• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pola pengasuhan pada keluarga berpoligami

Dalam dokumen pola pengasuhan pada keluarga berpoligami (Halaman 126-139)

BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis pola pengasuhan pada keluarga berpoligami

Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

1. Bentuk Pola Pengasuhan Demokratis Pada Keluarga Berpoligami

Dari data yang didapat dari Kantor Desa Ubung, terdapat lima keluarga yang melakukan perkawinan poligami, namun dari lima keluarga tersebut yang masuk dalam kriteria dalam penelitian yang peneliti lakukan ada tiga keluarga. Yang di mana dari hasil penelitian peneliti, bahwa tiga keluarga yang melakukan perkawinan poligami ini menggunakan pola pengasuhan yang tidak jauh berbeda. Karena dalam hal pengasuhan setiap keluarga pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pola pengasuhan yang diterapkan oleh tiga keluarga yang berpoligami di Desa ubung lebih menekankan penggunaan pola pengasuhan demokratis kepada anak- anaknya, yang dimana menurut Hurlock bahwa pola asuh demokratis ini menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan.247 Pola asuh demokratis juga menjunjung keterbukaan, pengakuan terhadap pendapat anak, dan kerjasama. Anak diberikan kebebasan, namun tetap dalam pengawasan.248 Sehingga hasil dari pola asuh demokratis ini lebih mencerminkan hubungan keluarga yang sehat dan bahagia.249

Sehingga tiga keluarga yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah bahwa mereka sangat menyadari akan peran dan tanggung jawabnya

247 Fredericksen Victoranto Amseki, Dkk, Teori Dan Aplikasi Psikologi Perkembangan, (Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), hlm. 166-172

248 Fathi, Mendidik Anak Dengan Al-Qur’a, (Bandung: Grasindo, 2011), hlm.

53.

249 Hurlock, Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan Istiwidayanti & Soedjarwo), (Jakarta:Erlangga, 1999), hlm. 112.

111

sebagai orang tua. Dimana dalam pasal 26 ayat 1 undang-undang nomor 35 tahun 2014 sudah dijelaskan tentang kewajiban serta tanggung jawab orang tua untuk mengasuh, memelihara, mendidik, serta melindungi anak.250 Walaupun mereka melakuan perkawinan poligami namun mereka tetap mengingat kewajiban mereka sebagai orang tua dan hak anak-anaknya yang harus mereka penuhi seperti hak anak untuk bermain dan mendapatkan pendidikan. Karena hal tersebut sudah diatur dalam konvensi hak-hak anak atau lebih dikenal dengan UN-CRC (United Nations Convention On The Rights Of The Child) yang disahkan pada tahun1989 oleh PBB yang terdapat pada undang-undang no 35 tahun 2014.251 Selain itu orang tua yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung juga termasuk orang tua yang tidak galak namun tegas dalam mendidik anak tetapi tidak lupa untuk memberikan perhatian kepada anak- anaknya. Arti tegas disini seperti orang tua menyampaikan kata-kata yang membangun kepada anak, Serta mereka menyadarai kesiapan anak untuk diberikan kebebasan namun tidak lupa mengontrolnya.

Sehingga pola pengasuhan demokratis ini lebih memprioritaskan kasih sayang serta perhatian yang dibarengi dengan penerapan disiplin yang tegas dan konsisten kepada anak. Di sisi lain, anak diberikan keleluasaan dalam berpendapat dan diberikan kesempatan untuk berdiskusi, akibatnya terjalinlah pola komunikasi dua arah dan ketika terjadi perbedaan pendapat, anak tetap dihargai dan diberikan pengertian.252

Sehingga orang tua yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung juga termasuk dalam sosok orang tua yang hangat dalam mendidik anak, selain itu mereka juga berusaha memberikan pola pengasuhan yang positif terhadap anak-anaknya. Jadi tidak heran jika pola asuh demokratis bisa menghasilkan komunikasi yang dialogis antara anak serta orang tua sehingga dapat menciptakan kehangatan dalam keluarga dan pola pengasuhan dan hal tersebut

250 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

251 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

252 Saeful Zaman & Aundriani Libertine, Membuat Anak Rajin Belajar Itu Gampang, (Jakarta:Visimedia, 2012), hlm 69.

112

juga yang menghasilkan anak menjadi merasa diterima oleh orang tuanya karena akan menimbulkan pertautan perasaan antara anak dan orang tua.253

Tidak heran juga jika anak-anak dari keluarga berpoligami di Desa Ubung Kecamatan Jonggat Kebupaten Lombok Tengah termasuk anak yang patuh dan berbakti kepada orang tuanya, karena dengan pola asuh demokrasi juga merupakan cara yang paling ideal dalam menanamkan sikap disiplin pada diri anak.254 Hal tersebut yang membuat anak-anak yang berada dalam keluarga yang berpoligami di Desa Ubung selalu diberikan arahan oleh orang tunya dalam melakukan sesuatu agar mengetahui baik buruk hal dilakukannya serta agar selalu diberikan ruang untuk mengeluarkan pendapatnya. Sebab Pola asuh demokratis menggunakan penjelasan mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan. Serta orang tua dalam pola pengasuhan demokratis ini juga sangat terbuka untuk berdiskusi dengan anak. Sehingga orang tua memandang anak sebagai individu yang patut di dengar, dihargai, dan diberi kesempatan.255

Sistem pola pengasuhan demokratis juga mengedepankan cara untuk bisa menghargai dan menghormati perbedaan sehingga setiap orang dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Dengan demikian, sistem pola asuh demokratis akan mendorong setiap anak dan anggota keluarga lainnya untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas mereka.256 Terdapat beberapa cara yang dilakukan orang tua untuk memberikan dorongan positif demokratis pada anak, di antaranya adalah memperlihatkan kepercayaan, membangun respek diri atau tidak membanding-bandingkan, menghargai usaha dan perbaikan, fokus pada kekuatan atau kelebihan yang dimiliki anak, dan selalu miliki

253 Moh. Shohib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), hlm. 6.

254 Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan Istiwidayanti & Soedjarwo), (Jakarta : Erlangga, 1999), hlm.

112.

255 Ierre Sanjaya, Good Parents Bad Parents, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 107.

256 E.B. Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2009), hlm. 53.

113

rasa humor. Kunci menjadi orang tua bijak adalah dengan menjaga hubungan yang harmonis, terbuka, saling respek, dan berdasarkan kasih sayang.257 Pola asuh demokratis menjunjung keterbukaan, pengakuan terhadap pendapat anak, dan kerjasama. Anak diberikan kebebasan, namun kebebasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Ia diberikan kepercayaan untuk mandiri tapi tetap dalam pengawasan .258

Rekno Handayani dkk dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pola pengasuhan demokratis merupakan pola asuh yang positif terhadap anak dibandingkan pola pengasuhan otoriter, permisif dan penelantaran. 259 Hal tersebut dikarenakan pola pengasuhan demokratis bisa menghasilkan keluarga yang harmonis.

Demikian juga dengan Ilyun Navida dkk dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penerapan pola pengasuhan demokratis oleh orang tua dapat meningkatkan motivasi belajar anak. 260

2. Pemenuhan Tugas Perkembangan Sosial Anak

Berdasarkan paparan data dan temuan pada saat penelitian berlangsung, peneliti dapat mengamati 3 aspek yang berkaitan dengan pemenuhan tugas perkembangan sosial anak pada keluarga berpoligami di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Yaitu: Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, Belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan proses sosial. Dari ketiga aspek ini peneliti menemukan bahwa setiap aspek ini saling berhubungan.

Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

Memiliki perilaku yang dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya adalah impian dari setiap anak. Sehingga orang tua sebagai pendidik memiliki peran penting dalam hal mengajari

257 Seto, Membangun Komunikasi Bijak Orang Tua Dan Anak, (Jakarta:PT Kompas Media Nusantara, 2007), hlm. 11.

258 Fathi, Mendidik Anak Dengan Al-Qur'an, (Bandung: Grasindo, 2011), hlm.

53.

259 Rekno Handayani Dkk, “Tipe-Tipe Pola Asuh Dalam Mendidik Keluarga”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol 11, No.1 Thn 2020, hlm. 22.

260 Ilyun Navida, “Pola Asuh Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di Masa Pandemi”, Jurnal Ilmiah, Vol 14, No. 1 Thn 2021, hlm. 19.

114

anak untuk berperilaku, yang harus ditanamkan oleh orang tua dari anak masih kecil. Di karenakan keluarga menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan anak. Sebab masa kehidupan anak sebagian besar berada dalam lingkup keluarga.261

Sebagaimana hasil wawancara pada bab sebelumnya bahwa anak-anak dalam keluarga berpoligami di Desa Ubung dalam hal berperilaku sudah di didik untuk memiliki sikap dan karakter yang ramah tamah serta adab yang baik. Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terancana untuk menanamkan sikap dan karakter anak melalui kegiatan pembelajaran, pengembangan bakat dan minat, serta pembiasaan di lingkungan agar anak menjadi pribadi yang berahlak mulia.262 Sehingga anak menjadi pribadi yang memiliki rasa percaya diri untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, seperti berprestasi di sekolah. Muhibbin syah mengungkapkan bahwa prestasi merupakan suatu tingkat keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.263

Karakter ramah sangat penting digunakan untuk memperbaiki krisis karakter pada anak bangsa. Yang dimana karakter ramah bisa seperti senyum, sapa, salam dan bertingkah sopan santun, hal tersebut yang melekat pada individu bisa terbentuk melalui pembiasaan yang dialami sejak bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, sampai lansia. Pembiasaan adalah metode yang dilakukan pada pembentukan akhlak serta karakter dan melatih sosial seorang yang memerlukan latihan yang rutin setiap hari. Pembiasaan dinilai sangat efektif bila diterapkan pada anak, hal itu disebabkan anak mempunyai rekam ingat yang kuat serta kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka

261 Rifa Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malan:UIN-Malang Pres, 2009), hlm.15.

262 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Program Pembiasaan Bagi Anak Usia Dini, (Yogyakarta:Gava Media, 2018), hlm. 70.

263 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 150.

115

mudah diatur menggunakan banyak sekali norma yang dilakukan sehari-hari.264

Sebab dalam hal mendidik anak adalah sebuah perjalanan yang panjang yang akan orang tua lalui. Budi juliardi dkk, dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa penting untuk mengajari anak sikap ramah tamah dikarenakan bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah oleh masyarakat dunia, ramah tamah yang identik dengan sopan santun sudah menjadi ciri khas yang dimiliki bangsa Indonesia.265

2. Belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima

Menurut Veithzal Rivai bahwa peran sosial yaitu suatu hal yang kompleks terhadap pengharapan manusia dalam cara individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu.266 Seperti contohnya menghargai dan menghormati perbedaan yang ada didalam kelompok sosial tersebut. Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kebupaten Lombok Tengah masyarakat nya hidup berdampingan dengan sesama agama maupun berbada agama, hal tersebut yang membuat masyarakat di Desa Ubung menerapkan toleransi yang cukup tinggi antar umat beragama.

Sehingga berdasarkan hasil penelitian, anak-anak yang berada dalam keluarga berpoligami di Desa Ubung memiliki rasa saling hormat dan menghargai antar umat yang sesama agama maupun berbeda agama. Di Indonesia toleransi antar umat beragama di wujudkan dalam bentuk kerukunan antar umat beragama. Toleransi umat beragama berarti suatu sikap saling menghargai atas keyakinan yang dimiliki orang lain. 267 Hal tersebut ditunjukan dengan anak diberikan kebebasan dalam hal bergaul, namun tidak lupa untuk diajarkan adab dalam bergaul.

264 Novan Ardy Wijayani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Yogyakarta, Gava Media, 2014), hlm. 195.

265 Budi Juliardi Dkk, “Pendidikan Berbasis Karakter: Solusi Untuk Meningkatkan Perilaku Sopan Dan Santun Siswa”, Jurnal Sejarah Kebudayaan Dan Kependidikan, Vol 7, No. 2 Thn 2018., hlm. 10.

266 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Menusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004), hlm. 148.

267 Marzuki, Pengintegrasian Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Disekolah,, (Yogyakarta:FISUNY,2012), hlm. 230.

116

Juniardi Sucinda dkk dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa toleransi beragama di SMA Negeri 1 Baduai sudah terjalin dengan baik, dikarenakan anak diberikan kebebasan dalam berteman dan saling menghargai perbedaan yang ada.268 Hal tersebut juga yang membuat anak dapat memiliki rasa peduli dengan orang lain.

3. Perkembangan proses sosial

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa orang tua sebagai guru pertama bagi anak-anaknya, sehingga anak disiapkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain dengan cara dibimbing agar dapat berkomunikasi yang baik. Karena hubungan antar manusia juga didasarkan kepada komunikasi, sebab komunikasi merupakan dasar dari exsistensi suatu masyarakat. Dalam komunikasi, manusia saling mempengaruhi timbal balik sehingga terbentuklah pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang sama.

Karenanya komunikasi menjadi dasar dari pada kehidupan sosial ataupun psoses sosial tersebut.269

Sehingga komunikasi sangat penting dalam berbagai kehidupan manusia dalam memberikan manfaat bagi kelangsungan dan aktivitas manusia, sekaligus merupakan bagian dari kehidupan manusia. Baharuddin dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa komunikasi anak dengan orang tua sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak di luar rumah.270

Hal tersebut membuat anak yang sudah bisa berkomunikasi dengan baik juga bisa bersosialisasi dengan mudah di lingkungan yang baru. Karena pada awal manusia dilahirkan ia belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Sehingga kemampuan sosial anak

268 Juniardi Sucinda dkk, “Analisis Toleransi Beragama Antar Siswa Di SMA Negeri 1 Beduai”, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, Vol 7, No. 6 Thn 2018, hlm. 8.

269 Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm.14.

270 Baharuddin, “Pengaruh Komunikasi Orang Tua Terhadap Perilaku Anak Pada MIN 1 Lamno Desa Pante Keutapang Aceh Jaya”, Jurnal Al-Ijtimaiyyah: Media Kajian Pengembangan Masyarakat Islam, Vol 5, No.1, Thn 2019. hlm, 105-123.

117

diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Sebab proses perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan cara bersosialisasi.271

B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pola Pengasuhan Pada Keluarga Berpoligami Dalam Pemenuhan Tugas Perkembangan Sosial Anak Di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

Berdasarkan hasil analisis peneliti tentang faktor pendukung dan penghambat pola pengasuhan pada keluarga berpoligami dalam pemenuhan tugas perkembangan sosial anak di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah hampir tidak terdapat hambatan, oleh karena itu peneliti melihat bahwa justru dalam beberapa hal, faktor pendukung dalam proses pola pengasuhan pada keluarga berpoligami banyak hal yang mendorong dalam proses pemenuhan tugas perkembangan sosial anak sehingga dapat berjalan dengan baik. Sehingga dari hasil wawancara peneliti dengan tiga keluarga yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung, peneliti mencoba untuk menganalisis faktor-faktor pendukung yang dapat mempengaruhi pemenuhan tugas perkembangan sosial anak.

Diantaranya penelliti uraikan dalam penjelasan berikut:

1. Pendidikan orang tua

Dalam hal ini pelaku perkawinan poligami yang ada di Desa Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah termasuk dalam orang tua yang berpendidikan, hal tersebut terlihat dari pendidikan akhir mereka. Yang rata-rata mengenyam pendidikan terakhir sekolah menengah akhir (SMA) dan setara satu (S1). Hal tersebut sangat berpengaruh dalam pola pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak dan cara orang tua mendidik anak. Menurut suryadi bahwa tingkat pendidikan merupakan lamanya pendidikan seseorang yang didasarkan atas kemampuan dan kesempatan seseorang mengikuti satuan pendidikan,

271Moh Padil Dan Triyo Supriyatno, Sosiologi Pendidikan, (Malang: UIN Maliki Pres,2007), hlm. 84.

118

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.272 Jenjang pendidikan yang dimaksud iyalah jalur pendidikan dasar, pendidikan mengengah dan pendidikan tinggi.

Pasal 7 ayat 2 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa orang tua dari anak usia wajib belajar, wajib memberikan pendidikan dasar kepada lingkungan keluarga ini sebagai tempat pertama pertumbuhan dan perkembangan anak.273

Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa anak mendapatkan manfaat dari orang tua yang mengenyam pendidikan, seperti anak bisa dengan mudah untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Dasmo dkk dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikat antara jenjang pendidikan orang tua terhadap hasil belajar anak.274 Sehingga tingkat pendidikan orang tua dapat meningkatkan fasilitas dan kebutuhan anaknya dalam belajar. Serta orang tua dapat terlibat aktif juga dalam pendidikan anak mereka dan dapat memperoleh model keterampilan dan strategi pemecahan masalah bagi anak untuk dapat berprestasi dalam belajarnya.

Selain itu orang tua yang sudah mengenyam pendidikan juga tidak mengalami kesusahan dalam mengasuh dan mendidik anaknya, dikarenakn mereka sebagai orang tua sudah mendapatkan gambaran akan hal tersebut. karena orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi juga memungkinkan untuk lebih percaya diri pada kemampuan mereka untuk membantu anak-anaknya dalam hal belajar. Zulfitria dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.275

Jadi tingkat pendidikan orang tua adalah sesuatu yang cukup mendominasi terhadap perkembangan anak. Taraf pendidikan orang

272 Suryadi. Ace, Investasi Sdm Dan Pembangunan, (Jakarta:Balai Pustaka, 1999), hlm. 153.

273 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

274 Dasmo Dkk, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ipa”, Jurnal Formatik, Vol 2, No.2 Thn 2018, hlm. 136.

275 Zulfitria, “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa SD”, Jurnal Holistika, Vol 2, No.1 Thn 2018, hlm. 8.

119

tua sangat memiliki kolerasi yang positif terhadap penggunaan cara pengasuhan yang keluarga perkawinan poligami di Desa Ubung gunakan untuk anaknya. Sehingga hal ini berarti semakin tinggi pendidikan terakhir orang tua akan semakin baik pula terhadap cara pengasuhan orang tua kepada anaknya. Dian Sih Miyati dkk dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa latar belakang pendidikan orang tua akan mempengaruhi pada pola pengasuhan anak.276

2. Lingkungan

Lingkungan memiliki peran yang cukup besar dalam proses pengasuhan dan mendidik anak, dikarenakan setiap orang tidak bisa terlepas dan jauh dari lingkungan. Hal tersebut dikarenakan dari anak belum lahir sampai dia dewasa akan terus berinteraksi dengan lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

Riska Handayani dalam penelitiannya mengemukakan bahwa lingkungan merupakan faktor terpenting dalam tumbuh kembang anak baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Serta motivasi belajar siswa akan tumbuh jika dalam dirinya terdapat lingkungan tempat tinggal yang kondusif dan pola pengasuhan yang memacu dan menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya.277

Sebagaimana hasil wawancara pada bab sebelumnya, keluarga yang melakukan perkawinan poligami di Desa Ubung sangat menyadari akan pentingnya lingkungan bagi tumbuh kembang anaknya. Dan orang tua yang melakukan perkawinan poligami juga sadar jika mereka membutuhkan lingkungan bagi proses pemenuhan tugas perkembangan sosial anaknya yang di mana dalam hal ini lingkungan menjadi tempat sang anak dalam belajar berbagai hal seperti untuk bersosialisasi, berkomunikasi dan sebagainya.

276 Dian Sih Miyati Dkk, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Anak”, Jurnal Kumara Cendikia, Vol 9, No. 3 Thn 2021, hlm. 146.

277 Riska Handayani, “Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Tunas Bangsa, Vol 6, No.1 Thn 2019, hlm. 25.

120 3. Mudah beradaptasi

Adaptasi atau penyesuaian diri adalah kemampuan untuk dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa survive, dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah, rokhaniah, juga dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan-tuntutan sosial.278

Berdasarkan hasil wawancara pada bab sebelumnya, anak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan disebabkan oleh anak yang sudah terbiasa didik untuk percaya diri. Kepercayaan diri adalah hal yang dibutuhkan oleh setiap individu untuk dimiliki, karena kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh anak maupun orang tua baik itu secara kelompok maupun individual. 279 Sehingga hal tersebut bisa terjadi karena anak selalu diberikan motivasi oleh orang tuanya. Menurut Scneiders dalam Ghufron dan Rini bahwa dalam proses adaptasi setidaknya melibatkan unsur motivasi, karena faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses dalam adaptasi.280

Renatha Ernawati dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri siswa di KMB Kampus Diakonia Modern.

Siswa-siswa paket B KBM Kampus Diakonia Modern juga dapat menyadari bahwa beradaptasi dengan teman sebaya dan lingkungan merupakan suatu pembelajaran untuk membentuk rasa percaya diri dan penyesuaian diri dengan baik.281

4. Tingkat prestasi anak

Berdasarkan hasil penelitian, orang tua sangat memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan anak. Hal tersebut dilihat dari anak yang selalu mendapatkan pujian dan motivasi dari orang tua nya akan memiliki semangat untuk belajar. Sehingga keluarga, seringkali disebut sebagai lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak tetapi juga sebagai tempat

278 Kartini, Hygiene Mental, (Jakarta:Cv. Mandar Maju, 2000), hlm. 260.

279 Ghufron dkk, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.

33.

280Ibid, hlm. 50.

281 Renatha Ernawati, “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Siswa Paket B Di Kampus Diakonia Modern Jatiranggon, Jatisampurna Kota Bekasi”, Jdp, Vol 10, No. 1, Thn 2018, Hlm. 61-80.

121

pencanangan hidup pertama kali atau pondasi awal (blue print) yang akan mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap kehidupan anak dimasa datang.

Karena apa yang didapat anak dalam keluarga saat ini, akan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam ikut membentuk karakter anak dimasa mendatang. Disamping itu, keluarga merupakan masyarakat kecil yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap pembentukan karakter dan prestasi belajar anak.282

Prestasi belajar bukan suatu yang berdiri sendiri, melainkan hasil akumulasi dari berbagai hal yang mempengaruhi anak atau siswa. Pengaruh tersebut bisa datang dari dalam diri anak atau siswa itu sendiri dan bisa datang dari luar diri anak atau siswa tersebut.

faktor dari luar seperti keluarga, fasilitas belajar dan lain sebagainya sedangkan faktor dari dalam meliputi kecerdasan, minat, bakat dan motivasi dalam belajar.283

5. Anak memiliki kreativitas

Karena persaingan yang semakin ketat di zaman melenial menuntut manusia untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan potensi diri. Kreativitas dianggap sangat penting di zaman milenial sekarang ini. Sehingga kreativitas merupakan bahasan yang sangat penting diera modernisasi dalam kemajuan teknologi saat ini, karena menjadi salah satu hal yang menentukan kualitas pendidikan dan perkembangan kemampuan anak.

Berdasarkan hasil penelitian, anak selalu diberikan dukungan dan keleluasan dalam hal mengembangkan bakatnya, namun orang tua juga selalu memberikan batasan kepada anak agar anak tidak lalai dalam hal pendidikannya. Selain itu anak juga tidak lupa untuk diberikan arahan, sehingga anak menjadi tidak malu untuk mengeluarkan pendapatnya.

Ina Magdalena dkk, dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa setiap anak sudah memliki bakat masing-masing sejak lahir dan bakat bisa dikenali sejak dini, ada banyak hal yang dapat

282 Tu’tu Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, (Jakarta:

Gramedia, 2004), hlm. 80-81.

283 Kartini Kartono, Bimbingan Belajar Di SMA Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm. 5.

Dalam dokumen pola pengasuhan pada keluarga berpoligami (Halaman 126-139)

Dokumen terkait