• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Kesimpulan………. 28 6.2 Saran ……….. 28 DAFTAR PUSTAKA……….. 29

DAFTAR TABLE

Nomor Judul Halaman 5.1 Distribusi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan 20 Umur Di SD Dwiwarna 3……….. 21 5.2 Distribusi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan 21 Umur Di SD Negeri No 106162………..

5.3 Distribusi Jenis Kelamin Respoden Di SD Dwiwarna 3… 21 5.4 Distribusi Jenis Kelamin Respoden Di SD 22 22 Negeri 106162 ………..

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 5.1 Distribusi Jenis Siaran Televisi Yang Ditonton Responden Di SD Dwiwarna 3 ……….. 24 5.2 Distribusi Jenis Siaran Televisi Yang Ditonton

Responden Di SD Negeri 106162 ………..………. 25 5.3 Frekuensi Tempat Responden Menonton Televisi

Di SD Dwiwarna 3 Dan SD Negeri 106162……… 26 5.4 Frekuensi Jenis Film Yang Ditonton Di SD Dwiwarna 3 .…. 27 5.5 Frekuensi Jenis Film Yang Ditonton Di SD Negeri 106162

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Informed Consent Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Hasil Penelitian SPSS Lampiran 5 Master Data

Lampiran 6 Ethical Clearance

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Zaman era globalisasi saat ini merupakan suatu perubahan zaman yang berkembang pesat, dimana teknologi yang berkembang semakin canggih. Dalam hal ini perkembangan juga dialami oleh media massa. Media massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi. Komunikasi massa biasanya merujuk pada surat kabar, video, CD-Room, dan radio (Richard West:2009).

Ada berpendapat bahwa dijumpai hubungan kuat antara kekerasan di TV dan perilaku anak agresif. 80% dari program televisi mencakup kekerasan. Selain itu, penting bahwa anak-anak menghabiskan waktu luang mereka dalam menonton TV harus dikontrol oleh orang tua. Masalahnya adalah bahwa kartun mengandung jumlah yang signifikan dari adegan kekerasan. Jelas bahwa efek kekerasan media pada anak-anak dalam agresi merupakan hasil dari proses belajar kumulatif selama masa anak- kanak-kanak. Anak-anak dengan TV di kamar tidur mereka menghabiskan rata-rata hampir 1,5 jam lebih per hari menonton TV daripada anak-anak tanpa TV di kamar tidur. (Umich.Edu. 2010.)

Bagi anak-anak, kegiatan menonton televisi bisa jadi merupakan keharusan. Bahkan, ada anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di depan televisi. Dengan begitu, iklan, tayangan dan tampilan pada mediapun bisa menjadi salah satu model bagi bayi dan anak-anak. Dari waktu ke waktu, banyak sekali kasus mengenai dampak media terutama siaran televisi di Indonesia, misalnya “kasus Smackdown”. Kasus lain adalah keluhan seorang ibu karena anaknya yang berusia 3.5 tahun, bicaranya cadel dan tergagap-gagap. Ternyata anak tersebut meniru karakter dalam sinetron “Si Yoyo”. Sinetron tersebut menampilkan sosok pemuda

lugu, yang memiliki perilaku dan pola pikir seperti anak kecil. Terbukti bahwa sinetron tersbut telah menjadi “sihir” bagi anak-anak, sehingga banyak yang meniru karakter si Yoyo. http://www.ardhyansyahm.com/2012/07/pengaruh-media-terhadap-perkembangan.html

Penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2006 jumlah menonton TV pada anak-anak SD berkisar antara 30-35 jam seminggu (sekitar 4.5 jam sehari). Belum lagi, angka ini masih ditambah sekitar 10 jam untuk bermain video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak. Padahal, batas maksimal yang diperbolehkan ahli adalah anak menonton TV atau permainan media lainnya seperti play station, komputer dan lain-lain maksimal 2 jam sehari. Data menunjukkan bahwa waktu menonton TV anak-anak saat libur akhir pekan telah lama sekitra 3 jam dibandingkan waktu menonton TV di hari biasa. TV memang menayangkan lebih banyak acara anak di hari libur dibandingkan hari lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

Karakteristik kebiasaan menonton televisi di kalangan pelajar SD Dwiwarna 3 dan SD Negeri No.106162

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik kebiasaan menonton televisi di kalangan pelajar SDDwiwarna dan SD Negeri NO 106162..

1.3.2 Tujuan Khusus

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Televisi

Televisi dilihat dari asal kata, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tele

dan vision, yang secara harfiah dapat berarti sebagai visualisasi dari sebuah objek yang jauh. Televisi dan radio merupakan media massa elektronik. Media massa yang dalam menyampaikan pesan akan sangat bergantung pada aliran listrik. Pada masa sekarang media massa elektronik juga dapat ditayangkan melalui bantuan tenaga diesel. Membedakan media cetak dengan media televisi sebagai berikut: televisi dan radio menguasai ruang, tetapi tidak menguasai waktu, sementara media cetak (surat kabar/majalah) menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Televisi sebagai media massa harus mempunyai unsur-unsur penting, yaitu:(kuswandi 1998)

a. Adanya sumber informasi b. Isi pesan

c. Saluran informasi d. Khalayak sasaran e. Umpan balik 2.2. Fungsi Televisi

Televisi merupakan media massa yang sangat efektif untuk mempengaruhi penonton. Fungsi televisi dibagi menjadi tiga, yaitu:

Televisi sebagai media pendidikan, karena pesan yang ditayangkan mengandung nilai-nilai pendidikan. Ajakan kepada penonton untuk melakukan hal positif, mengajak untuk taat menjalankan ibadah, dan menyadarkan penonton dari hal-hal yang tidak baik. Walaupun banyak tayangan televisi yang merusak nilai-nilai positif.

B. Sebagai Media Hiburan

Televisi dalam menayangkan acaranya banyak yang bersifat menghibur penonton. Hal tersebut agar mengajak penonton untuk tidak konflik dan sebagai media informasi

Menyajikan pengetahuan, pesan, dan nilai-nilai baru yang dapat diterapkan di masyarakat.

C.Sebagai Media Sosial

Televisi dapat menyampaikan pesan-pesan sosial yang dapat mempengaruhi penonton supaya memiliki jiwa sosial. Pesan yang disajikan mengandung sebuah upaya sosial, interaksi, dan imitasi.( Arief 2000 )

2.3.Peran Media Massa

Media Massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigm utama media masssa. Dalam mempelajari paradigm media massa berperan:

1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat 2. Sebagai media informasi dan edukasi 3. Sebagai media hiburan.

Televisi sebagai media audio visual juga memiliki kekurangan, baik itu dari sifat medianya maupun pengemasannya. Menurut Waldoyo (2000) kekurangannya antara lain:a. Komunikasinya bersifat searah, sehingga kecil kemungkinan audience untuk memberikan respon aktif terhadap informasi yang diterimanya. Pada hal dalam upaya mengoptimalkan kualitas ketika kita menyampaikan pesan, sebaiknya komunikasi dilakukan secara timbal balik (dua arah).

a. Biaya yang relatif mahal untuk merancang dan mengembangkan paket program siaran yang akan disajikan bagi pemirsanya.

b. Dipengaruhi oleh faktor cuaca dan kondisi geografis, kondisi cuaca yang kurang baik kadang-kadang mengganggu kualitas tayangan program siaran yang ditayangkan. Begitu pula pada daerah-daerah tertentu, acapkali siaran televisi tidak dapat diterima dengan baik.

c. Sulitnya televisi mengendalikan dan menyeleksi informasi yang diterima. Tayangan televisi cenderung dapat disaksikan oleh setiap orang tampa mengenal usia maupun status sosial dalam masyarakat. Karena bagaimanapun suatu jenis informasi belum tentu cocok atau sesuai dengan semua orang. 2.4.Pengaruh Televisi Terhadap Perilaku

Televisi sebagai sebuah media komunikasi mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku.Pengaruh televisi terhadap perilaku terjadi bila terdapat perubahan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.Terdapat empat efek pemanfaatan media massa, yaitu:

a. Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara fisik.

b. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa.

c. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa. (Rakhmat 2000),

d. Efek behavior, yaitu berkaitan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.

Televisi mempuyai pengaruh yang positif dan negatif bagi perilaku siswa. Perubahan pada perilaku siswa bebas bermain di dalam, bermain dengan air dan tanah, namun pada saat menonton televisi, anak menjadi tidak perhatian pada orang lain dan pada apa yang terjadi disekitarnya.Kecenderungan meningkatnya tindak kekerasan dan perilaku negatif lainnya pada siswa diduga sebagai dampak gencarnya tayangan televisi. Setelah televisi dimatikan, anak akan menjadi gugup, menangis dan tak jarang akan berteriak.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh organisasi psikologis di Amerika tahun 2001, mengatakan bahwa anak-anak yang menonton film kartun menjadi lebih agresif dan mudah melakukan tindakan kekerasan. Organisasi tersebut menjelaskan ada tiga efek dari menonton kekerasan di televisi, yaitu siswa jadi kurang sensitif terhadap penderitaan orang lain, anak menjadi takut bersosialisasi dengan dunia luar dan siswa menjadi lebih agresif terhadap orang lain.

Televisi sebagai media massa dapat memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek, yaitu:

1. Aspek Kognitif 2. Aspek Afektif 3. Aspek Konatif

Pengaruh televisi terhadap perilaku dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu pendidikan, sosial, dan ekonomi. Perubahan perilaku dapat dilihat secara bertahap dan tidak langsung berubah secara signifikan.

Pada tahun 2001 National Institute of Mental Health mengadakan pengkajian terhadap 2.500 penelitian tentang dampak televisi dengan kesimpulan:

1. Ada korelasi langsung antar kekerasan dalam televisi dan perilaku agresif, meskipun tidak dapat diduga siapa dan mengapa dipengaruhi.

2. Penonton setia televisi lebih menunjukkan sifat penakut, kurang percaya diri, dan lebih gelisah.

3. Anak yang menonton program yang prososial (program yang konstruktif) akan lebih berkelakuan baik.

Dilihat dari aspek pendidikan, bahwa pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan akan lebih jelas dan tergambarkan oleh tayangan media audio visual. Tayangan-tayangan informasi, seperti acara keagamaan, berita, dan dialog merupakan jenis tayangan yang bernuansa pendidikan.Penonton akan melakukan hal yang positif dari tayangan tetsebut, seperti tayangan keagamaam mengajak penonton yang tadinya tidak menjalankan ibadahnya, maka dengan menonton akan menjalankan ibadahnya. penonton akan meningkat pengetahuanna, salah satunya melalui tayangan televisi.

Kebiasaan menonton televisi secara pasti menurunkan kemampuan anak untuk membaca. Baik buku umum terlebih buku pelajaran. Media massa sangat berpengaruh dalam pendidikan IPS. Informasi yang ditayangkan oleh televisi akan menggugah penonton untuk melakukan sesuatu. Manfaat penggunaan televisi khususnya di sekolah, yaitu:

a. Televisi bersifat langsung dan nyata b. Televisi memperluas tinjauan kelas

c. Televisi dapat menciptakan kembali semua peristiwa yang lalu d. Televisi dapat menunjukkan semua hal dan segi. (Siregar 2001)

Dilihat dari aspek ekonomi, Penonton akan mengikuti gaya yang ditayangkan pada televisi, seperti menjadi lebih konsumtif. Siaran televisi dalam kategori sosial akan mempengaruhi penonton untuk membeli produk. Penonton bisa melakukan pemborosan sesuai dengan isi tayangan acara televisi. Penonton juga dapat diajak untuk hidup lebih disiplin, hemat, dan dapat mengatur kehidupannya. (Fara, 2001)

Menurut Esther Tjahja (2000) televisi dapat menjadi guru bertombol, ditambah jika televisi dapat memberikan tampilan acara-acara yang bersifat edukatif

Program televisi yang bersifat pendidikan, misalnya “si bolang” yang dapat meningkatkan pengetahuan umum, dan “jika aku menjadi” yang mengandung nilai-nilai sosial. Program tersebut dikemas dengan menarik walaupun nuansa pendidikannya tetap ada. Televisi merupakan sumber belajar yang sangat efektif untuk meningkatkan perilaku pembelajaran peserta didik. Televisi juga dapat menyajikan kejadian yang aktual dengan kondisi yang nyata sehingga dapat memberikan informasi sesuai kejadian, seperti kejadian Aceh, Solo, Irak, dan lain-lain.

Peneliti berpendapat bahwa media televisi sangat efektif untuk mempengaruhi penonton. Pesan atau informasi yang diberikan oleh media televisi dapat membuat penonton melakukan sesuatu. Perilaku seseorang merupakan sebuah respon akibat dorongan yang ada.

2.5. Perilaku dan karakteristik

Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok

yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar.

A. Proses kognitif

Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar. (sekaragengpratiwi.wordpress, 2012)

2.6.Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Anak

Dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini, televisi (TV) telah menjadi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan hiburan maupun informasi. Semakin tingginya minat masyarakat dalam menonton TV, baik itu dari kalangan orangtua, remaja dan anak-anak telah ikut meningkatkan bisnis penyiaran di Indonesia, sehingga banyak stasiun-stasiun TV bersaing dalam menyuguhkan berbagai macam acara untuk menarik masyarakat menontonnya. (Wahyudi 2003) Permasalahan lain yang timbul adalah ketika anak menonton kartun bisu seperti Shaun the Sheep, Bernard, Vicky & Johnny, Oscar, dan lain sebagainya secara berulang dan terus-menerus juga dapat mempengaruhi kepribadian anak. Kepribadian merupakan susunan sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud meliputi kebiasaan, sikap, tata nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan

motif yang bersifat psikologis. Karakter/tokoh dalam film kartun bisu memiliki sifat atau kebiasaan serta perilaku tertentu, jika ditonton berulang maka sifat atau perilaku tersebut yang akan ditiru oleh anak. Maka dampak paling nyata (observable) film kartun bisu terhadap kepribadian anak adalah perilaku enggan berbicara pada anak. http://smoeland..com/2013/01/makalah-pengaruh-tontonan-tv-terhadap.html

Tayangan televisi untuk anak-anak tidak bisa dipisahkan dengan film kartun. Karena jenis film ini sangat populer di lingkungan mereka, bahkan tidak sedikit orang dewasa yang menyukai film ini. Jika kita perhatikan, film kartun masih didominasi oleh produk film impor. Tokoh seperti Batman, Superman, Popeye, Mikhty Mouse, Tom and Jerry, atau Woody Woodpecker begitu akrab di kalangan anak-anak. Begitu pula film kartun Jepang, seperti Dora Emon, Candy Candy, Sailoor Moon, Dragon Ball, Spongebob Skuarepants, Dora The Explorer, Kapten Tsubasa, Ranma, Scooby Doo, Crayon Sincan, dan Rugrats sangat populer dan bahkan mendominasi tayangan stasiun televisi kita.

Berdasakan laporan dari UNICEF pada tahun 2007 menyatakan bahwa anak-anak di Indonesia menonton rata-rata 5 jam sehari di depan TV atau total 1560-1820 jam/ tahun. Angka ini menurut UNICEF jauh lebih besar ketimbang jam belajar anak SD yang hanya 1000 jam/ tahun. Maka dapat dilihat begitu besarnya pengaruh yang akan ditimbulkan oleh acara-acara yang ada di TV kepada anak-anak jika tidak ada pengawasan dan bimbingan dari orangtua, tidak hanya dari adegan-adegan dan ucapan-ucapan saja yang dapat mempengaruhi anak-anak, tetapi juga poses sosialisasi dengan keluarga, lingkungan alam dan masyarakat juga akan berkurang. Persatuan psikologi Amerika pada tahun 1985, menyatakan bahwa penayangan kekerasan di TV berulang-ulang dapat membuat anak-anak tidak hanya menerima kekerasan dalam kehidupan nyata, tetapi mereka sendiri telah menjadi lebih keras. Jika kita melihat acara-acara yang disajika oleh stasiun televisi, banyak acara yang disajikan tidak mendidik malahan bisa dakatakan berbahaya bagi anak-anak untuk di tonton. Kebanyakan dari acara televisi memutar acara yang berbau kekerasan, adegan

pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura (mementingkan duniawi saja) dan masih banyak lagi deretan dampak negatif yang akan menggrogoti anak-anak yang masih belum mengerti dan mengetahui apa-apa. Mereka hanya tahu bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara selanjutnya. Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal seperti ini. Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian di indonesia Indonesia.

1. tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun.

2. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasa, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.

3. saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam.

4. 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumblahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas rata-rata dunia 561 iklan/minggu.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Bahagian 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 3.2 Definisi Operasional

KARAKTERISTIK 

KEBIASAAN 

MENONTON TELEVISI

LAMA MENONTON 

TELEVISI

JENIS RANCANGAN 

YANG DITONTON

JENIS SALURAN YANG 

DITONTON

TEMPAT MENONTON 

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini karakteristik kebiasaan menonton televisi di kalangan pelajar SD Dwiwarna 3 dan SD Negeri No,106162. Dalam hal ini,harus melihat karakteristik anak SD Dwiwarna 3 dan anak-anak SD Negeri NO 106162.

Organisasi psikologis di Amerika tahun 2001, mengatakan bahwa anak-anak yang menonton film kartun menjadi lebih agresif dan mudah melakukan tindakan kekerasan. Organisasi tersebut menjelaskan ada tiga efek dari menonton kekerasan di televisi, yaitu siswa jadi kurang sensitif terhadap penderitaan orang lain, anak menjadi takut bersosialisasi dengan dunia luar dan siswa menjadi lebih agresif terhadap orang lain.

3.2.2 Lama Anak yang Menonton Televisi a) Definisi

Waktu menonton televisi di kalangan anak SD b) Cara Pengukuran

Pengukuran yang digunakan adalah dengan metode wawancara. c) Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. 3.2.3 Jenis Rancangan yang Ditonton

a) Definisi

Jenis-jenis rancangan yang ditonton adalah kartun,berita,senetron dan dokumentari.

b) Cara pengukuran

Pengukuran yang digunakan adalah dengan metode wawancara c) Alat ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner 3.2.4 Jenis Saluran yang Ditonton.

a) Definisi

Jenis jenis saluran yang ditonton oleh anak anak SD b)Cara pengukuran

Pengukuran yang digunakan adalah dengan metode wawancara c)Alat ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner 3.2.5 Tempat Anak-Anak Menonton Televisi

a) Definisi

Tempat menonton televisi di kalangan anak anak SD adalah di kamar tidur,ruang tamu

b) Cara pengukuran

Pengukuran yang digunakan adalah dengan metode wawancara

c) Alat pengukuran

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Tujuan digunakannya rancangan deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan karakteristik kebiasaan menonton televisi di kalangan pelajar SD Dwiwarna 3 dan SD Negeri No.106162, medan selama tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali bagi tiap subyek pada saat wawancara.

4.2Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Dwiwarna 3 dan SD Negeri NO 106162 Medan. Waktu pengambilan data direncanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2013. Penelitian ini akan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan FK USU.

4.3Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak-anak SD usia antara 7 sampai 12 tahun yang melakukan kunjungan ke SD Dwiwarna, medandan anak-anak di SD Negeri 106162

4.3.2 Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar,Medan dan memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Kriteria Inklusi

1. anak-anak sekolah dasar Dwiwarna 3dan juga SD Negeri No.106162 2. Bisa menulis dan membaca.

3. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan ( informed consent ).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling, dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Adapun besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus dibawah ini (Wahyuni,2007) .

n = Zα² . pq d² n = jumlah sampel

Zα² = tingkat kemaknaan yang telah ditetapkan p = proposi di populasi

q = 1-p

d = kesalahan (absolut) yang diinginkan

Pada penelitian ini,tingkat kepercayaan dikehendaki sebesar 95% sehingga untuk Z α dua arah diperoleh nilai Zα² = 1,96. Nilai p yang ditetapkan adalah 0,5 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya,selain itu karena penggunaan p =0,5 mempunyai nilai q paling besar sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak . Kesalahan absolut yang diinginkan adalah sebesar 10%.

Berdasarkan rumus di atas ,besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : n = Zα². pq d² n = 1,96 . 0,5(1-0,5) 0,10² = 97

Berdasarkan perhitungan tersebut, besar sampel yang diperlukan adalah 97 orang, yang dibulatkan ke 100 orang.

4.4 Teknik Pengumpulan data A. Kuesioner

Dalam hal ini, penulis membagikan daftar pertanyaan kepada responden yang dianggap dapat mewakili untuk memberikan informasi yang baik dan akurat sehubungan dengan obyek peneliti.

B. Interview

Interview ini dimaksudkan sebagai suatu instrument untuk memperoleh data dengan cara bertatap muka langsung dan mengadakan dialog secara langsung dengan responden.

Sebelum mengisi kuesisoner, responden diberi penjelasan tentang tujuan,

Dokumen terkait