• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

1. Pola Asuh

a. Definisi Pola Asuh

Pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua supaya anak-anaknya dapat tumbuh

20

menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial.37 Menurut Diana Baumrind yang dikutip oleh Muallifah, bahwa pada prinsipsinya pola asuh merupakan parental control yaitu bagaimana orang tua mengontrol, membimbing dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan menuju pada proses pendewasaan.38 Sedangkan Hurlock berpendapat bahwa pola asuh adalah mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat.39

Pujosuwarno berpendapat bahwa segala sikap dan perilaku baik atau buruk orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan anak secara sosial.40

Dengan demikian pola asuh adalah cara bagaimana orang tua dalam mengasuh anak yang dilakukan dalam keluarga, dimana dalam pengasuhan terjadi interaksi antara orang tua dan anak, memberikan bimbingan, arahan, mendidik, melindungi, dan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak agar sesuai dengan yang diharapkan orang tua. Segala sikap dan perilaku orang tua akan ditiru oleh anak, jika orang tua berperilaku baik maka anak akan berperilaku baik pula, namun jika orang tua berperilaku buruk maka anak akan berperilaku buruk pula.41

b. Jenis-Jenis Pola Asuh

Menurut Yatim dan Irwanto ada 3 macam pola asuh iyalah:

1) Pola Asuh Otoriter

37Santrock.J.W, Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm.159.

38Muallifah, Psycho Islamic Smart Parenting, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), hlm. 42.

39Ibid, hlm. 43.

40Pujosuwarno. Sayekti, Bimbingan Dan Konseling Keluarga, (Yogyakarta:

Menara Mas Ofset, 1994), hlm. 21.

41Aisyah Nur Atika, dkk, “Enam metode pola asuh orang tua untuk peningkatan social skills di Kabupaten Malang”,Jurnal ilmiah DIDAKTIKA, Vol. 20, No.1 Thn 2019, hlm. 21.

21

Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang memaksakan kehendak atau yang bersifat keras, ketat dan kaku, serta membatasi kebebasan anak untuk bertindak atas nama diri sendiri. Orang tua yang memiliki pola asuh demikian selalu membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya.

2) Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat.

Anak dianggap sebagai sosok yang matang, yang diberikan kebebasan untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya.

Dalam hal ini kontrol orang tua sangat lemah bahkan mungkin tidak ada. Orang tua tidak memberikan bimbingan yang cukup kepada anak, semua yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan dan bimbingan.

3) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu mengendalikannya. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, segala pendapat didengarkan, ditanggapi, dan diberikan apresiasi. Anak selalu dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut tentang kehidupannya di masa depan. 42

Helmawati membagi pola pengasuhan orang tua menjadi 5 bagian yaitu:

1) Pola asuh demokratis

Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat di

42 Yatim. Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, (Jakarta:Arcan, 1991), hlm. 96-97.

22

pertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak bisa berbuat semena-mena.

Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik dan jujur.

2) Pola asuh permisif

Sifat pola asuh ini yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cendrung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari segi negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri.

3) Pola asuh otoriter

Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena- mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menuruti dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Sehingga pola asuh ini bisa menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri, minder dalam pergaulan, memberontak dan nakal. Namun dari segi positif anak yang didik dengan pola asuh ini cenderung akan menjadi disiplin yakni menaati peraturan.

4) Pola asuh situasional

Dalam kenyataannya, seringkali pola asuh tersebut tidak diterapkan secara kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tersebut. Ada kemungkinan orang tua menerapkan secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu. Sehingga seringkali munculah tipe pola asuh situasional. Orang yang menerpkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes.

23 5) Pola asuh acuh tak acuh

Orang tua dengan pola asuh acuh tak acuh cenderung tidak menuntut, tidak responsive, dan jarang berkomunikasi dengan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini beranggapan bahwa anak harus bisa mengurus dirinya sendiri.43

Sedangkan menurut Baumrind dikutip oleh King terdapat 4 jenis pola asuh diantaranya:

1) Pola asuh otoriter adalah pola asuh di mana orang tua memegang kendali secara keseluruhan tanpa adanya kebebasan untuk anak dalam berpendapat

2) Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang diberikan orang tua di mana anak diberikan kesempatan dalam menentukan pilihan kehidupan sehari-hari dan tidak sepenuhnya orang tua mengambil keputusan tentang anaknya. Pola asuh ini mengutamakan nilai demokrasi, diskusi dan musyawarah didalam keluarga.

3) Pola asuh permisif adalah pola asuh di mana orang tua menginginkan hal yang paling baik untuk anaknya tapi cenderung memberikan kebebasan anak dalam menentukan pilihan.

4) Pola asuh penelantaran adalah bentuk pengasuhan orang tua terhadap anak yang bisa dimaknai sebagai orang tua dalam memberikan pengasuhan tidak terlibat sama sekali di dalam kehidupan anak. Di mana orang tua cenderung membiarkan anak tanpa memikirkan masa depan dari anak tersebut.

Maka dari itu, dalam hal ini bisa memberikan dampak negatif bagi seorang anak.44

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh 1. Faktor pendukung

a. Pendidikan Orang Tua

43Helmawati, Pendidikan keluarga, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 138.

44King A. Laura, Psikologi Umum, (Jakarta:Salemba Humaika, 2010), hlm.

172.

24

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut seta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

2. Faktor penghambat a. Budaya atau kebiasaan

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.

b. Sosial ekonomi orang tua

pada kehidupan sosial banyak ditentukan oleh status sosial pada lingkungan masyarakat. Orang tua akan memandang anak bukan menjadi anak yang independen melainkan akan memandang anak berasal keluarga siapa.

Secara tidak langsung akan mempengaruhi penerapan pola pengasuhan orang tua pada anak.45

45Fredericksen Victoranto Amseki, dkk, Teori Dan Aplikasi Psikologi Perkembangan, (Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), hlm. 172-173.

25

Dalam dokumen pola pengasuhan pada keluarga berpoligami (Halaman 35-41)

Dokumen terkait