• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

A. Kesimpulan

maka hal ini dapat menyesatkan. Maka oleh sebab itu menggunakan metode lain

dengan analisis grafik normal probability plot. Jika distribusi data residual

normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Gambar 5.2 Grafik Normal Probability Plot

Grafik probability normal pada gambar 5.2. dibawah sekilas terlihat

normal karena distribusi data residualnya mendekati garis normalnya. Untuk lebih

meyakinkan bahwa distribusi sampel benar-benar normal, maka dilakukan

pengujian lagi secara analisis statistik dengan menggunakan Uji Kolmogorov-

Smirnov. Secara multivariat pengujian normalitas data dilakukan terhadap nilai

residualnya. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai asymptotic

significance diatas 0,05 (Ghozali, 2006). Hasil pengujian normalitas data dapat

Tabel 5.3

Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 114

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .01325633

Most Extreme Differences Absolute .064

Positive .063

Negative -.064

Kolmogorov-Smirnov Z .679

Asymp. Sig. (2-tailed) .745

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan tabel pengujian normalitas, tampak bahwa variabel-variabel

penelitian mengikuti distribusi normal dengan nilai asymptonic significance yang

lebih dari 5 persen yaitu 74,5 persen.

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

menggunakanpersamaanregresi CFROA = f(OWN_INS,KOM,DIR,AUD). Untuk

mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF yang

terdapat pada masing-masing variabel seperti pada Tabel 5.4. berikut :

Tabel 5.4

Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Kepemilikan Institusional .895 1.118 Dewan KOmisaris .517 1.935 Dewan Direksi .651 1.536 Komite Audit .653 1.530

a. Dependent Variable: CFROA

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas jika

mempunyai nilai Tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation

Factor) kurang dari 10. Dari tabel tersebut diperoleh bahwa, hasil perhitungan

nilai Tolerancemenunjukkan tidak ada variabel yang memiliki nilai Tolerance

kurang dari 0,10. Hasil perhitungan nilai VIF (Variance Inflation Factor) juga

menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki

nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Juka varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik

Scatterplot, titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik

diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka

tidak terjadinya heteroskedastisitas dan model regresi layak digunakan. Hasil uji

heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan pada

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Gambar 5.3 Grafik Scatterplot

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak seta

tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Menurut Ghozali (2006), model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui

Hipotesis yang akan diuji adalah H0 : tidak ada autokorelasi dan Ha : ada

autokorelasi.

Tabel 5.5

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No Decision (ragu-ragu) dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No Decision (ragu-ragu) 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi, Positif

atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du Tabel 5.6 Uji Durbin-Watson Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .353a .125 .093 .0134974 1.104

a. Predictors: (Constant), AUD, OWN_INS, DIR, KOM b. Dependent Variable: CFROA

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai hitung Durbin-Watson

sebesar 1,104; sedangkan besarnya DW-tabelberdasarkan n=114 dan k=4,

makanilai dl (batas luar) = 1,6227 dan nilai du (batas dalam) = 1,7677. Oleh

karena nilai DW sebesar 1,104 berada di bawah dl = 1,59 dan diatas 0, maka dari

tabel keputusan H0 yang menyatakan tidak ada autokorelasi ditolak, yang berarti

terdapat autokorelasi positif . Sehingga harus dilakukan beberapa cara untuk

mengobatinya agar terbebas dari autokorelasi dengan cara LAG. Maka hasil

pengobatan yang dilakukan terlihat pada table dibawah ini :

Tabel 5.7

HasilDurbin-WasonSetelahDiobati

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .568a .323 .291 .0119841 1.980

a. Predictors: (Constant), LAG_CFROA, OWN_INS, KOM, DIR, AUD b. Dependent Variable: CFROA

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Setelah dilakukan pengobatan, maka nilai Durbin-Watson menjadi 1,980

yang berarti DW > du = 1,7677 dan DW < 4-du = 2,2323. Sehingga keputusan H0

yang menyatakan tidak ada autokorelasi diterima, variable bebas sudah tidak

Autokorelasi

positif

Daerah

ragu-ragu

Tidak ada autokorelasi Daerah

ragu-ragu

Autokorelasi negatif

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

1,6227 1,7677 1,980

Gambar 5.4 Hasil Statistik d Durbin-WatsonSetelahDiobati

C. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan metode analisis regresi

berganda (multiple regression). Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan, dan

hipotesis dalam penelitian ini, metode regresi berganda menghubungkan satu

variable dependen dengan beberapa variable independen dalam suatu model

prediktif tunggal. Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh

kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan

ukuran komite audit yang merupakan variabel independen terhadap CFROA yang

merupakan variable dependen.

1. Uji Koefisien Determinansi (R2)

Koefisien determinansi (R2) menjelaskan proporsi variable terikat yang

dapat dijelaskan oleh variable bebas secara bersamaan. Nilai koefisien

determinasi berkisar antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Bila nilai R2 semakin mendekati satu maka variable bebas yang ada semakin besar dalam menjelaskan

variable terikat, tetapi bila nilai R2 mendekati nol maka variable bebas

Tabel 5.8 HasilPengujiankoefisienDeterminasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .353a .125 .093 .0134974 a. Predictors: (Constant), AUD, OWN_INS, DIR, KOM Sumber :Dara yang diolah, 2012

Penggunaan nilai adjusted R2 dianjurkan pada saat mengevaluasi model

regresi, hal ini dikarenakan adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variable

independen ditambahkan kedalam suatu model, Ghozali (2006). Dari hasil

pengujian hipotesis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,093. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa variable independen bisa menjelaskan 9,3 persen

terhadap variable dependen, sedangkan sisanya sebesar 90,7 persen dijelaskan

oleh factor lain diluar model persamaan regresi. Sedangkan Standar Error of

Estimate (SEE) sebesar 0,0134974. Makin kecil nilai SEE akan membuat model

regresi semakin tepat dalam memprediksi variable dependen.

2. Hasil Uji Pengaruh Simultan (F test)

Uji pengaruh simultan (Uji F) dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel

Tabel 5.9

Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .003 4 .001 3.888 .005a

Residual .020 109 .000

Total .023 113

a. Predictors: (Constant), AUD, OWN_INS, DIR, KOM b. Dependent Variable: CFROA

Sumber : Data yang diolah, 2012.

Dari hasil pengujian hipotesis terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 3,888

dengan tingkat signifikansi 0,005. Oleh karena probabilitas (0,005) lebih kecil

dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi bahwa terdapat

hubungan signifikan antara variabel dependen (CFROA) dengan semua variabel

independen, yaitu: kepemilikan institusional, dewan komisaris, dewan direksi, dan

komite audit secara bersama-sama.

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Keandalan model regresi sebagai alat estimasi sangat ditentukan oleh

signifikansi parameter-parameter dalam model yaitu koefisien regresi. Uji

signifikansi dilakukan dengan statistik t (uji t). Uji t digunakan untuk menguji

signifikansi koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya (Ghozali,

2006). Hasil perhitungan parameter individual t statistik dapat dilihat pada Tabel

Tabel 5.10 Uji Statistik t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .015 .005 2.851 .005 Kepemilikan Institusional -.004 .006 -.068 -.723 .471 DewaN Komisaris -.001 .001 -.216 -1.736 .085 Dewan Direksi .002 .001 .321 2.890 .005 Komite Audit .003 .001 .244 2.204 .030

a. Dependent Variable: CFROA

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Jika unit ukuran Variabel bebas tidak sama, sebaiknya intepretasi

persamaaan regresi menggunakan standardize coeficients beta. Keuntungan

menggunakan standardize coeficients beta adalah mampu mengeliminasi

perbedaan unit ukuran variabel bebas. Ada hal penting yang harus diperhatikan

ketika menggunakan standardize coeficients beta, yaitu koefisien beta digunakan

untuk melihat pentingnya masing-masing variabel yang lain dalam persamaan

regresi (Ghozali, 2006).Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa

dewan komisaris, dewan direksi, dan ukuran komite audit dengan menggunakan

standardize coeficients beta dalam pengujian regresi berganda sebagai berikut:

Y = – 0,068 X1– 0,216 X2 + 0,321 X3 + 0,244 X4+ ℮

Dari persamaan diatas dapat diartikan :

a. Nilai konstanta sebesar 0

Hal ini berarti bahwa persamaan regresi tidak memiliki konstanta. Apabila

masing-masing koefisien variabel independen kita standarisasi terlebih

dahulu, maka akan mempunyai garis regresi yang memiliki origin (titik

pusat)

b. Koefisien regresi variable kepemilikan institusional (OWN_INS) X1

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi kepemilikan institusional

dengan asumsi variable lainnya tetap (cateris paribus), maka CFROA

akan mengalami perubahan dengan arah yang berbeda.

c. Koefisien regresi variable ukuran dewan komisaris (KOM) X2

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi ukuran dewan komisaris

dengan asumsi variable lainnya tetap (cateris paribus), maka CFROA

akan mengalami perubahan dengan arah yang berbeda.

d. Koefisien regresi variable ukuran dewan direksi (DIR) X3

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi ukuran dewan direksi

dengan asumsi variable lainnyatetap (cateris paribus), maka CFROA akan

mengalami perubahan dengan arah yang sama.

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi ukuran komite audit dengan

asumsi variable lainnya tetap (cateris paribus), maka CFROA akan

mengalami perubahan dengan arah yang sama.

Adapun penjelasan terhadap masing-masing variabel sebagai berikut :

a. Kepemilikan Institusional (OWN_INS)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan

institusional secara parsial terhadap kinerja keuangan. Koefisien regresi

kepemilikan institusional sebesar -0,068. Hal ini menunjukkan t

kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja.

Probabilitas menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,471 yang

artinya bahwa variasi variabel kepemilikan institusional secara parsial

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan

arah koefisien dari variabel menunjukkan arah yang negatif. Dengan

demikiandapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan

bahwa kepemilikan institusional (OWN_INS) secara signifikan

berpengaruh positif terhadap kinerja tidak dapat diterima atau ditolak.

b. Ukuran Dewan Komisaris (KOM)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan

komisaris secara parsial terhadap kinerja keuangan. Koefisien regresi

ukuran dewan komisaris sebesar -0,216. Hal ini menunjukkan t ukuran

dewan komisaris mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja.

Probabilitas menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,085,

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan arah

koefisien dari variabel menunjukkan arah yang negatif. Dengan

demikiandapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan

bahwa ukuran dewan komisaris (KOM) secara signifikan berpengaruh

negatif terhadap kinerja tidak dapat diterima atau ditolak.

c. Ukuran Dewan Direksi (DIR)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan direksi

secara parsial terhadap kinerja keuangan. Koefisien regresi ukuran dewan

direksi sebesar 0,321. Hal ini menunjukkan t ukuran dewan direksi

mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja. Probabilitas menunjukkan

lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,005, artinya bahwa variasi variabel ukuran

dewan direksi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja. Sedangkan arah koefisien dari variabel menunjukkan

arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis

ketiga yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi (DIR) secara

signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja tidak dapat ditolak atau

diterima.

d. Ukuran Komite Audit (AUD)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran komite audit

secara parsial terhadap kinerja keuangan. Koefisien regresi ukuran komite

audit sebesar 0,244. Hal ini menunjukkan t ukuran komite audit

mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja. Probabilitas menunjukkan

ukuran komite audit secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja. Sedangkan arah koefisien dari variabel menunjukkan

arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis

keempat yang menyatakan bahwa ukuran komite audit (AUD) secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja tidak dapat ditolak atau

diterima.

D. Pembahasan

1. Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Kinerja Keuangan

Hasil pengujian hipotesismenunjukkan bahwa variabel kepemilikan

institusional berpengaruh secara negatif terhadap kinerja keuangan pada tingkat

signifikan 5%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan tidak dapat diterima

atau ditolak. Temuan ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

merupakan salah satu mekanisme corporate governance yang mampu

mempengaruhi kinerja keuangan. Pengaruh kepemilikan institusional negatif

terhadap kinerja, artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh institusi,

maka semakin rendah kinerja pada laporan keuangan. Berdasarkan penelitian

sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak mendukung atau

bertentangan dengan penelitian oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

mengatakan kepemilikan institusional dapat mengurangi biaya keagenan yang

Hal ini sejalan dengan konsep yang mengatakan bahwa kepemilikan

institusional adalah pemilik sementara dan lebih memfokuskan pada laba jangka

pendek (current earning), sebagaimana dikemukakan oleh Porter (1992). Jika

perubahan laba jangka pendek ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor,

maka mereka akan melikuidasi sahamnya. Oleh karena investor institusional

memiliki saham dalam jumlah yang besar, jika mereka melikuidasi sahamnya

akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Atas dasar perspektif inilah,

diduga dalam rangka menghindari likuidasi dari investor, manajer akanmelakukan

tindakan manajemen laba yang pada akhirnya juga dapat menurunkan kinerja

mereka.

Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cornet et al., (2006) yang

mengatakan bahwa kepemilikan institusional akan membuat para manajer merasa

terikat untuk memenuhi target laba dari para investor, sehingga mereka diduga

akan tetap cenderung terlibat dalam tindakan manipulasi laba. Kepemilikan saham

terpusat dalam suatu kelompok atau satu keluarga, dapat menjadi salah satu

penyebab lemahnya posisi Dewan Komisaris, karena pengangkatan posisi anggota

Dewan Komisaris diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun

berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat (Herwidayatmo dalam

Sam’ani 2008).

Emiten atau perusahaan perbankan yang dianalisis termasuk memiliki

struktur kepemilikan yang terkosentrasi pada suatu institusi yang biasanya

memiliki saham yang cukup besar yang diduga mencerminkan kekuasaan,

perusahaan dan mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akibatnya,

diduga manajer terpaksa melakukan tindakan berupa manajemen laba untuk

memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu, diantaranya pemilik. Dengan adanya

perilaku tersebut dapat berakibat penurunan kinerja.

2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris pada Kinerja Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris

berpengaruh secara positif terhadap kinerja keuangan pada tingkat signifikan 5%.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa dewan komisaris

berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan tidak dapat diterima atau ditolak.

Sesuai dengan fungsinya, peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan

bertanggung jawab dalam pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam

laporan keuangan, dan ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi

kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan dapat meminimalisir

permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dan pemegang saham,

yaitu dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tindakan kecurangan

dalam bentuk tingkat manajemen laba pada laporan keuangan. Berdasarkan

penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak mendukung

atau bertentangan dengan penelitian oleh Yermack (1996) yang menyatakan

bahwa semakin banyaknya personil yang menjadi anggota dewan komisaris

membuat sulitnya menjalankan tugas pengawasan terhadapa manajemen

perusahaan yang nantinya berdamapak pula pada kinerja perusahaan yang

Hubungan antara anggota dewan komisaris dengan kinerja serta nilai

perusahaan didukung oleh perspektif fungsi service dan kontrol yang dapat

diberikan oleh dewan komisaris. Fungsi service menyatakan bahwa, dewan

komisaris dapat memberikan konsultasi dan nasehat kepada manajemen dan

direksi. Dengan peranan keahlian konseling yang diberikan merupakan suatu jasa

berkualitas bagi manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diperoleh dari pasar.

Fungsi dewan komisaris sesuai dengan peranannya meminimalisir

permasalahan agensi agar mereduksi terjadinya agency cost yang tinggi. Dengan

adanya peningkatan pengawasan dan transparansi akan berdampakpada penurunan

information asymmetry, dan implikasinya menurunnya monitoring cost, sehingga

efisiensi perusahaan dapat terwujud. Hal ini berdasarkan ketika manajemen (agen)

diawasi secara ketat oleh komisaris, maka mereka akan berupaya menunjukkan

kepada komisaris (principal) bahwa mereka tidak akan menyalahgunakan

kewenangan yang diberikan, dan manajer akan berbuat demi kebaikan

perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan manajemen agar dipercaya oleh

principal dengan menunjukkan itikad baik dan memberikan kinerja yang bagus.

3. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi pada Kinerja Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel dewan direksi

berpengaruh secara negatif pada kinerja keuangan pada tingkatsignifikan 5%.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi secara

signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja diterima. Hal ini konsisten dengan

menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan yang besar akan sulit

atau tidak bisa melakukan koordinasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan

yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki dewan yang

kecil, sehingga nilai perusahaan yang memiliki dewan yang banyak lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki dewan yang lebih sedikit.

Hal ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya oleh Pfeffer &

Salancik (1978) dalam Sam’ani (2008), menjelaskan bahwa semakin besar kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan dewan

yang besar akan semakin tinggi. Selain itu juga, ujung tombak dari efektivitas

serta efisiensi perusahaan bergantung pada mekanisme pengelolaan manajemen

perusahaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari direksi. Baik atau

buruknya kinerja akan bergantung pada kemampuan dewan direksi sebagai

resource perusahaan secara lebih baik.

4. Pengaruh Ukuran Komite Audit pada Kinerja Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel komite audit

berpengaruh secara positif pada kinerja keuangan pada tingkat signifikan 5%.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran komite audit secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja diterima. Sehingga terbukti bahwa

adanya komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena

dapat menekan terjadinya penyimpangan-penyimpangan akuntansi yang sering

Perusahaan perbankan di Indonesia yang sudah membentuk komite audit

terbukti dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena adanya peningkatan

kepercayaan investor terhadap akuntabilitas perusahaan tersebut. Dengan kata

lain, investor mulai memperhatikan kepatuhan perusahaan dalam penerapan GCG.

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi

audit eksternal, dan audit internal sehingga dapat mengurangi sifat opportunistic

manajemen yang melakukan kecurangan dalam bentuk earnings management

dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit

eksternal.

Komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi melindungi

kepentingan pemegang saham dari tindakan kecurangan yang dilakukan oleh

pihak manajemen. Hal ini berarti komite audit yang ada di perusahaan sebagai

salah satu mekanisme corporate management mampu meningkatkan kinerja

perusahaan. Komite audit yang ada di perusahaan perbankan telah menjalankan

tugas dengan semestinya dalam melakukan pengawasan perusahaan dengan

menjunjung prinsip corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas,

tanggung jawab, independensi, dan kewajaran (KNKCG, 2004) dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategisdalam

hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya

menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta

dilaksanakannya good corporate governance.Komite audit bertugas membantu

untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Dengan berjalannya fungsi

komite audit secara efektif, maka control terhadap perusahaan akan lebih baik,

sehingga konflik keagenanyang terjadi akibat keinginan manajemen untuk

81

BAB VI

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh good corporate governance yang terdiri

dari kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi,

dan ukuran komite audit pada kinerja keuangan perusahaan perbankan di

Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun hasil penelitian

secara ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Kepemilikan institusional secara signifikan berpengaruh positif pada

kinerja keuangan tidak dapat diterima atau ditolak.

2. Ukuran dewan komisaris secara signifikan berpengaruh negatif pada

kinerja keuangan tidak dapat diterima atau ditolak.

3. Ukuran dewan direksi secara signifikan berpengaruh negatif pada kinerja

keuangan tidak dapat ditolak atau diterima.

4. Ukuran komite audit secara signifikan berpengaruh positif pada kinerja

Dokumen terkait