• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Morotai, September 2016 Kepala BAPPEDA Kabupaten Pulau Morotai

Alfatah Sibua, S.Ag M. Hum

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya Publikasi “Indeks

Pembangunan Manusia Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2015” dapat diselesaikan.

Publikasi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah

Kabupaten Pulau Morotai melihat secara garis besar tentang

masalah kesejahteraan penduduk Kabupaten Pulau Morotai dengan

merepresentasikan ke dalam suatu besaran Indeks Pembangunan Manusia.

Dalam publikasi ini disajikan informasi mengenai gambaran sosial ekonomi

Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2015 dan komponen penghitungan Indeks

Pembangunan Manusia antara lain berupa angka harapan lama sekolah, rata-rata

lama sekolah, angka harapan hidup, pengeluaran perkapita dan indikator lainnya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada semua pihak

yang telah membantu terwujudnya publikasi ini. Kritik dan saran guna

perbaikan penerbitan publikasi selanjutnya sangat kami harapkan.

(5)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 iv

DAFTAR SINGKATAN

AHH

: Angka Harapan Hidup

AKB

: Angka Kematian Bayi

APS

: Angka Partisipasi Sekolah

BOS

: Bantuan Operasional Sekolah

BPS

: Badan Pusat Statistik

DAU

: Dana Alokasi Umum

EYS

: Expected Years of Schooling

GNP

: Gross National Product

HDR

: Human Development Report

HLS

: Harapan Lama Sekolah

IHK

: Indeks Harga Konsumen

Inkesra

: Indikator Kesejahteraan Rakyat

IPM

: Indeks Pembangunan Manusia

MDGs

: Millenium Development Goals

MYS

: Mean of Years Schooling

PDB

: Produk Domestik Bruto

PDRB

: Produk Domestik Regional Bruto

PNB

: Produk Nasional Bruto

PPP

: Purchasing Power Parity

SD

: Sekolah Dasar

SMP

: Sekolah Menengah Pertama

SMU

: Sekolah Menengah Umum

SP

: Sensus Penduduk

Supas

: Survei Penduduk Antar Sensus

Susenas

: Survei Sosial Ekonomi Nasional

TK

: Taman Kanak-Kanak

UNDP

: United Nations Development Programme

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . iii

DAFTAR SINGKATAN . . . iv

DAFTAR ISI. . . .v

DAFTAR TABEL . . . vi

DAFTAR GAMBAR . . . vii

DAFTAR KOTAK . . . viii

DAFTAR LAMPIRAN . . . ix

RINGKASAN EKSEKUTIF. . . xi

1. PENDAHULUAN . . . .14

2. KONSEP DAN PENGUKURAN IPM . . . .18

3. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU

MOROTAI . . . .28

4. PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA KABUPATEN

PULAU MOROTAI. . . .33

4.1 Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan . . . 33

4.2 Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan . . . 34

4.3 Capaian dan Tantangan Bidang Ekonomi . . . 37

5. DISPARITAS PEMBANGUNAN MANUSIA ANTAR WILAYAH . . . .41

6. KESIMPULAN . . . .44

(7)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 vi

DAFTAR TABEL

1. PENDAHULUAN

2. KONSEP DAN PENGUKURAN IPM

Tabel 2.1 Perbandingan IPM Metode Lama dan Baru . . . 22 Tabel 2.2 Nilai Minimum dan Maksimum Indikator Penyusun IPM Metode

Baru . . . 23

3. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU

MOROTAI

4. PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA KABUPATEN

PULAU MOROTAI

5. DISPARITAS PEMBANGUNAN MANUSIA ANTAR WILAYAH

Tabel 5.1 IPM dan Peringkat IPM menurut Kabupaten/Kota di Maluku Utara 2011-2015 . . . 41 Tabel 2.2 Kategori IPM Kabupaten/Kota di Maluku Utara 2013-2015 . . . 42

6. KESIMPULAN

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

1. PENDAHULUAN

2. KONSEP DAN PENGUKURAN IPM

Gambar 2.1 Konsep IPM. . . 22

Gambar 2.2 Perubahan Metodologi IPM . . . 23

3. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU

MOROTAI

Gambar 3.1 IPM Pulau Morotai 2011-2015. . . 28

Gambar 3.2 Laju Perumbuhan IPM Pulau Morotai 2011-2015 . . . 29

Gambar 3.3 Harapan Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015 . . . 29

Gambar 3.4 Harapan Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015 . . . 30

Gambar 3.5 Rata-Rata Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015 . . . 30

Gambar 3.6 Pengeluaran Perkapita Pulau Morotai 2011-2015 . . . 31

4. PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA KABUPATEN

PULAU MOROTAI

Gambar 4.1 APS Pulau Morotai 2013-2015 . . . 33

Gambar 4.2 Persentase Penduduk 10+ Pulau Morotai menurut Ijazah Tertinggi yang Ditamatkan 2015 . . . 34

Gambar 4.3 Analisis Derajat Kesehatan Konsep Hendrik L Bum. . . 35

Gambar 4.4 Indikator Lingkungan Pulau Morotai 2015 . . . 35

Gambar 4.5 Fasilitas Kesehatan Pulau Morotai 2015 . . . 36

Gambar 4.6 Penolong Persalinan Terakhir oleh Tenaga Medis di Pulau Morotai 2015 . . . 37

Gambar 4.7 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Sendiri di Pulau Morotai 2013-2015. . . 37

Gambar 4.8 Tren Kemiskinan di Pulau Morotai 2012-2014 . . . 38

Gambar 4.9 Gini Rasio Pulau Morotai 2011-2015 . . . 38

5. DISPARITAS PEMBANGUNAN MANUSIA ANTAR WILAYAH

Gambar 5.1 Laju Pertumbuhan IPM 2011-2015 . . . 42

(9)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 viii

DAFTAR KOTAK

1. PENDAHULUAN

2. KONSEP DAN PENGUKURAN IPM

Kotak 2.1 Pengukuran Pembangunan Manusia. . . 24

3. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU

MOROTAI

4. PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA KABUPATEN

PULAU MOROTAI

Kotak 4.1 Empat Komponen Penting dalam Paradigma Pembangunan Manusia. . . 39

5. DISPARITAS PEMBANGUNAN MANUSIA ANTAR WILAYAH

6. KESIMPULAN

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Angka Harapan Hidup menurut Kabupaten/Kota 2011-2015 . . . . 47 LAMPIRAN 2 Angka Harapan Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kota

2011-2015 . . . 47 LAMPIRAN 3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kota

2011-2015 . . . 48 LAMPIRAN 4 Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan menurut Kabupaten /Kota 2011-2015 . . . 48 LAMPIRAN 5 IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015. . . 49 LAMPIRAN 6 Peringkat IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015 . . . 49 LAMPIRAN 7 Laju Pertumbuhan IPM menutut Kabupaten/Kota 2011-2015 . . . . 50 LAMPIRAN 8 Kategori IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015. . . 50 LAMPIRAN 9 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut Kabupaten/Kota 2015 . . . 51 LAMPIRAN 10 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan berobat sendiri menurut Kabupaten/Kota 2015 . . . 51 LAMPIRAN 11 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terkahir dan Kabu paten/Kota 2015. . . 52 LAMPIRAN 12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kabupaten/Kota 2015 52 LAMPIRAN 13 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Kabupaten/Kota 2015. 53 LAMPIRAN 14 Persentase Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut Kabu paten/Kota dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki 2015 . . . 53 LAMPIRAN 15 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Atap terluas 2015 . . . 54 LAMPIRAN 16 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Lantai terluas 2015 . . . 54 LAMPIRAN 17 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Dinding terluas 2015 . . . 55 LAMPIRAN 18 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan yang Menggunakan Air Minum Bersih 2015 . . . 55 LAMPIRAN 19 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari Sumur/ Pompa/Mata Air menurut Kabupaten/Kota 2015 . . . 56 LAMPIRAN 20 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Penggu naan Fasilitas Buang Air Besar 2015. . . 56 LAMPIRAN 21 Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Fasilitas Tempat Buang Air Besar dan Jenis Kloset yang Digunakan menurut Kabupaten/Kota 2015 57

(11)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 x

Pembuangan Akhir Tinja2015. . . 57 LAMPIRAN 23 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan 2015 . . . 58 LAMPIRAN 24 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Bahan Bakar/Energi untuk Memasak 2015 . . . 58

(12)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pembangunan manusia Pulau Morotai terus mengalami kemajuan dari tahun

ke tahun. Selama periode 2011-2015, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pulau Morotai telah meningkat 2,65 poin, yaitu dari 56,63 menjadi 59,27.

Kemajuan ini masih menempatkan Pulau Morotai pada level pembangunan

manusia ‘rendah’. Angka harapan hidup sudah cukup baik mencerminkan

sudah baiknya derajat kesehatan masyarakat di Pulau Morotai. Meskipun

harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran perkapita masih

tertinggal dari kondisi Maluku Utara secara umum, komponen IPM terus

meningkat. Angka harapan hidup saat lahir (e

0

) di Pulau Morotai tahun 2015

telah mencapai lebih dari 65 tahun, sementara harapan lama bersekolah anak

masih 11 tahun, dan secara rata-rata telah mengenyam pendidikan setara dengan

kelas 1 SMP (belum tamat). Ekonomi Pulau Morotai yang semakin membaik

turut mendorong pengeluaran per kapita per tahun penduduk Pulau Morotai.

Secara umum, capaian pembangunan manusia pada level kabupaten/kota

di Maluku Utara semakin membaik. Setelah Kabupaten Kepulauan Sula dan

Halmahera Selatan berhasil meningkatkan status pencapaian pembangunan

manusia menjadi level ‘sedang’ di tahun 2014. Kini, hanya Pulau Morotai

dan Pulau Taliabu yang masih berada pada status pembangunan manusia

level ‘rendah’. Sedangkan, Kota Ternate menjadi satu-satunya kota di Maluku

Utara yang telah berhasil mencapai level pembangunan manusia ‘tinggi’.

Peningkatan kapabilitas dasar manusia merupakan salah satu upaya

dalam meningkatkan potensi bangsa yang pada akhirnya berdampak pada

peningkatkan kualitas manusia. Pendidikan dan kesehatan menjadi modal

utama yang harus dimiliki suatu bangsa untuk meningkatkan potensinya.

Oleh karena itu, untuk menciptakan manusia yang berkualitas dapat dimulai

dengan perbaikan pada kedua aspek tersebut. Apabila hal ini dilakukan

dengan komitmen yang serius, harapan agar manusia Pulau Morotai memiliki

umur panjang dan sehat, berpengetahuan, dan hidup layak dapat tercapai.

(13)

1

(14)

BA

B

Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya sehingga sudah sepantasnya apabila manusia menjadi tujuan utama dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan seharusnya memeng tidak hanya diukur dari tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan kualitas manusianya. Munculnya paradigma baru tersebut dipicu oleh kegagalan konsep pembangunan yang hanya menitikberatkan pada pertumbuhna ekonomi. Sebelum tahun 1970-an, keberhasilan pembangunan semata-mata hanya diukur dari tingkat pertumbuhan Gross National Product (GNP).

Faktanya, masih kerap dijumpai wilayah-wilayah dengan tingkat pertumbuhan GNP yang tinggi namun kualitas manusianya masih rendah.

Menurut UNDP, pembangunan manusia dirumuskan sebagai upaya perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people) dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. “Perluasan pilihan” hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan,secara minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah.

Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu kabupaten muda di Maluku Utara setelah mekar dari Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2008. Kabupaten yang biasa disingkat sebagai “Pulmor ” ini beribukota di Morotai Selatan, terdiri dari pulau-pulau dengan yang terbesar adalah Pulau Morotai. Letaknya berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik dan Laut Halmahera di sebelah utara, Laut Halmahera di sebelah timur, Selat Morotai di sebelah selatan, dan Laut Sulawesi, Laut Halmahera di sebelah barat. Secara geografis, Kabupaten Pulau Morotai terletak antara 2°00’ LU - 2°40’ LS dan 128°15’ - 129°08’ BT.

Sebagai kabupaten muda, tentunya Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai telah melakukan berbagai upaya serius dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), maupun aspek moralitas (iman dan takwa). Seluruh upaya pemerintah tersebut merupakan prasyarat penting untuk menciptakan masyarakat Pulau Morotai yang berkualitas. Selama periode tahun 2011-2015, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pulau Morotai mencatat angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pulau Morotai telah meningkat 2,65 poin dari 56,63 menjadi 59,27. Hal ini sangat konsisten dengan peningkatan komponen

(15)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 14

pembentuknya.

Konsistensi peningkatan komponen IPM yang terjadi dari tahun ke tahun nampaknya belum mampu menghasilkan daya ungkit yang kuat. BPS mencatat bahwa IPM Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2015 sebesar 59,27 dan masih bertahan pada kategori ‘rendah’, belum mampu menduduki kategori ‘sedang’.

Saat ini IPM Kabupaten Pulau Morotai masih berada pada peringkat ke-9 dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara. Peringkat Kabupaten Pulau Morotai hanya berada satu tingkat di atas Kabupaten Pulau Taliabu.

Dari sisi level maupun peringkat, nampaknya Kabupaten Pulau Morotai belum menunjukkan pencapaian yang optimal. Namun, kecepatan pencapaian pembangunan manusia Kabupaten Pulau Morotai cukup baik. Secara rata-rata, pertumbuhan IPM Kabupaten Pulau Morotai sebesar 1,15 persen. Diantara 10 kabupaten/kota, Pulau Morotai menempati peringkat ke-4.

Tinggi rendahnya nilai IPM tidak dapat dilepaskan dari program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah. Proses desentralisasi tampaknya telah membuka potensi-potensi wilayah untuk berkembang secara aktif dan mandiri. Kompetisi antarwilayah makin dinamis sebagai ajang adu kebijakan pembangunan manusia yang efektif dan efisien. Namun perlu disadari, perubahan atau peningkatan angka IPM tidak bisa terjadi secara instan. Pembangunan manusia merupakan sebuah proses dan tidak bisa diukur dalam waktu singkat. Berbeda dengan pembangunan ekonomi pada umumnya, hasil pembangunan pendidikan dan kesehatan tidak bisa dilihat dalam jangka pendek. Untuk itu, program-program pembangunan manusia harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus dipantau pelaksanaannya sehingga lebih terarah.

Otonomi daerah diharapkan mampu mengurangi kesenjangan capaian pembangunan manusia antar kota dan kabupaten-kabupaten di Indonesia. Wilayah perkotaan yang sarat dengan fasilitas pembangunan memiliki capaian pembangunan manusia yang lebih tinggi dibanding daerah-daerah di sekitarnya. Daya tarik kota membawa dampak pada berpindahnya penduduk yang lebih berkualitas ke kota. Sebagai dampaknya, daerah-daerah penyangga dan wilayah kabupaten memiliki capaian pembangunan yang relatif rendah. Melalui otonomi daerah, diharapkan masing-masing daerah mampu mengembangkan program-program yang spesifik disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing daerah sehingga kualitas pembangunan manusianya dapat ditingkatkan.

Publikasi ini dilengkapi dengan analisis mengenai capaian dan kemajuan IPM dan komponen IPM pada tahun 2011-2015. Secara umum, publikasi ini akan menyajikan data dan analisis IPM selama tahun 2011-2015. Data IPM secara lengkap pada tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel lampiran. Pada publikasi ini akan dianalisis mengenai capaian IPM Kabupaten Pulau Morotai serta disparitas pada level kabupaten/kota di Maluku Utara.

(16)

Secara khusus, publikasi ini menyajikan:

1. Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pulau Morotai;

2. Analisis peningkatan kapabilitas dasar manusia Kabupaten Pulau Morotai; 3. Analisis disparitas capaian IPM dan komponennya pada level kabupaten/kota;

(17)

2

KONSEP dan PENGUKURAN

IPM

(18)

BA

B

Paradigma pembangunan manusia bertitik tolak dari pemahaman bahwa proses pembangunan harus dapat memperluas pilihan. Seorang individu atau suatu keluarga lazimnya mempunyai banyak keinginan, baik yang muluk-muluk maupun yang sangat mendasar. Beberapa yang sangat mendasar adalah sebagai berikut. Mereka berharap keluarganya dapat hidup sehat dan berumur panjang. Tinggal di lingkungan yang sehat, terbebas dari berbagai wabah, serta memperoleh akses pada sanitasi dan air bersih. Individu tersebut menginginkan keluarganya memperoleh pendidikan dan pelatihan yang baik. Mereka berharap mempunyai akses pada sumber daya ekonomi serta dapat memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, serta kesehatannya untuk bekerja agar dapat hidup dengan layak. Individu tersebut berharap pula mampu membawakan diri dengan baik dalam pergaulan masyarakat. Mereka juga berharap dapat hidup dalam suasana yang bebas dan mempunyai hak untuk menyuarakan kepentingannya. Proses pembangunan harus dapat merealisasikan harapan-harapan tersebut. Fokus pada manusia inilah yang melandasi konsep pembangunan manusia.

Menurut konsep ini pembangunan harus seimbang, yaitu antara membangun kemampuan dengan memanfaatkan kemampuan. Proses pembangunan setidaknya harus menciptakan lingkungan untuk manusia, baik sebagai individu, keluarga, maupun masyarakat, mengembangkan kemampuannya secara optimal dan mempunyai cukup kesempatan (memanfaatkan kemampuannya) untuk dapat hidup yang produktif dan kreatif sesuai kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain, pembangunan manusia tidak melulu peduli dengan pembentukan kemampuan manusia seperti kesehatan yang lebih baik serta pengetahuan dan ketrampilan. Tetapi proses pembangunan manusia juga peduli dengan pemanfaatan kemampuan tersebut, baik untuk bekerja, berlibur, serta kegiatan sosial politik lainnya. Dua sisi pembangunan tersebut harus berkembang secara seimbang. Ketimpangan akan berakibat pemborosan potensi manusia.

Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development Progamme-UNDP). Konsep pembangunan seperti diuraikan diatas nampaknya sederhana. Namun sebagai akibat dari penyederhanaan yang berlebihan terhadap tujuan pembangunan, konsep yang cukup komprehensif tersebut menjadi terlupakan. Misalnya dalam paradigma pembangunan ekonomi tujuan pembangunan disederhanakan menjadi pertumbuhan ekonomi/ peningkatan pendapatan per kapita saja.

(19)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 18

Seringkali dinyatakan bahwa pendapatan dapat mewakili (proxy) dengan baik pilihan-pilihan lainnya. Tetapi sesungguhnya pernyataan tersebut di atas hanya sebagian saja dari kebenaran. Pendapatan memang dapat dipergunakan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan, menjaga/meningkatkan kesehatan, tetapi pendapatan juga dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan tujuan pembangunan manusia.

Konsep pembangunan manusia seperti diuraikan tersebut di atas berbeda dari konsep/paradigma pembangunan yang berkembang selama setengah abad terakhir. Beberapa yang terpenting diantaranya adalah: pembangunan ekonomi, kesejahteraan manusia, kebutuhan dasar manusia, dan pembangunan sumber daya manusia. Perbedaan-perbedaan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut. Dalam paradigma pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi memang penting. Tetapi bukti empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak menjamin pembangunan manusia. Pendekatan kesejahteraan manusia melihat manusia hanya sebagai pihak yang berhak memperoleh manfaat pembangunan, bukan sebagai peserta aktif pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan diri pada sejumlah barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota masyarakat yang kurang beruntung, dan bukannya pilihan-pilihan yang lebih luas bagi masyarakat. Konsep pembangunan sumber daya manusia berfokus pada meningkatkan kemampuan atau memberdayakan manusia, bukan pemanfaatan kemampuan tersebut. Sementara itu pendekatan pembangunan manusia mencakup keseluruhan aspek tersebut di atas. Dengan demikian konsep ini mampu mencakup lebih baik berbagai segi dan kompleksitas kehidupan manusia.

Seperti halnya dengan pendekatan pembangunan ekonomi, konsep pembangunan manusia ini juga terukur. Berdasarkan perspektif pembangunan seperti telah diuraikan di atas, pembangunan manusia tidak diukur dari pendapatan semata, tetapi dari indeks komposit yang disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Idealnya indeks tersebut mencakup sebanyak mungkin variabel sehingga benar-benar dapat mencerminkan berbagai segi kehidupan manusia yang sangat banyak dan kompleks. Tetapi ketersediaan data statistik membatasi hal itu. Keterbatasan tersebut di sisi lain membawa manfaat, yaitu kita tidak kehilangan fokus atas hakekat pembangunan manusia.

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM pertama kali diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR).

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM juga dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

(20)

GAMBAR 2.1 Konsep IPM

Sumber BPS

Pada tahun 2015, BPS melakukan perubahan metodologi penghitungan IPM. Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM. PERTAMA Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. KEDUA, penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

Dari kedua alasan di atas, maka dilakukan perubahan dalam metodologi penghitungan IPM. Indikator Angka melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka Harapan Lama Sekolah. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

(21)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 20

GAMBAR 2.2 Perubahan Metodologi IPM

Melalui penggunaan metodologi metode baru ini, dihasilkan keunggulan sebagai berikut. Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif). Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi. PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.

Secara lebih rinci, dimensi IPM metode baru dihitung menggunakan indikator berikut. a.

b.

Sumber BPS

Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life). Dimensi ini diwakili oleh indikator Angka Harapan Hidup Saat Lahir - AHH (Life Expectancy – e0) Angka Harapan Hidup saat Lahir didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei kependudukan.

Pengetahuan (knowledge). Dimensi ini diwakili oleh dua indikator, yaitu Rata-rata lama sekolah dan indikator Angka harapan lama sekolah. Rata-Rata-rata Lama Sekolah - RLS (Mean Years of Schooling-MYS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun.

(22)

Tabel 2.1

Perbandingan IPM Metode Lama dan Baru

c.

Dimensi kehidupan lain di luar ketiga pilar tersebut di atas tetap penting, tetapi untuk sementara tidak diukur, misalnya terkait dengan demokrasi, lingkungan, keadilan dan sebagainya. Dimensi lain tersebut belum memiliki data dan informasi

Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling- EYS) didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan

peluang

penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.

Sumber BPS

Standar hidup layak (decent standard of living). Dimensi ini diwakili oleh indikator PNB per kapita, dikarenakan indikator ini tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao.

(23)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 22

pembangunan masa lalu mempunyai satu indikator dengan satuan ukuran tunggal, misalnya dalam paradigma pembangunan ekonomi, pendapatan per kapita diukur dengan satuan rupiah. Sementara itu indeks pembangunan manusia ini adalah indeks komposit/gabungan yang masing-masing unsurnya mempunyai satuan ukuran yang berbeda. Usia harapan hidup diukur dengan tahun, melek huruf (literacy) diukur dengan persentase penduduk dewasa yang mampu membaca dan menulis, rata-rata lamabersekolah diukur dengan tahun, dan pendapatan per kapita diukur dengan rupiah (yang sudah disesuaikan). Untuk itu satuan ukuran bersama harus diciptakan, yaitu indeks dengan nilai antara 0 dan 1. Adapun proses penyusunannya adalah sebagai berikut. Pertama, IPM menentukan nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing indikator. Misalnya untuk usia harapan hidup ditetapkan antara 20 s/d 85 tahun. Kemudian, dengan skala antara 0 s/d 1, diukur indeks capaian usia harapan hidup suatu negara/wilayah. Proses yang sama berlaku untuk indikator-indikator lainnya. Selanjutnya indeks komposit dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks masing-masing dimensi tersebut. (Lihat Kotak 2.1).

TABEL 2.2.

Nilai Minimum dan Maksimum Indikator Penyusun IPM Metode Baru

Keterangan: * Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010

(data empiris) yaitu di Tolikara-Papua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025 Sumber : BPS

(24)

Dimensi Umur Panjang dan Sehat

Angka tertinggi, sebagai batas atas untuk perhitungan indeks,adalah sebesar 85 tahun dan terendah adalah 20 tahun. Perbedaan kinerja antara wilayah dengan usia harapan hidup terendah dengan tertinggi adalah 65 tahun. Pada tahun 2015, Kabupaten Pulau Morotai memiliki angka harapan hidup sebesar 65,98 tahun. Selisih antara usia harapan hidup Kabupaten Pulau Morotai dengan angka minimum tersebut diatas (20 tahun) adalah 45,98 tahun. Angka 45,98 tahun tersebut dapat diumpamakan dengan “perjalanan yang sudah dilalui dari suatu jalan sepanjang 60 tahun”. Hal ini berarti Kabupaten Pulau Morotai telah berhasil mencapai sekitar dua per tiga perjalanan. Kinerja tersebut yang kemudian dihitung indeksnya menjadi 70,74.

Dimensi Pengetahuan/Pendidikan KOTAK 2.1.

Pengukuran Pembangunan Manusia

Dimensi pengetahuan diukur dengan dua indikator yakni rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah.Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Sementara angka harapan lama sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Batas maksimum rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan minimum adalah 0 tahun. Pada tahun 2015, rata- rata lama sekolah di Kabupaten Pulau Morotai adalah 6,84 tahun. Hal ini berarti angka indeks rata-rata lama sekolah adalah sebesar 45,62. Batas maksimum untuk angka harapan lama sekolah adalah 18 tahun dan minimum adalah 0 tahun. Pada tahun 2015, Kabupaten Pulau Morotai memiliki angka HLS sebesar 11,59 tahun. Hal ini berarti angka indeks HLS adalah 64,36.

(25)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 24

Dengan menggunakan rata-rata dari indikator rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah, maka diperoleh indeks pengetahuan Kabupaten Pulau Morotai tahun 2015 sebesar 54,99.

Dimensi Standar Hidup Layak

Standar kehidupan menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional, United Nations Development Programme (UNDP) memilih Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita sebagai indikator standar hidup layak. Untuk keperluan penghitungan IPM provinsi atau kabupaten/kota, data dasar PNB per kapita tidak tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/ kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS. Penghitungan indeks pengeluaran menggunakan batas maksimum sebesar Rp 26.572.352,- yang merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025. Sedangkan nilai minimum sebesar Rp 1.007.436,- yang merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua. Pada tahun 2015, Kabupaten Pulau Morotai memiliki pengeluaran perkapita disesuaikan sebesar Rp 5.808.996,- Hal ini berarti angka indeks pengeluaran Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2015 sebesar 53,54.

(26)

Indeks Pembangunan Manusia

lndeks Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang unsur-unsurnya terdiri dari indeks harapan hidup, indeks pengetahuan dan indeks pengeluaran. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dari ketiga nilai indeks tersebut diatas, maka angka IPM di Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2015 adalah 59,27.

(27)

3

PENCAPAIAN PEMBANGUNAN

MANUSIA KABUPATEN

PULAU MOROTAI

(28)

BA

B

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah. Meskipun tidak mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, namun IPM dinilai mampu mengukur dimensi pokok dari pembangunan manusia.

3

PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN PULAU MOROTAI

“IPM Terus Meningkat dari Tahun 2011-2015”

Pembangunan manusia di Pulau Morotai terus mengalami perbaikan, terlihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia yang terus meningkat dari tahun 2011 hingga 2015 (lihat Gambar 3.1). IPM Pulau Morotai naik 2,65 poin dalam jangka waktu 5 tahun. Capaian IPM yang terus meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi positif bahwa kualitas manusia di Pulau Morotai yang dilihat dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi juga semakin membaik.

Gambar 3.1. IPM Pulau Morotai 2011-2015

Sumber : BPS

Berdasarkan skala BPS, capaian IPM dikategorikan menjadi kategori sangat tinggi (IPM = 80), kategori tinggi (70 = IPM < 80), kategori sedang (60 = IPM <70), dan kategori rendah (IPM < 60). Sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini, IPM Pulau Morotai masih berada pada level rendah.

“Kecepatan IPM per Tahun Berfluktuatif”

Keberhasilan pembangunan manusia tidak hanya diukur dari tingginya capaian angka IPM di suatu wilayah, tetapi juga melihat kecepatan dalam peningkatan IPM. Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu digunakan ukuran laju pertumbuhan per tahun. Semakin rendah kecepatan peningkatan IPM, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai IPM yang ideal karena laju pertumbuhan merupakan gambaran laju pergerakan IPM dibandingkan capaian pada tahun sebelumnya. Dengan kata lain, laju pertumbuhan menunjukkan perbandingan

(29)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 28

Gambar 3.2 Laju Pertumbuhan IPM Pulau Morotai 2013-2015

Sumber :BPS

antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang telah ditempuh pada tahun sebelumnya. Kecepatan laju pertumbuhan IPM Pulau Morotai per tahun, yaitu tahun 2012-2013, 2013-2014 dan 2014-2015 relatif berfluktuatif dimana pada periode 2013-2014 hanya sebesar 0,54 atau dengan kata lain kecepatan yang paling rendah selama 3 tahun terakhir. Namun demikian Pulau Morotai kembali berhasil meningkatkan kecepatan IPMnya menjadi 1,60 pada periode 2014-2015.

“Angka Harapan Hidup Sudah Cukup Baik”

Gambar 3.3. Angka Harapan Hidup Pulau Morotai 2011-2015

Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak lepas dari peningkatan dari setiap komponen penyusunnya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, komponen penyusun IPM juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator Angka Harapan Hidup (AHH) yang merepresentasikan aspek kesehatan, terus meningkat dari tahun 2011-2015. Semakin

meningkatnya AHH di Pulau Sumber : BPS

Morotai mengindikasikan bahwa derajat kesehatan masyarakat di Pulau Morotai semakin membaik karena AHH merupakan salah satu tolok ukur

derajat kesehatan

masyarakat. Namun demikian, dalam jangka waktu 5 tahun Pulau Morotai

hanya berhasil meningkatkan AHH sebesar 0,68 tahun dari 65,30 tahun

menjadi 65,98 tahun.

Meski capaian AHH sudah cukup baik namun tetap masih perlu ditingkatkan lagi. Bila dibandingkan dengan AHH Maluku Utara maka terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir AHH Pulau Morotai selalu dibawah AHH Maluku Utara atau dengan kata lain kesehatan masyarakat Morotai masih relatif tertinggal bila dibandingkan dengan masyarakat Maluku Utara secara keseluruhan.

(30)

“Sistem Pendidikan di Berbagai Jenjang Semakin Membaik”

Gambar 3.4. Harapan Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015

Sumber :BPS

Aspek pendidikan pada IPM dicerminkan oleh indikator Angka Harapan Lama Sekolah (EYS) dan Rata- rata Lama Sekolah (MYS). Capaian EYS Pulau Morotai meningkat 10,55 persen selama 5 tahun. Kenaikan EYS ini dapat juga diartikan meningkatnya kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang di Pulau Morotai. Gambar 3.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 hingga 2015, lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakanoleh anak pada umur tertentu di Pulau Morotai meningkat 1,11 tahun. Meskipun demikian, Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai harus

tetap konsisten dalam menjalankan program-programnya di bidang pendidikan agar penduduk Pulau Morotai dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik lagi.

“Rata-rata Lama Sekolah Masih Tertinggal”

Selain EYS, komponen pendidikan lain yang digunakan untuk menggambarkan aspek pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Dari Gambar 3.5 terlihat bahwa MYS Pulau Morotai terus meningkat dari tahun 2011 sampai 2015 meskipun peningkatannya relatif lambat. Pada tahun 2011 rata-rata penduduk Pulau Morotai yang berumur 15 tahun ke atas bersekolah sampai kelas 1 SMP (belum tamat). Pada tahun berikutnya rata-rata lama sekolah masih belum beranjak dari kelas 1 SMP. Sampai dengan pada tahun 2015 rata-rata lama sekolah masih berada pada level yang sama. Selama jangka waktu 2011 sampai dengan 2015, MYS

Gambar 3.5. Rata-Rata Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015

(31)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 30

Pulau Morotai hanya meningkat 0,26 tahun. Sehingga jika dibandingkan dengan Provinsi Maluku Utara masih tertinggal cukup jauh. Dalam hal ini pemerintah perlu menjalankan kebijakan di bidang pendidikan yang mendorong penduduk Pulau Morotai untuk bersekolah sampai jenjang yang tinggi.

“Pengeluaran per Kapita terus Bergerak Naik namun Tertinggal”

Gambar 3.6. Pengeluaran Per Kapita Pulau Morotai 2011-2015

Sumber : BPS

Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar hidup layak yang direpresentasikan melalui indikator pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian. Selama periode 4 tahun (2011-2014) pengeluaran per kapita disesuaikan Pulau Morotai meningkat sebesar 368,32 ribu rupiah. Namun meskipun terus meningkat, ternyata pengeluaran per kapita disesuaikan Pulau Morotai masih jauh dari kondisi Provinsi Maluku Utara secara umum.

(32)

4

PENINGKATAN KAPABILITAS

DASAR MANUSIA

KABUPATEN PULAU MOROTAI

(33)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 32

BA

B

2015

4

PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR

MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI

Pembangunan manusia merupakan suatu upaya untuk memperluas pilihan-pilihan yang dimiliki manusia yang dapat terealisasi apabila manusia berumur panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta dapat memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya dalam kegiatan yang produktif. Hal tersebut sekaligus merupakan tujuan utama dari pembangunan yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset kekayaan bangsa sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Pendidikan dan kesehatan merupakan modal utama yang harus dimiliki manusia agar mampu meningkatkan potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki suatu bangsa, semakin tinggi peluang untuk meningkatkan potensi bangsa itu.

4.1 Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan

Gambar 4.1.

Persentase Penduduk Usia 10+ Pulau Morotai Menurut Ijazah Tertinggi yang Ditamatkan 2015

Sumber : BPS

Salah satu upaya peningkatan kapabilitas dasar penduduk di bidang pendidikan adalah dengan memperluas cakupan pendidikan formal. Berbagai program di bidang pendidikan telah diupayakan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Diantaranya yaitu program untuk memberantas buta aksara, menekan angka putus sekolah melalui pemberian bantuan operasional sekolah (BOS), serta menjamin kesempatan untuk memperoleh pendidikan melalui program penuntasan wajib belajar sembilan tahun.

“Partisipasi Sekolah Pendidikan Dasar Cukup Tinggi”

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang mengukur pemerataan akses terhadap pendidikan. Secara umum APS Pulau Morotai mengalami peningkatan dari tahun 2013-2015. Gambar 4.1 menunjukkan capaian APS pada setiap kelompok umur sekolah dimana capaian APS 7-12 tahun sudah cukup tinggi. Namun demikian dalam jangka waktu 3 tahun APS 7-12 tahun mengalami sedikit penurunan sebesar

(34)

1,33 persen sedangkan APS 13-15 tahun meningkat 4,27 persen. Hal lain yang patut dicermati yaitu belum semua penduduk pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun yang merupakan kelompok umur wajib belajar 9 tahun dapat berpartisipasi dalam pendidikan formal. Selain itu APS penduduk usia 16-18 tahun masih rendah.

“Persentase Penduduk yang Tidak Mempunyai Ijazah Masih Tinggi”

Gambar 4.2. APS Pulau Morotai 2013-2015

Sumber : BPS

Salah satu permasalahan pendidikan yang dapat menghambat peningkatan kapabilitas dasar penduduk adalah mahalnya biaya pendidikan. Ketidakmampuan untuk membayar biaya sekolah akan berdampak pada pilihan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak menamatkanjenjang pendidikan yang sedang dijalani (putus sekolah). Persentase penduduk Pulau Morotai berusia di atas 10 tahun yang tidak mempunyai ijazah sekolah masih tinggi, yaitu sebesar 32,78 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan masih sedikitnya penduduk yang berijazah diploma/sarjana yang akan berimbas pada kualitas sumber daya manusia sebagai motor penggerak pembangunan di Pulau Morotai akan terhambat.

4.2 Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan

Peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan manusia. Derajat kesehatan menjadi salah satu pilar penentu kualitas hidup manusia selain pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian tinggi dari pemerintah dan seluruh masyarakat untuk senantiasa peduli pada peningkatan derajat kesehatan. Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah tercapainya status kesehatan yang optimal untuk mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur status kesehatan adalah angka morbiditas. Penduduk yang mengalami morbiditas adalah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Berdasarkan data Susenas tahun 2015, angka morbiditas penduduk di Pulau Morotai adalah 10,80 persen. Angka tersebut menurun sebesar 10,64 persen dari tahun 2014. Menurut Henrik L. Blum (www.depkes.go.id) peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk dipengaruhi oleh empat faktor penentu, yaitu: faktor-faktor lingkungan (45 persen), perilaku kesehatan

(35)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 34

melalui empat aspek tersebut. Konsep Henrik L.Blum ini diilustrasikan lewat Gambar 4.3 yang memperlihatkan hubungan derajat kesehatan dengan keempat faktornya.

Gambar 4.3. Analisis Derajat Kesehatan Konsep Hendrik L Blum

Sumber : Kementerian Kesehatan RI

“Kondisi Lingkungan Belum Sepenuhnya Sehat”

Gambar 4.4. Indikator Lingkungan Pulau Morotai 2015

Sumber : BPS

Berdasarkan konsep derajat kesehatan yang dikemukakan oleh Blum, faktor terbesar yang memengaruhi derajat kesehatan seseorang yaitu faktor lingkungan. Konsep ini menegaskan bahwa lingkungan yang baik akan mendorong secara langsung peningkatan derajat kesehatan. Tidak hanya itu, lingkungan yang baik juga secara tidak langsung berhubungan dengan keturunan dan pelayanan kesehatan. Data Susenas tahun 2015 menunjukkan bahwa masih terdapat 24,07 persen rumahtangga di Pulau Morotai yang tidak memiliki tempat buang air besar. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi penurunan sekitar 3,93 persen rumah tangga yang tidak memiliki tempat buang air besar. Sementara itu rumah tangga dengan akses sanitasi layak pada tahun 2015 hanya sebesar 31,15 persen.

(36)

Sanitasi yang layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan yaitu dilengkapi dengan kloset leher angsa dan tempat pembuangan tangki septik serta dimiliki sendiri oleh rumah tangga atau bersama rumah tangga lain. Pemerintah melalui program MDG’s menjadikan indikator sanitasi layak sebagai salah satu target dalam tujuan ke tujuh yaitu “Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup”. Selain akses terhadap sanitasi layak, indikator lingkungan lain yang tercantum dalam target MDG’s adalah akses terhadap air bersih. Pada tahun 2015 masih terdapat 52,23 persen rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum bersih. Pada indikator jenis lantai rumah tercatat terdapat 27,98 persen rumah tangga dengan jenis lantai rumah tanah. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dan serius karena lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat akan menghambat Pulau Morotai untuk mencapai kondisi masyarakat dengan derajat kesehatan yang baik. Dampak secara langsung terhadap kualitas pembangunan manusia adalah lambatnya peningkatan komponen kesehatan yang berhubungan langsung dengan peningkatan nilai IPM.

“Fasilitas Kesehatan Sudah Cukup Merata”

Salah satu faktor penentu untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk adalah ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan. Menyediakan fasilitas kesehatan yang terjangkau dan memadai menjadi salah satu tugas pemerintah dalam rangka menciptakan pembangunan manusia yang berkelanjutan. Berdasarkan data Pulau Morotai Dalam Angka, yang terlihat dari Gambar 4.5., akses terhadap fasilitas kesehatan Penolong Persalinan Terakhir oleh Tenaga Medis sudah baik. Semua kecamatan di Pulau Morotai 2013-2015 telah memiliki akses terhadap puskesmas. Hal ini merupakan indikasi positif bahwa pembangunan infrastruktur di bidang kesehatan telah berjalan sebagaimana mestinya.

Gambar 4.5. Indikator Lingkungan Pulau Morotai 2015

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pulau Morotai

“Praktek Persalinan yang Aman Belum Merata”

Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga medis dan meningkatkan pelayanan neonatal, karena dapat mempengaruhi keselamatan ibu dan bayinya. Penolong persalinan yang ideal adalah tenaga medis karena mereka telah menerapkan proses persalinan yang memenuhi standar kesehatan. Oleh sebab itu, pemerintah selalu berupaya untuk memperluas akses, sarana pelayanan

(37)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 36

Gambar 4.6. Penolong Persalinan Terakhir oleh Tenaga Medis di Pulau Morotai 2013-2015

“Kesadaran terhadap Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Mulai Meningkat”

Sumber : BPS

Gambar 4.7.

Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Sendiri di Pulau Morotai

2013-2015

Sumber : BPS

Keberadaan fasilitas kesehatan tidak akan bermanfaat jika tidak disertai oleh kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. Pada tahun 2015 terdapat 50,35 persen penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat sendiri. Angka tersebut jauh menurun jika dibandingkan tahun 2013 dan 2014 yang selalu berada di atas 90 persen (masing-masing sebesar 94,32 persen dan 94,59 persen). Penurunan persentase penduduk yang berobat sendiri pada tahun 2015 mengindikasikan bahwa kesadaran penduduk untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan semakin meningkat. Hal penting lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga medis (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya). Praktek persalinan yang aman menjadi salah satu faktor penentu keselamatan ibu dan bayi hingga pada akhirnya akan menurunkan resiko kematian keduanya. Di Pulau Morotai, persentase persalinan terakhir yang ditolong oleh tenaga medis memperlihatkan tren peningkatan dari tahun 2013 hingga 2015, kecuali pada tahun 2015 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Gambar 4.6. memperlihatkan persentase persalinan terakhir yang ditolong oleh tenaga medis.

4.3 Capaian dan Tantangan di Bidang Ekonomi

“Kemiskinan Menurun Tetapi Masih Lambat”

Kemiskinan merupakan salah satu masalah pokok dalam pembangunan yang sifatnya multiaspek sehingga penanganannya juga perlu mendapat perhatian khusus. Kemiskinan menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kapabilitasnya. Hal tersebut masuk akal karena keterbatasan ekonomi menyebabkan seseorang

(38)

tidak dapat mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan yang memadai, padahal kedua aspek tersebut merupakan kapabilitas dasar dalam pembangunan manusia.

Gambar 4.8. Tren Kemiskinan di Pulau Morotai 2012-2014

Sumber : BPS

Selama periode 2012 hingga 2014, tren kemiskinan menunjukkan penurunan dari 5,2 ribu jiwa (9,49 persen) pada tahun 2012 menjadi 5,2 ribu jiwa pada tahun 2014 (8,74 persen). Hal tersebut merupakan indikasi positif bagi perkembangan perekonomian Pulau Morotai sehingga dapat mendorong peningkatan pembangunan manusia. Namun, penurunan kemiskinan cenderung bergerak lambat sehingga target pemerintah untuk menurunkan kemiskinan hingga 8 persen di tahun 2014 belum tercapai. Karakteristik penduduk miskin di Pulau Morotai pada umumnya tinggal di perdesaan dan bekerja di sektor pertanian. Di sisi lain, produktivitas sektor pertanian tergolong rendah. Hal ini menjadi pertanda bahwa untuk meningkatkan kualitas manusia, kemiskinan wajib diperangi dan dituntaskan oleh pemerintah. Dengan melihat karakteristik kemiskinan yang bercorak perdesaan dan pertanian, program-program harus dilakukan secara lebih terarah. Selain karakteristik tersebut, lambatnya penurunan kemiskinan juga didukung dengan semakin lebarnya ketimpangan pengeluaran penduduk yang dicerminkan oleh Gini Rasio. Tren Gini Rasio cenderung meningkat yang menunjukkan bahwa ketimpangan semakin melebar namun kembali menurun pada tahun 2014 sebesar 0,288 dan pada tahun 2015 menjadi sebesar 0,269.

Gambar 4.9. Gini Ratio Pulau Morotai 2011-2015

(39)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 38 KOTAK 4.1.

Empat Komponen Penting dalam Paradigma Pembangunan Manusia Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen yang utama:

Produktivitas. Masyarakat harus dapat meningkatkan produktivitas

mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia.

Pemerataan. Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh

kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-kesempatan ini.

Kesinambungan. Akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan

tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk pemodalan (fisik, manusia, lingkungan hidup) harus dilengkapi.

Pemberdayaan. Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat, dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

(40)

5

DISPARITAS PEMBANGUNAN

MANUSIA ANTAR WILAYAH

(41)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 40

BA

B

2015

Keberagaman potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia antar daerah menyebabkan capaian pembangunan manusia berbeda pada setiap wilayah. Keberhasilan program-program pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah juga menentukan tinggi rendahnya capaian pembangunan manusia dalam suatu wilayah. Selain itu, diperlukan juga upaya pengawasan dan evaluasi terhadap program-program pembangunan untuk mempercepat peningkatan pembangunan manusia.

5

DISPARITAS PEMBANGUNAN MANUSIA

ANTAR WILAYAH

“Pembangunan Manusia Terus Meningkat”

Apabila dilihat secara sekilas pembangunan manusia pada setiap kabupaten/ kota di Maluku Utara menunjukkan pola yang selalu meningkat dari tahun 2013-2015. Namun jika diperhatikan peringkatnya, terdapat variasi kenaikan maupun penurunan pada beberapa kabupaten/kota. Daerah dengan peringkat IPM tertinggi adalah Kota Ternate. Sejak pertama kali dihitung hingga tahun 2015, capaian IPM Kota Ternate selalu paling tinggi diantara kabupaten/kota lainnya. Ketersediaan sarana kesehatan, pendidikan, dan perekonomian serta kemudahan akses terhadap semua sarana tersebut membuat Kota Ternate lebih unggul dibandingkan wilayah lain di Maluku Utara. Kondisi ini menjadi salah satu faktor pendorong tingginya capaian pembangunan manusia di Kota Ternate. Secara umum dari tahun 2013-2015 peringkat IPM kabupaten/kota tidak mengalami perubahan.

Tabel 5.1. IPM dan Peringkat IPM menurut Kabupaten/Kota di Maluku Utara 2011-2015

(42)

Gambar 5.1. Laju Pertumbuhan IPM 2013-2015

Sumber : BPS

Selain capaian IPM, keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah juga dilihat berdasarkan kecepatan pergerakan IPM yang direpresentasikan melalui laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan IPM selama periode 2013-2015 menunjukkan bahwa kecepatan peningkatan IPM kabupaten/ kota di Maluku Utara per tahun berkisar antara 1,21 sampai 2,47 persen (Gambar 5.1). Kabupaten/ kota dengan kecepatan IPM tertinggi diantaranya adalah Pulau Taliabu, Halmahera Barat, dan Halmahera Selatan. Sementara itu, kabupaten/kota yang paling lambat adalah Kepulauan Sula, Ternate, dan Tidore Kepulauan.

Tabel 5.2. Kategori IPM Kabupaten/Kota di Maluku Utara

2013-2015

Sumber : BPS

Tingkat kemajuan pencapaian pembangunan manusia di Maluku Utara dapat dilihat dari hasil penghitungan berapa banyak kabupaten/kota yang telah meningkat status pencapaian IPM-nya. Pada tahun 2013 masih terdapat empat kabupaten/kota yang masuk dalam kategori IPM rendah. Namun, pada tahun 2014, dua kabupaten/kota berhasil meningkatkan status pencapaian IPM-nya menjadi sedang, yaitu Kabupaten Kepulauan Sula dan Halmahera Selatan. Hal ini belum berubah hingga tahun 2015.

(43)

6

(44)

BA

B

Pembangunan manusia Pulau Morotai terus mengalami peningkatan selama periode 2011 hingga 2015. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pulau Morotai telah meningkat dari 56,63 pada tahun 2011 menjadi 59,27 pada tahun 2014, atau naik sebesar 2,65 poin. Kecepatan IPM dalam periode 2014-2015 meningkat dibandingkan dengan periode 2013-2014. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan manusia di Pulau Morotai mengalami percepatan. Angka harapan hidup saat lahir (e0) sudah cukup baik namun tetap masih perlu ditingkatkan. Sementara itu, upaya ekstra diperlukan untuk meningkatkan kemauan penduduk dalam menempuh jenjang pendidikan yang tinggi yang hingga saat ini hanya masih mencapai SMP kelas I (belum tamat) saja. Tugas lain yang harus segera dituntaskan yaitu meningkatkan ekonomi masyarakat, sebab capaian pengeluaran per kapita disesuaikan masih tertinggal jauh dari kondisi Maluku Utara secara umum.

Melihat pada disparitas pembangunan manusia pada level kabupaten/kota di Maluku Utara, menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Hingga kini, terdapat 2 kabupaten/kota yang telah masuk dalam kelompok pembangunan manusia “sedang”, yaitu kabupaten Kepulauan Sula dan Halmahera Selatan, dan hanya tersisa dua kabupaten/kota yang masuk kelompok pembangunan manusia “rendah”, yaitu Pulau Morotai dan Pulau Taliabu. Kota Ternate merupakan satu-satunya kota di Maluku Utara yang berhasil mencapai kategori pembangunan manusia “tinggi”.

Tantangan yang masih dihadapi dalam pembangunan manusia Pulau Morotai adalah masih berada pada kelompok pembangunan manusia “rendah”. Peningkatan kapabilitas dasar manusia menjadi upaya penting dalam meningkatkan kualiatas manusia yang akhirnya berdampak pada peningkatkan pembangunan manusia.

Di bidang pendidikan, partisipasi sekolah pada pendidikan dasar sudah cukup tinggi. Di bidang kesehatan, fasilitas kesehatan sudah tersebar cukup merata. Akan tetapi, kondisi lingkungan masyarakat belum sepenunya sehat serta praktek persalinan belum aman dan merata. Kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan mulai meningkat, masyarakat lebih cenderung berobat ke fasilitas kesehatan dibandingkan mengobati sendiri keluhan kesehatannya.

Di bidang ekonomi, tantangan yang dihadapi masih seputar kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan. Selama periode 2011 hingga 2015, kemiskinan cenderung turun tetapi relatif lambat. Karakteristik kemiskinan juga masih didominasi penduduk di wilayah perdesaan yang menggantungkan hidupnya di sektor

(45)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 44

pertanian. Sementara itu, kesenjangan distribusi pendapatan pada tahun 2015 berhasil diturunkan dibandingkan tahun sebelumnya.

Selama kurun waktu 2013 hingga 2015, kesenjangan capaian pembangunan manusia antar kabupaten/kota semakin kurang merata. Kabupaten Pulau Taliabu merupakan kabupaten yang memiliki laju pertumbuhan pembangunan manusia tercepat di Maluku Utara selama periode 2013 hingga 2015.

(46)
(47)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 46

LAMPIRAN 1 Angka Harapan Hidup menurut Kabupaten/Kota 2011-2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 2 Angka Harapan Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kota 2011-2015

(48)

LAMPIRAN 3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kota 2011-2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 4 Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan menurut Kabupaten/Kota 2011-2015

(49)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 48

LAMPIRAN 5 IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 6 Peringkat IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015

(50)

LAMPIRAN 7 Laju Pertumbuhan IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 8 Kategori IPM menurut Kabupaten/Kota 2011-2015

(51)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 50

LAMPIRAN 9 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan menurut Kabupaten/Kota

2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 10 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Berobat Sendiri

menurut Kabupaten/Kota 2015

(52)

LAMPIRAN 11 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran dan Kabupaten/Kota 2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kabupaten/Kota 2015

(53)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 52

LAMPIRAN 13 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Kabupaten/Kota 2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 14 Persentase Penduduk 15 tahun ke atas menurut Kabupaten/Kota dan Ijazah / STTB Tertinggi yang Dimiliki 2015

(54)

LAMPIRAN 15 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Atap Terluas 2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 16 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Lantai Terluas

2015

(55)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 54

LAMPIRAN 17 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Dinding Terluas 2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 18 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota yang Menggunakan Air Minum

Bersih 2015

(56)

LAMPIRAN 19 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari Sumur/Pompa/Mata Air

menurut Kabupaten/Kota dan Jarak Ke Tempat Penampungan Terakhir 2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 20 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Penggunaan Fasilitas Buang

Air Besar 2015

(57)

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pulau Morotai 2015 56

LAMPIRAN 21 Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Fasilitas Tempat Buang Air Besar dan Jenis

Kloset yang Digunakan menurut Kabupaten/Kota 2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 22 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Tempat Pembuangan Akhir

Tinja 2015

(58)

LAMPIRAN 23 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan 2015

Sumber : BPS

LAMPIRAN 24 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Bahan Bakar/Energi Utama

Untuk Memasak 2015

(59)

Gambar

GAMBAR 2.1  Konsep IPM
Gambar 3.1. IPM Pulau Morotai 2011-2015
Gambar 3.2 Laju Pertumbuhan IPM Pulau Morotai 2013-2015
Gambar 3.4. Harapan Lama Sekolah Pulau Morotai 2011-2015
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Manajemen Kinerja adalah proses penge­ lolaan kinerja dengan maksud untuk meningkatkan prestasi kerja dan kompetensi pegawai serta unit­unit di lingkungan Direktorat

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat temuan hasil investigasi penelitian yang memuat beberapa faktor tandingan (rival explanations) yang juga menjadi penyebab masalah kurang saji

Komunikasi persuasif merupakan seni yang digunakan komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Proses komunikasi persuasi terjadi pula dalam komunikasi kesehatan, misalnya

Multimedia interaktif sebagai media pem- belajaran yang efektif dalam mata pelajaran menggambar busana dapat: 1) memperjelas pe- san agar tidak terlalu verbalistis; 2) mengatasi

Rasa memiliki artinya seseorang memiliki kesadaran akan tanggung jawab yang harus dilakukan khususnya dalam hal belajar; disiplin berarti seseorang menunjukkan perilaku taat

Hasil perhitungan level sinyal penginterferensi yang diperbolehkan serta jarak proteksi antara kedua sistem diberikan pada Tabel 4, untuk daya pemancar BTS WSD sebesar 58

Pada posisi problematis inilah pentingnya penelitian ini dilakukan dan potensi hasil yang daharapkan sesuai dengan Rencana Induk Penelitian Universitas Udayana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan pengembangan karir secara simultan dan parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT PLN