• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2.1 Asam Humat

2.2.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi

karena penyerbukan kurang intensif. Tanaman padi dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian tempat 0 – 650 meter dpl dengan temperatur 220C–270C sedangkan di dataran tinggi 650 – 1.500 meter dpl dengan temperatur 190C–230C.

Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan laut. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18–22 cm Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah antara pH 4-7.

2.2.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut : Kerajaan : Plantae Divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Familia : Poaceae Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa

secara keseluruhan terdapat 25 spesies Oryza, dan yang paling dikenal adalah Oryza sativa dengan dua sub spesies yaitu indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Di Indonesia, menurut lokasi penanamannya padi dibedakan menjadi dua yaitu padi lahan kering (padi gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah yang ditanam di lahan yang memerlukan penggenangan.

Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif berfungsi mendukung atau menyelenggarakan proses pertumbuhan berupa akar, batang dan daun sedangkan bagian generatif berupa malai, buah padi (gabah) dan bunga (Setiono dan Suparyono 1993).

Akar padi tergolong akar serabut. Akar yang tumbuh dari kecambah biji disebut akar utama (primer, radikula). Akar lain yang tumbuh di dekat buku disebut

akar seminal. Akar padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak mengalami perubahan. Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrient dan air, serta untuk pernapasan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antar 10-20 cm.

Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma. Struktur aerenchyma seperti pipa yang memanjang hingga ujung daun. Aerenchyma berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran. Walaupun mampu beradaptasi pada lingkungan tergenang, padi juga dapat dibudidayakan pada lahan yang tidak tergenang (lahan kering, ladang) yang kondisinya aerob.

Secara fisik batang padi berguna untuk menopang tanaman secara keseluruhan yang diperkuat oleh pelepah daun. Secara fungsional batang berfungsi untuk mengalirkan nutrient dan air ke seluruh bagian tanaman. Batang padi berbuku dan berongga. Dari buku batang ini tumbuh anakan atau daun. Bunga Atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan. Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antarruas dipisahkan oleh buku. Pada awal pertumbuhan ruas-ruas sangat pendek dan bertumpuk rapat. Setelah memasuki stadium refroduktif, ruas-ruas memanjang dan berongga. Oleh karena itu, stadium reproduktif disebut juga stadium perpanjangan ruas. Pada buku paling bawah tumbuh tunas yang akan menjadi batang sekunder. Selanjutnya batang sekunder menghasilkan batang tersier, dan seterusnya. Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun (uricle), dan lidah daun (ligula). Daun yang paling atas memiliki ukuran terpendek dan disebut daun bendera. Daun keempat dari daun bendera merupakan daun terpanjang. Jumlah daun per tanaman tergantung varietas.

Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Dari buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer dan dari cabang primer tersebut akan muncul lagi cabang-cabang sekunder. Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai butir gabah paling ujung.

11  

Bunga padi berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kandung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai 2 tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih dan ungu. Sekam mahkotanya ada dua dan yang bawah disebut lemma, sedang yang atas disebut palea. Pada dasar bunga terdapat dua mahkota yang berubah bentuk dan disebut lodicula. Bagian ini sangat berperan dalam pembukaan palea. Lodicula mudah mengisap air dari bakal buah sehingga mengembang. Pada saat palea membuka maka benang sari akan keluar air. Pembukaan bunga diikuti oleh pemecahan kantong serbuk dan penumpahan serbuk sari. Setelah serbuk sari ditumpahkan, lemma dan palea menutup kembali.

Biji padi mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin dalam endosperm. Perbandingan kandungan amilosa dan amilopektin akan mempengaruhi mutu dan rasa nasi (pulen, pera, atau ketan).

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian rumah kaca dilakukan pada bulan Maret sampai November 2009 di Kebun Cikabayan kemudian dilanjutkan dengan analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan benih padi varietas Ciherang, tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah sawah di wilayah Situ Gede, Darmaga, Bogor yang diambil secara komposit dari kedalaman 0-20 cm. Pupuk dasar yang digunakan untuk pemupukan tanaman padi adalah SP-18 300 kg/Ha, KCl 200 kg/Ha, dan pupuk Urea 200 kg/Ha. Asam humat yang digunakan untuk penelitian ini setara dengan 0 L/Ha, 5 L/Ha, 10 L/Ha, dan 15 L/Ha. Dalam pengendalian hama dan penyakit digunakan pestisida yang biasanya digunakan petani setempat yaitu Decis dan Curracron.

Alat yang digunakan terdiri dari alat untuk penelitian di lapang seperti ember plastik, selang, sprayer, meteran, bambu, sungkup dan alat-alat untuk analisis laboratorium.

3.3 Metode Penelitian

Pengujian asam humat menggunakan tanaman padi yang ditanam di dalam pot (ember plastik) yang berisi tanah sebanyak 12.5 kg BKM, tiap pot terdapat 2 buah tanaman. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 12 perlakuan yaitu ada 3 cara pemberian dengan 4 dosis asam humat. Sebagai kontrol atau perlakuan tanpa asam humat diambil satu, sehingga total jumlah perlakuan menjadi 10 (Tabel 1).

13  

Tabel 1. Dosis Asam Humat dan Cara Pemberian

NO KODE PERLAKUAN

1. K Kontrol (Asam humat 0 lt/ha)

2. H5A Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara dengan 5.1 ml/ember disemprotkan di atas daun

3. H5B Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara dengan 5.1 ml/ember disemprotkan di bawah daun 4. H5T Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 5.1 ml/ember disemprotkan ke tanah

5. H10A Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara dengan 10.1 ml/ember disemprotkan di atas daun

6. H10B Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara dengan 10.1 ml/ember disemprotkan di bawah daun 7. H10T Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 10.1 ml/disemprotkan ke tanah

8. H15A Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara dengan 15.2 ml/ember disemprotkan di atas daun

9. H15B Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara dengan 15.2 ml/ember disemprotkan di bawah daun 10. H15T Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 15.2 ml/ember disemprotkan ke tanah

Analisis data dengan menggunakan Analisis of Variances (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Model linear pada penelitian ini adalah:

Yij = µ + i + εij

i = perlakuan, i = K, H5A, H5B, H5T, H10A, dst.

j = ulangan, j = 1, 2, 3.

µ = rataan umum

i = pengaruh perlakuan ke-i

εij = erroratau galat pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Benih padi disortasi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih dengan kondisi baik, kemudian benih direndam dalam air selama 24 jam. Media persemaian menggunakan tanah dan casting dengan perbandingan 1:1. Persemaian dilakukan selama 2 minggu, setelah dua minggu bibit padi ditransplanting ke pot. Satu pot berisi 4 bibit padi, pemberian pupuk dasar SP-18 dan KCl dilakukan setelah proses transplanting, sedangkan pupuk Urea diberikan pada saat 7 hari setalah tanam (HST) dan 30 HST Ketika tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) dilakukan penjarangan tanaman sehingga menjadi 2 tanaman setiap pot. Pemberian asam humat dengan perlakuan diberikan pada permukaan atas daun, permukaan bawah daun, serta disemprotkan langsung ke permukaan tanah, dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat fase vegetatif pada 2 MST dan 4 MST (Gambar 2).

Pengamatan yang dilakukan ketika tanaman masuk fase vegetatif adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan dan pada saat panen dilakukan pengamatan jumlah anakan produktif, panjang malai, bobot basah gabah, bobot kering gabah, bobot basah jerami, dan bobot kering jerami. Sebelum dan sesudah penanaman padi, dilakukan analisis tanah yang meliputi analisis pH, C-organik, N-total, KTK, dan P-tersedia.

15  

Pelumpuran Penyemaian

Penyemprotan asam humat Transplanting

4.1 Sifat Kimia

Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) menunjukkan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai reaksi tanah yang agak masam (pH H2O 5.62), C-organik rendah (1.2%), N-total rendah (0.13%), KTK sedang (19 me/100g), P-tersedia rendah (6.7 ppm), Ca-dd tinggi (11.66 me/100g), Mg- dd tinggi (2.75 me/100g), K-dd sangat rendah (0.09 me/100g), dan Na-dd rendah (0.37 me/100g). Berdasarkan peta tanah Bogor (Syakur, 2010) contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini termasuk Inceptisol, yang berbahan induk dari batu liat yang diperkaya oleh tuff volkan dari gunung Salak. Curah hujan yang sangat tinggi di Bogor menyebabkan basa-basa tercuci. Tingginya nilai Ca-dd dan Mg-dd diatas, diduga berhubungan dengan pola tanaman yang diterapkan petani setempat yaitu dua kali sawah dan 1 kali tegalan, dimana pada saat menjadi tegalan tanah ditanami jagung yang selain diberi pupuk juga diberi kapur.

Hasil analisis tanah setelah penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa asam humat dapat meningkatkan kandungan C-organik, N-total, P-tersedia, dan KTK. Secara umum peningkatan paling tinggi adalah pada perlakuan 15 L/Ha asam humat yang diberikan di permukaan tanah. Peningkatan ini mengubah status N-total dari rendah menjadi sedang, P-tersedia dari rendah menjadi tinggi, dan KTK dari sedang menjadi tinggi.

17  

Tabel 2. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Sifat-Sifat

Tanah.

Perlakuan pH

Walkey and

Black Kjeldhal Bray 1

NH4OAc pH 7.0 Ca Mg K Na KTK KB C-Organik (%) N-Total (%) P (ppm) (me/100 gram) (%) KONTROL 5.74 1.57 0.17 10.15 10.68 2.38 0.03 0.31 20.08 67 H5A 5.82 1.60 0.18 11.20 11.96 2.55 0.05 0.45 20.11 75 H10A 5.73 1.71 0.21 11.20 12.04 2.62 0.05 0.29 21.15 71 H15A 5.83 1.74 0.19 12.61 10.91 2.56 0.05 0.31 22.61 61 H5B 5.81 1.60 0.19 11.20 10.84 2.43 0.03 0.29 20.40 67 H10B 5.80 1.78 0.19 11.91 11.19 2.66 0.05 0.31 21.64 66 H15B 5.80 1.81 0.19 12.61 11.54 2.65 0.05 0.27 22.86 63 H5T 5.70 1.81 0.21 11.91 12.10 2.63 0.05 0.45 21.08 72 H10T 5.82 1.85 0.20 12.26 12.13 2.70 0.05 0.36 22.11 69 H15T 5.77 1.85 0.24 13.31 12.35 2.71 0.03 0.39 23.07 67  

Menurut Tan (1993) asam humat memiliki nilai KTK yang tinggi, sehingga penambahan asam humat yang disemprotkan ke tanah dengan dosis 15 L/Ha dapat meningkatkan KTK. Hal ini disebabkan karena asam humat mengandung –COOH (karboksil) dan –OH (fenolik), yang merupakan sumber muatan negatif. Semakin tinggi asam humat maka sumbangan gugus fungsional dari karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH) semakin besar, yang berarti pula muatan negatif tanah semakin meningkat. Peningkatan muatan negatif ini terukur sebagai peningkatan KTK tanah. Nilai C-organik yang bertambah tinggi disebabkan karena asam humat ini merupakan fraksi terhumifikasi dari humus (Brady,1990), dengan kadar karbon 41-57% (Tan, 1993) sehingga asam humat mengandung C yang tinggi. Selain menyuplai C-organik asam humat yang merupakan fraksi terhumifikasi dari humus juga merupakan sumber nitrogen. Menurut Tan (1993), kadar nitrogen dalam asam humat berkisar antara 2-5%. Dengan demikian asam humat menyebabkan nilai N-total menjadi tinggi. Selain N-total dan C-organik yang meningkat, pemberian asam humat juga meningkatkan P-tersedia dalam tanah. Gugus karboksil dan fenolik dalam asam humat mempunyai sifat dapat mengikat ion Al, Fe dan Ca dari larutan tanah, membentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Dengan demikian konsentrasi ion

Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang, sehingga fosfat tersedia akan lebih banyak.

4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman

Dokumen terkait