• Tidak ada hasil yang ditemukan

pola pengasuhan pada keluarga berpoligami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pola pengasuhan pada keluarga berpoligami"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENGASUHAN PADA KELUARGA BERPOLIGAMI DALAM PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN

SOSIAL ANAK

(Studi Kasus Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah)

Oleh Rosita Utami NIM 180303072

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2022

(2)

ii

POLA PENGASUHAN PADA KELUARGA BERPOLIGAMI DALAM PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN

SOSIAL ANAK

(Studi Kasus Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah)

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial

Oleh Rosita Utami NIM 180303072

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2022

(3)

iii

(4)

iv

(5)

vi

(6)

vii MOTTO

Artinya, “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim”.

(QS. An-nisa’[4]: 3).1

1Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2004), hlm. 99- 100.

(7)

viii

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk orang tuaku, Ibuku Rohayim dan Bapakku Pinah yang tiada hentih-hentinya berdo’a, kepada Suamiku Apriadi dan Anakku Muhammad Afzal Zifary Riadi yang selalu

memberikan semangat, dan doa, Serta keluarga besar Muhid dan tidak lupa juga kepada mertuaku ibu Asip dan Bapak Jabar, saudara- saudaraku yang tidak lain dan tidak bukan yaitu M. Fahmi Anugrah,

Novi Fatuzzahra dan Izzul Riady, semua guruku, dan teman-teman seperjuangan yang telah menyemangati sehingga terselesaikan skripsi

ini”

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, Shalawat beriring salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pola Pengasuhan Pada Keluarga Berpoligami Dalam Pemenuhan Tugas Perkembangan Sosial Anak (Studi Kasus Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kebupaten Lombok Tengah)”.

Penulis menyadari baha proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.

1. Dr. Mira Mareta, M.A. sebagai pembimbing I dan Dwi Widarna Lita Putri, M.Psi.Psikolog sebagai pembimbing II yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis.

2. H. Masruri, Lc., M.A. dan Ibu Baiq Arwindy Prayona, M.A sebagai penguji yang telah memberikan kontruktif sebagai penyempurna skripsi ini.

3. Dr. Mira Mareta, M.A. sebagai ketua jurusan bimbingan konseling Islam.

4. Dr. Muhammad Saleh Ending, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

5. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku rektor UIN Mataram yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberikan bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa selesai.

6. Kepada orang tua tersayang, Bapak Pinah dan Ibu Rohayim yang telah susah payah membesarkan penulis sejak dalam buaian hingga saat ini dengan segala rasa cinta dan kasih sayang yang tidak pernah surut dan juga telah mendidik, membina, memberikan dorongan dan juga do’a kepada penulis.

7. Kepada Suami dan Anakku tercinta, Bapak Apriadi dan Anakku Muhammad Afzal Zifary Riadi yang selalu memberikan semangat, do’a serta bantuan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

x

8. Keluarga besar Muhid, serta mertuaku Bapak Jabar dan Ibu Asip, Serta Adik-adikku (M. Fahmi Anugrah, Novi Fatuzzahra, dan Izzul Riady), yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepala Desa Ubung, Bapak Rodi Setiawan S.Sos yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Ubung dan untuk masyarakat yang terlibat dalam penulisan skripsi ini penulis ucapkan banyak terimakasih telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak atau Ibu dosen UIn Mataram yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Mataram.

11. Terima kasih untuk sahabatku, temanku, (Lalu Dede, Silika, Kak Mala, Rizqika, Novi, Baiq Tari, Fila, Kakak Cua, Ruslin, Fatimah, Ajis) seta teman-teman BKI C yang telah memberikan bantuan, motivasi serta do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari skripsi ini karena skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Mataram, April 2022

Rosita Utami

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

HALAMAN NOTA DINAS...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...v

HALAMAN PENGESAHAN ...vi

HALAMAN MOTTO ...vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

ABSTRAK ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

D. Ruang Lingkup ...6

E. Telaah Pustaka ...6

F. Kerangka Teori ...12

1. Pola Asuh ...12

a. pengertian pola asuh ...12

b. jenis-jenis pola asuh ...12

c. Faktor yang mempengaruhi pola asuh ...15

2. Keluarga Berpoligami ...16

a. Definisi keluarga ...16

b. Ciri-ciri keluarga ...16

c. Fungsi keluarga ...17

d. Peran keluarga ...17

e. Permasalahan dalam keluarga ...18

f. Definisi poligami ...18

g. Faktor penyebab terjadinya poligami ...19

(11)

xii

h. Dampak poligami ...19

3. perkembangan sosial ...21

a. Definisi perkembangan ...21

b. Definisi perkembangan sosial anak ...21

c. Ciri-ciri perkembangan sosial anak ...22

d. Fase dan tugas perkembangan sosial anak...23

e. Proses perkembangan sosial anak ...23

f. Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ..24

g. Bahaya dalam perkembangan sosial anak ...24

G. Metode Penelitian ...25

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...25

2. Latar Penelitian ...25 ……… 25

3. Sumber dan Jenis Data ...25

4. Teknik Pengumpulan Data ...26 ………

5. Tehnik Analisis Data ...27

6. Pengecekan Keabsahan Data ...28

H. Sistematika pembahasan ...29 Sistematika Pembahasan………...29

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN...30

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ...30

1. Sejarah Desa Ubung ...30

2. Letak Demografi Desa Ubung ...30

3. Komponen penduduk berdasarkan usia ...31

4. Keadaan sosial ...32

5. Fasilitas umum ...32

6. Keadaan ekonomi ...32

7. Kondisi ekonomi ...34

8. Gambaran umum subjek dan informan penelitian ...34

B. Paparan data hasil temuan ...35

1. Pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah ...35 2. Faktor pendukung dan penghambat pola

pengasuhan keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di

(12)

xiii

Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten

Lombok Tengah ...55

BAB III PEMBAHASAN ...83

A. Analisis pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah ...83

B. Analisis faktor pendukung dan penghambat pola pengasuhan keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah ...88

BAB IV PENUTUP ...94

A. Kesimpulan ...94

B. Saran ...94

DAFTAR PUSTAKA ...96 LAMPIRAN

(13)

xiv

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Ringkasan telaah pustaka

Tabel 1.2 Komposisi penduduk berdasarkan usia

Tabel 1.3 Proporsi sumber mata pencarian masyarakat Desa Ubung Tabel 1.4 Gambaran umum subjek penelitian

Tabel 1.5 Gambaran umum informan penelitian

(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 dokumentasi

Lampiran 2 pedoman wawancara dan pedoman Observasi Lampiran 3 surat rekomendasi penelitian

Lampiran 4 surat keterangan penelitian Lampiran 5 data permintaan izin poligami Lampiran 6 kartu konsultasi

(15)

xvi

POLA PENGASUHAN PADA KELUARGA BERPOLIGAMI DALAM PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN

SOSIAL ANAK

(Studi Kasus Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah)

Oleh ROSITA UTAMI

NIM: 180303072 ABSTRAK

Keluarga yang melakukan perkawinan poligami sering kali memunculkan stigma yang buruk di masyarakat, baik itu dalam hal pola pengasuhan dan juga proses tumbuh kembang anak yang sering dianggap tidak bisa berjalan dengan baik dikarenakan anak yang tumbuh di keluarga berpoligami, oleh karena itu penelitian yang dilakukan di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah sangat penting dilakukan untuk mengubah stigma tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak dan faktor pendukung dan penghambat pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak. Untuk mencapai tujuan di atas, dalam penelitian ini mengunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola pengasuhan pada 3 keluarga yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah yaitu menggunakan pola pengasuhan demokratis, yang di mana pola pengasuhan demokratis sangat bersifat positif, hal tersebut juga karena orang tua sangat memprioritaskan perhatiannya kepada anak. Sehingga dalam hal pemenuhan tugas perkembangan sosial anak juga berjalan dengan baik sesuai dengan pola pengasuhan yang digunakan. Dalam pemenuhan tugas perkembangan sosialnya, anak harus bisa melewati 3 proses agar bisa dikatakan bisa bermasyarakat. Dimana 3 proses tersebut adalah, pertama belajar berperilaku yang dapat diterima sosial, kedua belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan ketiga proses perkembangan sosial. Selain itu tidak terdapat hambatan dalam pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di 3 keluarga yang melakukan perkawinan

(16)

xvii

poligami di Desa Ubung. Namun disisi lain terdapat 5 faktor pendukung dalam pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial di 3 keluarga yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung adalah, pertama pendidikan orang tua, kedua lingkungan, ketiga anak yang mudah beradaptasi, keempat anak yang memiliki prestasi, dan kelima anak yang memiliki kreativitas.

Kata Kunci : “Keluarga Berpoligami, Pola Pengasuhan, Perkembangan Sosial Anak”.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keluarga adalah faktor terpenting untuk membentuk kepribadian, sosial maupun emosional anak, dikarenakan Keluarga merupakan pondasi primer bagi pembentukan kepribadian dan pencapaian tugas-tugas perkembangannya. 2 Terbentuknya suatu keluarga dikarenakan adanya sebuah perkawinan. Bagi umat islam, hukum perkawinan di Indonesia bersumber dari Al-Qur’an dan hadis yang tertuang dalam undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) tahun 1991. Undang-undang perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah.3

Setiap orang yang memasuki kehidupan berkeluarga melalui perkawinan tentu menginginkan terciptanya keluarga yang harmonis, karena keharmonisan keluarga merupakan tujuan dari setiap perkawinan. Keluarga harmonis adalah keluarga yang bahagia, ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan, dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial.4 Keluarga yang harmonis akan berdampak positif bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Keharmonisan yang tercipta dalam keluarga secara langsung mengajarkan anak untuk memahami perasaan orang lain dengan adanya situasi dan kondisi keluarga yang harmonis akan tercipta kehidupan saling menghargai dan diwarnai rasa kasih sayang.5

Namun ikatan dalam perkawinan tidak selamanya berjalan mulus, walaupun dikatakan kokoh pasti ikatan perkawinan ada batasnya. Salah satu masalah perkawinan yang sering terjadi di masyarakat iyalah perkawinan poligami. Perkawinan poligami saat ini

2Ulfiah, Psikologi Keluarga, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), hlm. 1.

3Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: CV Mandar Maju, 2007), hlm. 4.

4Singgih D. Gunarsa & Yulia, Psikologi Untuk Keluarga, ( Jakarta:Gunung mulia, 1986), hlm. 299.

5 http://tabloidjubi.wordpress.com/2008/02/21/keluarga-harmonis-indikator- menuju-sejahtera Diakses tanggal 8 April 2022. Pukul 13.00 WITA.

(18)

2

sedang marak terjadi dikalangan masyarakat yang di mana perkawinan poligami ini memiiliki dua orang istri bahkan lebih, hal tersebut yang menjadikan perkawinan poligami menjadi pro dan kontra dikalangan masyarakat. Poligami berasal dari bahasa Yunani, poly atau polus yang berarti banyak dan kata gamein atau gamos yang berarti kawin atau perkawinan.6

Desa Ubung adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Jonggat yang berada di Kabupaten Lombok Tengah. Data yang tercatat di Pengadilan Agama Praya dari tahun 2016 sampai dengan 2021 ada 24 permohonan izin melakukan poligami. Sedangkan di Kecamatan Jonggat sendiri tercatat di Pengadilan Agama Praya perkara tentang poligami paling banyak terjadi pada bulan Januari 2021, belum termasuk yang tidak tercatat atau diselesaikan secara mediasi.7 Bahkan Kepala Desa Ubung sendiri yang ditemui langsung di kantor Desa Ubung mengatakan bahwa terdapat 5 data keluarga yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung dari rentang waktu 2019 sampai 2021, itu yang tercatat dan belum termasuk yang belum terdata.8

Berkaitan dengan poligami dan keadilan berpoligami, dalam konteks Indonesia, disebutkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, diperbolehkan poligami hanya apabila dikehendaki yang bersangkutan atau hukum dan agama yang bersangkutan mengizinkan. Lebih lanjut diatur dalam peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 40, yaitu “apabila seorang suami bermaksud untuk beristri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan”.9

Terjadinya perkawinan poligami tidak timbul begitu saja, melainkan ada beberapa alasan yang melatarbelakangi terjadinya poligami. Hal tersebut dilihat dari hasil penelitian yang menyebutkan alasan seorang suami untuk melakukan poligami yaitu ingin memiliki

6Depdiknas, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hove, 2002), hlm. 107.

7Pengadilan Agama Praya kelas 1B. Di akses dari website http://sipp.pa- praya.go.id/list_perkara/search

8Survey awal di Kantor Desa Ubung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tanggal 20 Januari 2022

9 Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Bandung: Al-Maarif, 1999), hlm. 139.

(19)

3

keturunan, merasa mampu untuk memberikan nafkah, bahkan hanya nafsu.10 Namun alasan suami untuk melakukan perkawinan poligami sendiri dapat menimbulkan permasalahan rumah tangga. Dampak negatif yang ditimbulkan dalam pelaksanaan perkawinan poligami, baik pada anak, istri, bahkan pelaku poligami sendiri. Konflik yang muncul pada perempuan adalah problem dalam bentuk internal keluarga, baik diantara sesama istri, antara istri dengan anak tiri, maupun antara anak-anak yang berlainan ibu.11 Efek negatif lain yang muncul adalah adanya rasa dendam dan kebencian dikalangan anak- anaknya akibat perlakuan tidak adil sang ayah dalam memenuhi hak- hak mereka atau sang ayah tidak sama memperlakukan mereka, baik menyangkut distribusi secara material maupun moral.12

Melihat dampak negatif yang timbul akibat poligami, baik terhadap istri terutama bagi anak. Maka poligami bukan jalan keluar terbaik dari masalah keluarga. Pada dasarnya semua anak berharap memiliki keluarga yang ideal. Satu ayah dan satu ibu. Hadirnya keluarga lain dalam kehidupannya, dapat memicu rasa cemburu, marah, sedih, dan kecewa. Perhatian ayah yang terbagi untuk keluarganya yang lain, menyebabkan anak akan kurang kasih sayang.

Sedangkan bagi anak perempuan, tidak menutup kemungkinan poligami yang terjadi terhadap orang-tuanya meninggalkan rasa trauma terhadap perkawinan dengan pria.13

Dalam sidang uji materi undang-undang No. 1 tahun 1974 perihal perkawinan di gedung Mahkamah Agung, pemerintah diwakili oleh Dirjen Bimas Islam Depag, Nasyarudin Umar, menyajikan data poligami di seluruh Indonesia. Pada tahun 2004 Pengadilan Agama mengeluarkan 800 izin poligami dari 1016 permohonan, pada tahun 2005, 803 izin dari 989 permohonan, sedangkan pada tahun 2006, 776 dari 1148 permohonan. Berdasarkan

10Barzah Latupono, “Kajian Yuridis Dampak Poligami Terhadap Kehidupan Keluarga”, Bacarita Lau Journal, Vol 1, No. 1 Thn 2020, hlm. 20.

11Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 136.

12Yusuf Qardawi, Jangan Menyesal Menjadi Wanita, (Yogyakarta: Diva Press, 2004) hlm. 194.

13Barzah Latupono, “Kajian Juridis Dampak Poligami Terhadap Kehidupan Keluarga”, Bacarita Law Journal, Vol 1, No. 1 Thn 2020, Hlm.23.

(20)

4

laporan kasus yang disusun di Rektorat Pelatihan Administrasi Peradilan Agama Ditjen Badilag, sepanjang tahun 2011, pengadilan tingkat pertama di lingkungan peradilan agama seluruh Indonesia menerima 1784 permohonan izin poligami. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan perkawinan poligami masih banyak dilakukan pada setiap tahunnya.14

Namun kenyataannya perkawinan poligami tidak selalu adil.

Di lihat dari hasil dokumentasi KOMNAS Perempuan menunjukan bahwa kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga kerap terjadi dalam konteks poligami, baik poligami yang tercatat maupun tidak tercatat. Badan Peradilan Agama ( Badilag) pada tahun 2020 mencatat bahwa poligami menjadi salah satu alasan perceraian, di mana sekurangnya ada 759 kasus.15

Selain memiliki dampak negatif, poligami juga memiliki dampak positif seperti, seorang yang melakukan poligami dapat terhindar dari zina, dapat melindungi para janda bahkan untuk memperbanyak keturunan. Selain itu ketika suami memutuskan untuk melakukan poligami maka untuk hal pengasuhan anak bisa dilakukan bersama-sama, baik antara istri pertama dengan istri ke dua.16

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti disalah satu keluarga yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung, SR istri pertama dalam perkawinan poligami. SR tidak tinggal bersama suaminya, namun suaminya selalu mengunjungi dan terkadang menginap di rumah SR. dan SR juga tetap mendapatkan nafkah dari suaminya.17 Sebut saja MF anak dari SR yang berusia 10 tahun mengatakan tetap mendapatkan perhatian dari ayahnya meskipun tidak tinggal satu rumah, seperti ketika libur sekolah MF

14 Novrianti, (2011). Diakses dari website http:/

/publikasi.umy.ac.id/index.php/hukum/article/view/1137/2744, Tanggal 20 januari 2022.

15 https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/siaran-pers-komnas- perempuan-tentang-meneguhkan-solidaritas-dan-hak-bebas-dari-diskriminasi-jakarta-2- oktober-2021 Diakses tanggal 1 Februari 2022, Pukul 19.20 WITA

16 Ibnu Hamdun, “ Tinjauan Hukum Islam Tentang Dampak Poligami Terhadap Istri Di Kabupaten Gowa”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum Keluarga Islam, Vol 1, No.1 Thn 2019, hlm. 35.

17SR, Wawancara, Ubung, Tanggal 23 Desember 2021.

(21)

5

sering diajak pergi berlibur.18 Seperti yang diceritakan oleh SR bahwa anaknya juga sering di ajak bermain dan bercanda oleh ayahnya.19

Pengaruh yang paling besar ditimbulkan ketika suami atau seorang ayah memutuskan untuk melakukan perkawinan poligami adalah pengaruh terhadap perkembangan anak dan masa depannya.

Salah satu aspek perkembangan anak adalah perkembangan sosial.

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.20 Selain itu ada juga pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan sosial adalah area yang mencakup perasaan dan mengacu pada perilaku dan respon individu terhadap hubungan mereka dengan individu lain.21

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak adalah adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang yang ada di sekitarnya dengan berbagai usia dan latar belakang, adanya minat dan motivasi untuk bergaul, adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, serta adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.22

Selain itu pencapaian tugas perkembangan sosial untuk mampu bermasyarakat memerlukan tiga proses yaitu, belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan proses sosial.23 Serta proses perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu proses belajar sosial (sosialisasi) dan pembentukan loyalitas sosial.24

Di perkuat dengan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa apabila lingkungan interaksi seorang anak bagus maka perkembangan

18MF, Wawancara, Ubung, Tanggal 23 Desember 2021.

19SR, Wawancara, Ubung, Tanggal 23 Desember 2021.

20Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2000), hlm. 250.

21Allen, dan Marotz, Profil Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Indexs, 2010), hlm. 31.

22Singgih Gunarsa. Yulia D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: PT.BKP Gunung Mulia, 2003), hlm. 96.

23Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2000), hlm. 251

24Moh Padil. Supriyatno Triyono, Psikologi Pendidikan, (Malang: UIN Malang, 2007), hlm. 84.

(22)

6

sosial anak akan positif dan apabila lingkungan sosial anak kurang bagus maka akan memberikan dampak negatif bagi anak.25 Hal tersebut berkaitan dengan pola pengasuhan orang tua yang diterapkan kepada anak-anak nya, karena pola pengasuhan juga akan mempengaruhi kepribadian, sosial dan juga emosional anak. Pola asuh merupakan suatu bentuk (struktur), sistem dalam menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak kecil.26

Selain itu ada juga pendapat yang menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara yang orang tua dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak-anaknya mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana tujuan tersebut antara pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku yang harus dimiliki anak apabila dewasa nanti. 27 Hal tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu latar belakang pendidikan orang tua, sosial ekonomi orang tua, keterlibatan orang tua, lingkungan tempat tinggal, kultur budaya, dan pengaruh media masa seperti televisi atau game online.28

Oleh sebab itu peneliti memiliki alasan tersendiri untuk melakukan penelitian ini dikarenakan keluarga yang melakukan perkawinan poligami sering mendapatkan stigma yang buruk di masyarakat, tidak jarang anak juga ikut menjadi korban dalam hal tersebut seperti dalam hal pola pengasuhan dan juga proses tumbuh kembang anak. Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk lebih mengetahui fenomena yang marak terjadi di masyarakat tersebut, sehingga peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Pola Pengasuhan Pada Keluarga Berpoligami Dalam Pemenuhan Tugas Perkembangan Sosial Anak (Studi Kasus Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah)”.

25Vujja Nandwijiwa. Prima Aulia, “Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Pada Masa Pandemic Covid-19”, Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 4, No. 3 Thn 2020, hlm.

3150.

26Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 322.

27Mussen, Perkembangan Dan Kepribadian Anak, (Jakarta: Arcan Noor, 1994), hlm.395.

28Eti Kusmiati, dkk,“Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Disiplin Anak Di Masa Pandemi”, PERNIK Jurnal PAUD, Vol. 4, No.2 Thn 2021, hlm. 91.

(23)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian ini iyalah :

1. Bagaimana pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

b. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah .

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam ilmu-ilmu sosial, serta mampu memberikan refrensi mengenai penelitian yang berkaitan dengan keluarga berpoligami.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi orang tua yang melakukan poligami agar lebih mengetahui cara untuk mendidik anak walaupun melakukan poligami. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat agar lebih mengetahui cara mendidik anak untuk pemenuhan tugas perkembangan sosial anak.

(24)

8

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Untuk menghindari pembahasan yang keluar dari fokus penelitian, maka pada penelitian ini hanya akan membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak.

Sedangkan untuk setting penelitian atau lokasi penelitian peneliti memilih melaksanakan penelitian di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah dikarenakan di Desa Ubung sebagian masyarakatnya masih beranggapan bahwa anak yang diasuh dan dibesarkan dalam keluarga berpoligami akan tidak diurus atau tidak diperdulikan oleh orang tuanya dikarenakan orang tuanya melakukan perkawinan poligami.

E. Telaah Pustaka

Berdasarkan judul yang diangkat yaitu “Pola Pengasuhan Pada Keluarga Berpoligami Dalam Pemenuhan Tugas Perkembangan Sosial Anak”, maka peneliti mengambil beberapa rujukan dari skripsi dan jurnal, diantaranya:

1. Skripsi Ririn Septiana “Konsep Keluarga Sakinah Bagi Pelaku Poligami (Studi Kasus Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabu Lampung Timur)”.29 Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Ririn Septiana yaitu untuk mengetahui konsep sakinah bagi pelaku poligami di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabu Lampung Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research), dengan teknik pengumpulan data secara wawancara dan dokumentasi. Hasil dari peneitian Ririn Septiana menunjukan bahwa terdapat 4 keluarga yang berpoligami di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabu Lampung Timur. Ketika suami meminta untuk melakukan poligami maka istrinyalah yang mencarikan sendiri calon istri kedua untuk suaminya dengan alasan untuk menciptakan keluarga yang sakinah. Keluarga yang berpoligami harus ada kerja sama dan harus saling memahami antara istri pertama dengan istri ke dua.

Bersifat adil juga menjadi hal utama dalam membentuk keluarga

29 Ririn Septiana “Konsep Keluarga Sakinah Bagi Pelaku Poligami (Studi Kasus Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabu Lampung Timur)”, (Lampung:Institut Agama Islam Negeri Metro, 2019).

(25)

9

berpoligami yang sakinah. Masyarakat di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabu Lampung Timur beranggapan bahwa berpoligami adalah suatu hal yang wajar dan bisa dilakukan oleh siapapun.

2. Skripsi Ratna “Pola Asuh Dalam Keluarga Berpoligami Di Desa Turungan Baji Kec. Sinjai Barat”.30 Penelitian Ratna bertujuan untuk mengetahui pola asuh anak dalam keluarga berpoligami dan untuk mengetahui perilaku anak yang di asuh dalam keluarga berpoligami di Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat.

Penelitian Ratna menggunakan pendekatan fenomologis yang dimana pengumpulan data menggunakan wawancara da dokumentasi. Hasil dari penelitian Ratna bahwa pola pengasuhan pada orang tua berpoligami dan perilaku anak dalam keluarga berpoligami tidak jauh berbeda dengan keluarga utuh. Terlihat dari cara komunikasi orang tua dengan anak dan perilaku orang tua terhadap anak. Pola pengasuhan keluarga yang berpoligami dalam penelitian Ratna menggunakan 2 pola pengasuhan yaitu demokratis dan permisif. Pola pengasuhan demokratis dapat dilihat dari bagaimana orang tua sangat responsif terhadap anak selain itu orang tua juga selalu memberikan arahan untuk anak selalu berbuat baik. Lain hal nya dengan pola pengasuhan permisif yang dimana orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar bahkan tidak menegur atau memperingati anak apabila anak dalam keadaan bahaya. Sedangkan perilaku anak merupakan reaksi atau perlakuan lingkungan terhadap dirinya. Anak tumbuh dan berkembang dibawah asuhan orang tua dan melalui orang tua anak beradaptasi dengan lingkungannya, serta mengenal pola pergaulan yang berlaku di lingkungannya. Hal ini disebabkan oleh orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak, jadi apabila pola asuh yang diterapkan orang tua keliru maka yang terjadi perilaku anak akan bertambah buruk.

3. Skripsi Edi Handoko “Problematika Kehidupan Rumah Tangga Poligami Di Desa Jembayat Kecamatan Margasari Kebupaten

30Ratna, “Pola Asuh Dalam Keluarga Berpoligami Di Desa Turungan Baji Kec. Sinjai Barat”, (Sulawesi Selatan: Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai, 2018).

(26)

10

Tegal Provinsi Jawa Tengah”.31Penelitian Edi Handoko bertujuan untuk mengetahui problematika praktik poligami dan faktor yang menyebabkan terjadinya poligami di Desa Jembayat Kecamatan Margasari Kebupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Penelitian Edi Handoko menggunakan penelitian lapangan dengan metode wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian Edi Handoko bahwa ada 2 problematika praktek poligami yang terjadi di Desa Jembayat Kecamatan Margasari Kebupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah, yakni ketidak adilan dan traumatik bagi keluarga. Hal ini mengakibatkan traumatik bagi anak dan juga istri pertama, yang dimana istri pertama menyalahkan dirinya karena merasa tindakan suaminya yang melakukan poligami adalah akibat dari kesalahan dirinya dalam memilih pasangan. Sedangkan faktor penyebab terjadinya poligami di Desa Jembayat Kecamatan Margasari Kebupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadinya poligami karena rendahnya kesadaran moral para pelaku praktik poligami, serta minimnya tingkat kesadaran tentang lembaga pernikahan.

Sementara faktor eksternal yang yang menjadi penentu bagi tegaknya suatu keluarga yaitu faktor ekonomi, lingkungan dan ikut-ikutan.

4. Skripsi Anita “Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendidik Anak Rt 13 Desa Agung Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo”.32 Fokus penelitian Anita pada pola asuh orang tua dalam mendidik anak usia 6 tahun sebanyak 10 KK. Hasil penelitian Anita yang di mana di Rt 13 Desa Agung Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo terdapat 31 KK, yang di mana 21 KK memberikan pola pengasuhan yang baik kepada anak-anaknya, seperti memberikan pendidikan agama kepada anak-anak nya. Sedangkan 10 KK dari 31 KK tersebut memberikan pola pengasuhan yang kurang baik kepada anak-anak nya, yang di mana cara orang tua mendidik anak

31Edi Handoko “Problematika Kehidupan Rumah Tangga Poligami Di Desa Jembayat Kecamatan Margasari Kebupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah”, (Yogyakarka:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010)

32 Anita, “Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendidik Anak Rt 13 Desa Agung Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo”, (Jambi:Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin, 2019)

(27)

11

mereka dan melepaskan semua urusan pendidikan kepada lembaga saja tanpa dibantu dengan didikan rumah, serta orang tua selalu berkata kasar kepada anak-anaknya. Selain itu hasil penelitian Anita menyebutkan bahwa pola asuh orang tua di Desa Agung Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo menggunakan pola asuh permisif dan otoriter.

Hal ini juga dijelaskan oleh Martin Hoffman dari universitas Michigan bahwa penggunaan cara kekerasan, khusus penggunaan sangsi fisik dan penekanan terhadap anak akan menghalangi anak mencapai masa kematangannya dalam kehidupan bersosial dan beretika. Sedangkan penggunaan logika dan pikiran dalam memecahkan permasalahan dan menjelasakannya kepada mereka, dapat mendorong kemampuan mencapai masa kematarangan.

Kondisi tersebut juga dicapai jika orang tua memberikan kelembutan dan cinta kasih terhadap anak-anak. Penggunaan ancaman dan cara kekerasan baik itu kekerasan fisik atau batin seperti mengekang anak-anak untuk melakukan sesuatu tidak anak mendorong anak memberikan karya terbaiknya.

Sedangkan kendala yang dihadapi orang tua dalam mendidik anak yaitu: 1. Rendahnya pendidikan orang tua, karena orang tua anak di Rt 13 hanya memiliki pendidikan sebatas sekolah dasar (SD). 2.

Kurangnya pengetahuanorang tua tentang pola asuh dalam mendidik anak dengan baik dan benar karena hal tersebut dapat berpengaruh kepada masa depan anak. 3. Ekonomi dan pekerjaan yang menyita waktu orang tua.

5. Jurnal Ratna Kusuma Wardani & Idaul Hasanah, “Pemenuhan Hak Anak Dalam Keluarga Berpoligami”.33 Hasil penelitian Ratna Kusuma Wardani & Idaul Hasanah bahwa kenyataannya secara umum tidak semua anak dalam keluarga berpoligami mendapatkan hak yang seharusnya didapatkan, bahkan ada yang tidak terpenuhi.

Jika anak tidak mendapatkan hak nya anak bisa menuntut hak tersebut. Dalam hal ini orang tua wajib memenuhi, menjamin dan melindunginya. Namun ketika orang tua memutuskan untuk

33 Ratna Kusuma Wardani. Idaul Hasanah, “Pemenuhan Hak Anak Dalam Keluarga Berpoligami”, Jurnal Perempuan dan anak, Vol 1, No.1 Thn 2015.

(28)

12

melakukan poligami hak anak menjadi tidak terpenuhi baik hak nafkah dan tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan anak.

Lain hal nya dengan keluarga berpoligami yang baik, maka hak- hak anak akan terpenuhi juga.

6. Jurnal Hari Harjanto Setiawan, “Pola Pengasuhan Keluarga Dalam Proses Perkembangan Anak”.34 Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Hari Harjanto Setiawan bahwa perwujudan kesejahteraan keluarga tidak terlepas dari pelaksanaan fungsi- fungsi keluarga yaitu dalam suatu keluarga diharapkan ada suatu keharmonisan, hubungan yang penuh kemesraan dan kasih sayang yang merupakan dambaan setiap orang. Keharmonisan tersebut akan diperlihatkan melalui jalinan relasi baik yang bersifat fisik maupun relasi psikis.

Pengasuhan (parenting) keluarga pada anak-anak memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat sedikit pendidikan formal mengenai tugas ini. Kebanyakan orang tua mempelajari praktek pengasuhan dari orang tua mereka sendiri. Sebagian praktik tersebut mereka terima, namun sebagian lagi mereka tinggalkan.

Suami dan istri mungkin saja membawa pandangan yang berbeda mengenai pengasuhan ke dalam pernikahan. Pandangan yang berbeda tersebut akan memunculkan model pengasuhan yang berbeda pula. Masing-masing model tersebut akan menimbulkan dampak pengasuhan keluarga terhadap perkembangan anak.

Berbagai model pengasuhan keluarga dan dampaknya terhadap perkembangan anak diharapkan akan memunculkan sebuah kebijakan dari pemerintah tentang pentingnya pengasuhan keluarga terhadap perkembangan anak. Sehingga diharapkan dengan keluarga yang sejahtera akan dapat memberikan pengasuhan anaknya secara baik.

34 Hari Harjanto Setiawan,“Pola Pengasuhan Keluarga Dalam Proses Perkembangan Anak”, Jurnal Informasi, Vol. 19, No. 3 Thn 2014.

(29)

13

7. Jurnal Aprilia Elsye Melinda & Izzati, “Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Melalui Teman Sebaya”. 35 Tujuan dalam penelitian Aprilia Elsye Melinda & Izzati yaitu untuk menganalisis perkembangan sosial anak usia dini melaui teman sebaya.

Responden dalam menelitian yang dilakukan oleh Aprilia Elsye Melinda & Izzati yaitu siswa kelas B4 Taman Kanak-kanak Negeri 01 Sangir Solok Selatan. Teknik pengumpulan informasi menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi, teknik tersebut digunakan untuk memperoleh informasi perkembangan sosial anak melalui teman sebaya. Hasil penelitian Aprilia Elsye Melinda & Izzati menunjukan bahwa teman sebaya dapat membantu perkembangan sosial anak seperti anak dapat mematuhi peraturan dan membantu teman dalam keadaan seperti belajar dan juga berbagi terhadap teman.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulakan bahwa pada penelitian pertama menunjukan bahwa suami yang melakukan poligami harus mendapat persetujuan istri pertama dengan syarat istri pertamalah yang mencarikan calon istri untuk suaminya dengan tujuan menciptakan keluarga yang sakinah, hal tersebut berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan bahwa ketika keluarga yang berpoligami dapat menciptakan keluarga yang sakinah maka hal tersebut akan berdampak pada pemenuhan tugas perkembangan sosial anak. Penelitian kedua disimpulkan bahwa pola pengasuhan keluarga yang berpoligami dengan keluarga untuh tidak jauh berbeda, hal tersebut dilihat dari perilaku anak dan cara berkomunikasi orang tua dengan anak sangat baik atau menunjukan perilaku yang positif hal tersebut memperkuat penelitian yang akan peneliti lakukan bahwa sama- sama menggali tentang pola pengasuhan pada keluarga berpoligami yang berdampak pada tugas perkembangan anak.

Untuk penelitian ketiga bahwa poligami menimbulkan trauma bagi anak dan istri, sehingga istri menyalahkan dirinya ketika suami memutuskan untuk melakukan poligami, faktor yang menyebabkan

35 Aprilia Elsye Melinda & Izzati, “Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Melalui Teman Sebaya”, Jurnal pendidikan anak usia dini undiksha,Vol 9, No. 1 Thn 2021.

(30)

14

poligami pada penelitian ketiga yaitu faktor ekonomi, lingkungan dan ikut-ikutan. Hal tersebut berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan bahwa kemampuan ekonomi juga yang menjadi alasan pelaku melakukan poligami. Penelitian ke empat bahwa terdapat 31 KK di Rt 13 Desa Agung Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, yang dimana 10 KK yang menerapkan pola pengasuhan yang tidak baik, seperti menyerahkan pengasuhan anak kepada lembaga sekolah tanpa memberikan pengasuhan kembali di rumah, berbeda dengan 21 KK yang menerapkan pola pengasuhan yang baik yang di mana orang tua memberikan pendidkan agama kepada anaknya. Penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang peneliti akan lakukan di mana sama-sama membahas tentang pola pengsuhan orang tua. Penelitian ke lima membahas tentang pemenuhan tugas anak pada keluarga yang berpoligami hal tersebut dapat dilihat dari tanggung jawab dan nafkah yang diberikan pada anak. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan yang di mana ketika hak anak terpenuhi maka tugas perkembangan sosial anak pada keluarga berpoligami juga akan terpenuhi. Penelitian ke enam membahas tentang perwujudan kesejahteraan keluarga yang tidak terlepas dari pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga yaitu dalam suatu keluarga diharapkan ada suatu keharmonisan, hubungan yang penuh kemesraan dan kasih sayang yang merupakan dambaan setiap orang. model pengasuhan yang berbeda akan menimbulkan dampak pengasuhan keluarga terhadap perkembangan anak. Hal ini diharapkan akan memunculkan sebuah kebijakan dari pemerintah tentang pentingnya pengasuhan keluarga terhadap perkembangan anak. Penelitian ini memperkuat penelitian yang peneliti lakukan yang dimana pola pengasuhan keluarga yang berbeda akan menyebabkan pemenuhan tugas perkembangan anak juga akan berbeda. Penelitian terakhir menyimpulkan bahwa teman sebaya dapat membantu perkembangan sosial anak seperti anak dapat mematuhi peraturan dan membantu teman dalam keadaan seperti belajar dan juga berbagi terhadap teman. Hal ini memperkuat penelitian yang peneliti lakukan dimana teman sebaya sangat penting dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak. Dari

(31)

15

hasil beberapa penelitian tersebut membuat peneliti berniat untuk meneliti lebih lanjut mengenai pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak serta mengetahui faktor pendukung dan pernghambat dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak.

Tabel 1.1

Ringkasan Telaah Pustaka36 N

O

Penelitian dan Judul

Kerangka Teori

Perbedaan Persamaan Hasil 1. Ririn

Septiana,

“Konsep Keluarga Sakinah Bagi Pelaku Poligami (Studi Kasus Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabu

Lampung Timur)”

Konsep Keluarga Sakinah Bagi Pelaku Poligami (Studi Kasus Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabu Lampung Timur)

Perbedaan nya terletak pada jenis penelitian, waktu penelitian, dan tempat penelitian

Persamaan nya adalah sama-sama membahas tentang keluarga berpoligam i

Hasil dari peneitian bahwa ketika suami meminta untuk melakukan poligami maka istrinyalah yang mencarikan sendiri calon istri kedua untuk suaminya dengan alasan untuk menciptakan keluarga yang sakinah..

2. Ratna “Pola Asuh Dalam

Pola Asuh Dalam

Perbedaan nya

Persamaan nya sama-

Hasil dari penelitian

36 Ringkasan telaah pustaka, 2022

(32)

16 Keluarga

Berpoligami Di Desa Turungan Baji Kec.

Sinjai Barat”

Keluarga Berpoligam i Di Desa Turungan Baji Kec.

Sinjai Barat

terletak pada tempat penelitian, waktu penelitian, dan jenis pendekata n

penelitiann ya.

sama ingin mengetahui pola asuh anak dalam keluarga berpoligam i

bahwa pola pengasuhan pada orang tua

berpoligami dan

perilaku anak dalam keluarga berpoligami tidak jauh berbeda dengan keluarga utuh.

Terlihat dari cara komunikasi orang tua dengan anak dan perilaku orang tua terhadap anak.

3. Edi Handoko

“Problemati ka

Kehidupan Rumah Tangga Poligami Di Desa

Jembayat Kecamatan

Problemati ka

Kehidupan Rumah Tangga Poligami Di Desa Jembayat Kecamatan Margasari

Perbedaan nya terletak pada tempat penelitian, waktu penelitian, dan jenis pendekata

Persamaan nya sama- sama membahas tentang poligami

Hasil dari penelitian ini adalah suami yang memutuska n

melakukan poligami mengakibat kan

(33)

17 Margasari

Kebupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah”

Kebupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah

n

penelitiann ya.

traumatik bagi anak dan juga istri pertama, dan faktor penyebab poligami adalah lingkungan dan

ekonomi.

4. Anita “Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendidik Anak Rt 13 Desa Agung Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo”

Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendidik Anak Rt 13 Desa Agung Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo

Perbedaan nya terletak pada tempat penelitian dan waktu penelitian.

Persamaan ya sama- sama membahas tentang pola

pengasuhan pada

keluarga berpoligam i

Hasil penelitian menyebutka n bahwa pola asuh orang tua di Desa Agung Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo menggunaka n pola asuh permisif dan otoriter.

5. Ratna Kusuma Wardani dan Idaul

Hasanah tentang

“Pemenuhan Hak Anak

Pemenuhan Hak Anak Dalam Keluarga Berpoligam i

Perbedaan nya terletak pada tempat penelitian dan waktu

Persamaan nya sama- sama membahas tentang poligami

Hasil dari penelitian tidak semua anak dalam keluarga berpoligami mendapatka n hak yang

(34)

18 Dalam

Keluarga Berpoligami

”.

penelitian. seharusnya

didapatkan, bahkan ada yang tidak terpenuhi.

Sehingga dalam hal ini orang tua wajib memenuhi, menjamin dan

melindungi 6. Hari

Harjanto Setiawan tentang

“Pola Pengasuhan Keluarga Dalam Proses Perkembang an Anak”

Pola

Pengasuhan Keluarga Dalam Proses Perkemban gan Anak

Perbedaan nya terletak pada tempat penelitian dan waktu penelitian.

Persamaan nya adalah sama-sama membahas tentang Pola

pengasuhan dan

perkemban gan anak.

Hasil dari penelitian bahwa dari berbagai model pengasuhan keluarga sangat penting bagi perkemban gan anak.

Sehingga diharapkan dengan keluarga yang sejahtera akan dapat memberika n

pengasuhan

(35)

19

anaknya secara baik 7. Aprilia Elsye

Melinda dan Izzati tentang

“Perkemban gan Sosial Anak Usia Dini Melalui Teman Sebaya”

Perkemban gan Sosial Anak Usia Dini Melalui Teman Sebaya

Perbedaan nya terletak pada tempat penelitian, subjek dan waktu penelitian.

Persamaan nya adalah sama-sama membahas tentang perkemban gan sosial

Hasil dari penelitian menunjuka n bahwa teman sebaya dapat membantu perkemban gan sosial anak seperti anak dapat mematuhi peraturan dan membantu teman dalam keadaan seperti belajar dan juga berbagi terhadap teman.

F. Kerangka Teori 1. Pola Asuh

a. Definisi Pola Asuh

Pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua supaya anak-anaknya dapat tumbuh

(36)

20

menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial.37 Menurut Diana Baumrind yang dikutip oleh Muallifah, bahwa pada prinsipsinya pola asuh merupakan parental control yaitu bagaimana orang tua mengontrol, membimbing dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan menuju pada proses pendewasaan.38 Sedangkan Hurlock berpendapat bahwa pola asuh adalah mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat.39

Pujosuwarno berpendapat bahwa segala sikap dan perilaku baik atau buruk orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan anak secara sosial.40

Dengan demikian pola asuh adalah cara bagaimana orang tua dalam mengasuh anak yang dilakukan dalam keluarga, dimana dalam pengasuhan terjadi interaksi antara orang tua dan anak, memberikan bimbingan, arahan, mendidik, melindungi, dan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak agar sesuai dengan yang diharapkan orang tua. Segala sikap dan perilaku orang tua akan ditiru oleh anak, jika orang tua berperilaku baik maka anak akan berperilaku baik pula, namun jika orang tua berperilaku buruk maka anak akan berperilaku buruk pula.41

b. Jenis-Jenis Pola Asuh

Menurut Yatim dan Irwanto ada 3 macam pola asuh iyalah:

1) Pola Asuh Otoriter

37Santrock.J.W, Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm.159.

38Muallifah, Psycho Islamic Smart Parenting, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), hlm. 42.

39Ibid, hlm. 43.

40Pujosuwarno. Sayekti, Bimbingan Dan Konseling Keluarga, (Yogyakarta:

Menara Mas Ofset, 1994), hlm. 21.

41Aisyah Nur Atika, dkk, “Enam metode pola asuh orang tua untuk peningkatan social skills di Kabupaten Malang”,Jurnal ilmiah DIDAKTIKA, Vol. 20, No.1 Thn 2019, hlm. 21.

(37)

21

Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang memaksakan kehendak atau yang bersifat keras, ketat dan kaku, serta membatasi kebebasan anak untuk bertindak atas nama diri sendiri. Orang tua yang memiliki pola asuh demikian selalu membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya.

2) Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat.

Anak dianggap sebagai sosok yang matang, yang diberikan kebebasan untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya.

Dalam hal ini kontrol orang tua sangat lemah bahkan mungkin tidak ada. Orang tua tidak memberikan bimbingan yang cukup kepada anak, semua yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan dan bimbingan.

3) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu mengendalikannya. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, segala pendapat didengarkan, ditanggapi, dan diberikan apresiasi. Anak selalu dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut tentang kehidupannya di masa depan. 42

Helmawati membagi pola pengasuhan orang tua menjadi 5 bagian yaitu:

1) Pola asuh demokratis

Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat di

42 Yatim. Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, (Jakarta:Arcan, 1991), hlm. 96-97.

(38)

22

pertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak bisa berbuat semena-mena.

Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik dan jujur.

2) Pola asuh permisif

Sifat pola asuh ini yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cendrung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari segi negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri.

3) Pola asuh otoriter

Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena- mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menuruti dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Sehingga pola asuh ini bisa menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri, minder dalam pergaulan, memberontak dan nakal. Namun dari segi positif anak yang didik dengan pola asuh ini cenderung akan menjadi disiplin yakni menaati peraturan.

4) Pola asuh situasional

Dalam kenyataannya, seringkali pola asuh tersebut tidak diterapkan secara kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tersebut. Ada kemungkinan orang tua menerapkan secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu. Sehingga seringkali munculah tipe pola asuh situasional. Orang yang menerpkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes.

(39)

23 5) Pola asuh acuh tak acuh

Orang tua dengan pola asuh acuh tak acuh cenderung tidak menuntut, tidak responsive, dan jarang berkomunikasi dengan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini beranggapan bahwa anak harus bisa mengurus dirinya sendiri.43

Sedangkan menurut Baumrind dikutip oleh King terdapat 4 jenis pola asuh diantaranya:

1) Pola asuh otoriter adalah pola asuh di mana orang tua memegang kendali secara keseluruhan tanpa adanya kebebasan untuk anak dalam berpendapat

2) Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang diberikan orang tua di mana anak diberikan kesempatan dalam menentukan pilihan kehidupan sehari-hari dan tidak sepenuhnya orang tua mengambil keputusan tentang anaknya. Pola asuh ini mengutamakan nilai demokrasi, diskusi dan musyawarah didalam keluarga.

3) Pola asuh permisif adalah pola asuh di mana orang tua menginginkan hal yang paling baik untuk anaknya tapi cenderung memberikan kebebasan anak dalam menentukan pilihan.

4) Pola asuh penelantaran adalah bentuk pengasuhan orang tua terhadap anak yang bisa dimaknai sebagai orang tua dalam memberikan pengasuhan tidak terlibat sama sekali di dalam kehidupan anak. Di mana orang tua cenderung membiarkan anak tanpa memikirkan masa depan dari anak tersebut.

Maka dari itu, dalam hal ini bisa memberikan dampak negatif bagi seorang anak.44

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh 1. Faktor pendukung

a. Pendidikan Orang Tua

43Helmawati, Pendidikan keluarga, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 138.

44King A. Laura, Psikologi Umum, (Jakarta:Salemba Humaika, 2010), hlm.

172.

(40)

24

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut seta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

2. Faktor penghambat a. Budaya atau kebiasaan

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.

b. Sosial ekonomi orang tua

pada kehidupan sosial banyak ditentukan oleh status sosial pada lingkungan masyarakat. Orang tua akan memandang anak bukan menjadi anak yang independen melainkan akan memandang anak berasal keluarga siapa.

Secara tidak langsung akan mempengaruhi penerapan pola pengasuhan orang tua pada anak.45

45Fredericksen Victoranto Amseki, dkk, Teori Dan Aplikasi Psikologi Perkembangan, (Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), hlm. 172-173.

(41)

25 2. Keluarga Berpoligami

a. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian anak. Esensi pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sedangkan sekolah hanya berpartisipasi. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang memberikan fundasi primer bagi perkembangan anak, juga memberikan pengaruh yang menentukan bagi pembentukan watak dan kepribadian anak. Maka baik buruknya keluarga ini memberikan dampak yang positif atau negatif pada pertumbuhan anak menuju kepada kedewasaannya.46 Hendi Suhendi dan Ramdani Wahyu mengatakan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial.47

Keluarga secara etimologis berasal dari rangkaian kata

“kawula” dan “warga”. Kawula artinya abdi yakni hamba, sedangkan warga artinya anggota. Sebagai abdi di dalam keluarga, seorang wajib menyerahkan segala kepentingan kepada keluarganya dan sebagai warga atau anggota, ia berhak ikut mengurus segala kepentingan didalam keluarganya.

Sedangkan dalam Ensiklopedi umum yang dimaksud keluarga yaitu kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan yang terdiri dari ibu, ayah, anak (yang belum memisahkan diri sabagai keluarga).48

b. Ciri-Ciri Keluarga

Ciri-ciri umum keluarga seperti yang dikemukakan oleh Mac iver dan Page dalam Khairuddin yaitu:

1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2) Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

46Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm. 166.

47Hendi Suhendi. Wahyu Ramdani, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Pustaka Setia, 2001), hlm. 23.

48Bambang Ismaya, Bimbingan dan konseling studi kerier dan keluarga, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), hlm. 134.

(42)

26

3) Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.

4) Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota- anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5) Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.49

c. Fungsi Keluarga 1) Fungsi Biologis

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua adalah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.

2) Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadikan dasar perkawinan dan membantuk suatu keluarga kecil. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor yang terpenting bagi perkembangan pribadi anak.

3) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.50

d. Peran Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama untuk anak dalam membentuk kepribadian dan mencapai tugas-tugas perkembangannya. Oleh karena itu, keluarga menjadi faktor

49Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Liberty, 2008), hlm. 6.

50Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Liberty, 2008), hlm. 48.

(43)

27

yang terpenting bagi pembentukan sikap dan prilaku anak baik dalam segi kepribadian, sosial maupun emosional anak.

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang sangat mendukung untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik.51

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku inter personal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.52

e. Permasalahan Dalam Keluarga

Permasalahan dalam keluarga dapat dirasakan ataupun tidak dapat dirasakan oleh orang tua. Orang tua yang memiliki kesibukan di luar rumah cenderung mengabaikan, meskipun ia menyadari anaknya mengalami masalah. Apabila hal ini terus berlanjut anak tidak akan segan-segan memunculkan perilaku negatifnya dihadapan orang tua dan lingkungan sekitarnya.53 f. Definisi Poligami

Kata-kata “poligami” terdiri dari kata “poli” dan

“gami”.Secara etimologi, poli artinya “banyak”, gami artinya

“istri”. Jadi, poligami itu artinya beristri banyak. Secara terminology, poligami yaitu “seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu istri”. Atau, “seorang laki-laki beristri lebih dari seorang, tetapi dibatasi paling banyak empat orang.54

Poligami adalah fenomena kehidupan yang terjadi di sekitar kita. Istilah poligami sering terdengar namun tidak banyak masyarakat yang dapat menerima keadaan ini. Poligami

51 Ulfiah, Psikologi Keluarga: Pemahaman Hakikat Keluarga Dan Penanganan Problematika Rumah Tangga, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), hlm. 5.

52 Ibid, hlm. 6.

53Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Keluarga Dan Remaja, (Surabaya:

Uin Sunan Ampel Press, 2017), hlm. 51-52.

54Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Cet.I; Kencana, 2012), hlm. 129.

(44)

28

merupakan pola perkawinan dengan mengambil lebih dari satu pasangan dalam hal ini suami dapat memperistri lebih dari satu istri, tak masalah apakah hal itu dilakukan secara bersamaan atau secara bertahap.55

Menurut pandangan Fazlur Rahman poligami merupakan produk hukum islam yang legal tujuannya untuk mencapai idealitas tatanan dalam sebuah komunitas tertentu. Karenanya poligami tidak dapat dihilangkan begitu saja.56

g. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Poligami 1) Kebutuhan Biologis

Ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu dan tidak mampu menjaga pandangannya maka manusia akan menempati posisi yang terendah. Ketika suami tidak mendapatkan kepuasan seksual dari sang istri akhirnya terjadi ketidakseimbangan dalam pemenuhan kebutuh

Gambar

Tabel 1.2 Komposisi penduduk berdasarkan usia
Tabel  diatas  memperlihatkan  bahwa  jumlah  penduduk  berdasarkan  usia  sangat  bervariasi,  namun  dalam  keluarga  yang  melakukan  perkawinan  poligami  di  Desa  Ubung  memiliki  tingkat  usia  mulai  dari  usia  suami  46  tahun  sampai  62  tahun,
Tabel  diatas  memperlihatkan  bahwa  jumlah  masyarakat  di  Desa  Ubung  yang  menjadi  petani  sebanyak  1.987,  sebagai  peternak  sebanyak  3.998,  sebagai  pedagang  sebanyak  205,  sebagai  jasa angkutan sebanyak 36, sebagai wiraswasta sebanyak  58
Tabel  diatas  memperlihatkan  bahwa  jumlah  subjek  dalam  penelitian  ini  sebanyak  12  orang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola pengasuhan anak dan untuk mengetahui peranan ibu dalam mengasuh anak pada keluarga nelayan di

Kepada masyarakat diharapkan mampu melihat sisi baik kepada orangtua tunggal yang memakai pola pengasuhan tertentu, karena adanya ketidak berfungsinya salah satu fungsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengasuhan yang diterapkan keluarga Jawa pernikahan dini dalam mengasuh anak, untuk mengetahui faktor yang

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pengasuhan anak pada keluarga nelayan di Desa Perlis Kecamatan Berandan Barat

Penelitian pustaka untuk mengembangkan model pola pengasuhan berbasis keluarga dalam meningkatkan kreativitas anak terlantar.

Pola pengasuhan yang digunakan oleh setiap orangtua dari keluarga utuh dan keluarga bercerai berbeda, maka akan menghasilkan karakteristik anak yang berbeda

Pola pengasuhan oleh nenek di keluarga muda, menengah, dan tua; pengasuhan oleh paman atau tante di keluarga muda, menengah, dan tua; pengasuhan anak pesantren di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berjalannya program hasil pengasuhan berbasis keluarga, pola pengasuhan terhadap anak, faktor faktor yang mempengaruhi