• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL POLA PENGASUHAN BERBASIS KELUARGA DI PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS SENI ANAK (Studi Deskriptif tentang pengasuhan di Kinderdorf SOS Desa Taruna Lembang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL POLA PENGASUHAN BERBASIS KELUARGA DI PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS SENI ANAK (Studi Deskriptif tentang pengasuhan di Kinderdorf SOS Desa Taruna Lembang."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

xii

DAFTAR TABEL 4.1 : Jenis Kelamin Subjek Penelitian... 177

4.2 : Umur Subjek Penelitian (ibu asuh)... 178

4.3 : Pendidikan Subjek Penelitian (ibu asuh)... 179

4.4 : Jenis Kelamin Subjek Penelitian (anak asuh)... 179

4.5 : Pendidikan Subjek Penelitian (anak asuh)... 180

4.6 : Umur Subjek Penelitian (anak asuh)... 180

4.7 : Jenis Kreativitas yang diikuti Anak Asuh... 181

4.8 : Lama berada di SOS Desa Taruna (anak asuh)... 181

4.9 : Latar Belakang dimasukan ke Panti Asuhan... 182

(4)

xiii

DAFTAR GAMBAR 1.1 : Undang-undang Yayasan Pasal 1... 15

1.2 : Yayasan Sosial dalam Undang-undang... 18

1.3 : Pengelolan Panti Asuhan yang diharapkan... 22

1.4 : Model Pengasuhan Berbasis Keluarga di SOS Desa Taruna... 24

2.1 : Aspek Sistem dari Pola Asuh... 111

2.2 : Kerangka Konsep Dasar Pengelolaan (Manajemen... 115

2.3 : Fungsi Kreativitas... 125

3.1 : Alur Metode Penelitian... 163

3.2 : Langkah Analisis Data Kualitatif... 165

4.1 : Model Konseptual Pengasuhan Berbasis Keluarga Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Terlantar... 201

(5)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup... 282

2. Instumen Penelitian... 285

3. Pedoman wawancara untuk Pengelola... 289

4. Pedoman wawancara untuk Ibu Asuh... 291

5. Angket untuk Ibu Asuh... 293

6. Angket untuk Anak Asuh... 296

7. Surat Ijin Penelitian dan Rekomendasi dari Instansi Terkait... 297

8. SK Pembimbing... 298

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap anak sejak dilahirkan membutuhkan perhatian, perlindungan,

pemeliharaan, perawatan, dan bimbingan sepenuhnya. Anak ingin menerima kasih

sayang, rasa aman tenteram dari orang tua. Anak ingin diberi kesempatan untuk

mengembangkan diri sesuai kemampuan hidupnya, anak ingin belajar bertanggung

jawab dan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, sehingga anak merasa

menjadi anggota keluarga di mana mereka berada.

Adanya anak terlantar pada masyarakat kita, merupakan masalah yang

harus dihadapi oleh lapisan masyarakat. Dalam menghadapi masalah tersebut,

Negara kita tidak membiarkan kehidupan anak terlantar hal ini seperti yang telah

ditegaskan dalam batang tubuh UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi : “Fakir miskin

dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara”.

Dengan adanya pernyataan dan ketegasan mengenai anak-anak terlantar

dalam UUD 1945, ini membuktikan bahwa Negara kita sebagai Negara yang

berpandangan hidup Pancasila, maka sistem sosialnyapun akan mencerminkan

nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut, yang didasari oleh kerjasama

yang tinggi dan semangat kekeluargaan dengan penuh rasa tanggung jawab

terutama dalam meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Sebagai bangsa Indonesia sudah sepantasnya kita mempunyai kepedulian

kepada mereka yang nasibnya kurang beruntung seperti mereka yang terlantar

(7)

yang penuh dengan pengharapan, kita harus berbuat secara nyata untuk

bersama-sama memecahkan ini, karena apabila tidak ditanggulangi secara berbersama-sama, mereka

akan dapat menjadi salah satu sumber yang dapat mengganggu ketentraman

masyarakat dikemudian hari.

Penanggulangan masalah anak-terlantar tidak semata-mata merupakan

tugas Negara tapi juga perlu peran aktif dari seluruh masyarakat atau

lembaga-lembaga kemasyarakatan, salah satu lembaga-lembaga kemasyarakatan yang peduli terhadap

masalah anak terlantar ini adalah Yayasan SOS Desa Taruna yang beralokasi di

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

SOS Desa Taruna Indonesia adalah sebuah Organisasi Sosial, dengan

bentuk yayasan, bersifat swasta, non politik, dan tidak bertujuan mencari

keuntungan. Organisasi ini bergabung ke dalam suatu ikatan kerja sama dengan

SOS Kinderdorf International yang tersebar diberbagai negara, dan berpusat di kota

Innsbruck, Austria. Pendirinya adalah Dr Hermann Gmeiner. Pada waktu ini

terdapat lebih kurang 220 buah SOS Kinderdorf yang tersebar di 90 negara. Untuk

Indonesia SOS Kinderdorf ini diberi nama Sos Desa Taruna, dinamakan ”Desa”

karena merupakan satu kelompok Panti Asuhan dengan segala sarananya. Sehingga

seakan akan membentuk satu desa.

Tujuan dari SOS Desa Taruna adalah, khususnya,untuk memberikan

pertolongan kepada anak-anak yang karena satu dan lain sebab telah terlantar atau

diterlantarkan oleh orang tuanya, pertolongan yang iberikan berupa rumah tinggal,

kehangatan kasih sayang ibu, perawatan dan pendidikan, sehingga dikemudian hari

(8)

Indonesia terletak di jalan Teropong Bintang, Lembang, Kabupaten Bandung

Barat. Dibangun di atas tanah bekas Erfpacht seluas 5 Ha. Merupakan sebuah

yayasan sosial pengasuhan anak jangka panjang yang berbasis keluarga dan

berkarya membantu, mengasuh juga memberi masa depan yang cerah pada

anak-anak yatim piatu dan kurang beruntung.

Yayasan SOS Desa Taruna Lembang ini, menampung sejumlah anak

terlantar dari berbagai pelosok di Indonesia dan anak-anak terlantar tersebut

dibimbing dan diasuh oleh beberapa Ibu Asuh dan mereka ditempatkan dalam

rumah - rumah bersama anak - anak lainnya.

Pada dasarnya anak terlantar yang diterima di SOS desa Taruna ini adalah

setiap anak semenjak baru lahir dengan tanpa memandang warna kulit, agama, dan

keturunan dapat diterima oleh Yayasan ini, namun demikian ada persyaratan lain

harus sehat jasmani dan rohani.

Dalam dunia kehidupan ini, anak masih sangat membutuhkan perhatian,

pelayanan bahkan pengakuan baik dari lbu dan bapaknya maupun dari orang lain.

Ini berarti secara psikologis pada diri anak-anak terlantar terdapat kemiskinan jiwa.

Seperti halnya apa yang dituliskan dalam buku anak yang berdiri tersendiri

(sebatangkara ) dan pemeliharaan (SOS Desa Taruna, 52) "Macam-macam

anak-anak terlantar atau diterlantarkan adalah :

1) anak-anak yang telah kehilangan kedua orang tuanya.

2) anak-anak yang telah kehilangan salah satu orang tuanya. Tetapi yang tak mampu dan tak mau mengurusnya lagi.

3) anak dari orang tua yang cerai, pisah, hingga anak-anak terkatung-katung tanpa ada yang menghiraukan.

4) anak dari orang tua yang suka bertengkar, hingga anak dirugikan karenanya dalam perkembangan jasmani dan kepribadiannya.

(9)

6) anak yang dilahirkan bukan dari hasil pernikahan yang syah dan terlantar. 7) anak dari orang tua yang melakukan tindakannya kriminil atau tindakan

lain yang dapat membahayakan pertumbuhan jiwa anak".

Dalam hubungannya dengan masalah tersebut, maka tentunya bagi

anak-anak terlantar dibutuhkan tempat penampungan khusus bagi mereka supaya

menjadi tentram, tenang gembira dan terlindung, diantaranya rumah. Karena rumah

merupakan tempat bagi mereka untuk mendapatkan kepastian tinggal (tidak

terlunta-lunta), sehingga memungkinkan mereka menemukan dan mengembangkan

identitas mereka.

Anak yang kurang mendapat perhatian orang tua serta kurang pemenuhan

kebutuhan hidupnya akan menghadapkan anak pada berbagai kesulitan yang salah

satu kesulitannya adalah mengembangkan potensi dirinya melalui pendidikan,

Seorang anak terlantar membutuhkan seorang Ibu, ialah seorang wanita

yang bersikap dan bertindak sebagai seorang Ibunya, meskipun ia hanya seorang

Ibu asuh, namun ia menganggap anak itu sebagai anaknya, berlaku sebagai orang

yang dipercayakan untuk mengasuh dan membimbingnya serta segala tingkah

lakunya menjadi teladan. Juga dalam kehidupan sehari-hari, sesaat menjalankan

tugasnya sebagai lbu rumah tangga sekaligus juga menunjukan tingkah laku yang

terpuji yang dapat diresapi dan dihayati hingga menjadi pedoman bagi anak-anak

dikemudian hari. Hal ini seperti dinyatakan oleh Whiterington dalam bukunya

"Psikologi Pendidikan" hal 23 Sebagai berikut. "Peranan lbu rumah tangga akan

sangat berpengaruh terhadap jiwa anak, karena mereka akan lebih dekat dengan

anak-anaknya. dan sikap anak hanya akan dipengaruhi oleh sikap kelembutan yang

(10)

Disela-sela kehidupan masyarakat tertentu ditemukan pelaksana kegiatan

sosial dan jasa-jasa sosial wanita yang berjiwa keibuan dengan bermacam-macam

jabatan keibuan sebagai juru rawat atau suster-suster yang memiliki jiwa keibuan

yang murni, dan yang mau menerima anak- anak yang penuh derita meskipun

dalam situasi yang sangat berat, namun akhirnya mereka dapat mengasuhnya ke

dalam suatu kelompok anak- anak bersamanya, sehingga menyerupai keluarga.

Sehubungan dengan hal tersebut Gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial

(1978;82) menyatakan bahwa:

"Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia belajar menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya, pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial di keluarganya, tentu menentukan pula cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di keluarganya di dalam masyarakat pada umumnya"

Dari pengertian di atas, jelaslah bahwa pendidikan keluarga sangat penting.

Di negara dan pada bangsa manapun selalu terdapat wanita yang berdiri sendiri,

yang tak kawin dan tetap hidup menjanda. Di antaranya terdapat wanita-wanita

yang waktunya tak terisi dengan kesibukan-kesibukan. Didorong jiwa

kewanitaannya, kebanyakan diantara mereka merindukan adanya anak-anak yang

bersedia mereka dekati, dan menyerahkan dirinya dibawah naungan wanita

tersebut. Disamping itu pula terdapat banyak anak-anak yang tak ber-orang tua dan

tak terurus, merindukan penguluran tangan seorang wanita yang berjiwa keibuan

untuk memperoleh rasa tentram dan aman.

Mempertemukan wanita-wanita tersebut dengan anak-anak adalah tugas

yang disadari oleh SOS Desa Taruna.

(11)

diutamakan harus mencintai anak-anak. Karena anak-anak yang telah kehilangan orang tua karena kebanyakan telah menderita kejiwaannya, karena kasih sayang yang diharapkan tak kunjung datang ( lbu Asuh SOS Desa Taruna, 65)"

Maka sebagai tugas wanita, lbu Asuh SOS Desa Taruna yang nampak

mempunyai keadaan sarana yang sangat memadai untuk mengurus dan

membimbing anak-anak terlantar, karena mereka-lah yang secara istimewa tidak

hanya mengikuti jejak fungsi lbu kandung tetapi lebih dari itu yaitu mereka

memiliki bentuk lahiriah dan jiwa seorang Ibu kandung. Dari uraian tersebut di

atas, bahwa lbu Asuh sebagai pengganti ibu kandungnya memainkan peranan

penting dalam usaha membina dan mengembangkan anak dalam berbagai segi

kehidupan, sebab lbu Asuh akan dapat memberikan dan memenuhi apa yang

dibutuhkan anak, walaupun tidak semuanya terpenuhi.

Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu

kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan

saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak

terdapat hubungan darah. Pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk

meningkatkan kreativitas adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap

panataan lingkungan fisik, sosial internal dan eksternal dan dialog dengan

anak-anak.

Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi diantaranya dalam masalah

pembinaan mental dan moral sejak dini yang kuat, agar anak memiliki rasa percaya

diri, tanggung jawab, disiplin, cerdas dan terampil. Uluran tangan yang paling

utama seharusnya datang dari orang tuanya, terutama ibu, dalam upaya

(12)

Bila kehidupan keluarga disesuaikan kepada tuntutan masa depan, yang

mengandung kondisi persyaratan untuk membawa perubahan pada masyarakat kita,

dalam upaya memperbaiki kondisi kehidupan sebagaimana menjadi tuntutan

zaman.

Pendidikan Luar Sekolah ( PLS ) sebagai salah satu sub sistem pendidikan

nasional telah diyakini memiliki kontribusi yang strategis dan tidak dapat diabaikan

dalam kerangka pembangunan nasonal. Berbagai program dan kegiatan telah

banyak dilakukan untuk membelajarkan warga masyarakat meningkatkan

keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan selaras dengan tuntutan

berbagai kehidupan masyarakat yang lebih baik (Sudjana, 1993, Trisnamansyah,

1992; dan Muchlas,2000). Kontribusi PLS mengatasi berbagai macam

permasalahan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

dapat ditempuh dengan berbagai program dan kegiatan salah satunya adalah

bergerak dibidang sosial seperti pembangunan masyarakat dan pemberdayaan

masyarakat melaui pola pengasuhan yang diselenggarakan oleh berbagai

lembaga-lembaga atau panti-panti asuhan.

Dalam kaitan ini, Santoso (1992) mengemukakan enam asas PLS yang

perlu diindahkan agar peranan atau tugas-tugas PLS memperoleh penerimaan yang

oftimal dalam kegiatan pembangunan yaitu: (1) asas inovasi, (2) asas penentuan

dan perumusan tujuan pendidikan, (3) asas perencanaan dan pengembangan

pendidikan formal, (4) asas kebutuhan, (5) asas pendidikan seumur hidup dan (6)

asas relevansi dengan pembangunan. Sedangkan Sudjana (1993) menambahkan

(13)

Apabila ditinjau dari sasaran populasinya PLS memiliki peluang yang

sangat besar untuk membelajarkan warga masyarakat dengan berbagai program dan

kegiatannya, baik dari segi usianya, lingungan sosial budayanya, jenis kelamin,

mata pencaharian, taraf pendidikan maupun pada kelompok-kelompok khusus.

Persebaran jenis program dan kegiatan PLS dalam pembangunan nasional dan

khususnya menangani anak-anak terlantar sangat menjangkau berbagai kegiatan

pelayanan masyarakat. Trisnamansyah (1992) menyatakan sasaran populasi PLS

dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu usia, lingkungan sosial budaya, jenis

kelamin, mata pencaharian, taraf pendidikannya dan segi kelompok khusus, seperti

anak-anak terlantar dan yang mengalami penyimpangan sosial.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kontribusi PLS dalam tatanan

pengembangan sumber daya manusia tidak dapat diabaikan, selain menyatu dalam

seluruh dimensi kehidupan, juga karena program-programnya yang luwes, mudah

beradaptasi dengan perubahan dan menjangkau seluruh lapisan warga masyarakat.

PLS juga dipandang sebagai sub sistem pendidikan yang mampu memupuk

profesionalisme dan jati diri sumber daya manusia dalam menghadapi era

globalisasi melaui program-program pendidikan sepanjang hayat (life long

education), sebagai pendorong utama memperoleh kemajuan secara terus menerus

dalam berbagai kegiatan. Dalam mewujudkan diri untuk mencapai sasaran tersebut

seorang anak akan sekaligus belajar bertanggungjawab dan belajar menuntaskan

apa yang ingin dicapainya, hal tersebut akan berdampak terhadap kehidupan

(14)

Orang tua sebagai pendidik anak bertugas terus – menerus mengamati dan

berupaya meneladani perilaku yang baik dalam menjalankan tugasnya.

Upaya-upaya tersebut akan mengarahkan anak menyadari tujuan hidupnya, menyadari apa

yang diharapkan oleh lingkungannya, dengan menumbuhkan cara memainkan

peran dalam meletakkan aspirasi dalam mewujudkan cita-citanya. Anak yang

kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, akan mencari

kesibukan di luar, dan melakukan sesuatu sekehendak hati tanpa memikirkan

dampak dan akibatnya, memiliki rasa kurang percaya diri, emosional tidak

terkendali serta memiliki ego yang cukup tinggi, tidak jarang anak yang

melakukan tindakkan kriminal yang melanggar aturan hukum, apa yang

dilakukannya berdasarkan kata hatinya karena tidak ada yang peduli terhadapnya.

Pembinaan dan kasih sayang yang tulus dari orang tua akan mengantarkan anak ke

dalam kehidupan yang lebih terarah.

”Suksesnya seorang anak dalam pendidikan tergantung pada bantuan orang

tua di rumah. Hanya 4-5 jam anak belajar di sekolah setiap hari. Dua puluh jam

mereka berada diluar sekolah. Orang tua bertanggung jawab membantu

anak-anaknya untuk belajar di rumah (R.I. Sarumpaet, 1997)".

Menyimak berbagai permasalahan di atas yang dihadapi dalam implementasi pola

pengasuhan berbasis keluarga dalam mengembangkan kreativitas bagi anak

terlantar perlu dikembangkan suatu model pola pengasuhan yang lebih inovatif

guna meningkatkan semangat hidup, memiliki keahlian dan keterampilan anak

terlantar, serta membantu mereka membentuk masa depannya sendiri, dan memberi

(15)

B. Identifikasi Masalah

Kepedulian terhadap anak-anak terlantar dapat dilakukan oleh berbagai

lembaga, baik lembaga pemerintah (Depsos) maupun lembaga-lembaga non

pemerintah seperti panti asuhan yang dikelola oleh berbagai yayasan. Kehilangan

atau keterpisahan dari keluarga memberikan dampak yang mendasar pada anak,

dan membuatnya rentan apabila ia dibiarkan tanpa adanya pengasuhan dari

lingkungan keluarga yang melindungi dan mendukungnya. Kesehatan anak,

perkembangan, dan kesejahteraan anak secara keseluruhan mengalami risiko,

terutma pabila kehilangan ini berlangsung di dalam masa kritis pertumbuhan anak,

termasuk masa awal kanak-kanak.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dari

berbagai pengamatan empiric terhadap realitas kehidupan anak terlantar pada

umumnya terdapat kemiskinan jiwa dan mental yang sangat rendah, yaitu antara

lain :

1. Anak terlantar hanya berorientasi pada perolehan pengetahuan tingkat

rendah dan kurang memiliki minat pengembangan diri.

2. Pengetahuan kurang berkembang, hal ini dikarenakan latar belakang

mereka yang bervariatif.

3. Anak terlantar tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis,

analitis dan kreatif karena lingkungan pergaulan sebelumnya yang kurang

baik.

4. Kejenuhan terhadap suatu kegiatan atau aktifitas akan menghambat

(16)

Permasalahan lain dalam konteks pengembangan pendidikan luar sekolah dan

pembangunan mayarakat antara lain adalah sebagai berikut :

1. Merosotnya jiwa nasionalisme dan kepatriotan serta rapuhnya kesadaran

idelogi, khususnya di kalangan generasi muda (Jalal,2002).

2. Adanya dampak negatif akibat dari kemajuan pembangunan dan arus

globalisasi yang diperoleh melalui tenologi informasi dan mass media,

dengan munculnya gaya kehidupan global dengan MTV style, Mc Donal

style dan Hard Rock Cafe style. Kondisi ini mendorong munculnya paham

kebendaan dan hedonisme (Jalal,2002).

3. Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan Terlarang (Narkoba)

meningkat tajam, yang diperkirakan telah mencapai 1,3 juta jiwa

(Jalal,2002).

4. Penyebaran HIV meningkat, jumlah penderita HIV telah mencapai 1.904

orang, dan penderita AIDS 671 orang, dan jumlah tersebut 73% menyerang

usia 20-39 tahun. Apabila masalah ini tidak ditangani secara

sungguh-sungguh pada tahun 2010 Indonesia akan menghadapi bencana nasional

seperti yang dihadapi Afrika yang mayoritas adalah genersi muda

(Direktorat Kepemudaan, 2003).

Mencermati berbagai permasalahan di atas SOS Desa Taruna mencoba

menyelenggarakan dan mempasilitasi berbagai jenis kegiatan untuk anak-anak

asuh melaui berbagai keterampilan, seperti dikemukakan Lucas (2002), antara

(17)

- Pendidikan Komputer dan bahasa Inggris.

- Keputrian : menjahit, kristik, menyulam, anyaman, merajut dan lain-lain.

- Peternakan : kelinci, domba, sapi perah, ayam, burung dan lain sebagainya.

- Pertanian : menanam sayuran, buah-buahan, dan berbagai jenis bunga.

- Pertukangan : membutsir kayu dan semen putih

- Bengkel : las listrik, las karbit dan mebel.

- Kerajinan tangan : ukir-ukiran, anyaman, kerajinan triplek, keramik dsb

- Kegiatan Olah raga: sepak bola, volly, pencak silat, catur, dan atletik.

- Kreativitas Seni : seni musik, seni lukis, seni tari, seni drama, vokal dsb

C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan terdahulu, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok penelitian ini

adalah “Anak panti asuhan belum memiliki kemampuan dan kecakapan untuk

mengembangkan minat, bakat dan keterampilannya “ Hal ini dapat dijabarkan

dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kelemahan pola pengasuhan berbasis keluarga yang dilakukan

ibu asuh terhadap anak asuh yang telah dilaksanakan saat ini?

2. Bagaimana bentuk model teoritik pola pengasuhan berbasis keluarga yang

dapat meningkatkan kreativitas seni anak asuh yang telah dikembangkan

saat ini ?

3. Bagaimana efektifitas model teoritik pola pengasuhan berbasis keluarga

(18)

D. Definisi Operasional

Sebagai acuan mengenai beberapa konsep istilah yang diangkat dalam

penelitian perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :

1. Pengembangan adalah usaha yang disengaja agar sesuatu menjadi lebih

maju dari sebelumnya baik kuantitas maupun kualitasnya.

2. Model dalam penelitian ini merupakan pencerminan, penggambaran sistem

yang nyata atau direncanakan, dan berfungsi sebagai pedoman dalam

melaksanakan pengasuhan bagi anak terlantar (Elias MA.1979).

Pengembangan model adalah upaya mengembangkan suatu acuan atau pola

yang terencana untuk menghasilkan yang lebih baik dari sebelumnya baik

kuantitas maupun kualitas.

3. Ibu Asuh merupakan seorang ibu yang memmiliki suatu sifat dimana

mahluk wanita ini bersedia untuk memelihara orang lain dan terutama

kepada anak – anak, yang membutuhkan sesuatu tidak hanya dengan barang

– barang yang nampak seperti pakaian dan makanan, tetapi lebih dari itu,

yang kehangatan dan rasa aman karena merasa dilindungi dan disayangi.

(Whiterington, (1973,44)).

4. Keluarga merupakan lingkungan pertama dimana anak mendapatkan

pengalaman dalam proses pendidikannya, pada lingkungan inilah sedini

mungkin ditanamkan norma-norma sistim nilai hidup yang baik serta

teladan. Berbasis keluarga adalah suatu kegiatan yang didasarkan atas

(19)

5. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang

baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda

dengan apa yang telah ada sebelumnya.

6. Anak merupakan potensi untuk meneruskan cita – cita bangsa dan agar

anak – anak mampu memikul tanggung jawab untuk tumbuh dan

berkembang secara wajar.

Berbicara tentang Panti Asuhan, tidak terlepas dari yayasan sebagai

pengelola panti-panti asuhan itu. Dalam sejarahnya yayasan-yayasan di Indonesia

pernah mendapatkan nama yang tidak sedap, bahkan sejak runtuhnya orde baru

1998 hingga tahun 2002, pengelola berbagai yayasan di tanah air seang mendapat

sorotan masyarakat secara luas. Dalam sorotan itu ada sinyalemen bahwa bentuk

yayasan non profit menjadi kedok atau cara untuk memperkaya diri. Sering kali

orang tidak mampu menjelaskan apa bedanya kekayaan yayasan dengan kekayaan

pribadi dari pemilik yayasan itu sendiri, dari mana kekayaan yayasan yang begitu

banyak itu bisa didapat?. Bahkan lebih jauh, ada yayasan dengan nama tertentu

akan tetapi sama sekali tidak ada kegiatan. Persoalan yayasan memang berbeda

dengan persoalan panti asuhan, persoalan yayasan seakan menjadi persolan pada

tataran konsep dan argument, sedangkan persoalan panti-panti asuhan sering kali

persoalan praktis, persoalan yang menyangkut hidup sehari-hari dan bagaimana

memenuhi kebutuhan dengan dana yang sering kali terbatas, Swasono.SJ (2004).

Tidak se-sedarhana itu untuk mengelola panti asuhan, apalagi dalam

peraturan perundang-undangan yang baru (UU.RI No 16 tahun 2001), seperti

(20)

Gambar 1.1. Undang-undang Yayasan Pasal 1

Komitment terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang tertuang di dalam

kegiatan panti asuhan, semua kegiatan itu sering kali merupakan inisiatif pribadi

yang kemudian mengajak teman atau saudara yang lain dan jadilah panti asuhan

atau yayasan sosial. Akan tetapi sebagai tempat, Panti Asuhan tidak bisa berdiri

sendiri kecuali di bawah payung sebuah yayasan sosial tertentu dan badan hukum

dengan nomor notarisnya. Berbicara mengenai pengelolaan panti asuhan tidak bisa

Undang2 Yayasan

Spiritualitas Budaya

Yayasan Sosial

Entitas Masyarakat /

Pribadi Pelaku

Pelayanan sosial

Panti Asuhan

(21)

lepas dari pertama, aspek Yayasan sebagai badan hukum (UU. Yayasan Ps 1). Itu

berarti yayasan sebagai lembaga hukum tunduk kepada undang-undang yang

mengaturnya. Kedua entitas masyarakat yang memang memiliki komitment

terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Maka ada dua pendekatan yang perlu dijelaskan,

panti asuhan sebagai entitas badan hukum (UU Yayasan) dipayungi yayasan

dengan konsekuensinya pada masalah manajement dan bagaimana menjaga

survivalnya kegiatan pelayanan serta entitas masyarakat pelaku pelayanan sosial

yang memiliki komitment. Dan yang ketiga adalah sinergi antar keduanya.

Oleh karena itu panti asuhan bukan hanya sekedar panti penampungan.

Panti asuhan adalah tempat dimana anak mendapatkan pendidikan atau panti

pembelajaran. Ada hal yang tidak didapat dari pendidikan formal, tetapi mereka

dapatkan di panti asuhan. Lebih dari itu panti asuhan adalah tempat di mana pribadi

manusia dimanusiawikan, panti asuhan merupakan tempat memanusiawikan

manusia yang sering kali disingkirkan oleh keluarga dan masyarakat. Panti asuhan

menuntut profesionalitas dan akuntabilitas dalam penyelenggaraannya.

Dengan undang-undang yayasan yang baru harus melihat tuntutan yaitu

memiliki sistem pendidikan dan pembinaan bukan hanya intelektual, tetapi rohani

dan budi pekerti. Belajar santun dalam hidup dan berbudaya menjadi point dari

panti asuhan yang baik, selain itu panti asuhan yang baik akan membekali para

anak asuhnya dengan bebgai pengetahuan dan keterampilan yang dapat

membangkitkan semangat hidupnya sesuai dengan minat, bakat dan

kemampuannya sebagai bekal untuk hidup di masyarakat kelak. Dalam hal ini bisa

(22)

Gambar 1.2 . Yayasan Sosial dalam Undang-undang Yayasan tahun 2003

Yang dimaksud anak menurut UU RI no. 4 Tahun 1979 tentang

kesejahteraan anak, adalah seorang yang belum mencapai umur 21 tahun atau

belum pernah kawin (Pasal 1 ayat 1).

Yang dimaksud anak terlantar adalah setiap orang berada dibawah usia 21 tahun,

yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin kebutuhan jasmani

rohani dan kebutuhan sosial yang diperlukan secara wajar sehingga anak – anak

tersebut menjadi terlantar.

Undang-undang Yayasan 2003

D. Pengawas D. Pengurus Yayasan D.Pembina

Direktur eksekutif / Pelaksana Harian

(23)

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Secara umum penelitian ini adalah menemukan model teoritik pola

pengasuhan berbasis keluarga dalam meningkatkan kreativitas seni anak terlantar.

Lebih rinci tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengumpulkan, menemukan, mengungkap, menggambarkan, mengembangkan

yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :

1. Mendeskripsikan kelemahan model pola pengasuhan berbasis keluarga

bagi anak asuh yang telah dilaksanakan saat ini.

2. Menghasilkan suatu model pola pengasuhan berbasis keluarga yang dapat

meningkatkan kreativitas seni anak terlantar.

3. Mendeskripsikan tingkat efektifitas model pengasuhan berbasis keluarga

yang telah dikembangkan dan disempurnakan berdasarkan hasil uji coba

lapangan secara terbatas.

F. Kerangka Pemikiran

Model pengasuhan oleh ibu asuh merupakan wahana pembinaan untuk anak

yang kurang beruntung dan tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua

orang tuanya. Faktor penyebabnya antara lain :

1. Anak yang dengan sengaja ditinggalkan oleh orang tuanya di rumah sakit,

karena tidak mampu membayar biaya persalinan.

2. Anak yang dibuang oleh kedua orang tuanya karena tidak mampu untuk

(24)

3. Anak yang sudah biasa hidup di jalanan karena orang tuanya tidak memiliki

tempat tinggal.

4. Anak dari orang tuanya yang sering bertengkar, seingga anak tidak betah

tinggal di rumah.

5. Anak dari orang tua yang sering keluar masuk penjara akibat tindakan

kriminal dan melanggar hukum.

Tujuan pola pengasuhan oleh ibu asuh adalah untuk memberikan bimbingan ,

perlindungan, pemeliharaan, perawatan, kasih sayang, rasa aman, dan tenteram

bagi anak terlantar dan memberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai

dengan kemampuannya.

Pembinaan bagi anak terlantar bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi

lembaga – lembaga sosial dan masyarakat pun harus ikut andil dan peduli terhadap

keberadaan anak – anak yang kurang beruntung.

Karakteristik anak – anak terlantar antara lain ditandai oleh :

a. Kemampuan nalar sangat rendah, minat terhadap belajar sangat kurang.

b. Pengalaman dan kebiasaan yang sudah melekat dengan cara – cara lama

diemosionalnya cukup tinggi.

Dalam perkembangannya anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan, yaitu

kebutuhan primer, pangan, sandang dan perumahan serta kasih dan sayang,

perhatian, penghargaan terhadap dirinya dan peluang untuk mengaktualisasikan

dirinya.

Kebutuhan tersebut secara universal berturut – turut pada umumnya dilukiskan

(25)

1). Kebutuhan jasmaniah – biologis; organisme perlu terpenuhi, jika tidak akan

menimbulkan kecewa atau prustasi.

2). Rasa aman terjamin (security and safety); manusia hidup perlu berusaha. Usaha

merupakan penjelajahan (ekplorasi) dunia skitarnya, lingkungan harus menjaga

bahwa anak harus mampu memenuhi syarat dalam mempertahankan status dan

kedudukannya.

3). Rasa kasih sayang dan dihargai (love and esteem) setiap anak memerlukan

kasih sayang dan ingin dihargai. Upaya memperoleh status dan kedudukan dalam

bidang tertentu tidak dapat tercapai bila dari lingkungan asal tidak ada dorongan

dan bimbingan yang didasarkan pada kasih sayang dan penghargaan. Kasih sayang

ini harus merupakan komunikasi seseorang yang ditandai oleh suasana, sehingga

terjadi pertemuan batin orang tua dengan anak. Demikian juga kasih sayang akan

menunjukkan penghargaan-penghargaan terhadap prestasi yang dicapai seseorang

dalam setiap bidang.

Penjelmaan diri (self actualization); perilaku manusia merupakan perpaduan

antara bakat yang dibawa sejak lahir berupa kemungkinan yang laten, (disposisi)

dengan pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan ini akan diterima ibarat sehelai

kertas pengisap noda tinta; tetapi seseorang akan memilih pengaruh yang sesuai

dengan kebutuhannya, menolak yang tidak dikehendaki dan hasilnya akan

berkembang memenuhi kemampuan yang disebut perwujudan diri. Kelakuan

adalah hasil ciptaan sendiri, suatu integrasi faktor bawaan dengan realita dan

kondisi dari situasi pada masa itu. Setiap anak lahir dengan bakat, potensi,

(26)

yang sangat beragam dalam berbagai bidang dengan berbagai taraf dan jenis

intelegensi, yang dibesarkan pula dalam berbagai kondisi ekonomi, sosial,

psikologis, budaya, serta biologis yang berbeda, harus diupayakan dipenuhi

kebutuhannya oleh keluarga agar bimbingannya sesuai taraf perkembangan

anak (developmenttally appropriate practice).

Menjumpai panti asuhan yang dikelola secara tradisional dan bahkan

konvensial. Akan tetapi untuk jaman sekarang dimana era globalisasi begitu kuat

dan arus informasi begitu cepat menuju profesionalisme yang benar dan berdaya

guna. Selanjutnya bagaimana menuju pengelolaan panti asuhan yang baik dan

benar?. Panti asuhan bukan sekedar tempat penampungan, panti asuhan adalah

tepat pemberdayan artinya tempat di mana pribadi manusia dimanusiawikan.

Tempat di mana pribadi manusia mendapatkan pengembangan dalam berbagai

aspek yang dibutuhkan, baik kognitif, intelektual dan motorik.

Di panti asuhan harus terjadi hubungan personal timbal balik antara siswa

sebagai anak asuh dan para pengasuhnya. Pengasuh adalah pribadi yang

menularkan nilai-nilai positif kepada anak asuh. Di bawah ini panti asuhan yang di

(27)

Gambar 1.3 Pengelolaan Panti Asuhan yang diharapkan

Ada 4 point pokok yang bisa dikaji terus menerus menjadi titik pijak bagi

pengembangan panti asuhan itu sendiri. Keempat hal itu adalah masalah Planning,

Organizing, Leading dan Controling. Keempat itu tidak bisa dibolak-balik satu

mendahului yang lain, semua ada dalam urutan yang jelas.

1. Planning/perencanaan:

a. aktualisasi dari visi dan misi lembaga maupun spiritualitas= Manusia adalah

ciptaan yang luhur (merumuskan kembali apa tujuan panti asuhan).

Mengakomodasi seluruh potensi dari karyawan seoptimal mungkin untuk

(28)

b. bidang pendidikan: realisasi dari sisi pembelajaran dalam diri anak asuh yang

kurang.

c. bidang pemberdayaan tenaga kerja?perumahan karyawan.

d. bidang penelitian dan pengembangan panti

e. bidang keuangan, manajement finance dan mencari dana (membuat proposal).

2. Organizing(mendukung pekerjaan)

a. struktur dan hubungan kerja (Pemimpin bukan bos yang tahu segala- galanya,

melaikan pribadi yang mengatur).

b. The right man on the right place (ini tidak mudah, apalagi kalau menerima

karyawan asal-asalan).

c. perlu reorganisasi structural secara berkala untuk mengakomodasi

perubahan-perubahan perencanaan.

Panti asuhan bukanlah tempat penampungan yang statis melainkan yang hidup dan

penuh dinamika.

3. Leading

Kunci pokok dalam hal ini adalah bagaimana kepemimpinan dengan menggunakan

pengruh, memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.

Mengkomunikasikan tujuan, visi, misi kepada seluruh karyawan ( karyawan diajak

merumuskan sendiri visi-misi mereka dalam keterlibatan dengan karya tertentu.

4. Controling

a). memonitoring karyawan (ibu asuh, para pelatih dan pembina)

b). menentukan sejauh mana organisasi ini dapat mencapai target yang telah

(29)

c) bahan evaluasi/refleksi/koreksi bagi dan bersama seluruh karyawan, staf dan

pimpinan sejauh perlu.

Proses pengasuhan yang dilaksanakan di SOS Desa Taruna mempunyai

keunggulan dan kelebihan tertentu, dimana panti asuhan merekrut para pelatih yang

profesional untuk membantu anak asuh dalam mengembangkan kreativitasnya

melalui keterampilan seni yang disesuaikan dengan visi dan misi Panti Asuhan

Kinderdorf, dengan ditujang oleh berbagai fasilitas yang sangat lengkap. Namun

para pelatih harus berhati-hati menghadapi anak asuh dan perlu memahami

karakter setiap anak, karena mereka datang dari berbagai latar belakang yang

bervariasi, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

(30)

Dalam Gambar 1.4, dijelaskan anak terlantar memiliki latar belakang yang

berbeda antara lain: 1) ditelantarkan oleh orang tuanya, 2) yatim piatu, 3) korban

perceraian orang tuanya, 4) hasil dari perkawinan tidak syah, 5) korban bencana

alam, 6) karena tindak kriminal orang tuanya, 7) akibat Broken home, 8) Single

parent, dalam hal ini dipengaruhi oleh berbagai lingkungan dimana mereka berada

misalnya lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga

asal. Sedangkan kondisi awal anak terlantar mereka memiliki sifat-sifat sebagai

berikut:1) tingkat emosional yang tinggi, 2) memiliki tingkat pengetahuan dan daya

nalar sangat rendah, 3) mudah tersinggung, 4) memiliki rasa tidak percaya diri, 5)

gampang putus asa.. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kurang

perhatian dari orang tua (ibu asuh), keberadaan ekonomi yang tidak mendukung,

sarana prasarana yang ada belum dimamfaatkan secara oftimal. Permasalahan yang

terjadi pengasuhan yang dilaksanakan saat ini belum tersentuh pengembangan

keterampilan dari anak terlantar, karena pengasuhan difokuskan terhadap kasih

sayang yang utuh dan sepenuhnya untuk pengganti orang tua mereka yang sangat

didambakan oleh para anak terlantar.

Kelemahan model pengasuhan berbasis keluarga yang dilaksanakan saat

ini masih tertuju pada aspek dimana harapan anak terpenuhi segala kebutuhan baik

jasmani maupun rohaninya, sedangkan aspek pengetahuan dan keterampilan belum

seutuhnya dapat tersentuh oleh para ibu asuh dikarenakan keterbatasan tenaga yang

tersedia dan kurangnya tenaga ahli yang terampil dalam melatih anak asuh untuk

(31)

G. Manfaat Penelitian

Secara praktis temuan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para

pengelola panti-panti asuhan di bawah naungan yayasan Kinderdorf, khususnya

pada lokasi penelitian SOS Desa Taruna Lembang, yaitu diharapkan dapat :

1. Menyajikan pilihan alternatif model pola pengasuhan berbasis keluarga

sebagai salah satu pendekatan pemberdayaan dalam PLS.

2. Mendayagunakan pengasuhan dengan pendekatan keluarga di setiap panti

asuhan yang ada di bawah naungan yayasan Kinderdorf.

3. Menanamkan rasa percaya diri pada anak, melalui berbagai aktifitas sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki anak terlantar.

4. Meningkatkan keterampilan anak melalui bimbingan dan kasih sayang yang

diaksanakan oleh ibu asuh.

5. Meningkatkan kreativitas anak melaui latihan dan keterampilan di bidang

seni sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada di SOS Desa Taruna.

6. Menyempurnakan model pengasuhan berbasis keluarga yang telah

dilaksanakan saat ini sesuai dengan perkembangan teori-teori dalam PLS.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan menemukan proposisi-proposisi

empirik yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi teori,

sehingga dapat menambah perbendaharaan keilmuan, khususnya dalam kaitan

pengasuhan berbasis keluarga dalam upaya meningkatkan keterampilan anak

terlantar. Karena melihat kondisi saat ini masyarakat sangat memerlukan

pendidikan keterampilan baik yang dibutuhkan dunia kerja ataupun untuk bekal

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan fokus masalah, tujuan subjek penelitian dan karakteristik data

maka pendekatan yang tepat untuk memperoleh data kemampuan ibu asuh dalam

membantu anak terlantar melaui pengasuhan, penelitian ini adalah studi kasus

(Case Study) yang didesain menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode

Penelitian Pengembangan” (Research and Development). Model penelitian dan

pengembangan ialah : “a process used develop and validateeducational products”.

(Borg & Gall, 1989 : 782) dengan tiga tahapan utama. Secara makro paradigma

penelitian ini bersifat induktif. Perencanaan penelitian kualitatif menurut Guba

(1984) adalah skema atau program penelitian yang berisi out line tentang apa yang

harus dilakukan oleh si peneliti, mulai dari pertanyaan dalam mengeksplorasi data

sampai menganalisis data finalnya.

Untuk menarik kesimpulan dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis

SWOT secara cermat dan akurat dengan mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang,

dan tantangan atau hambatan. Untuk mendapatkan model pengembangan

pengasuhan peneliti melaui penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian tahap I akan merupakan penelitian eksploratif dan studi

kepustakaan terhadap konsep pengasuhan untuk mengetahui beban garapan panti

asuhan SOS Desa Taruna, mengetahui potensi dan kesiapan pelaksanaan

pengasuhan, mengetahui kelemahan-kelemahan pelaksanaan pengasuhan yang

(33)

tambahan yang dibutuhkan SOS Desa Taruna agar menjadi panti asuhan yang

dapat meningkatkan kreativitas anak terlantar sehingga memiliki rasa percaya diri

dan mandiri.

2. Penelitian tahap II dilakukan untuk pengembangan model konseptual panti

asuhan SOS Desa Taruna berdasarkan temuan penelitian tahap I dan teori serta

konsep yang digunakan tentang kelemahan, potensi, dan masukan tambahan yang

dibutuhkan, serta melakukan ujicoba terbatas untuk menemukan perbaikan

komponensial yang tepat.

3. Penelitian tahap III melakukan pengembangan menyeluruh pada pola

pengasuhan berbasis keluarga di SOS Desa Taruna berdasarkan temuan penelitian

tahap II tentang perbaikan komponensial, dan melakukan ujicoba menyeluruh

terhadap model yang telah diperbaiki untuk menemukan model yang lebih

sempurna di SOS Desa Taruna seperti yang dibutuhkan.

Data dikumpulkan dengan berbagai teknik sesuai dengan jenis dan sifat

data yang dibutuhkan.

1).Pada tahapan penelitian studi eksploratif digunakan teknik wawancara

mendalam observasi, dan studi dokumenter. Ketiga metode penggalian data

itu dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan peneliti sebagai instrumen

utama.

2). Pada tahap penelitian pengembangan, teknik penggalian data yang digunakan

yaitu : catatan atau rekaman kejadian, dokumentasi, wawancara, dan

diskusi

(34)

pendekatan kualitatif, dengan teknik observasi langsung dan wawancara

mendalam, data dan informasi yang terkumpul dianalisis dengan analisis kualitatif.

B. Prosedur Penelitian

Secara parsial, studi ini akan menempuh tahapan, meliputi: (1) studi

pendahuluan, diantaranya: a) penelitian lapangan yang berusaha mencari model

pola pengasuhan berbasis keluarga yang sudah ada berdasarkan data faktual, b)

penelitian kepustakaan, mencoba menggali konsep dan teori tentang pengasuhan

berbasis keluarga, pengembangan pramodel konseptual pengasuhan dalam

meningkatkan kreativitas anak terlantar. (2) Pengembangan model konseptual,

didasarkan pada kondisi kebutuhan subyek sehingga proses pengasuhannya

melibatkan subyek. (3) Validasi model konseptual melaui diskusi dengan para ahli

(akademisi), praktisi, dan uijicoba terbatas. (4) Revisi model konseptual. (5)

Ujicoba model (implementasi). (6) Evaluasi dan analisis. (7) Model final yang

direkomendasikan.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan berupa studi ekploratif dilaksanakan melaui penelitian

kepustakaan maupun penelitian lapangan. a) Penelitian kepustakaan dilakukan

dengan mengkaji teori, konsep dan hasil-hasil penelitian yang relevan untuk

mendukung studi pendahuluan di lapangan. b) Studi lapangan dilaksanakan dengan

(35)

yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk memberikan model atau jenis

pengasuhan.

2. Pengembangan Model Konseptual

Membuat model konseptual pengasuhan berdasarkan hasil studi

pendahuluan di lapangan dan studi kepustakaan. Teknik ini didasarkan pada

kondisi kebutuhan subyek sehingga proses pengasuhannya melibatkan mereka, dan

berupaya lebih cenderung mengutamakan informasi dan data subyek. Dalam hal ini

kebutuhan subyek ditempatkan sebagai prioritas utama dalam proses perumusan

mengingat model konseptual ini sedapat mungkin tetap berpegang pada kondisi

subyek. Untuk ini , partisipasi mereka mutlak diperlukan, bahkan kahadiran

peneliti hanya bertindak sebagai fasilitator saja.

3. Validasi Model Konseptual

Validasi terhadap model konseptual yang telah dibuat dilakukan kepada

akademisi dan praktisi pendidikan serta pengelola panti asuhan . (a) Validasi ahli

dilakukan melaui diskusi intensif terhadap model konseptual yang telah dibuat

dengan pihak ahli yang ada di pendidikan tinggi. (b) Kepada praktisi pendidikan

peneliti berupaya melakukan diskusi dengan: 1) para praktisi pendidikan luar

sekolah yang ada di birokrasi pemerintah. 2) para praktisi lembaga penyelenggara

panti asuhan yang pernah melakukan pembinaan dan bimbingan dalam

pengembangan kreativitas anak asuh melalui pengasuhan berbasis keluarga bagi

(36)

a. Instrumen Validasi

Instrumen yang digunakan dalam validasi model konseptual adalah peneliti

sendiri, rancangan model konseptual dan rancangan model jenis kegiatan yang

telah dibuat oleh peneliti yang disampaikan kepada responden untuk dibaca dan

selanjutnya didiskusikan.

b. Tujuan Validasi

Tujuan yang hendak dicapai dalam rangka validasi adalah memperoleh

model handal dan kredibel. Untuk memperoleh odel yang palid, maka dilakukan

dengan lima cara yaitu: (1) diskusi dengan ahli, (2) observasi terhadap sistem, (3)

menelaah teori yang relevan, (4) menelaah hasil-hasil simulasi model yang relevan,

(5) validasi pola pengasuhan adalah untuk memperoleh pengasuhan yang

berpengaruh dan sesuai dengan kebutuhan anak terlantar (anak asuh). Kelima cara

tersebut dilakukan dalam rangka validasi model pengembangan pola pengasuhan

berbasis keluarga dalam meningkatkan kreativitas anak terlantar.

c. Aspek yang Divalidasi

Aspek-aspek yang divalidasi adalah struktur model konseptual dan

relevansi dengan obyek dan subyek penelitian ini, dengan fokus utama adalah: (1)

idea-idea normatif yang melandasi kelembagaan panti asuhan yang tela tertuang

dalam visi dan misi beserta deskripsinya, (2) tujuan panti asuhan, (3) prosedur

pengasuhan, (4) program pengasuhan, (5) sarana penunjang dalam meningkatkan

(37)

untuk mengecek relevansinya dengan subyek dan obyek penelitian ini. Aspek

output terutama dilihat dari perilaku anak asuh yang diharapkan memiliki percaya

diri, tanggungjawab, disiplin, cerdas dan trampil.

d. Responden

Validasi terhadap model konseptual, dilakukan dengan melibatkan

responden, masing-masing: Pakar dari Perguruan Tinggi 2 orang, praktisi

pemerintah 3 orang (Departemen Sosial, Disnaker, Dinas Pendidikan) 2 orang

pengelola panti asuhan, serta para ibu asuh yang ada di SOS Desa Taruna.

e. Teknik validasi

Validasi dilakukan dalam empat teknik: (1) terhadap ahli dan praktisi

dilakukan melalui diskusi intensif terhadap model konseptual yang telah dibuat, (2)

observasi terhadap bagaimana pola pengasuhan yang sudah dilakukan saat ini, (3)

menelaah teori yang relevan, (4) menelaah hasil-hasil simulasi model yang relevan,

khususnya model pola pengasuhan berbasis keluarga, dan (5) menggunakan

pengalaman atau intuisi peneliti sendiri.

f. Teknik Analisis Data

Hasil validasi tersebut, selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk

memperoleh kesimpulan dalam memperbaiki model konseptual yang telah dibuat.

Hasil verifikasi model konseptual ini selanjutnya diujicobakan kepada subyek yang

sesungguhnya yaitu anak asuh yang ada di SOS Desa Taruna.

(38)

dilaksanakan oleh SOS Desa Taruna saat ini

(39)

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SOS Desa Taruna Lembang yang ada di bawah

naungan Yayasan Kinderdorf terletak di Jalan Teropong Bintang Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat, dengan luas areal 5 Ha yang terdiri dari lebih

kurang 25 bangunan, 13 diantaranya rumah yang dihuni oleh anak asuh sebanyak

175 orang. Subjek penelitian ini adalah: 1) para ibu asuh yang ada di SOS Desa

Taruna Lembang, 2) seluruh anak asuh (anak terlantar) yang ada di SOS Desa

Taruna yang usianya antara 7 sampai dengan 15 tahun, 3) para pengurus Yayasan

(pengelola panti asuhan). Penentuan subyek dilakukan secara purposif dengan

kriteria ibu asuh yang telah mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan

oleh yayasan.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melaui observasi,

wawancara dan analisis dokumen terhadap laporan program pelaksanaan

pengasuhan yang dilaksanakan pada saat ini. Observasi dilakukan sepanjang

penelitian dilaksanakan pada tahap studi pendahuluan, maupun pada saat

implementasi model di lapangan. Wawancara dilakukan secara terbuka terhadap

subjek penelitian yang ditentukan secara purposif, pengumpulan data dilakukan

melalui: (1) pemberian angket kepada anak asuh. (2) kegiatan observasi atau

pengamatan baik yang menggunakan pedoman pengamatan maupun tidak, (3)

kegiatan wawancara dilakukan secara terbuka dan tertutup, serta wawancara

mendalam, dan (4) studi dokumentasi. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan

(40)

peneliti sendiri. Manusia dijadikan instrumen utama, karena manusia lebih

memiliki kecermatan dengan ciri-ciri : (1) peka dan dapat bereaksi terhadap segala

stimulus dari lingkungan, (2) dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan yang terjadi, (3) dapat segera menganalisis data yang diperoleh, dan (4)

dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.

Model analisis data kualitatif dari Miles dan Huberman (1992: 16) yang

mengemukakan langkah analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang

dilakukan secara simultan, yakni; reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan/verifikasi diterapkan bagi penelitian ini. Proses reduksi data merupakan

langkah analisis melalui proses pemilihan, mefokuskan perhatian pada

penyerderhanaan, pengabstrakan dan transpormasi data mentah yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Pada penelitian ini reduksi data dilakukan sejak

peneliti memasuki wilayah penelitian sampai dengan akhir penelitian seperti pada

Gambar berikut:

Gambar 3.1 : Langkah Analisis Data Kualitatif : Model Interaktif

(41)

E. Teknik Analisis dan Penafsiran Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya mencari

dan menata secara sistemik catatan hasil observasi, wawancara, dan bahan-bahan

lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain (Bodgan & Biklen, 1982, Mujahir,

1992: 183). Proses analisis data dan penafsiran data merupakan kegiatan yang

terjalin secara terpadu, sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (1998)

bahwa analisis data telah dimulai sejak di lapangan. Pada saat itu sudah ada

penghalusan kategori dengan kawasannya, dan sudah ada upaya dalam rangka

penyususnan hipotesis, yaitu teorinya sendiri. Analisis data itu terintegrasi secara

terpadu dengan penafsiran data.

Miles dan Hubermen )1992: 137-138) mengemukakan salah satu kata kunci

dalam analisis data kualitatif adalah penyajian, yaitu suatu format ruang yang

menyajikan informasi secara sistematik pada penggunaannya. Format tersebut

dapat berwujud teks naratif, tabel ringkasan (matrik, bagan, daftar cek) atau

gambar. Sedangkan Bodgan dan Biklen (1992) mengemukakan beberapa saran

dalam menganalisis data penelitian kualitatif, antara lain ; (1) force your self to

make decisions that narrow the study, (2) force yourself to make concerning the

type of study you want to complish; (3) develop analityc question; (4) plan data

collection session in light of whatyoy find in previous observation; (5) write memo

to yourself about what you are learning.

Sejalan dengan itu, Nasution (1988) menyatakan bahwa analisis data

(42)

kategori) agar dapat ditafsirkan . Oleh karena itu data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini bervariasi tergantung pada focus permasalahan, kemungkinan peneliti

mencari sendiri jenis analisis data yang cocok dengan sifat penelitian yang

dilakukan, termasuk kategori sebagai penelitian kualitatif , maka data dan

informasi yang telah dikumpulkan, dolah dan disajikan secara induktif dengan

penafsiran secara deskriptif dan dianalisis lebih lanjut.

Setelah data seluruhnya dikumpulkan dan dipandang wajar, selanjutnya

dilakukan persipan analisis mengacu pada model analisis data yang dikemukakan

oleh Milles dan Huberman (1994) menyajikan sebuah model interaktif siklus

analisis data kualitatif yang terdiri atas empat langkah, yaitu data verifying,

dengan siklus data collection, data reduction, data display, dan conclution

berbentuk gambar maupun verifikasi. Siklus analisis data seperti dikemukakan di

atas menjelaskan bahwa setelah data terkumpul, selanjutnya data disajikan dan

direduksi, kemudian disimpulkan selanjutnya diverifikasi. Langkah-langkah dalam

analisis data dilakukan dengan: (1) setelah data terkumpul dilakukan reduksi data

dengan jalan merangkum laporan lapangan, (2) menyusun secara sistematis

berdasarkan kategori dan klasifikasi tertentu, (3) membuat display data dalam

bentuk bagan, (4) mengadakan cross site analysis dengan cara membandingkan dan

menganalisis data secara mendalam, dan (5) menyajikan temuan, menarik

kesimpulan dan rekomendasi bagi pengembangan.

Upaya-ypaya ini cukup efektif bagi peneliti untuk mempertajam perumusan

masalah, menyususn kerangka teoritik, membina komunikasi dengan informan,

(43)

Dengan demikian tingkat akurasi dan kredibilitas penelitian ini sudah memenuhi

prosedur dan persyaratan ilmiah sebagai suatu penelitian.

Untuk kesinambungan model pengembangan pengasuhan berbasis keluarga

dalam meningkatkan kreativitas seni anak terlantar dibutuhkan komitmen berbagai

pihak baik pemerintah, lembaga yang berwewenang dalam hal ini Dinas Sosial,

Dinas Pendidikan, dan lembaga penyelenggara panti asuhan, serta masyarakat

dengan berbagai partisifasinya yang ada di Lembang khususnya maupun

Kabupaten/Kota dan Provinsi pada umumnya. Para pengelola, pengasuh, dan

pelatih komitmen terhadap peningkatan kreativitas yang diikuti oleh para anak asuh

melalui kegiatan keterampilan dalam bidang seni, hal ini perlu dituangkan dalam

suatu kesepakatan bersama sesuai dengan Visi dan Misi yang telah dibuat panti

asuhan Kinderdorf.

SOS Desa Taruna (SOS – Kiderdorf) adalah sebuah yayasan sosial

pengasuhan anak jangka panjang yang berbasis keluarga. SOS Desa Taruna

berkarya membantu, mengasuh anak dan memberi masa depan yang cerah pada

anak-anak yatim piatu dan kurang beruntung. Anak-anak yang dibantu berasal dari

berbagai latar belakang, dengan tidak membedakan suku, agama dan ras, dengan

memberi kembali kasih sayang melalui keluarga, rumah tinggal dan dasar

kehidupan yang memadai agar kelak memiliki kehidupan yang mandiri. Visinya

adalah : Cita-cita Kami untuk Semua Anak di Dunia, yaitu ”Setiap Anak

Dibesarkan dalam Keluarga dengan Kasih Sayang, Rasa Dihormati, dan Rasa

Aman” Melalui program pendidikan dan pengasuhan SOS Desa Taruna memiliki

(44)

serta mengantarkan anak-anak menuju kemandirian melalui cara pengasuhan

berdasarkan kepada: a) kasih sayang, rasa aman dan berkesinambungan dalam

keluarga-keluarga SOS Desa Taruna. b) pendidikan yang bermutu di sekolah,

perguruan tinggi, ataupun lembaga keterampilan. c) fasilitas keterampilan yang

beragam untuk kegiatan pengembangan bakat dan minat. Anak-anak SOS Desa

Taruna tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang dinilai oleh para ahli

sebagai terbaik dari keluarga alami, mereka tinggal bersama Ibu Asuh dan ”adik,

kakak” dalam satu rumah.

Sedangkan Misinya adalah : ”Kami Mendirikan Keluarga-keluarga untuk

Anak-anak yang Kurang Beruntung, Membantu Masa Depannya Sendiri, dan

Memberi Kesempatan kepada Mereka untuk Berkembang dalam Masyarakat”

Empat prinsip dasar yang dilaksanakan saat ini yaitu :

1) Ibu Asuh, setiap anakmemiliki seorang ibu asuh yang tetap. Seorang ibu asuh

mengemban peran keibuannya dengan menyayangi, memperhatikan anak dan

mendapat kebahagiaan layaknya sebagai seorang ibu kandung. Dalam keluarga, ibu

asuh adalah kepala keluarga yang menjalankan kegiatan rumah tangga bersama

anak asuhnya. Anak yang dipercayakan padanya dilimpahi kasih sayang, rasa

hormat dan rasa aman, yaitu hal mendasar yang dibutuhkan setiap anak untuk

berkembang secara sehat.

2) Adik Kakak, keluarag SOS Desa Taruna terdiri dari seorang Ibu dan 8 – 10

orang anak laki-laki dan perempuan dengan usia yang bervariasi dan tinggal

serumah. Saudara sekandung tinggal bersama dan tidak dipisahkan. Anak-anak dan

(45)

3) Rumah, setiap keluarga SOS memiliki sebuah rumah sendiri, lengkap dengan

ruang keluarga, kamar tidur dan dapur. Rumah ini merupakan tempat tinggal

permanen bagi tiap anak, dalam rumah setiap anak mendapat rasa aman dan rasa

memiliki, serta tumbuh dan belajar bersama. Mereka berbagi tanggung jawab dan

pengalaman emosionalnya sehari-hari.

4) Desa, SOS Desa Taruna terdiri dari 13 Rumah Keluarga. Keluarga SOS hidup

bersama dalam sebuah ”desa” dan anak-anak dapat menikmati masa kanak-kanak

mereka. SOS juga bertujuan sebagai jembatan bagi anak-anak untuk hidup di

tengah masyarakat, sedangkan keluarga tidak terlepas dari bagian integral dari

kehidupan di sekitar Desa Taruna.

Untuk meningkatkan kreativitas anak-anak dalam mengembangkan minat

dan bakatnya melaui berbagai keterampilan khususnya di bidang seni, diperlukan

kesabaran dan ketekunan dari para pelatih dan pembina, selain itu diperlukan

kerjasama yang baik antara pelatih dengan ibu asuh, juga dengan para pengelola

untuk ikut bertanggung jawab atas perubahan perilaku anak agar mereka memiliki

rasa tanggung jawab, percaya diri, dan memiliki kemandirian sebagai bekal kelak

jika sudah terjun di masyarakat. Oleh sebab itu diusulkan dan disepakati latihan

keterampilan dalam bidang seni sebagai salah satu wadah pembinaan kesenian

yang dipandang dapat memberi ruang gerak lebih luas bagi anak untuk

meningkatkan bakat dan minat sesuai dengan kemampuannya.

Untuk menghasilkan model yang sempurna dari implementasi ini di kaji

dan dianalisis kembali apa yang kurang untuk diperbaiki dan bila perlu dirubah,

(46)

tahapan berikutnya model ini sudah siap dilaksanakan secara lebih intensif. Dalam

melaksanakan implementasi ujicoba model, sebagai langkah untuk melihat

perkembangan manajemen pengasuhan dan latihan keterampilan yang sudah

disempurnakan, maka harus dilakukan melalui berbagai cara, bekerjasama dengan

semua pihak masyarakat yang peduli terhadap keberadaan anak terlantar, juga

melalui jalur vertikal, pemerintah kabupaten/kota dan Provinsi yang terkait dalam

pengelolaan anak terlantar diharapkan dapat mendukung dan memberi masukan

kesepakatan tentang pengembangan pola pengasuhan yang dilaksanakan dalam

membantu anak untuk meningkatkan kreativitasnya dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan harapan panti asuhan.

Kegiatan kreativitas seni ini juga dilakukan melaui pemamfaatan berbagai

situasi untuk menampilkan kemampuan anak asuh dalam mempertunjukkan

kebolehannya, seperti di undang oleh Cafe dan Hotel yang ada di kawasan

Bandung Utara, upacara peresmian gedung atau pameran, serta dalam upacara hari

besar Nasional, melalui berbagai pertunjukkan dan seringnya tampil di muka

umum tersebut, diharapkan anak asuh memiliki rasa percaya diri dan dihargai.

Untuk hal ini peneliti mengemukakan pola pengasuhan berbasis keluarga dalam

meningkatkan kreativitas anak dilaksanakan melalui bimbingan dan latihan

keterampilan dengan berlandaskan etika, estetika dan logika (ilmu, seni dan agama)

untuk menjadi pola dasar dalam melaksanakan pengasuhan. Efektifitas dan

keberhasilan dalam pengasuhan berbasis keluarga di SOS Desa Taruna perlu

didukung oleh semua pihak agar model yang dikembangkan bisa berjalan sesuai

(47)

F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Pertanyaan Penelitian Aspek Yang Diteliti Indikator

(48)
(49)
(50)

6. Hasil pengasuhan

7. Pengembangan

6.1 Kemudahan meningkatkan

kreativitas.

6.2 Kreativitas yang sesuai dengan potensi anak. 6.3 Perubahan, keterampilan dan sikap.

7.1 Peningkatan kreativitas yang diharapkan.

7.2 Peningkatan rasa percaya diri.

7.3 Kemampuan

(51)

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara umum, penelitian ini telah mencapai tujuannya yakni menemukan

dan mengembangkan sebuah model pengasuhan berbasis keluarga dalam

meningkatkan kreativitas anak terlantar. Model ini dikembangkan berdasarkan

pertimbangan bahwa pada dasarnya anak asuh memiliki potensi maju dan

berkembang sepanjang ada lembaga pengasuhan yang memberikan pelatihan dan

bimbingan secara berkesinambungan, sehingga setiap saat anak asuh dapat dengan

mudah mengadopsi inovasi. Secara khusus penelitian ini mengajukan

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

Pertama, pada awalnya pengasuhan yang dilakukan oleh ibu asuh di panti

asuhan SOS Desa Taruna Lembang bertujuan untuk memberikan perlindungan,

kasing sayang, rasa aman dan tentram seperti layaknya orang tua sendiri kepada

anak asuhnya, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang

berguna, sehat jasmani maupun rohaninya, merekapun berhak mendapatkan

pendidikan dan pengajaran di pendidikan formal. Namun kemampuan untuk

berkembang sangat sulit, karena anak asuh berlatar belakang dari anak-anak yang

diterlantarkan oleh kedua orang tuanya dengan kata lain anak yang kurang

beruntung, sehingga dalam menyerap dan menyimak materi pelajaran di sekolah

sangat lambat. Daya pikir kurang berkembang dan memiliki ketergantungan

(52)

memiliki beberapa daya dukung dalam rangka pengembangan model yaitu

pengasuhan yang dilakukan merupakan pengasuhan berbasis keluarga, dengan

harapan anak terlantar yang menjadi anak asuh di panti asuhan memiliki keinginan

yang kuat untuk maju dan berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya serta

kemampuannya, disamping itu anak asuh diharapkan memiliki rasa tanggung

jawab, percaya diri dan mandiri. Dengan dilengkapi oleh berbagai fasilitas yang

memadai, SOS Desa Taruna memiliki daya dukung yang kuat yaitu memiliki ibu

asuh yang betul-betul menyayangi dan mencurahkan kasih sayang kepada anak

asuhnya dengan penuh kehangatan. Para ibu asuh berlatar belakang pendidikannya

minimal SMA, dan sebagian besar mereka tidak memiliki keluarga sehingga kasih

sayang tercurah kepada anak-anak asuhnya. SOS Desa Taruna memiliki yayasan

yang kuat dan tersebar di kota besar di wilayah Indonesia yaitu Bandung,

Semarang, Aceh, Meulaboh, Flores, Bali, Medan dan Cibubur, serta dikelola oleh

orang-orang yang profesional. Selain itu juga ditunjang oleh sarana dan prasarana

yang lengkap, serta para pelatih keterampilan yang memiliki keahlian sesuai

dengan bidangnya.

Kedua, model konseptual diawali dengan pertimbangan kondisi objektif para

anak terlantar yaitu anak yang diasuh di panti asuhan yang kurang memiliki

kecakapan hidup (Life Skill), proses pengasuhan di padukan dengan bimbingan

dari para pelatih keterampilan, serta pembina kepramukaan, melalui berbagai

strategi terutama dengan mempertunjukkan kebolehan para anak asuh didalam

setiap kesempatan, model konseptual yang telah dirumuskan divalidasi secara

(53)

dilakukan melalui diskusi intensif terhadap model konseptual yang telah dibuat

dengan pihak ahli yang ada di pendidikan tinggi. Kepada praktisi baik pendidikan

maupun Dinas Sosial, peneliti berupaya melakukan diskusi dengan para birokrasi

pemerintah maupun swasta yang bertanggung jawab dalam masalah pendidikan

dan pengasuhan. Instumen validasi adalah rancangan model konseptual yang telah

dibuat oleh peneliti kemudian disampaikan kepada responden untuk dibaca dan

selanjutnya dibahas bersama. Bagian –bagian yang divalidasi adalah struktur model

konseptual dan relevansinya dengan objek dan subjek penelitian. Hasil validasi

dianalisis secara deskriptif untuk membuat keputusan dlam memperbaiki model

konseptual yang telah dibuat untuk siap diuji-cobakan, cara mengimplementasikan

model diawali dengan proses identifikasi kebutuhan anak asuh, selanjutnya

disiapkan model pengasuhan dan latihan keterampilan dalam tiga tahap. Dua tahap

pertama dilakukan dalam bentuk pengasuhan dan latihan keterampilan, sedangkan

satu tahap berikutnya dilakukan bimbingan dengan melibatkan para pelatih

keterampilan yang didatangkan dari luar.

Ketiga, penilaian dilakukan secara deskriptif melaui pengamatan dan

wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dan

pengembangan keterampilan anak terlantar melalui berbagai latihan keterampilan

dan dipadukan dengan bimbingan dari para pelatih. Pengasuhan yang dilaksanakan

oleh ibu asuh merupakan model dari pengasuhan berbasis keluarga yang sudah ada

dan sudah dilaksanakan di panti asuhan SOS Desa Taruna, selanjutnya model yang

sudah dilaksanakan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan anak

Gambar

gambar berikut:
Gambar 1.1. Undang-undang Yayasan Pasal 1
Gambar 1.2 . Yayasan Sosial dalam Undang-undang Yayasan tahun 2003
Gambar 1.3 Pengelolaan Panti Asuhan yang diharapkan
+5

Referensi

Dokumen terkait

POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA ETNIK JAWA DI DESA MARGAHAYU SELATAN KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dengan metode ini akan dapat mendeskripsikan secara lebih teliti mengenai pola pengasuhan anak pada keluarga pemilik warteg di Kecamatan Margadana Kota Tegal, siapa saja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengasuhan yang diterapkan keluarga Jawa pernikahan dini dalam mengasuh anak, untuk mengetahui faktor yang

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pengasuhan anak pada keluarga nelayan di Desa Perlis Kecamatan Berandan Barat

diterapkan oleh orangtua terhadap anak pada keluarga karir ganda adalah jenis pola pengasuhan authoritative; orangtua yang keduanya bekerja masih berperan sesuai dengan

POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA ETNIK JAWA DI DESA MARGAHAYU SELATAN KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah apa yang melatar belakangi tindakan sosial seorang pengasuh menekuni aktivitas pengasuhan anak

xvi POLA PENGASUHAN PADA KELUARGA BERPOLIGAMI DALAM PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK Studi Kasus Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah Oleh ROSITA