• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. KESIMPULAN

Kegiatan good house-keeping meliputi optimasi penegasan standar operasional prosedur, tata cara operasi yang baik, efisiensi penggunaan air, pengaturan jadwal dan efisiensi penggunaan truk untuk pengendalian asam lemak bebas, serta pencegahan kontaminan pada buah. Kegiatan modifikasi proses dilakukan dengan pengutipan minyak dengan pembuatan kolam penampung air kondensat dan kolam penampung minyak dari air kondensat. Sedangkan kegiatan on site reuse meliputi optimasi pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit untuk aplikasi lahan dan pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai biogas.

Penerapan good house-keeping yang direkomendasikan mampu menghasilkan penerimaan untuk industri kelapa sawit sebesar Rp. 1.894.118.036 per tahun. Aplikasi modifikasi proses menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 248.355.091 per tahun. Dan untuk penerapan teknik produksi bersih on site reuse menghasilkan penerimaan kepada industri kelapa sawit sebesar Rp. 1.693.941.992 per tahun.

Penerapan berdasarkan dari alternatif-alternatif yang direkomendasikan secara bertutut-turut yaitu optimasi penegasan standar operasional prosedur (0,179), efisiensi penggunaan air (0,167), tata cara operasi yang baik (0,152), pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif biogas (0,152), optimasi pemanfaatan tandan kosong sebagai pupuk organik (0,116), pengendalian asam lemak bebas dengan pengaturan jadwal panen dan efisiensi penggunaan truk (0,104), pengutipan minyak dengan pembuatan kolam penampung air kondensat dan kolam penampung minyak dari air kondensat (0,083), dan upaya pencegahan kontaminasi kotoran pada buah (0,046). Keseluruhan dari alternatif yang ditawarkan layak sebagai rekomendasi untuk diterapkan sesuai dengan prioritas tersebut karena akan menguntungkan perusahaan atau industri kelapa sawit.

7.2. SARAN

Alternatif terpilih direkomendasikan untuk segera dilaksanakan atau diterapkan di industri kelapa sawit untuk memberikan keuntungan teknik (produktivitas), ekonomi (finansial), dan lingkungan (kepercayaan masyarakat sekitar) sesuai dengan prioritas yang diberikan.

69

DAFTAR PUSTAKA

Afmar. 1999. Faktor Kunci dan Teknik Efektif Penerapan Cleaner Production di Industri. Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo. Teknik Kimia ITB. Bandung.

Badan Administrasi Akademik. 2008. Standard Operating Procedure (SOP). Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Badan Standadisasi Nasional. 1987. Inti Kelapa Sawit. SNI 01-0003-1987.

Badan Standadisasi Nasional. 1992. Minyak Kelapa Sawit. SNI 01-2901-1992.

Bapedal. 1996. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Penyamakan Kulit. Buku Panduan. Jakarta.

Dewi, L. A. Analisis Kehilangan Minyak Kelapa Sawit pada Air Kondensat Unit Perebusan di PT Perkebunan Nusantara III Unit Rambutan. PS Kimia Analisis USU. Medan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Kebijakan Pengembangan Komoditas Perkebunan Strategis. Rapat Kerja Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan dan Pembangunan Ekonomi 1 Februari 2012. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Eckey, S.W. 1955. Vegetable Fat and Oil. Reinhold Publishing Cooporation. New York.

Fauzi. 2007. Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gelder, V. J. W. 2004. Greasy Palms : European Buyers of Indonesian Palm Oil. Friends of Earth Ltd. London.

GTZ. 1997. Environmental Management Guidline for The Palm Oil Industry. Deutche Gesselschaft Fuer Technische Zussammenarbeit (GTZ) GmbH. Bangkok.

Gunawan. 2003. Analisis Pangan : Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kedelai dengan Variasi Menggoreng. FMIPA Universitas Diponegoro. Semarang.

70 Hambali E, Mujdalipah S, Tambunan A.H, Pattiwiri A.W, Hendroko R. 2008. Teknologi Bioenergi.

Agro Media Pustaka. Jakarta.

Hariyanto. 2007. Manajemen Operasional Bahan Baku TBS dan Pabrik. PKS Pabatu PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Pabatu.

Hutagaol dan Yahya. 2009. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Pinang Estate PT Bina Sains Cemerlang Minamas Plantation Musi Rawas. Sumatera Selatan. Seminar Departemen Agronomi dan Holtikultura IPB. Bogor.

Indrasti, N.S. dan Fauzi, A. 2009. Produksi Bersih. IPB Press Taman Kencana. Bogor.

Irvan. 2009. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Sungai Pinang Estate Minamas Plantation. Sumatera Selatan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Sumatera Selatan.

Kautsar, F. I. 2006. Aplikasi Produksi Bersih Pada Industri Kelapa Sawit Studi Kasus di PT Z Provinsi Riau. Fateta IPB. Bogor.

Ketaren, S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.

Kementerian Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Pusat Data dan Informasi Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian. Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2002. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper). Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Kebijakan Nasional Produksi Bersih. Jakarta.

Loekito. 2002. Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.3 No.3 edisi September 2002:242-250.

Mahajoeno E, Lay B.W, Suthajho S.H, Siswanto. 2008. Potensi Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi Biogas. Biodiversitas. 9:48-52.

Mangoensoekarjo, H. dan Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.

71 Marimin. 2008. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia.

Jakarta.

Moletta, R. 2005. Winery and Distillery Wastewater Treathment by Anaerobic Digestion. Wat. Sci. Techn, 51 (1) : 137-144.

Morad et al. 2008. Simplified Life Cycle Assesment of Crude Palm Oil – a Study at a Palm Oil. International Conference on Environmental Research and Technology (ICERT 2008).

Muchtadi. 1992. Karekterisasi Komponen Instrinsik Utama Buah Sait (Elaeis guineensis Jacq) Dalam Rangka Optimalisasi Proses Ekstraksi Minyak dan Pemanfaatan Pro Vitamin A. Direktorat Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Nababan A. 2011. Mempelajari Teknologi Proses dan Manajemen Mutu di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina. Laporan Praktik Lapangan Fateta IPB. Bogor.

Naibaho. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Nanda, R. 2010. Studi Pengelolaan Limbah Industri Sebagai Upaya Penerapan Produksi Bersih di Pabrik Kelapa Sawit. Teknik Lingkungan ITS. Surabaya

Oginawati, K. Produksi Bersih. Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Oktaviani D. 2012. Skripsi : Kajian Manajemen Teknologi Konversi Gas Metana dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Menjadi Energi Listrik. Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB. Bogor.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Pramudya B. 2010. Model Linear. Handout Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Primo J. 2008. Circulation Oil. JC Engineering Inc. California.

Purwanto. 2005. Penerapan Produksi Bersih Di Kawasan Industri. Seminar Penerapan Program Produksi Bersih Dalam Mendorong Terciptanya Kawasan Eko Industrial di Indonesia 3 Juni 2005. Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi. Jakarta.

72 Rahardiansyah M. N. 2012. Rancang Bangun Penilaian Resiko Mutu Dalam Rantai Pasok Minyak

Sawit Kasar Dengan Pendekatan Sistem Dinamis di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina. Fateta IPB. Bogor.

Rangkuti L. 2007. Analisa Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air, dan Kadar Kotoran Pada Minyak Kelapa Sawit PT Mopoli Raya Aceh Tamiang. FMIPA USU. Medan.

Robiana A. 2010. Analisa Kehilangan Minyak Sawit Pada Fat Fit dan Tandan Kosong di PTPN III Kebun Rambutan. Diploma Kimia Analis USU. Medan.

Sa’id, E. G. 1994. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Industri Kelapa Sawit. Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan. Bogor.

Sastrosayono S. 2006. Budi Daya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sugihardi. 2011. Perancangan Alat Penukar Kalor Dalam Organik Rangkine Cycle Untuk Memanfaatkan Waste Heat Recovery Dari Blowdown Rebusan (Sterilizer) Sebagai Pembangkit Listrik 100 KW Pada Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Sugiharto.1987.Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah.UI Press,Jakarta.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengelolaan Kelapa Sawit. Agro Mmedia Pustaka. Jakarta.

Suprihatin, Gumbira E, Suparno O, Sarono. 2012. Potensi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Alternatif. Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012. Malang.

Tim Penulis. 2012. Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan 2012 Unit Usaha Adolina. Panitia Pelaksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Adolina. Perbaungan.

UNEP. 1999. United National Environmental Program. www.unep.org.

UNEP. 2003. Cleaner Production Assessment in Industries. www.uneptie.or. [131212].

UNIDO. 2002. What is Cleaner Production.[131212].

United States Agency For International Development (USAID). 1997. Panduan Pengintegrasian Produksi Bersih Ke Dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan Depperindag. Di dalam Suartama. 2000. Mempelajari Penerapan Produksi Bersih dan Penanganan Limbah di PT. Great Giant Pineaple Company. Fateta IPB. Bogor.

73 United States Development Agriculture (USDA). 2012. Indonesian Palm Oil Production by The Year

Statistic. United State Departement of Agriculture. Washington.

[131212].

Wibowo. 1996. Produksi Bersih. Yayasan Kalpa Wilis Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Widi, S. Laporan Praktik Lapangan : Alat dan Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PS Teknik Mesin Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.

Winarni, O. Kinetika Desorpsi Isotermal Beta Karoten Olein Minyak Sawit Kasar Dari Atapulgit Dengan Menggunakan Etanol. Fateta IPB. Bogor.

Yuliani, S. 2006. Pengantar Teknologi Industri. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana. Jakarta.

Lampiran 1. Pohon Industri Tanaman Kelapa Sawit

74

Tandan Buah Segar Kelapa Sawit

Daging kelapa sawit Biji kelapa sawit Cangkang Serat

Minyak kelapa sawit Inti kelapa sawit

Carotein Toco

pherol

Olein Stearin Free

fatty acid

Soap stuck

Bungkil Palm kernel oil

Tepung Arang Bahan

bakar selulosa Bahan

Buah kelapa sawit Tandan kosong Sludge

Cocoa butter Minyak goreng Minyak salad

Margarin Shorten Vegetable oil

Minyak padat

Glyserin Sabun Makanan

ternak Fatty acid Fatty acid Lauric acid Miristat acid Briket arang Karbon aktif Asam organik Minyak padat Fatty alcohol (ester)

Metalic sald Polyethoxylated derivatif

Fatty amines Ester of dibasic acid

Oxygenated fatty acid

Fatty alcohol Fatty acid amide

Lampiran 1. Pohon Industri Tanaman Kelapa Sawit

Lampiran 2. Diagram Alir Metode Penelitian

Persiapan awal Mulai

Pengamatan Lapangan

Informasi : Aliran proses produksi,

sumber daya, dan bahan baku

Identifikasi proses

Penyusunan alternatif penerapan

produksi bersih

Pengujian dan analisa

Rekomendasi Selesai Studi pustaka Studi pustaka 75 Analisis Kelayakan

Lampiran 3. Kuisioner AHP (Analytical Hierarchy Process)

Kuisioner Penelitian Kajian Peluang Aplikasi Produksi Bersih di Industri

Pengolahan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Perbaungan-Sumatera Utara

AHP (Analytical Hierarchy Process)

Kuisioner ini ditujukan kepada Tenaga Ahli (Pakar) dari Akademisi dan Industri.

Tanggal :

1. IDENTITAS PENELITI DAN TENAGA AHLI (PAKAR)

1.1. IDENTITAS PENELITI

Nama : Panji Maulana NRP : F34080002

Program Studi : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

Pembimbing : Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc. Prof. Dr.-Ing. Ir. Suprihatin

1.2. IDENTITAS AHLI

Nama :

Jenis Kelamin : Tanggal Lahir (dd/mm/yy) :

Pendidikan Terakhir :

O

Diploma

O

Sarjana

O

Master

O

Doktor Perguruan Tinggi/Industri/ : Instansi Bidang Keahlian : Lama Bekerja : 76

2. PENGANTAR

Pengisian kuisioner dilakukan untuk menentukan strategi dalam penerapan produksi bersih pada industri kelapa sawit. Struktur hierarki dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Hierarki

Aplikasi Produksi Bersih Pada Industri Pengolahan Kelapa Sawit

(Elaeis guineensis) Goal

Kriteria /faktor Alternatif /strategi Pencegahan kontaminan pada buah (TBS)

Teknis Ekonomi Lingkungan

Pengendalian asam lemak bebas dengan pengaturan jadwal panen dan efisiensi mobilitas truk buah Tata cara operasi yang baik Pengutipan minyak dengan pembuatan kolam penampung air kondensat Optimasi penegasan SOP (Standar Operasional Prosedur) Optimasi pemanfaatan tandan kosong Efisiensi penggunaan air Pemanfaatan LCPKS untuk menangkap dan menghasilkan biogas (covered lagoon) 77

3. PETUNJUK PENGISIAN DAN SKALA PENILAIAN

3. 1. PETUNJUK UMUM

Petunjuk pengisian kuisioner AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah sebagai berikut : 1. Isi kolam identitas ahli yang terdapat pada halaman depan kuisioner (Bagian 1.2).

2. Berikan penilaian terhadap hierarki penentuan strategi penerapan produksi bersih pada industri kelapa sawit.

3. Penilaian dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentingan atau peran komponen dalam satu level hierarki yang berkaitan dengan komponen level sebelumnya menggunakan skala penilaian yang terdapat pada petunjuk (Bagian3.2).

4. Penilaian dilakukan dengan mengisi titik-titik pada kolom yang tersedia.

3. 2. SKALA PENILAIAN

Skala penilaian yang dapat digunakan adalah sebagai berikut yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Skala penilaian kriteria dan alternatif AHP (Analytical Hierarchy Process)

Nilai Perbandingan

(A dibandingkan dengan B) Definisi

1 A sama penting dengan B 3 A sedikit lebih penting dari B

-3 Kebalikannya (B sedikit lebih penting dari A) 5 A jelas lebih penting dari B

-5 Kebalikannya (B jelas penting dari A) 7 A sangat jelas lebih penting dari B

-7 Kebalikannya (B sangat jelas lebih penting dari A) 9 A mutlak lebih penting dari B

-9 Kebalikannya (B mutlak lebih penting dari A)

2,4,6,8 atau -2, -4, -6, -8 Diberikan apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan. Sumber : Marimin (2008) dalam Hapsari P (2012)

Keterangan :

Dalam pengisian kuisioner ini tenaga ahli (pakar) diminta untuk membandingkan mana yang lebih penting antara elemen A dengan elemen B, lalu memberikan bobot berdasarkan petunjuk. Keluaran dari kuisioner ini adalah menentukan salah satu elemen yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan berdasarkan pendapat tenaga ahli (pakar).

3. 3. CONTOH PENGISIAN

Misalkan terdapat elemen yang mempengaruhi penerapan produksi bersih yang akan diterapkan yaitu faktor ekonomi, lingkungan, dan teknis. Berdasarkan tingkat kepentingan tenaga ahli (pakar) maka faktor tersebut disusun dalam bentuk tabel seperti pada contoh berikut (Tabel 2).

Tabel 2. Contoh tabel pengisian AHP (Analytical Hierarchy Process)

Elemen Kriteria

Elemen Kriteria

Teknik Ekonomi Lingkungan

Teknik 1 -7 (a) 5 (b)

Ekonomi 1 4 (c)

Lingkungan 1

Keterangan : Nilai pada (a) Nilai pada

: Faktor ekonomi sangat jelas lebih penting dari faktor teknik.

(b)

Nilai pada

: Faktor teknik jelas lebih penting dari faktor lingkungan.

(c)

: Faktor ekonomi jelas lebih penting dari faktor lingkungan (ada keraguan).

4. PENILAIAN KUISIONER AHP (Analytical Hierarchy Process)

4. 1. Penilaian perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria

Tabel 3. Penilaian tentang perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria

Elemen Kriteria

Elemen Kriteria

Teknis Ekonomi Lingkungan

Teknis 1 ... ...

Ekonomi 1 ...

Lingkungan 1

4.2. Penilaian perbandingan tingkat kepentingan antar rekomendasi alternatif berdasarkan kriteria teknis, ekonomi, dan lingkungan.

Tabel 4. Penilaian perbandingan tingkat kepentingan antar rekomendasi alternatif berdasarkan kriteria teknis

Elemen Alternatif Elemen Alternatif A B C D E F G H A 1 ... ... ... ... ... ... ... B 1 ... ... ... ... ... ... C 1 ... ... ... ... ... D 1 ... ... ... ... E 1 ... ... ... F 1 ... ... G 1 ... H 1

Tabel 5. Penilaian perbandingan tingkat kepentingan antar rekomendasi alternatif berdasarkan kriteria ekonomi

Elemen Alternatif Elemen Alternatif A B C D E F G H A 1 ... ... ... ... ... ... ... B 1 ... ... ... ... ... ... C 1 ... ... ... ... ... D 1 ... ... ... ... E 1 ... ... ... F 1 ... ... G 1 ... H 1 80

Tabel 6. Penilaian perbandingan tingkat kepentingan antar rekomendasi alternatif berdasarkan kriteria lingkungan Elemen Alternatif Elemen Alternatif A B C D E F G H A 1 ... ... ... ... ... ... ... B 1 ... ... ... ... ... ... C 1 ... ... ... ... ... D 1 ... ... ... ... E 1 ... ... ... F 1 ... ... G 1 ... H 1 Keterangan :

Alternatif A : Pencegahan kontaminan pada buah (TBS).

Alternatif B : Pengaturan jadwal panen dan efisiensi mobilitas truk buah untuk mengendalikan asam lemak bebas.

Alternatif C : Tata cara operasi yang baik.

Alternatif D : Pengutipan minyak dengan pembuatan kolam penampung air kondensat dan pemisah minyak dari air kondensat.

Alternatif E : Optimasi penegasan SOP (Standar Operasional Prosedur).

Alternatif F : Optimasi pemanfaatan tandan kosong.

Alternatif G : Efisiensi penggunaan air.

Alternatif H : Pemanfaatan LCPKS untuk menangkap dan menghasilkan biogas dengan pembuatan kolam stabilisasi tertutup (covered lagoon)

Lampiran 4. Flowsheet Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit

Sumber : PKS Adolina (2012)

Lampiran 5. Standar-Standar di PKS Unit Usaha Adolina

a. Standar losses minyak sawit (CPO) di pabrik kelapa sawit

No Parameter Standar Losses (%) Terhadap Contoh TBS

1 Sludge akhir fat-fit/deoling pond 0,50 0,30

2 Ampas kempa 3,90 0,55

3 Tandan kosong 1,85 0,39

4 Buah ikut tandan kosong 2,50 0,16

5 Biji ampas kempa 0,80 0,10

6 Sludge centrifuge (contoh) 0,60 maks -

7 Air rebusan (contoh) 0,50 maks - 8 Kenaikan ALB pabrik 0,30 maks - Total kehilangan minyak terhadap TBS 1,50 maks

b. Standar mutu minyak kelapa sawit (CPO) pabrik kelapa sawit No Parameter Satuan Standar

1 ALB Golden CPO ALB CPO Super ALB CPO non Super

% 2,00 maks 2,50 maks 3,50 maks

2 Kadar air % 0,15 maks

3 Kadar kotoran % 0,02 maks

4 DOBI % 2,50 min

5 Bilangan iodin - 51,00 min 6 Bilangan peroksida mek/kg 5,00 maks 7 Bilangan anisidine mek/kg 5,00 maks

8 Fe ppm 5,00 maks

9 Cu ppm 0,30 maks

10 Titik cair 0C 39,00-41,00

c. Standar losses minyak inti sawit (kernel) di pabrik kelapa sawit

No Parameter Standar Losses (%) Terhadap Contoh TBS

1 Inti dalam tandan kosong 2,50 maks 0,05 maks 2 Ampas kempa 2,00 maks 0,28 maks 3 Cangkang gabungan 3,73 maks 0,22 maks Total kehilangan minyak terhadap TBS 1,50 maks

d. Standar mutu minyak inti kelapa sawit (kernel) pabrik kelapa sawit No Parameter Standar untuk

penjualan (%)

Standar untuk PPIS (%)

1 ALB 2,00 maks 2,00 maks

2 Kadar air 7,00 maks 7,00-8,50 3 Kadar kotoran 6,00 maks 7,50-8,50 4 Inti pecah (ripple mill) 15,00-17,00 -

83 Sumber : PKS Adolina (2011)

Lampiran 6. Denah Pengolahan Limbah (Fat fit-Kolam Anaerobik)

Total volume kolam limbah 21.560 m3 dengan efektifitas volume kolam limbah 80%, [80% x 21.560 m3 = 17.248 m3]. Retention time efektif 17.248 m3/365 = 47 hari. Kedalaman kolam limbah 3,5 m. Total panjang parit (land application) 30.000 m (spiral pattern). Saluran limbah dari pabrik ke IPAL berbentuk paret.

Sumber : PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina

Lampiran 7. Permasalahan dan Alternatif Produksi Bersih PKS (Pabrik Kelapa Sawit)

Stasiun Penerimaan Buah

No Permasalahan Identifikasi Penyebab Kemungkinan Penyebab Rekomendasi Teknik Produksi Bersih Rekomendasi Pelaksanaan

Produksi Bersih Level Pelaksanaan M1 M2 M3 M4

1 Kontaminan pada buah

√ √ 1. Kotoran (tanah dan sampah plastik) yang terbawa dari kebun.

2. Sistem penyortasian di stasiun penerimaan buah tidak sesuai SOP (Penyortasian secara manual)

Good House-keeping

1. Optimasi pengawasan buah yang akan dikirim di kebun/Penegasan terhadap sistem denda panen.

2. Pembersihan area lantai loading ramp setiap pagi sebelum memulai proses. 3. Penerapan SOP yang tegas

terhadap kinerja operator stasiun penerimaan buah.

L1 L1 L1 2 Peningkatan asam lemak bebas

√ √ √ 1. Buah terlalu lama dikirim dari kebun afdeling (buah yang sudah dipanen tidak langsung dibawa ke pabrik karena menunggu truk) 2. Buah pembelian yang

dikirim bukan merupakan TBS siap panen atau terlalu matang.

Good House-keeping

1. Optimasi pengawasan buah yang akan dikirim di kebun/Penegasan terhadap sistem denda panen.

2. Penerapan SOP yang tegas terhadap kinerja operator stasiun penerimaan buah. 3. Pengaturan penjadwalan sistem panen dan efisiensi penggunaan truk

L1

L1

L2

Stasiun Perebusan

No Permasalahan Identifikasi Penyebab Kemungkinan Penyebab Rekomendasi Teknik Produksi Bersih Alternatif Produksi Bersih Level Pelaksanaan M1 M2 M3 M4 1 Tekanan rebusan kurang dari 2,8 kg/cm √ 2

√ √ 1. Jarak terlalu jauh atau banyak tahanan antara BPV (Back Pressure Valve) dan rebusan sehingga selisih tekanan antara BPV dan rebusan lebih besar 0,2 kg/cm2

2. Banyak kebocoran steam di rebusan atau pada pipa dari BPV menuju rebusan.

.

3. Terlalu banyak pemakaian steam untuk instalasi di luar rebusan.

Good House-keeping

1. Pemeriksaan ketel rebusan sebelum mulai proses. 2. Pengawasan tekanan rebusan,

kebocoran uap, holding time, waktu rebus dengan melihat grafik mesin oleh asisten pabrik secara teratur.

L1

L1

2 Kandungan minyak dalam air kondensat di atas norma

√ √ √ 1. Buah restan dicampur buah segar dalam satu perebusan. 2. Holding time terlalu lama. 3. Buah banyak yang

terluka/memar akibat sering terbanting atau brondolan terlindas kendaraan.

4. Pembuangan air kondensat tidak tuntas.

Modifikasi Proses

1. Pembuatan kolam penampung kolam kondensat dan kolam penampung minyak.

L3

Stasiun Penebahan

No Kemungkinan Permasalahan Identifikasi Penyebab Kemungkinan Penyebab Rekomendasi Teknik Produksi Bersih Alternatif Produksi Bersih Level Pelaksanaan M1 M2 M3 M4

1 Buah terlalu lama menunggu untuk dituang ke dalam autofeeder

√ √ 1. Pemakaian unit rebusan terlalu banyak (Pemakaian kapasitas olah 30 ton/jam lebih dari 2 unit dan untuk kapasitas olah 60 ton TBS/jam lebih dari 4 unit) 2. Stagnasi setelah instalasi

rebusan

Good House-keeping

1. Penuangan buah hasil rebusan dengan hoisting crane ke dalam autofeeder dengan interval waktu 5 menit. 2. Optimasi operator stasiun

penebahan. L1 L1 2 Kehilangan buah dan minyak terikut tandan kosong diatas norma

√ √ √ 1. Buah belum memenuhi kriteria matang panen.

2. Holding time terlalu singkat. 3. Tekanan steam perebusan

kurang dari 2,8kg/cm2 4. Temperatur kurang dari 130

.

0

5. Putaran tromol thresser terlalu cepat atau terlalu lama.

C akibat pembuangan air kondensat tidak tuntas.

Good House-keeping

dan On site reuse

1. Perngawasan kualitas atau mutu hasil panen.

2. Konsistensi waktu dan tekanan rebusan dan hal ini butuh optimasi kinerja dari operator dan mengendalikan mesin pengendali ketel rebusan.

3. Pengutipan tandan kosong yang terjatuh di lantai-lantai stasiun penebahan sampai ke hopper janjangan yang dilalui konveyor tandan kosong

L1

L1

L2

Stasiun Pengempaan

No Kemungkinan Permasalahan Identifikasi Penyebab Kemungkinan Penyebab Rekomendasi Teknik Produksi Bersih Alternatif Produksi Bersih Level Pelaksanaan M1 M2 M3 M4 1 Tumpahan minyak pada digester

√ 1. Siklus perebusan terlalu lama akibat tekanan rebusan kurang dari 2,8 kg/cm2

2. Stagnasi pada instalasi sebelum digester.

.

3. Timba-timba buah tidak lengkap.

4. Interval penuangan buah masak ke autofeeder lebih dari 5 menit

Modifikasi Proses

dan Good House-keeping

1. Pembuatan pintu penutup (manhole) pada digester 2. Pengelasan pipa-pipa yang

bocor atau mengganti jika pipa sudah over korosif.

L2 L1

Stasiun Pemurnian

No Kemungkinan Permasalahan Identifikasi Penyebab Kemungkinan Penyebab Rekomendasi Teknik Produksi Bersih Alternatif Produksi Bersih Level Pelaksanaan M1 M2 M3 M4

1 Ceceran air dan minyak di stasiun pemurnian

√ √ 1. Optimasi pengawasan Kinerja CST oleh operator dan asisten pabrik (Suhu cairan CST 950

Good

C, penambahan air pengencer, dan retention time tidak lebih dari 5 jam)

House-keeping

1. Pengawasan stasiun pemurnian dengan tata cara operasi yang baik.

2. Pembersihan lokasi pabrik dari minyak tumpahan dengan minimasi penggunaan air seminimal mungkin.

L1

L1

Stasiun Pabrik Biji

No Kemungkinan Permasalahan Identifikasi Penyebab Kemungkinan Penyebab Rekomendasi Teknik Produksi Bersih Alternatif Produksi Bersih Level Pelaksanaan M1 M2 M3 M4 1 Ceceran minyak di atas norma

√ √ 1. Kecepatan hisap separating column terlalu kencang sehingga pembagian uap panas tidak stabil. 2. Ada kebocoran pada katup

sehingga uap panas tidak bisa tertutup ketika telah melebihi norma suhu.

Good House-keeping

1. Optimasi pengawasan suhu kernel dan uap yang masuk (Operator harus menurunkan uap masuk dengan menutup katup jika suhu pada paling atas melebihi norma suhu 40-500C, bagian tengah melebihi norma suhu 50-600C, dan pada bagian bawah kernel silo melebihi norma suhu 60-700

2. Penerapan SOP yang tegas terhadap kinerja operator stasiun pabrik biji.

C.

L1

L1

Bagian Pengelolaan Limbah

No Kemungkinan Permasalahan Identifikasi Penyebab Kemungkinan Penyebab Rekomendasi Teknik Produksi Bersih Alternatif Produksi Bersih Level Pelaksanaan M1 M2 M3 M4 1 Limbah cair √ pabrik kelapa sawit

√ √ √ 1. Uap air yang digunakan untuk merebus kelapa sawit. 2. Faktor mesin yang bocor

sehingga losses minyak

On site reuse Pemanfaatan limbah cair untuk menghasilkan energi alternatif berupa biogas dengan mendirikan kolam stabilisasi tertutup (covered

L3

tertumpah di lantai. 3. PKS pada umumnya

menggunakan limbah cair kelapa sawit sebagai aplikasi lahan (langsung dibuang).

4. Penggunaan air yang berlebihan oleh operator saat pencucian mesin

lagoon)

Keterangan identifikasi penyebab dan level pelaksanaan pada Lampiran 7 : M1

M

: Faktor material (Bahan Baku/Olah).

2

M

: Faktor mesin atau alat.

3

M

: Faktor metode atau cara.

4

L

: Faktor manusia (skill Sumber Daya Manusia).

1

dikategorikan rendah).

: Level 1 (Dapat segera dilaksanakan dengan tidak membutuhkan biaya tambahan. Kalaupun mengeluarkan biaya, biaya yang dikeluarkan

L2

menganalisa finansial lanjutan serta membutuhkan biaya investasi menengah).

Dokumen terkait