluarga Dalam Era Global, Jakarta, Tema Baru.

Surachmad, W , (1992), Konsep Aku dan Aspirasi Beberapa Kelompok Adolence

Indonesia Dalam Rangka Pembinaan Tugas Perkembangan Sosial, IKIP Jakarta.

Soetarso. (1992). Praktek Pekerjaan Sosial, Bandung : Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Srinivasan, L. (1977). Perspektif on Nonformal Adult Learning : Functional

Education for Individual, Community on National Development, New York

: World Education.

Stewart, A. M. (1998). Empowering People Pemberdayaan Sumber Daya Manusia,

Yogyakarta : Kanisius.

---, (2000), Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar

Sekolah dan Pengembangan Sumberdaya Manusia : Bandung Falah

Production.

Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : Refika Aditama.

Sukoco, H. (1993). Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Petolongannya, Bandung : Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Sumarnonugroho, T. (1991). Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta : Hanindita.

Prawoto, A , ( 1978), Masalah Pengajaran dan Pendidikan SOS Desa Taruna,

Jakarta, Scorpa Pramedya

---, (1999), Pendidikan Luar Sekolah : Kini dan Masa Depan-Konsep, Kiat, dan Pelaksanaan, Jakarta : PD. Mahkota.

---, (2000), Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung, Fallah Production.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. .

---, (2005). Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial, Bandung : Alfabeta.

---, .(2004) Pedoman Penanganan Anak Jalanan Perempuan. Jakarta ---, (2004) Kebijakan Penanganan Anak Jalanan terpadu. Jakarta.

Balitbang Pusat Data dan Informasi Pendidikan., (2003), Statistik Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda tahun 2002/2003. Jakarta: Balitbang Pusat Data dan Informasi Pendidikan Depdiknas.

Dokumen terkait