• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

1. PENDAHULUAN

2. KONSEP DAN PENGUKURAN IPM

Gambar 2.1 Konsep IPM. . . 22

Gambar 2.2 Perubahan Metodologi IPM . . . 23

3. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU

MOROTAI

Gambar 3.1 IPM Pulau Morotai 2011-2015. . . 28

Gambar 3.2 Laju Perumbuhan IPM Pulau Morotai 2011-2015 . . . 29

Gambar 3.3 Harapan Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015 . . . 29

Gambar 3.4 Harapan Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015 . . . 30

Gambar 3.5 Rata-Rata Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015 . . . 30

Gambar 3.6 Pengeluaran Perkapita Pulau Morotai 2011-2015 . . . 31

4. PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA KABUPATEN

PULAU MOROTAI

Gambar 4.1 APS Pulau Morotai 2013-2015 . . . 33

Gambar 4.2 Persentase Penduduk 10+ Pulau Morotai menurut Ijazah Tertinggi yang Ditamatkan 2015 . . . 34

Gambar 4.3 Analisis Derajat Kesehatan Konsep Hendrik L Bum. . . 35

Gambar 4.4 Indikator Lingkungan Pulau Morotai 2015 . . . 35

Gambar 4.5 Fasilitas Kesehatan Pulau Morotai 2015 . . . 36

Gambar 4.6 Penolong Persalinan Terakhir oleh Tenaga Medis di Pulau Morotai 2015 . . . 37

Gambar 4.7 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Sendiri di Pulau Morotai 2013-2015. . . 37

Gambar 4.8 Tren Kemiskinan di Pulau Morotai 2012-2014 . . . 38

Gambar 4.9 Gini Rasio Pulau Morotai 2011-2015 . . . 38

5. DISPARITAS PEMBANGUNAN MANUSIA ANTAR WILAYAH

Gambar 5.1 Laju Pertumbuhan IPM 2011-2015 . . . 42

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 viii

DAFTAR KOTAK

1. PENDAHULUAN

2. KONSEP DAN PENGUKURAN IPM

Kotak 2.1 Pengukuran Pembangunan Manusia. . . 24

3. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU

MOROTAI

4. PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA KABUPATEN

PULAU MOROTAI

Kotak 4.1 Empat Komponen Penting dalam Paradigma Pembangunan Manusia. . . 39

5. DISPARITAS PEMBANGUNAN MANUSIA ANTAR WILAYAH

6. KESIMPULAN

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Angka Harapan Hidup menurut Kabupaten/Kota 2011-2015 . . . . 47 LAMPIRAN 2 Angka Harapan Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kota

2011-2015 . . . 47 LAMPIRAN 3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kota

2011-2015 . . . 48 LAMPIRAN 4 Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan menurut Kabupaten /Kota 2011-2015 . . . 48 LAMPIRAN 5 IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015. . . 49 LAMPIRAN 6 Peringkat IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015 . . . 49 LAMPIRAN 7 Laju Pertumbuhan IPM menutut Kabupaten/Kota 2011-2015 . . . . 50 LAMPIRAN 8 Kategori IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015. . . 50 LAMPIRAN 9 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut Kabupaten/Kota 2015 . . . 51 LAMPIRAN 10 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan berobat sendiri menurut Kabupaten/Kota 2015 . . . 51 LAMPIRAN 11 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terkahir dan Kabu paten/Kota 2015. . . 52 LAMPIRAN 12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kabupaten/Kota 2015 52 LAMPIRAN 13 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Kabupaten/Kota 2015. 53 LAMPIRAN 14 Persentase Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut Kabu paten/Kota dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki 2015 . . . 53 LAMPIRAN 15 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Atap terluas 2015 . . . 54 LAMPIRAN 16 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Lantai terluas 2015 . . . 54 LAMPIRAN 17 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Dinding terluas 2015 . . . 55 LAMPIRAN 18 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan yang Menggunakan Air Minum Bersih 2015 . . . 55 LAMPIRAN 19 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari Sumur/ Pompa/Mata Air menurut Kabupaten/Kota 2015 . . . 56 LAMPIRAN 20 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Penggu naan Fasilitas Buang Air Besar 2015. . . 56 LAMPIRAN 21 Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Fasilitas Tempat Buang Air Besar dan Jenis Kloset yang Digunakan menurut Kabupaten/Kota 2015 57

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 x Pembuangan Akhir Tinja2015. . . 57 LAMPIRAN 23 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan 2015 . . . 58 LAMPIRAN 24 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Bahan Bakar/Energi untuk Memasak 2015 . . . 58

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pembangunan manusia Pulau Morotai terus mengalami kemajuan dari tahun

ke tahun. Selama periode 2011-2015, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pulau Morotai telah meningkat 2,65 poin, yaitu dari 56,63 menjadi 59,27.

Kemajuan ini masih menempatkan Pulau Morotai pada level pembangunan

manusia ‘rendah’. Angka harapan hidup sudah cukup baik mencerminkan

sudah baiknya derajat kesehatan masyarakat di Pulau Morotai. Meskipun

harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran perkapita masih

tertinggal dari kondisi Maluku Utara secara umum, komponen IPM terus

meningkat. Angka harapan hidup saat lahir (e

0

) di Pulau Morotai tahun 2015

telah mencapai lebih dari 65 tahun, sementara harapan lama bersekolah anak

masih 11 tahun, dan secara rata-rata telah mengenyam pendidikan setara dengan

kelas 1 SMP (belum tamat). Ekonomi Pulau Morotai yang semakin membaik

turut mendorong pengeluaran per kapita per tahun penduduk Pulau Morotai.

Secara umum, capaian pembangunan manusia pada level kabupaten/kota

di Maluku Utara semakin membaik. Setelah Kabupaten Kepulauan Sula dan

Halmahera Selatan berhasil meningkatkan status pencapaian pembangunan

manusia menjadi level ‘sedang’ di tahun 2014. Kini, hanya Pulau Morotai

dan Pulau Taliabu yang masih berada pada status pembangunan manusia

level ‘rendah’. Sedangkan, Kota Ternate menjadi satu-satunya kota di Maluku

Utara yang telah berhasil mencapai level pembangunan manusia ‘tinggi’.

Peningkatan kapabilitas dasar manusia merupakan salah satu upaya

dalam meningkatkan potensi bangsa yang pada akhirnya berdampak pada

peningkatkan kualitas manusia. Pendidikan dan kesehatan menjadi modal

utama yang harus dimiliki suatu bangsa untuk meningkatkan potensinya.

Oleh karena itu, untuk menciptakan manusia yang berkualitas dapat dimulai

dengan perbaikan pada kedua aspek tersebut. Apabila hal ini dilakukan

dengan komitmen yang serius, harapan agar manusia Pulau Morotai memiliki

umur panjang dan sehat, berpengetahuan, dan hidup layak dapat tercapai.

1

BA

B

Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya sehingga sudah sepantasnya apabila manusia menjadi tujuan utama dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan seharusnya memeng tidak hanya diukur dari tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan kualitas manusianya. Munculnya paradigma baru tersebut dipicu oleh kegagalan konsep pembangunan yang hanya menitikberatkan pada pertumbuhna ekonomi. Sebelum tahun 1970-an, keberhasilan pembangunan semata-mata hanya diukur dari tingkat pertumbuhan Gross National Product (GNP).

Faktanya, masih kerap dijumpai wilayah-wilayah dengan tingkat pertumbuhan GNP yang tinggi namun kualitas manusianya masih rendah.

Menurut UNDP, pembangunan manusia dirumuskan sebagai upaya perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people) dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. “Perluasan pilihan” hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan,secara minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah.

Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu kabupaten muda di Maluku Utara setelah mekar dari Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2008. Kabupaten yang biasa disingkat sebagai “Pulmor ” ini beribukota di Morotai Selatan, terdiri dari pulau-pulau dengan yang terbesar adalah Pulau Morotai. Letaknya berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik dan Laut Halmahera di sebelah utara, Laut Halmahera di sebelah timur, Selat Morotai di sebelah selatan, dan Laut Sulawesi, Laut Halmahera di sebelah barat. Secara geografis, Kabupaten Pulau Morotai terletak antara 2°00’ LU - 2°40’ LS dan 128°15’ - 129°08’ BT.

Sebagai kabupaten muda, tentunya Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai telah melakukan berbagai upaya serius dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), maupun aspek moralitas (iman dan takwa). Seluruh upaya pemerintah tersebut merupakan prasyarat penting untuk menciptakan masyarakat Pulau Morotai yang berkualitas. Selama periode tahun 2011-2015, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pulau Morotai mencatat angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pulau Morotai telah meningkat 2,65 poin dari 56,63 menjadi 59,27. Hal ini sangat konsisten dengan peningkatan komponen

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 14 pembentuknya.

Konsistensi peningkatan komponen IPM yang terjadi dari tahun ke tahun nampaknya belum mampu menghasilkan daya ungkit yang kuat. BPS mencatat bahwa IPM Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2015 sebesar 59,27 dan masih bertahan pada kategori ‘rendah’, belum mampu menduduki kategori ‘sedang’.

Saat ini IPM Kabupaten Pulau Morotai masih berada pada peringkat ke-9 dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara. Peringkat Kabupaten Pulau Morotai hanya berada satu tingkat di atas Kabupaten Pulau Taliabu.

Dari sisi level maupun peringkat, nampaknya Kabupaten Pulau Morotai belum menunjukkan pencapaian yang optimal. Namun, kecepatan pencapaian pembangunan manusia Kabupaten Pulau Morotai cukup baik. Secara rata-rata, pertumbuhan IPM Kabupaten Pulau Morotai sebesar 1,15 persen. Diantara 10 kabupaten/kota, Pulau Morotai menempati peringkat ke-4.

Tinggi rendahnya nilai IPM tidak dapat dilepaskan dari program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah. Proses desentralisasi tampaknya telah membuka potensi-potensi wilayah untuk berkembang secara aktif dan mandiri. Kompetisi antarwilayah makin dinamis sebagai ajang adu kebijakan pembangunan manusia yang efektif dan efisien. Namun perlu disadari, perubahan atau peningkatan angka IPM tidak bisa terjadi secara instan. Pembangunan manusia merupakan sebuah proses dan tidak bisa diukur dalam waktu singkat. Berbeda dengan pembangunan ekonomi pada umumnya, hasil pembangunan pendidikan dan kesehatan tidak bisa dilihat dalam jangka pendek. Untuk itu, program-program pembangunan manusia harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus dipantau pelaksanaannya sehingga lebih terarah.

Otonomi daerah diharapkan mampu mengurangi kesenjangan capaian pembangunan manusia antar kota dan kabupaten-kabupaten di Indonesia. Wilayah perkotaan yang sarat dengan fasilitas pembangunan memiliki capaian pembangunan manusia yang lebih tinggi dibanding daerah-daerah di sekitarnya. Daya tarik kota membawa dampak pada berpindahnya penduduk yang lebih berkualitas ke kota. Sebagai dampaknya, daerah-daerah penyangga dan wilayah kabupaten memiliki capaian pembangunan yang relatif rendah. Melalui otonomi daerah, diharapkan masing-masing daerah mampu mengembangkan program-program yang spesifik disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing daerah sehingga kualitas pembangunan manusianya dapat ditingkatkan.

Publikasi ini dilengkapi dengan analisis mengenai capaian dan kemajuan IPM dan komponen IPM pada tahun 2011-2015. Secara umum, publikasi ini akan menyajikan data dan analisis IPM selama tahun 2011-2015. Data IPM secara lengkap pada tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel lampiran. Pada publikasi ini akan dianalisis mengenai capaian IPM Kabupaten Pulau Morotai serta disparitas pada level kabupaten/kota di Maluku Utara.

Secara khusus, publikasi ini menyajikan:

1. Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai;

2. Analisis peningkatan kapabilitas dasar manusia Kabupaten Pulau Morotai; 3. Analisis disparitas capaian IPM dan komponennya pada level kabupaten/kota;

2

KONSEP dan PENGUKURAN

IPM

BA

B

Paradigma pembangunan manusia bertitik tolak dari pemahaman bahwa proses pembangunan harus dapat memperluas pilihan. Seorang individu atau suatu keluarga lazimnya mempunyai banyak keinginan, baik yang muluk-muluk maupun yang sangat mendasar. Beberapa yang sangat mendasar adalah sebagai berikut. Mereka berharap keluarganya dapat hidup sehat dan berumur panjang. Tinggal di lingkungan yang sehat, terbebas dari berbagai wabah, serta memperoleh akses pada sanitasi dan air bersih. Individu tersebut menginginkan keluarganya memperoleh pendidikan dan pelatihan yang baik. Mereka berharap mempunyai akses pada sumber daya ekonomi serta dapat memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, serta kesehatannya untuk bekerja agar dapat hidup dengan layak. Individu tersebut berharap pula mampu membawakan diri dengan baik dalam pergaulan masyarakat. Mereka juga berharap dapat hidup dalam suasana yang bebas dan mempunyai hak untuk menyuarakan kepentingannya. Proses pembangunan harus dapat merealisasikan harapan-harapan tersebut. Fokus pada manusia inilah yang melandasi konsep pembangunan manusia.

Menurut konsep ini pembangunan harus seimbang, yaitu antara membangun kemampuan dengan memanfaatkan kemampuan. Proses pembangunan setidaknya harus menciptakan lingkungan untuk manusia, baik sebagai individu, keluarga, maupun masyarakat, mengembangkan kemampuannya secara optimal dan mempunyai cukup kesempatan (memanfaatkan kemampuannya) untuk dapat hidup yang produktif dan kreatif sesuai kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain, pembangunan manusia tidak melulu peduli dengan pembentukan kemampuan manusia seperti kesehatan yang lebih baik serta pengetahuan dan ketrampilan. Tetapi proses pembangunan manusia juga peduli dengan pemanfaatan kemampuan tersebut, baik untuk bekerja, berlibur, serta kegiatan sosial politik lainnya. Dua sisi pembangunan tersebut harus berkembang secara seimbang. Ketimpangan akan berakibat pemborosan potensi manusia.

Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development Progamme-UNDP). Konsep pembangunan seperti diuraikan diatas nampaknya sederhana. Namun sebagai akibat dari penyederhanaan yang berlebihan terhadap tujuan pembangunan, konsep yang cukup komprehensif tersebut menjadi terlupakan. Misalnya dalam paradigma pembangunan ekonomi tujuan pembangunan disederhanakan menjadi pertumbuhan ekonomi/ peningkatan pendapatan per kapita saja.

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 18 Seringkali dinyatakan bahwa pendapatan dapat mewakili (proxy) dengan baik pilihan-pilihan lainnya. Tetapi sesungguhnya pernyataan tersebut di atas hanya sebagian saja dari kebenaran. Pendapatan memang dapat dipergunakan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan, menjaga/meningkatkan kesehatan, tetapi pendapatan juga dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan tujuan pembangunan manusia.

Konsep pembangunan manusia seperti diuraikan tersebut di atas berbeda dari konsep/paradigma pembangunan yang berkembang selama setengah abad terakhir. Beberapa yang terpenting diantaranya adalah: pembangunan ekonomi, kesejahteraan manusia, kebutuhan dasar manusia, dan pembangunan sumber daya manusia. Perbedaan-perbedaan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut. Dalam paradigma pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi memang penting. Tetapi bukti empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak menjamin pembangunan manusia. Pendekatan kesejahteraan manusia melihat manusia hanya sebagai pihak yang berhak memperoleh manfaat pembangunan, bukan sebagai peserta aktif pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan diri pada sejumlah barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota masyarakat yang kurang beruntung, dan bukannya pilihan-pilihan yang lebih luas bagi masyarakat. Konsep pembangunan sumber daya manusia berfokus pada meningkatkan kemampuan atau memberdayakan manusia, bukan pemanfaatan kemampuan tersebut. Sementara itu pendekatan pembangunan manusia mencakup keseluruhan aspek tersebut di atas. Dengan demikian konsep ini mampu mencakup lebih baik berbagai segi dan kompleksitas kehidupan manusia.

Seperti halnya dengan pendekatan pembangunan ekonomi, konsep pembangunan manusia ini juga terukur. Berdasarkan perspektif pembangunan seperti telah diuraikan di atas, pembangunan manusia tidak diukur dari pendapatan semata, tetapi dari indeks komposit yang disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Idealnya indeks tersebut mencakup sebanyak mungkin variabel sehingga benar-benar dapat mencerminkan berbagai segi kehidupan manusia yang sangat banyak dan kompleks. Tetapi ketersediaan data statistik membatasi hal itu. Keterbatasan tersebut di sisi lain membawa manfaat, yaitu kita tidak kehilangan fokus atas hakekat pembangunan manusia.

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM pertama kali diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR).

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM juga dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

GAMBAR 2.1 Konsep IPM

Sumber BPS

Pada tahun 2015, BPS melakukan perubahan metodologi penghitungan IPM. Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM. PERTAMA Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. KEDUA, penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

Dari kedua alasan di atas, maka dilakukan perubahan dalam metodologi penghitungan IPM. Indikator Angka melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka Harapan Lama Sekolah. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 20

GAMBAR 2.2 Perubahan Metodologi IPM

Melalui penggunaan metodologi metode baru ini, dihasilkan keunggulan sebagai berikut. Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif). Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi. PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.

Secara lebih rinci, dimensi IPM metode baru dihitung menggunakan indikator berikut. a.

b.

Sumber BPS

Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life). Dimensi ini diwakili oleh indikator Angka Harapan Hidup Saat Lahir - AHH (Life Expectancy – e0) Angka Harapan Hidup saat Lahir didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei kependudukan.

Pengetahuan (knowledge). Dimensi ini diwakili oleh dua indikator, yaitu Rata-rata lama sekolah dan indikator Angka harapan lama sekolah. Rata-Rata-rata Lama Sekolah - RLS (Mean Years of Schooling-MYS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun.

Tabel 2.1

Perbandingan IPM Metode Lama dan Baru

c.

Dimensi kehidupan lain di luar ketiga pilar tersebut di atas tetap penting, tetapi untuk sementara tidak diukur, misalnya terkait dengan demokrasi, lingkungan, keadilan dan sebagainya. Dimensi lain tersebut belum memiliki data dan informasi

Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling- EYS) didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan

peluang

penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.

Sumber BPS

Standar hidup layak (decent standard of living). Dimensi ini diwakili oleh indikator PNB per kapita, dikarenakan indikator ini tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao.

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 22 pembangunan masa lalu mempunyai satu indikator dengan satuan ukuran tunggal, misalnya dalam paradigma pembangunan ekonomi, pendapatan per kapita diukur dengan satuan rupiah. Sementara itu indeks pembangunan manusia ini adalah indeks komposit/gabungan yang masing-masing unsurnya mempunyai satuan ukuran yang berbeda. Usia harapan hidup diukur dengan tahun, melek huruf (literacy) diukur dengan persentase penduduk dewasa yang mampu membaca dan menulis, rata-rata lamabersekolah diukur dengan tahun, dan pendapatan per kapita diukur dengan rupiah (yang sudah disesuaikan). Untuk itu satuan ukuran bersama harus diciptakan, yaitu indeks dengan nilai antara 0 dan 1. Adapun proses penyusunannya adalah sebagai berikut. Pertama, IPM menentukan nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing indikator. Misalnya untuk usia harapan hidup ditetapkan antara 20 s/d 85 tahun. Kemudian, dengan skala antara 0 s/d 1, diukur indeks capaian usia harapan hidup suatu negara/wilayah. Proses yang sama berlaku untuk indikator-indikator lainnya. Selanjutnya indeks komposit dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks masing-masing dimensi tersebut. (Lihat Kotak 2.1).

TABEL 2.2.

Nilai Minimum dan Maksimum Indikator Penyusun IPM Metode Baru

Keterangan: * Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010

(data empiris) yaitu di Tolikara-Papua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025 Sumber : BPS

Dimensi Umur Panjang dan Sehat

Angka tertinggi, sebagai batas atas untuk perhitungan indeks,adalah sebesar 85 tahun dan terendah adalah 20 tahun. Perbedaan kinerja antara wilayah dengan usia harapan hidup terendah dengan tertinggi adalah 65 tahun. Pada tahun 2015, Kabupaten Pulau Morotai memiliki angka harapan hidup sebesar 65,98 tahun. Selisih antara usia harapan hidup Kabupaten Pulau Morotai dengan angka minimum tersebut diatas (20 tahun) adalah 45,98 tahun. Angka 45,98 tahun tersebut dapat diumpamakan dengan “perjalanan yang sudah dilalui dari suatu jalan sepanjang 60 tahun”. Hal ini berarti Kabupaten Pulau Morotai telah berhasil mencapai sekitar dua per tiga perjalanan. Kinerja tersebut yang kemudian dihitung indeksnya menjadi 70,74.

Dimensi Pengetahuan/Pendidikan KOTAK 2.1.

Pengukuran Pembangunan Manusia

Dimensi pengetahuan diukur dengan dua indikator yakni rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama

Dokumen terkait