• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga Berpoligami

Dalam dokumen pola pengasuhan pada keluarga berpoligami (Halaman 41-47)

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

2. Keluarga Berpoligami

25

26

3) Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.

4) Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota- anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5) Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.49

c. Fungsi Keluarga 1) Fungsi Biologis

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua adalah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.

2) Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadikan dasar perkawinan dan membantuk suatu keluarga kecil. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor yang terpenting bagi perkembangan pribadi anak.

3) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.50

d. Peran Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama untuk anak dalam membentuk kepribadian dan mencapai tugas-tugas perkembangannya. Oleh karena itu, keluarga menjadi faktor

49Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Liberty, 2008), hlm. 6.

50Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Liberty, 2008), hlm. 48.

27

yang terpenting bagi pembentukan sikap dan prilaku anak baik dalam segi kepribadian, sosial maupun emosional anak.

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang sangat mendukung untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik.51

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku inter personal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.52

e. Permasalahan Dalam Keluarga

Permasalahan dalam keluarga dapat dirasakan ataupun tidak dapat dirasakan oleh orang tua. Orang tua yang memiliki kesibukan di luar rumah cenderung mengabaikan, meskipun ia menyadari anaknya mengalami masalah. Apabila hal ini terus berlanjut anak tidak akan segan-segan memunculkan perilaku negatifnya dihadapan orang tua dan lingkungan sekitarnya.53 f. Definisi Poligami

Kata-kata “poligami” terdiri dari kata “poli” dan

“gami”.Secara etimologi, poli artinya “banyak”, gami artinya

“istri”. Jadi, poligami itu artinya beristri banyak. Secara terminology, poligami yaitu “seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu istri”. Atau, “seorang laki-laki beristri lebih dari seorang, tetapi dibatasi paling banyak empat orang.54

Poligami adalah fenomena kehidupan yang terjadi di sekitar kita. Istilah poligami sering terdengar namun tidak banyak masyarakat yang dapat menerima keadaan ini. Poligami

51 Ulfiah, Psikologi Keluarga: Pemahaman Hakikat Keluarga Dan Penanganan Problematika Rumah Tangga, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), hlm. 5.

52 Ibid, hlm. 6.

53Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Keluarga Dan Remaja, (Surabaya:

Uin Sunan Ampel Press, 2017), hlm. 51-52.

54Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Cet.I; Kencana, 2012), hlm. 129.

28

merupakan pola perkawinan dengan mengambil lebih dari satu pasangan dalam hal ini suami dapat memperistri lebih dari satu istri, tak masalah apakah hal itu dilakukan secara bersamaan atau secara bertahap.55

Menurut pandangan Fazlur Rahman poligami merupakan produk hukum islam yang legal tujuannya untuk mencapai idealitas tatanan dalam sebuah komunitas tertentu. Karenanya poligami tidak dapat dihilangkan begitu saja.56

g. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Poligami 1) Kebutuhan Biologis

Ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu dan tidak mampu menjaga pandangannya maka manusia akan menempati posisi yang terendah. Ketika suami tidak mendapatkan kepuasan seksual dari sang istri akhirnya terjadi ketidakseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan biologis suami istri. Apalagi tidak dikomunikasikan dengan baik dan terbuka. Maka akhirnya menikah dengan berpoligami menjadi alternatif solusi.

2) Status Sosial, Adat Dan Budaya

Status sosial laki-laki menentukan jumlah istri yang dimiliki. Banyak orang tua yang rela dan menawarkan anak perempuannya untuk diperistri oleh laki-laki yang dewasa, mapan dan mempunyai jabatan tentunya sudah mempunyai istri. Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat dan status sosial. Masih kentalnya adat dan budaya dalam masyarakat, merupakan salah satu sebab terjadinya poligami.

3) Ekonomi

Kemapanan dalam ekonomi bagi laki-laki sangat rentan untuk melakukan poligami dan marak dilakukan dikalangan masyarakat yang berpenghasilan besar.

4) Agama

55Sry Mulyati, Relasi Suami Istri Dalam Islam, (Jakarta:PSW UIN Syarif Hidayatullah, 2004), hlm. 81.

56Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an , (Bandung: Pustaka, 1996), hlm. 70- 71.

29

Pelaku poligami berpendapat bahwa poligami dibolehkan oleh agama. Sebenarnya islam tidak menyuruh seseorang untuk berpoligami tetapi Hukum Islam hanya memberikan aturan, ketentuan tentang persyaratan poligami yang wajib dipatuhi. Saat ini banyak sekali yang berdalih untuk melakukan poligami dengan membawa nama agama.

Padahal dalam islam sudah jelas ditegaskan boleh berpoligami apabila sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan dan ketentuannya juga terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) suami melakukan poligami harus atas persetujuan istri tetapi kenyataannya saat ini istri justru tidak mengetahui suaminya berpoligami dengan melakukan pernikahan dibawah tangan (pernikahan siri) yang sangat berdampak merugikan istri dan anak-anak57.

h. Dampak Poligami 1) Dampak Psikologis

Menjalani poligami diperlukan kesiapan fisik, psikis juga ruhiyah dari suami, istri dan juga seluruh pihak keluarga. Istri yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa suami telah berpoligami pada umumnya akan mengalami kelabilan emosi, istri menjadi sensitif, mudah marah, sikap yang tidak terkontrol karena emosinya, yang lebih sering mudah sedih dan sering curiga berlebihan58. Poligami tidak hanya berdampak kepada istri tetapi juga kepada anak.

Hadirnya keluarga lain dalam kehidupannya dapat memicu rasa kecewa dan trauma terhadap anak karena perhatian seorang ayah sudah terbagi untuk keluarganya yang lain menyebabkan anak kurang kasih sayang.

57Esther Masri, “Poligami Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)”, Jurnal Krtha Bhayangkara, Vol 13, No. 2 Thn 2019, hlm. 231-232.

58 Soewondo, Keberadaan Pihak Ketiga Poligami dan Permasalahan Perkawinan (Keluarga) Ditinjau Dari Aspek Psikologi, (Jakarta: UI Press, 2001), hlm.

154.

30 2) Dampak Ekonomi

Sulitnya mengukur kadar keadilan yang dimiliki.

Suami lebih mementingkan istri muda mengenai pemberian nafkah materil. Tapi tidak jarang juga suami yang peduli dan adil dalam memberikan nafkah secara ekonomi. Sifat ketergantungan istri yang tidak bekerja dalam hal ekonomi membuat istri menerima dan pasrah terhadap poligami yang telah dilakukan suaminya.

3) Dampak Hukum

a) Maraknya pernikahan di bawah tangan atau pernikahan siri. Pernikahansecara agama sah tetapi tidak diakui negara. Pernikahan yang tidak tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) karena dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan dirahasiakan. Konsekuensi dari pernikahan di bawah tangan akan muncul kasus perceraian di bawah tangan pula karena tidak memiliki buku (akta) nikah. Untuk mendaftarkan perkara di pengadilan harus dengan menyertakan buku (akta) nikah.

b) Terjadi pemalsuan identitas ketika istri pertama tidak memberikan izin poligami.

c) Berdampak terhadap pembuatan akta kelahiran anak.

Dalam akta kelahiran anak hanya tertera nama ibunya saja. Untuk membuat akta kelahiran anak dibutuhkan buku (akta) nikah orang tua dari anak tersebut sedangkan suami istri tidak memiliki buku (akta) nikah karena suami telah melakukan poligami yang tidak sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang telah ditentukan oleh undang-undang dan syariat islam. Jadi istri kedua dan anaknya tidak mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan istri pertama yang melakukan pernikahan secara sah dan sesuai dengan prosedur perundang-undangan. Apabila suami melakukan poligami dengan mematuhi aturan perundang-undangan maka hak dan kewajiban istri

31

kedua dan anak sama dengan hak dan kewajiban dari istri pertama.59

Terjadi masalah pembagian harta bersama baik harta perkawinan yang berkaitan dengan suami atau istri dan anak- anak. Hal ini sering terjadi karena merupakan masalah yang sangat urgen untuk diselesaikan dengan baik. Penyelesaian pembagian harta bersama ini bertujuan Poligami Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) untuk menghindari perebutan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh suami. Jika terjadi perebutan harta maka perkawinan poligami ini hanya akan mendatangkan mudharat yaitu perselisihan antara para istri dan akan menimbulkan kebencian sekaligus permusuhan.60

3. Perkembangan Sosial Anak

Dalam dokumen pola pengasuhan pada keluarga berpoligami (Halaman 41-47)

Dokumen terkait