• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh asam humat dan cara pemberiannya terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi (Oryza sativa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh asam humat dan cara pemberiannya terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi (Oryza sativa)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ASAM HUMAT DAN CARA PEMBERIANNYA

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN PADI (

Oryza sativa

)

MONICA AMANI IHDARYANTI

A14051289

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Pemberiannya terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa). Di bawah bimbingan SUWARDI dan DYAH TJ. SURYANINGTYAS

Tanah-tanah pertanian di Indonesia terus mengalami degradasi yang ditandai oleh penurunan kadar bahan organik tanah akibat pemakaian pupuk kimia yang tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Pada tanah sawah, gejala penurunan kadar bahan organik tanah diikuti oleh pengerasan tanah dan penurunan pH. Untuk meningkatkan produksi tanaman padi maka perbaikan sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah harus dilakukan agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Perbaikan sifat-sifat tanah tersebut dapat dilakukan dengan pemberian bahan amelioran seperti bahan organik bersama-sama dengan pemberian pupuk kimia. Salah satu kesulitan pemberian bahan organik adalah memerlukan jumlah yang banyak sehingga sulit dalam pengadaan dan cara pemberiannya. Oleh karena itu, perlu dicari cara untuk menggantikan peran bahan organik dengan bahan yang lebih mudah dalam pengadaan dan pemberiannya. Asam humat merupakan ekstrak dari bahan organik diharapkan dapat menggantikan peran bahan organik untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Asam humat diharapkan dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui peranannya dalam mempercepat penyerapan hara dan air dari tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis dan cara pemberian asam humat yang tepat untuk meningkatkan produksi padi.

Percobaan dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor dengan tanaman padi var. Ciherang. Tanah yang digunakan untuk menanam padi di dalam pot berasal dari daerah Situ Gede, Bogor. Padi diberi pupuk dasar SP-18, KCl, dan urea masing-masing dengan dosis 300 kg/Ha, 200 kg/Ha, dan 200 kg/Ha. Dosis asam humat yang digunakan yaitu 0 L/ha, 5 L/Ha, 10 L/Ha, dan 15 L/Ha. Cara pemberian asam humat dilakukan dengan disemprotkan di permukaan atas daun, di permukaan bawah daun, dan di atas tanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi melalui peningkatan jumlah anakan. Dosis asam humat 15 L/Ha yang disemprotkan di atas tanah merupakan perlakuan terbaik yang ditunjukkan oleh jumlah anakan dan bobot gabah kering.

(3)

SUMMARY

MONICA AMANI IHDARYANTI. Effect of Humic Acid and Its Application Methods on Growth and Productivity of Paddy (Oryza sativa). Supervised by Suwardi and Dyah Tj. Suryaningtyas

Agricultural land in Indonesia degraded continuously, characterized by decreasing in soil organic matter resulting from the utilization of chemical fertilizers which is not followed by organic fertilizers. In the rice field, the decrease of organic matter is followed by soil compacting and the decrease in soil pH. In order to increase paddy production, it is needed to improve the soil qualities plants growth. This can be achieved by providing ameliorants such as organic matter with chemical fertilizers. But there is a problem in applying organic matter because of its huge volume. Therefore, it is necessary to find a way to replace the organic matter with other materials that are easier not only in procurement but also in application. Humic acid is an extract of organic material which is expected to be able to replace the role of organic matter in improving physical, chemical, and biological properties of soils. Humic acid is expected to be able for improve plant growth through its role in accelerating the absorption of soil nutrients and water.

The research was conducted in a greenhouse located at Cikabayan, Bogor Agricultural University with paddy var. Ciherang as the indicator plant. Soil was taken from Situ Gede, Bogor. Basal fertilizers were 300 kg/Ha SP-18, 200 kg/Ha KCl, and 200 kg/Ha urea. Humic acid dosages used were 0 L/Ha, 5 L/Ha, 10 L/Ha and 15 L/Ha. The methods of humic acid application were spraying on the surface of leaves, spraying underside of leaves, and spraying on the soil.

The result showed that humic acid can increase the growth of rice plants by increasing tiller number. Humic acid dosage of 15 L/Ha spraying on the soil is the best treatment indicated by tiller number and dry weight of unhulled rice.

(4)

MONICA AMANI IHDARYANTI A14051289

Skripsi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : Pengaruh Asam Humat dan Cara Pemberiannya terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa) Nama : Monica Amani Ihdaryanti

NRP : A14051289

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Suwardi, M. Agr. Dr. Ir. Dyah Tj. Suryaningtyas Mappl. Sc NIP : 19630607 198703 1 003 NIP: 19660622 199103 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. NIP : 19621113 198703 1 003

(6)

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 27 Agusus 1987. Penulis merupakan anak ke-4 dari empat bersaudara pasangan Bapak Dadang Ichdarpasya dan Ibu Yulianti.

Penulis mengawali jenjang pendidikannya di SD Negeri Cibatu Nagrak, Sukabumi dan lulus pada tahun 1999. Penulis meneruskan jenjang pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 1 Cisaat, Sukabumi lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sukabumi. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI, yang kemudian pada semester tiga masuk ke Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama

mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Morfologi dan Klasifikasi Tanah.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Asam Humat dan Cara Pemberiannya terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada :

1. Dr. Ir. Suwardi, M.Agr yang telah membimbing, memberi ide, masukan, dan membantu penulis dalam membiayai seluruh kegiatan dalam penelitian ini sampai penelitian ini diselesaikan.

2. Dr. Ir. Dyah Tj. Suryaningtyas, Mappl. Sc yang telah membimbing dan memberikan masukan yang bermanfaat kepada penulis selama

menyelesaikan penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Sri Djuniwati, MSc. selaku dosen penguji yang telah menguji, memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi.

4. Staf Laboratorium (Bu Oktori dan Bu Yani) serta seluruh staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

5. Segenap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, walaupun demikian penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2011

(8)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Asam Humat ... 4

2.1.1 Terminologi dan Definisi Senyawa Humat ... 4

2.1.2 Karakteristik dan Komposisi Senyawa Humat ... 5

2.1.3 Peranan Senyawa Humat ... 7

2.2 Padi ... 8

2.2.1 Sejarah Tanaman Padi ... 8

2.2.2 Syarat Tumbuh Padi ... 8

2.2.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi ... 9

BAB III. BAHAN DAN METODE ... 12

3.1 Waktu dan Tempat ... 12

3.2 Bahan dan Alat ... 12

3.3 Metode Penelitian ... 12

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Sifat Kimia ... 16

4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman ... 18

4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Tanaman Padi ... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

(9)
(10)

Nomor Teks Halaman

1. Dosis Asam Humat dan Cara Pemberian ... 13 2. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat

terhadap Sifat-Sifat Tanah ... …. 17

3. Pengaruh Pemberian Asam Humat terhadap Tinggi Tanaman ... 18

4. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap

Tinggi Tanaman padi Umur 10 MST ... 19

5. Pengaruh Pemberian Asam Humat Terhadap Jumlah Anakan ... 19 6. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap

Jumlah Anakan padi Umur 10 MST ... 20

7. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap

Produksi Padi ... 21

Lampiran

1. Spesifikasi Padi Varietas Ciherang ... 29 2. Hasil Analisis Kimia Tanah Awal ... 30 3. Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia Tanah Menurut

Pusat Penelitian Tanah (1993) ... 30

(11)

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat menjadi Berbagai

Fraksi Humat (Tan, 1993) dengan modifikasi ... 5 2. Skema Pelaksanaan Penelitian ... 15

3. Pengaruh Asam Humat terhadap Bobot Gabah Kering ... 22

Lampiran

(12)

1.1 Latar Belakang

Tanah-tanah pertanian di Indonesia terus mengalami degradasi yang ditandai oleh penurunan kadar bahan organik tanah akibat pemakaian pupuk kimia yang tidak disertai pupuk organik. Pada tanah sawah, gejala penurunan kadar bahan organik tanah ditandai oleh pengerasan tanah, penurunan pH, dan kecenderungan terjadinya penurunan produksi. Untuk meningkatkan produksi tanaman padi maka perbaikan sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah harus dilakukan agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Perbaikan sifat-sifat tanah tersebut dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik secara berkala bersama-sama dengan pemberian pupuk kimia. Salah satu kesulitan penggunaan bahan organik adalah membutuhkan jumlah yang banyak sehingga sulit dalam pengadaan dan cara pemberiannya.

Bahan organik memiliki peranan yang penting dalam memperbaiki sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman. Pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah diantaranya memperbaiki struktur tanah, aerasi, permeabilitas dan daya ikat terhadap air. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perangsangan perkembangan akar tanaman sehingga memperbaiki pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dicari bahan untuk menggantikan peran bahan organik dengan bahan yang lebih mudah dalam pengadaan dan pemberiannya. Asam humat merupakan ekstrak dari bahan organik diharapkan dapat menggantikan peran bahan organik untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

(13)

2

 

hewan maupun tumbuhan (Stevenson, 1982). Asam humat telah diproduksi secara komersial dari bahan-bahan endapan organik yang ada di alam.

Potensi penggunaan asam humat yang telah diaplikasikan ke tanaman baik di laboratorium maupun di lapang telah dilaporkan walaupun masih dalam jumlah terbatas. Chen dan Aviad (1990) mempelajari penggunaan asam humat untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Pemberian asam humat berpengaruh terhadap tinggi, berat basah, berat kering, tunas dan akar, jumlah akar lateral, insiasi akar, pertumbuhan bibit, penyerapan hara dan pembungaan. Dalam skala penelitian kultur jaringan, Goenadi dan Mariska (1995) melaporkan bahwa penggunaan asam humat 200 mg/L, 300 mg/L, dan 400 mg/L akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan eksplan kultur jaringan Gnetum gnemon, Elettaria cardamomum, dan Pogostemon cablin. Menurut Minardi (2010), pemberian asam humat ternyata memacu pertumbuhan, berat kering tajuk serta akar, serapan P dan hasil (jumlah polong dan berat biji/tanaman) pada tanaman kedelai. Menurut Nopi (2002) dalam penelitiannya disebutkan bahwa asam humat nyata menurunkan kadar timbal tersedia dalam tanah serta asam humat mampu meningkatkan bobot kering tanaman dan menurunkan serapan timbal tanaman.

Dari penelitian di atas nampak jelas bahwa asam humat dapat meningkatkan produksi beberapa jenis tanaman termasuk untuk tanaman padi. Oleh karena itu asam humat mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan produksi beras di Indonesia. Beras merupakan makanan pokok sebagian besar bangsa Indonesia. Permintaan beras semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Menurut data dari Departemen Pertanian, kebutuhan beras di Indonesia pada tahun 2004 adalah sebesar 33.7 juta ton, sedangkan produksi beras tersedia adalah sebesar 31.2 juta ton, berarti terjadi defisit sebesar 2.5 juta ton. Oleh sebab itu, kesenjangan antara produksi dan konsumsi perlu diatasi melalui peningkatan produksi beras dengan meningkatkan produktivitas padi.

(14)

karena dampak negatif dari pupuk khususnya pupuk kimia. Untuk itu salah satu cara yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan cara penambahan asam humat sebagai pengganti bahan organik. Penelitian penggunaan asam humat terhadap produksi padi masih jarang dilakukan termasuk dosis dan cara pemberiannya, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Perbedaan pemberian asam humat untuk mengetahui bahwa asam humat lebih efektif mempengaruhi tanaman yang diberikan pada daun yang mempunyai stomata atau langsung di semprotkan pada permukaan tanah.

1.2Tujuan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Humat

2.1.1. Terminologi dan Definisi Asam Humat

Terminologi dan definisi bahan organik tanah seringkali dibagi menjadi bahan terhumifikasi dan bahan tidak terhumifikasi. Bahan tidak terhumifikasi adalah bagian tanaman dan organisme dengan karakteristik yang jelas seperti karbohidrat, asam amino, protein, lipid, asam nukleat, dan lignin. Bahan-bahan tersebut merupakan subjek dari reaksi degradasi dan dekomposisi. Kadang kala bahan ini juga dapat diserap oleh komponen inorganik tanah seperti liat, atau berada pada kondisi anaerobik. Pada kondisi tersebut bahan menjadi relatif terlindungi dari dekomposisi. Fraksi terhumifikasi dikenal dengan humus ataupun sekarang disebut bahan humat dan dianggap sebagai produk akhir dari hasil dekomposisi bagian-bagian tumbuhan di dalam tanah (Tan, 1993). Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk, berwarna coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai jazad mikro (Soepardi, 1983). Humus mempunyai sifat fisik yang sangat berpengaruh terhadap tanah dan tumbuhan Terminologi asam humat berasal dari Berzelius pada tahun 1830 yang mengklasifikasikan fraksi humat tanah ke dalam : (1) Asam humat, merupakan fraksi yang larut dalam basa, (2) Asam krenik dan apokrenik, merupakan fraksi yang larut dalam asam, (3) Humin, merupakan bagian yang tidak larut dalam air dan basa. Asam humat juga disebut sebagai ulmat dan Humin sebagai ulmin oleh Mulder pada tahun 1840. Sekarang senyawa humat didefinisikan sebagai bahan koloidal terdispersi bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi (Tan, 1993). Brady (1990) mengemukakan bahwa senyawa humat merupakan fraksi terhumifikasi dari humus. Asam humat bersifat amorf, berwarna gelap dan tahan terhadap degradasi mikroba (Stevenson, 1982).

(16)

2.1.2 Karakteristik dan Komposisi Asam Humat

Asam humat memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi dan kemasaman yang lebih rendah dibanding asam fulvat. Oleh karena itu, asam humat dapat memperbaiki sifat dan kualitas tanah. Menurut Schnitzer dan Khan (1978), salah satu karakteristik yang paling khas dari senyawa humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidrosida, mineral, dan organik, termasuk zat pencemar lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah sebagaimana dibutuhkan tanaman. Fraksi senyawa humat (asam humat, asam fulvat, dan humin) mempunyai komposisi yang hampir sama secara kimia, tetapi berbeda dalam hal bobot molekul dan kandungan gugus fungsionalnya. Asam fulvat mempunyai bobot molekul rendah, tetapi kandungan gugus fungsionalnya yang mengandung O yaitu COOH (karboksil), -OH (fenolik) dan C=O (karbonil) lebih tinggi persatuan bobot dibandingkan asam humat dan humin (Kononova, 1966)

Arsiati (2002) mendapatkan karakteristik asam humat hasil ekstraksi dari bahan yang berbeda cukup bervariasi dengan sifat dasar yang sama, yaitu kemasaman total yang tinggi, terdiri dari gugus karboksil dan gugus fenol, serta kandungan C tinggi. Kandungan H, N, S, rendah, serta nisbah C/N tinggi. Menurut Tan (1993) asam humat biasanya kaya akan karbon, kadar karbon sekitar 41-57%, kadar oksigennya tinggi sedangkan kadar hidrogennya rendah, serta mengandung nitrogen. Kadar oksigen 33-46%, kadar unsur S sekitar 0.1-0.9%, serta kadar nitrogennya 2-5%. Asam humat tidak hanya mengandung hara makro C, H, N, dan S, tetapi juga mengandung unit aromatik dan alifatik, serta total kemasaman yang dipengaruhi oleh kandungan gugus fenol dan karboksil.

(17)

6

 

Kemasaman total atau kapasitas tukar asam humat dalam tanah disebabkan oleh kehadiran proton yang dapat terdisosiasi atau ion-ion tersebut pada gugus karboksil aromatik, alifatik, dan hidroksil fenolik. Asam humat mempunyai kemasaman total dan kadar karboksil yang lebih rendah daripada asam fulvat.

Pemisahan asam humat dari bahan asalnya didasarkan atas kelarutannya dalam alkali dan asam. Diagram alur untuk pemisahan senyawa-senyawa humat ke dalam fraksi-fraksi humat yang berbeda dapat terlihat pada Gambar 1.

Bahan Organik Tanah

Gambar 1.Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat menjadi Berbagai Fraksi

(18)

2.1.3 Peranan Asam Humat

Senyawa humat bersamaan dengan liat memiliki peranan yang penting dalam sejumlah reaksi di dalam tanah dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Asam humat dapat digunakan sebagai pupuk, bahan amelioran dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman (Tan, 1993). Secara tidak langsung senyawa ini memberikan pengaruh yang sangat menguntungkan terhadap perkembangan tanaman baik secara fisika, kimia, maupun biologi tanah (Tan, 1993).

Menurut Schnitzer (1978), satu dari karakteristik yang paling khas dari senyawa humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral, dan organik, termasuk zat pencemar beracun lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah sebagaimana dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu, khelat logam-organik (organo-metal) yang terbentuk memiliki sifat tidak larut. Fenomena ini sangat penting dalam menjaga kualitas lingkungan, dengan mengurangi bahaya toksisitas logam berat terhadap tanaman, ternak, dan manusia (Orlov,1985)

Brady dan Weil (2002) menyatakan bahwa asam humat berpengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman, di antaranya mempercepat perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pemanjangan sel akar, dan mempercepat pertumbuhan tunas dan akar tanaman jika diberikan dalam jumlah yang tepat. Pemberian asam humat terhadap semaian padi berpengaruh pada pertumbuhan tinggi dan panjang akar semaian tanaman padi. Penggunaan asam humat dengan konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Lestari, 2006).

(19)

8

 

kadar timbal (Pb) tersedia dalam tanah, sehingga mampu meningkatkan bobot kering tanaman dan menurunkan serapan timbal oleh tanaman.

Selain berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah, dari segi fisik humus atau senyawa humat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan agregasi tanah karena dapat memperbaiki aerasi dan perkolasi serta merangsang pembentukan struktur tanah yang baik dan mudah diolah. Humus atau senyawa humat dari bahan organik dapat berinteraksi dengan partikel tanah, membentuk granulasi menjadi pengikat antar partikel tanah, sehingga dapat mengurangi terjadinya dispersi butir tanah.

2.2 Padi

2.2.1 Sejarah Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukan bahwa penanaman padi di Zheajiang (Cina) sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. (Purnamawati dan Purwono, 2007).

Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara bagian timur, Banglades Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam dan Cina bagian selatan (Setiono dan Suparyono 1993).

2.2.2 Syarat Tumbuh Padi

(20)

karena penyerbukan kurang intensif. Tanaman padi dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian tempat 0 – 650 meter dpl dengan temperatur 220C–270C sedangkan di dataran tinggi 650 – 1.500 meter dpl dengan temperatur 190C–230C.

Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan laut. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18–22 cm Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah antara pH 4-7.

2.2.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut : Kerajaan : Plantae

Divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa

secara keseluruhan terdapat 25 spesies Oryza, dan yang paling dikenal adalah Oryza sativa dengan dua sub spesies yaitu indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Di Indonesia, menurut lokasi penanamannya padi dibedakan menjadi dua yaitu padi lahan kering (padi gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah yang ditanam di lahan yang memerlukan penggenangan.

Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif berfungsi mendukung atau menyelenggarakan proses pertumbuhan berupa akar, batang dan daun sedangkan bagian generatif berupa malai, buah padi (gabah) dan bunga (Setiono dan Suparyono 1993).

(21)

10

 

akar seminal. Akar padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak mengalami perubahan. Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrient dan air, serta untuk pernapasan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antar 10-20 cm.

Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma. Struktur aerenchyma seperti pipa yang memanjang hingga ujung daun. Aerenchyma berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran. Walaupun mampu beradaptasi pada lingkungan tergenang, padi juga dapat dibudidayakan pada lahan yang tidak tergenang (lahan kering, ladang) yang kondisinya aerob.

Secara fisik batang padi berguna untuk menopang tanaman secara keseluruhan yang diperkuat oleh pelepah daun. Secara fungsional batang berfungsi untuk mengalirkan nutrient dan air ke seluruh bagian tanaman. Batang padi berbuku dan berongga. Dari buku batang ini tumbuh anakan atau daun. Bunga Atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan. Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antarruas dipisahkan oleh buku. Pada awal pertumbuhan ruas-ruas sangat pendek dan bertumpuk rapat. Setelah memasuki stadium refroduktif, ruas-ruas memanjang dan berongga. Oleh karena itu, stadium reproduktif disebut juga stadium perpanjangan ruas. Pada buku paling bawah tumbuh tunas yang akan menjadi batang sekunder. Selanjutnya batang sekunder menghasilkan batang tersier, dan seterusnya. Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun (uricle), dan lidah daun (ligula). Daun yang paling atas memiliki ukuran terpendek dan disebut daun bendera. Daun keempat dari daun bendera merupakan daun terpanjang. Jumlah daun per tanaman tergantung varietas.

(22)

Bunga padi berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kandung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai 2 tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih dan ungu. Sekam mahkotanya ada dua dan yang bawah disebut lemma, sedang yang atas disebut palea. Pada dasar bunga terdapat dua mahkota yang berubah bentuk dan disebut lodicula. Bagian ini sangat berperan dalam pembukaan palea. Lodicula mudah mengisap air dari bakal buah sehingga mengembang. Pada saat palea membuka maka benang sari akan keluar air. Pembukaan bunga diikuti oleh pemecahan kantong serbuk dan penumpahan serbuk sari. Setelah serbuk sari ditumpahkan, lemma dan palea menutup kembali.

(23)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian rumah kaca dilakukan pada bulan Maret sampai November 2009 di Kebun Cikabayan kemudian dilanjutkan dengan analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan benih padi varietas Ciherang, tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah sawah di wilayah Situ Gede, Darmaga, Bogor yang diambil secara komposit dari kedalaman 0-20 cm. Pupuk dasar yang digunakan untuk pemupukan tanaman padi adalah SP-18 300 kg/Ha, KCl 200 kg/Ha, dan pupuk Urea 200 kg/Ha. Asam humat yang digunakan untuk penelitian ini setara dengan 0 L/Ha, 5 L/Ha, 10 L/Ha, dan 15 L/Ha. Dalam pengendalian hama dan penyakit digunakan pestisida yang biasanya digunakan petani setempat yaitu Decis dan Curracron.

Alat yang digunakan terdiri dari alat untuk penelitian di lapang seperti ember plastik, selang, sprayer, meteran, bambu, sungkup dan alat-alat untuk analisis laboratorium.

3.3 Metode Penelitian

(24)

Tabel 1. Dosis Asam Humat dan Cara Pemberian

NO KODE PERLAKUAN

1. K Kontrol (Asam humat 0 lt/ha)

2. H5A Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 5.1 ml/ember disemprotkan di atas daun

3. H5B Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 5.1 ml/ember disemprotkan di bawah daun

4. H5T Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 5.1 ml/ember disemprotkan ke tanah

5. H10A Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 10.1 ml/ember disemprotkan di atas daun

6. H10B Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 10.1 ml/ember disemprotkan di bawah daun

7. H10T Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 10.1 ml/disemprotkan ke tanah

8. H15A Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 15.2 ml/ember disemprotkan di atas daun

9. H15B Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 15.2 ml/ember disemprotkan di bawah daun

10. H15T Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 15.2 ml/ember disemprotkan ke tanah

Analisis data dengan menggunakan Analisis of Variances (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Model linear pada penelitian ini adalah:

Yij = µ + i + εij

i = perlakuan, i = K, H5A, H5B, H5T, H10A, dst.

j = ulangan, j = 1, 2, 3.

(25)

14

 

µ = rataan umum

i = pengaruh perlakuan ke-i

εij = erroratau galat pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Benih padi disortasi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih dengan kondisi baik, kemudian benih direndam dalam air selama 24 jam. Media persemaian menggunakan tanah dan casting dengan perbandingan 1:1. Persemaian dilakukan selama 2 minggu, setelah dua minggu bibit padi ditransplanting ke pot. Satu pot berisi 4 bibit padi, pemberian pupuk dasar SP-18 dan KCl dilakukan setelah proses transplanting, sedangkan pupuk Urea diberikan pada saat 7 hari setalah tanam (HST) dan 30 HST Ketika tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) dilakukan penjarangan tanaman sehingga menjadi 2 tanaman setiap pot. Pemberian asam humat dengan perlakuan diberikan pada permukaan atas daun, permukaan bawah daun, serta disemprotkan langsung ke permukaan tanah, dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat fase vegetatif pada 2 MST dan 4 MST (Gambar 2).

(26)

Pelumpuran Penyemaian

Penyemprotan asam humat Transplanting

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Kimia

Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) menunjukkan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai reaksi tanah yang agak masam (pH H2O 5.62), C-organik rendah (1.2%), N-total rendah

(0.13%), KTK sedang (19 me/100g), P-tersedia rendah (6.7 ppm), Ca-dd tinggi (11.66 me/100g), Mg- dd tinggi (2.75 me/100g), K-dd sangat rendah (0.09 me/100g), dan Na-dd rendah (0.37 me/100g). Berdasarkan peta tanah Bogor (Syakur, 2010) contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini termasuk Inceptisol, yang berbahan induk dari batu liat yang diperkaya oleh tuff volkan dari gunung Salak. Curah hujan yang sangat tinggi di Bogor menyebabkan basa-basa tercuci. Tingginya nilai Ca-dd dan Mg-dd diatas, diduga berhubungan dengan pola tanaman yang diterapkan petani setempat yaitu dua kali sawah dan 1 kali tegalan, dimana pada saat menjadi tegalan tanah ditanami jagung yang selain diberi pupuk juga diberi kapur.

(28)

Tabel 2. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Sifat-Sifat

Menurut Tan (1993) asam humat memiliki nilai KTK yang tinggi, sehingga penambahan asam humat yang disemprotkan ke tanah dengan dosis 15 L/Ha dapat meningkatkan KTK. Hal ini disebabkan karena asam humat mengandung –COOH (karboksil) dan –OH (fenolik), yang merupakan sumber muatan negatif. Semakin tinggi asam humat maka sumbangan gugus fungsional dari karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH) semakin besar, yang berarti pula muatan negatif tanah semakin meningkat. Peningkatan muatan negatif ini terukur sebagai peningkatan KTK tanah.

(29)

18

 

Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang, sehingga fosfat tersedia akan lebih banyak.

4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman Padi

Pertumbuhan tinggi tanaman mulai terlihat cepat ketika tanaman memasuki 5 MST (Tabel 3), yaitu setelah diberi perlakuan asam humat yang kedua. Hal ini disebabkan karena pemberian asam humat meningkatkan N-total (N-total). Unsur N pada tanaman berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif terutama untuk memperbesar dan mempertinggi tanaman (Yusuf, 2011).

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Asam Humat terhadap Tinggi Tanaman

Perlakuan Waktu pengamatan (minggu ke-) dalam cm

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KONTROL 29.2 44.5 55.4 65.3 78.8 89.6 93.0 97.9 99.5 100.8

H5A 31.9 48.8 59.5 67.2 83.1 91.2 97.5 98.9 102.3 102.6

H10A 31.9 50.1 60.4 70.5 81.8 90.3 93.9 96.5 98.3 101.0

H15A 32.3 49.4 62.7 69.4 80.3 92.7 98.4 100.4 100.9 102.1

H5B 30.6 48.7 59.1 67.9 80.1 92.4 98.6 100.8 102.0 103.1

H10B 30.6 48.9 59.4 67.9 80.4 89.5 95.5 100.7 100.6 102.5

H15B 32.3 49.6 61.7 68.6 82.4 91.4 96.0 97.9 99.7 100.6

H5T 29.7 46.9 58.5 67.6 84.3 91.3 96.9 100.6 102.3 103.3

H10T 31.6 49.8 62.0 70.0 81.6 93.0 98.3 101.0 103.3 104.7

H15T 32.4 48.9 61.1 67.9 79.6 94.7 98.6 102.3 104.4 105.1

(30)

Tabel 4. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Tinggi Tanaman Padi Umur 10 MST

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.

Jumlah Anakan Tanaman Padi

Asam humat berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah anakan yang lebih banyak pada tanaman diberi asam humat dibandingkan dengan kontrol. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah anakan terjadi pada 5 MST yaitu setelah pemberian asam humat yang kedua.

Tabel 5. Pengaruh Pemberian Asam Humat terhadap Jumlah Anakan

Perlakuan Waktu pengamatan (minggu ke-) dalam batang

(31)

20

 

Selanjutnya, pengujian statistik menunjukkan asam humat berpengaruh terhadap jumlah anakan (Tabel 6). Menurut uji lanjut DMRT pada taraf 5% perlakuan yang menunjukkan adanya pengaruh nyata tersebut adalah perlakuan 15 L/Ha asam humat yang disemprotkan ke permukaan tanah. Perlakuan ini juga menunjukkan pertumbuhan terbaik dari tanaman padi.

Salah satu unsur hara yang meningkat pada saat pemberian asam humat adalah nitrogen. Nitrogen merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan jumlah anakan (Wahid, 2011).

Selain nitrogen, asam humat juga mengandung suatu senyawa yang bersifat sebagai zat perangsang pertumbuhan tanaman, berupa senyawa organik yang dapat mendukung proses fisiologi tanaman, (Brady 1990). Lebih lanjut Gardiner dan Miller (2004) menyatakan bahwa senyawa yang memicu pertumbuhan tanaman dalam asam humat sangat banyak, seperti vitamin, asam amino, auksin, dan Indole Acetic Acid (IAA).

Tabel 6. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Jumlah Anakan

Tanaman Padi Umur 10 MST

Perlakuan Jumlah Anakan (batang) Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak

(32)

Pemberian auksin pada tanaman akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk klorofil yang sangat diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan auksin akan bergerak ke akar untuk memacu pembentukan giberelin dan sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan perkembangan akar. Penambahan kandungan auksin di akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin dan sitokinin di akar akan diangkut ke bagian tajuk tanaman. Dengan penambahan sitokinin dan giberelin maka terjadi peningkatan kandungan sitokinin dan giberelin di tajuk tanaman dan akan meningkatkan jumlah sel (oleh hormon sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang bersama-sama dengan hasil fotosintat yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman (Anonim, 2011).

4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Tanaman Padi

Asam humat dengan dosis asam humat dan cara pemberiannya berpengaruh terhadap peningkatan anakan produtif tanaman, bobot gabah basah, bobot gabah kering, dan bobot jerami basah. Selanjutnya dengan uji lanjut Duncan 5%, perlakuan 15 L/Ha asam humat yang diberikan ke permukaan tanah memberikan hasil yang terbaik.

Tabel 7. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Produksi Padi

(33)

22 Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lestri (2006), pemberian asam humat langsung pada tanah berpengaruh baik terhadap panjang akar tanaman. Oleh sebab itu semakin tinggi konsentrasi asam humat yang diberikan maka akar tanamannya semakin panjang. Akar yang semakin panjang ini memberikan efek yang baik bagi tanaman, karena daya serap dan jelajah akar semakin optimal untuk mencari unsur hara dalam tanah. Kemampuan sel tanaman dalam menyerap nutrisi semakin baik, sebagai akibat dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah yang meningkat (Tabel 2). Hal tersebut dikarenakan penyerapan nutrisi oleh tanaman melalui mekanisme pertukaran ion dengan penyerapan nutrisi yang semakin baik, maka semakin banyak anakan yang menghasilkan malai.

Pemberian asam humat 15 L/Ha yang disemprotkan ke permukaan tanah nyata meningkatkan produksi gabah kering (Tabel 7) melalui peningkatan jumlah anakan. Gambar 3 menunjukkan pengaruh asam humat terhadap bobot gabah kering. Hal ini berhubungan dengan P-tersedia yang meningkat setelah perlakuan (Tabel 2), Fosfor berfungsi untuk penyusunan inti sel, lemak dan protein, fosfor juga berfungsi untuk pertumbuhan akar, pembungaan, pemasakan buah/biji/gabah (Yusuf, 2011).

(34)

Ket: H5 = asam humat 5 L/Ha A = disemprotkan diatas daun H10 = asam humat 10 L/Ha B = disemprotkan dibawah daun H15 = asam humat 15 L/Ha T = disemprotkan pada permukaan tanah

Gambar 3. Pengaruh Asam Humat terhadap Bobot Gabah Kering

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pemberian asam humat dengan dosis 15 L/Ha pada tanaman padi yang disemprotkan langsung ke permukaan tanah menghasilkan produksi yang terbaik dibandingkan dengan kontrol.

5.2 Saran

1. Penelitian di lapang dengan skala yang lebih besar perlu dilakukan untuk menguji hasil penelitian rumah kaca ini.

2. Penelitian sejenis dengan menggunakan tanaman yang lain dan dosis asam humat lebih tinggi perlu dicobakan.

(36)

Abidin, Z. 1983. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa Bandung.

Anonim. 2011. Asam Humat (Humic Acid). http://18arnev.blogspot.com/. (Diakses 20 Februari 2011).

Anonim. 2011. Hormonik (Hormon Tumbuh/ZPT). http://hijauqoe.wordpress.com. (Diakses 20 februari 2011).

Arsiati, A. 2002. Sifat-sifat Asam Humat Hasil Ekstraksi dari Berbagai Jenis Bahan dan Pengekstrak. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Brady, N. C. 1990. The Nature and Properties of soil. 10th ed. The Macmillan CO. New York.

Brady, N. C. and Weil, R. R. 2002. The Nature and Properties of soil. 13th ed. Prentice Hal. New Jersey.

Chen, Y. and T. Aviad. 1990. Effect of Humic Substance on Plant Growth. In : P. Mac Charthy et al., (eds). Humic Substance in Soil and Crops Sciences. Selected Reading. Am. Soc. Agron. Soil Sci. Am., Madison. WI. P:161-186.

De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Willey and sons, Inc. New York.

Eviati dan Sulaeman. 2009. Petunjuk Teknis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk Edisi ke-2. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Gardiner, D. T. and Miller, R. W. 2004. Soil in Our Environment. Tenth Edition. Pearson Education, Inc., Uppersaddle; New Jersey.

Goenadi, D. H and I. Mariska. 1995. Shot Initiation and Growth Enchanment by Humic Acid in Tissue Culture of some Crops Species. Plant Cell Rep.

15: 59-62

(37)

26

 

Lestri, A. 2006. Studi Pemanfaatan Asam Humat Hasil Ekstraksi dari Andosol dan Gambut dalam Pertumbuhan Semaian Padi. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Orlov, D. S. 1985. Humus Acid of Soil. Moscow University Publisher. Moscow. 378pp.

Purnamawati, H. dan Purwono. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Schnitzer, M and S. Khan U. 1978. Soil Organic Matter. Elsevier Scientific Publising Compani. Amsterdam.

Setiono, A. dan Suparyono. 1993. Padi. Penebar Swadya. Jakarta.

Stevenson, F. J 1982. Humus Chemistry : Genesis, Composition, Reactions. A Willey & Sons, Inc.New York.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syakur, A. 2010. Keragaman Tanah pada Berbagai Satuan Lahan di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Minardi, S. 2010. Peran Asam Humat dan Fulvat Bahan Organik dalam Pelepasan P Terjerap pada Andisol. http://www.uns.ac.id/cp/penelitian.php. (Diakses 7 Juni 2010.).

Tan, K. H. 1993. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York.

Wahid, Abdul. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman padi. http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0160.pdf. (Diakses 20 Februari 2011)

Wardani, N. 2002. Pengaruh Pemberian Asam Humat Sebagai Bahan Ameliorant Tanah terhadap Pertumbuhan dan Serapan Timbal Tanaman Bayam pada Tanah yang Tercemar Logam Berat Timbal (Pb). [Skripsi]. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

(38)
(39)

28

 

(40)

Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Padi Varietas Ciherang. Kriteria Keterangan

Komoditas Padi Sawah

Tahun 2000 Nomor pedigiri S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1- ///IR64/////IR64

Anakan produktif 14-17 batang Bentuk gabah Panjang ramping Bobot 1000 butir 27-28 gram Dilepas tahun 2000

Golongan Cere

Hasil 5 -8,5 t/ha

Tekstur nasi Pulen Tinggi tanaman 107-115 cm Warna kaki Hijau Warna batang Hijau Warna daun

telinga

Putih

Warna lidah daun - Warna daun Hijau

Warna muka daun Kasar pada sebelah bawah Posisis daun Tegak

Daun bendera Tegak

Bentuk gabah Panjang ramping Kerontokan Sedang Kerebahan Sedang Umur tanaman 116-125 hari Warna gabah Kuning bersih

Tahan Hama Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2dan 3 Tahan Penyakit Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

Keterangan Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

Baik ditanam di lahan sawah irigasi sampai 500 m dpl Anjuran Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau

dengan ketinggian di bawah 500 m dpl Status Komersial

Kontak Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

(41)

33

 

Gambar Lampiran 2. Kondisi Tanaman Padi pada Penelitian di Rumah Kaca  

Asam humat Rumah kaca lokasipenelitian

Kondisi padi 4MST Kondisi padi 8MST

(42)

TANAMAN PADI (

Oryza sativa

)

MONICA AMANI IHDARYANTI

A14051289

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(43)

RINGKASAN

MONICA AMANI IHDARYANTI. Pengaruh Asam Humat dan Cara Pemberiannya terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa). Di bawah bimbingan SUWARDI dan DYAH TJ. SURYANINGTYAS

Tanah-tanah pertanian di Indonesia terus mengalami degradasi yang ditandai oleh penurunan kadar bahan organik tanah akibat pemakaian pupuk kimia yang tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Pada tanah sawah, gejala penurunan kadar bahan organik tanah diikuti oleh pengerasan tanah dan penurunan pH. Untuk meningkatkan produksi tanaman padi maka perbaikan sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah harus dilakukan agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Perbaikan sifat-sifat tanah tersebut dapat dilakukan dengan pemberian bahan amelioran seperti bahan organik bersama-sama dengan pemberian pupuk kimia. Salah satu kesulitan pemberian bahan organik adalah memerlukan jumlah yang banyak sehingga sulit dalam pengadaan dan cara pemberiannya. Oleh karena itu, perlu dicari cara untuk menggantikan peran bahan organik dengan bahan yang lebih mudah dalam pengadaan dan pemberiannya. Asam humat merupakan ekstrak dari bahan organik diharapkan dapat menggantikan peran bahan organik untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Asam humat diharapkan dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui peranannya dalam mempercepat penyerapan hara dan air dari tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis dan cara pemberian asam humat yang tepat untuk meningkatkan produksi padi.

Percobaan dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor dengan tanaman padi var. Ciherang. Tanah yang digunakan untuk menanam padi di dalam pot berasal dari daerah Situ Gede, Bogor. Padi diberi pupuk dasar SP-18, KCl, dan urea masing-masing dengan dosis 300 kg/Ha, 200 kg/Ha, dan 200 kg/Ha. Dosis asam humat yang digunakan yaitu 0 L/ha, 5 L/Ha, 10 L/Ha, dan 15 L/Ha. Cara pemberian asam humat dilakukan dengan disemprotkan di permukaan atas daun, di permukaan bawah daun, dan di atas tanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi melalui peningkatan jumlah anakan. Dosis asam humat 15 L/Ha yang disemprotkan di atas tanah merupakan perlakuan terbaik yang ditunjukkan oleh jumlah anakan dan bobot gabah kering.

(44)

Methods on Growth and Productivity of Paddy (Oryza sativa). Supervised by Suwardi and Dyah Tj. Suryaningtyas

Agricultural land in Indonesia degraded continuously, characterized by decreasing in soil organic matter resulting from the utilization of chemical fertilizers which is not followed by organic fertilizers. In the rice field, the decrease of organic matter is followed by soil compacting and the decrease in soil pH. In order to increase paddy production, it is needed to improve the soil qualities plants growth. This can be achieved by providing ameliorants such as organic matter with chemical fertilizers. But there is a problem in applying organic matter because of its huge volume. Therefore, it is necessary to find a way to replace the organic matter with other materials that are easier not only in procurement but also in application. Humic acid is an extract of organic material which is expected to be able to replace the role of organic matter in improving physical, chemical, and biological properties of soils. Humic acid is expected to be able for improve plant growth through its role in accelerating the absorption of soil nutrients and water.

The research was conducted in a greenhouse located at Cikabayan, Bogor Agricultural University with paddy var. Ciherang as the indicator plant. Soil was taken from Situ Gede, Bogor. Basal fertilizers were 300 kg/Ha SP-18, 200 kg/Ha KCl, and 200 kg/Ha urea. Humic acid dosages used were 0 L/Ha, 5 L/Ha, 10 L/Ha and 15 L/Ha. The methods of humic acid application were spraying on the surface of leaves, spraying underside of leaves, and spraying on the soil.

The result showed that humic acid can increase the growth of rice plants by increasing tiller number. Humic acid dosage of 15 L/Ha spraying on the soil is the best treatment indicated by tiller number and dry weight of unhulled rice.

(45)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah-tanah pertanian di Indonesia terus mengalami degradasi yang ditandai oleh penurunan kadar bahan organik tanah akibat pemakaian pupuk kimia yang tidak disertai pupuk organik. Pada tanah sawah, gejala penurunan kadar bahan organik tanah ditandai oleh pengerasan tanah, penurunan pH, dan kecenderungan terjadinya penurunan produksi. Untuk meningkatkan produksi tanaman padi maka perbaikan sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah harus dilakukan agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Perbaikan sifat-sifat tanah tersebut dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik secara berkala bersama-sama dengan pemberian pupuk kimia. Salah satu kesulitan penggunaan bahan organik adalah membutuhkan jumlah yang banyak sehingga sulit dalam pengadaan dan cara pemberiannya.

Bahan organik memiliki peranan yang penting dalam memperbaiki sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman. Pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah diantaranya memperbaiki struktur tanah, aerasi, permeabilitas dan daya ikat terhadap air. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perangsangan perkembangan akar tanaman sehingga memperbaiki pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dicari bahan untuk menggantikan peran bahan organik dengan bahan yang lebih mudah dalam pengadaan dan pemberiannya. Asam humat merupakan ekstrak dari bahan organik diharapkan dapat menggantikan peran bahan organik untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

(46)

hewan maupun tumbuhan (Stevenson, 1982). Asam humat telah diproduksi secara komersial dari bahan-bahan endapan organik yang ada di alam.

Potensi penggunaan asam humat yang telah diaplikasikan ke tanaman baik di laboratorium maupun di lapang telah dilaporkan walaupun masih dalam jumlah terbatas. Chen dan Aviad (1990) mempelajari penggunaan asam humat untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Pemberian asam humat berpengaruh terhadap tinggi, berat basah, berat kering, tunas dan akar, jumlah akar lateral, insiasi akar, pertumbuhan bibit, penyerapan hara dan pembungaan. Dalam skala penelitian kultur jaringan, Goenadi dan Mariska (1995) melaporkan bahwa penggunaan asam humat 200 mg/L, 300 mg/L, dan 400 mg/L akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan eksplan kultur jaringan Gnetum gnemon, Elettaria cardamomum, dan Pogostemon cablin. Menurut Minardi (2010), pemberian asam humat ternyata memacu pertumbuhan, berat kering tajuk serta akar, serapan P dan hasil (jumlah polong dan berat biji/tanaman) pada tanaman kedelai. Menurut Nopi (2002) dalam penelitiannya disebutkan bahwa asam humat nyata menurunkan kadar timbal tersedia dalam tanah serta asam humat mampu meningkatkan bobot kering tanaman dan menurunkan serapan timbal tanaman.

Dari penelitian di atas nampak jelas bahwa asam humat dapat meningkatkan produksi beberapa jenis tanaman termasuk untuk tanaman padi. Oleh karena itu asam humat mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan produksi beras di Indonesia. Beras merupakan makanan pokok sebagian besar bangsa Indonesia. Permintaan beras semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Menurut data dari Departemen Pertanian, kebutuhan beras di Indonesia pada tahun 2004 adalah sebesar 33.7 juta ton, sedangkan produksi beras tersedia adalah sebesar 31.2 juta ton, berarti terjadi defisit sebesar 2.5 juta ton. Oleh sebab itu, kesenjangan antara produksi dan konsumsi perlu diatasi melalui peningkatan produksi beras dengan meningkatkan produktivitas padi.

(47)

3

 

karena dampak negatif dari pupuk khususnya pupuk kimia. Untuk itu salah satu cara yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan cara penambahan asam humat sebagai pengganti bahan organik. Penelitian penggunaan asam humat terhadap produksi padi masih jarang dilakukan termasuk dosis dan cara pemberiannya, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Perbedaan pemberian asam humat untuk mengetahui bahwa asam humat lebih efektif mempengaruhi tanaman yang diberikan pada daun yang mempunyai stomata atau langsung di semprotkan pada permukaan tanah.

1.2Tujuan

(48)

2.1 Asam Humat

2.1.1. Terminologi dan Definisi Asam Humat

Terminologi dan definisi bahan organik tanah seringkali dibagi menjadi bahan terhumifikasi dan bahan tidak terhumifikasi. Bahan tidak terhumifikasi adalah bagian tanaman dan organisme dengan karakteristik yang jelas seperti karbohidrat, asam amino, protein, lipid, asam nukleat, dan lignin. Bahan-bahan tersebut merupakan subjek dari reaksi degradasi dan dekomposisi. Kadang kala bahan ini juga dapat diserap oleh komponen inorganik tanah seperti liat, atau berada pada kondisi anaerobik. Pada kondisi tersebut bahan menjadi relatif terlindungi dari dekomposisi. Fraksi terhumifikasi dikenal dengan humus ataupun sekarang disebut bahan humat dan dianggap sebagai produk akhir dari hasil dekomposisi bagian-bagian tumbuhan di dalam tanah (Tan, 1993). Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk, berwarna coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai jazad mikro (Soepardi, 1983). Humus mempunyai sifat fisik yang sangat berpengaruh terhadap tanah dan tumbuhan Terminologi asam humat berasal dari Berzelius pada tahun 1830 yang mengklasifikasikan fraksi humat tanah ke dalam : (1) Asam humat, merupakan fraksi yang larut dalam basa, (2) Asam krenik dan apokrenik, merupakan fraksi yang larut dalam asam, (3) Humin, merupakan bagian yang tidak larut dalam air dan basa. Asam humat juga disebut sebagai ulmat dan Humin sebagai ulmin oleh Mulder pada tahun 1840. Sekarang senyawa humat didefinisikan sebagai bahan koloidal terdispersi bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi (Tan, 1993). Brady (1990) mengemukakan bahwa senyawa humat merupakan fraksi terhumifikasi dari humus. Asam humat bersifat amorf, berwarna gelap dan tahan terhadap degradasi mikroba (Stevenson, 1982).

(49)

5

 

2.1.2 Karakteristik dan Komposisi Asam Humat

Asam humat memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi dan kemasaman yang lebih rendah dibanding asam fulvat. Oleh karena itu, asam humat dapat memperbaiki sifat dan kualitas tanah. Menurut Schnitzer dan Khan (1978), salah satu karakteristik yang paling khas dari senyawa humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidrosida, mineral, dan organik, termasuk zat pencemar lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah sebagaimana dibutuhkan tanaman. Fraksi senyawa humat (asam humat, asam fulvat, dan humin) mempunyai komposisi yang hampir sama secara kimia, tetapi berbeda dalam hal bobot molekul dan kandungan gugus fungsionalnya. Asam fulvat mempunyai bobot molekul rendah, tetapi kandungan gugus fungsionalnya yang mengandung O yaitu COOH (karboksil), -OH (fenolik) dan C=O (karbonil) lebih tinggi persatuan bobot dibandingkan asam humat dan humin (Kononova, 1966)

Arsiati (2002) mendapatkan karakteristik asam humat hasil ekstraksi dari bahan yang berbeda cukup bervariasi dengan sifat dasar yang sama, yaitu kemasaman total yang tinggi, terdiri dari gugus karboksil dan gugus fenol, serta kandungan C tinggi. Kandungan H, N, S, rendah, serta nisbah C/N tinggi. Menurut Tan (1993) asam humat biasanya kaya akan karbon, kadar karbon sekitar 41-57%, kadar oksigennya tinggi sedangkan kadar hidrogennya rendah, serta mengandung nitrogen. Kadar oksigen 33-46%, kadar unsur S sekitar 0.1-0.9%, serta kadar nitrogennya 2-5%. Asam humat tidak hanya mengandung hara makro C, H, N, dan S, tetapi juga mengandung unit aromatik dan alifatik, serta total kemasaman yang dipengaruhi oleh kandungan gugus fenol dan karboksil.

(50)

Kemasaman total atau kapasitas tukar asam humat dalam tanah disebabkan oleh kehadiran proton yang dapat terdisosiasi atau ion-ion tersebut pada gugus karboksil aromatik, alifatik, dan hidroksil fenolik. Asam humat mempunyai kemasaman total dan kadar karboksil yang lebih rendah daripada asam fulvat.

Pemisahan asam humat dari bahan asalnya didasarkan atas kelarutannya dalam alkali dan asam. Diagram alur untuk pemisahan senyawa-senyawa humat ke dalam fraksi-fraksi humat yang berbeda dapat terlihat pada Gambar 1.

Bahan Organik Tanah

Gambar 1.Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat menjadi Berbagai Fraksi

(51)

7

 

2.1.3 Peranan Asam Humat

Senyawa humat bersamaan dengan liat memiliki peranan yang penting dalam sejumlah reaksi di dalam tanah dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Asam humat dapat digunakan sebagai pupuk, bahan amelioran dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman (Tan, 1993). Secara tidak langsung senyawa ini memberikan pengaruh yang sangat menguntungkan terhadap perkembangan tanaman baik secara fisika, kimia, maupun biologi tanah (Tan, 1993).

Menurut Schnitzer (1978), satu dari karakteristik yang paling khas dari senyawa humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral, dan organik, termasuk zat pencemar beracun lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah sebagaimana dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu, khelat logam-organik (organo-metal) yang terbentuk memiliki sifat tidak larut. Fenomena ini sangat penting dalam menjaga kualitas lingkungan, dengan mengurangi bahaya toksisitas logam berat terhadap tanaman, ternak, dan manusia (Orlov,1985)

Brady dan Weil (2002) menyatakan bahwa asam humat berpengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman, di antaranya mempercepat perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pemanjangan sel akar, dan mempercepat pertumbuhan tunas dan akar tanaman jika diberikan dalam jumlah yang tepat. Pemberian asam humat terhadap semaian padi berpengaruh pada pertumbuhan tinggi dan panjang akar semaian tanaman padi. Penggunaan asam humat dengan konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Lestari, 2006).

(52)

kadar timbal (Pb) tersedia dalam tanah, sehingga mampu meningkatkan bobot kering tanaman dan menurunkan serapan timbal oleh tanaman.

Selain berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah, dari segi fisik humus atau senyawa humat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan agregasi tanah karena dapat memperbaiki aerasi dan perkolasi serta merangsang pembentukan struktur tanah yang baik dan mudah diolah. Humus atau senyawa humat dari bahan organik dapat berinteraksi dengan partikel tanah, membentuk granulasi menjadi pengikat antar partikel tanah, sehingga dapat mengurangi terjadinya dispersi butir tanah.

2.2 Padi

2.2.1 Sejarah Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukan bahwa penanaman padi di Zheajiang (Cina) sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. (Purnamawati dan Purwono, 2007).

Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara bagian timur, Banglades Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam dan Cina bagian selatan (Setiono dan Suparyono 1993).

2.2.2 Syarat Tumbuh Padi

(53)

9

 

karena penyerbukan kurang intensif. Tanaman padi dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian tempat 0 – 650 meter dpl dengan temperatur 220C–270C sedangkan di dataran tinggi 650 – 1.500 meter dpl dengan temperatur 190C–230C.

Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan laut. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18–22 cm Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah antara pH 4-7.

2.2.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut : Kerajaan : Plantae

secara keseluruhan terdapat 25 spesies Oryza, dan yang paling dikenal adalah Oryza sativa dengan dua sub spesies yaitu indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Di Indonesia, menurut lokasi penanamannya padi dibedakan menjadi dua yaitu padi lahan kering (padi gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah yang ditanam di lahan yang memerlukan penggenangan.

Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif berfungsi mendukung atau menyelenggarakan proses pertumbuhan berupa akar, batang dan daun sedangkan bagian generatif berupa malai, buah padi (gabah) dan bunga (Setiono dan Suparyono 1993).

(54)

akar seminal. Akar padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak mengalami perubahan. Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrient dan air, serta untuk pernapasan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antar 10-20 cm.

Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma. Struktur aerenchyma seperti pipa yang memanjang hingga ujung daun. Aerenchyma berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran. Walaupun mampu beradaptasi pada lingkungan tergenang, padi juga dapat dibudidayakan pada lahan yang tidak tergenang (lahan kering, ladang) yang kondisinya aerob.

Secara fisik batang padi berguna untuk menopang tanaman secara keseluruhan yang diperkuat oleh pelepah daun. Secara fungsional batang berfungsi untuk mengalirkan nutrient dan air ke seluruh bagian tanaman. Batang padi berbuku dan berongga. Dari buku batang ini tumbuh anakan atau daun. Bunga Atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan. Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antarruas dipisahkan oleh buku. Pada awal pertumbuhan ruas-ruas sangat pendek dan bertumpuk rapat. Setelah memasuki stadium refroduktif, ruas-ruas memanjang dan berongga. Oleh karena itu, stadium reproduktif disebut juga stadium perpanjangan ruas. Pada buku paling bawah tumbuh tunas yang akan menjadi batang sekunder. Selanjutnya batang sekunder menghasilkan batang tersier, dan seterusnya. Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun (uricle), dan lidah daun (ligula). Daun yang paling atas memiliki ukuran terpendek dan disebut daun bendera. Daun keempat dari daun bendera merupakan daun terpanjang. Jumlah daun per tanaman tergantung varietas.

(55)

11

 

Bunga padi berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kandung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai 2 tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih dan ungu. Sekam mahkotanya ada dua dan yang bawah disebut lemma, sedang yang atas disebut palea. Pada dasar bunga terdapat dua mahkota yang berubah bentuk dan disebut lodicula. Bagian ini sangat berperan dalam pembukaan palea. Lodicula mudah mengisap air dari bakal buah sehingga mengembang. Pada saat palea membuka maka benang sari akan keluar air. Pembukaan bunga diikuti oleh pemecahan kantong serbuk dan penumpahan serbuk sari. Setelah serbuk sari ditumpahkan, lemma dan palea menutup kembali.

(56)

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian rumah kaca dilakukan pada bulan Maret sampai November 2009 di Kebun Cikabayan kemudian dilanjutkan dengan analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan benih padi varietas Ciherang, tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah sawah di wilayah Situ Gede, Darmaga, Bogor yang diambil secara komposit dari kedalaman 0-20 cm. Pupuk dasar yang digunakan untuk pemupukan tanaman padi adalah SP-18 300 kg/Ha, KCl 200 kg/Ha, dan pupuk Urea 200 kg/Ha. Asam humat yang digunakan untuk penelitian ini setara dengan 0 L/Ha, 5 L/Ha, 10 L/Ha, dan 15 L/Ha. Dalam pengendalian hama dan penyakit digunakan pestisida yang biasanya digunakan petani setempat yaitu Decis dan Curracron.

Alat yang digunakan terdiri dari alat untuk penelitian di lapang seperti ember plastik, selang, sprayer, meteran, bambu, sungkup dan alat-alat untuk analisis laboratorium.

3.3 Metode Penelitian

(57)

13

 

Tabel 1. Dosis Asam Humat dan Cara Pemberian

NO KODE PERLAKUAN

1. K Kontrol (Asam humat 0 lt/ha)

2. H5A Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 5.1 ml/ember disemprotkan di atas daun

3. H5B Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 5.1 ml/ember disemprotkan di bawah daun

4. H5T Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 5.1 ml/ember disemprotkan ke tanah

5. H10A Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 10.1 ml/ember disemprotkan di atas daun

6. H10B Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 10.1 ml/ember disemprotkan di bawah daun

7. H10T Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 10.1 ml/disemprotkan ke tanah

8. H15A Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 15.2 ml/ember disemprotkan di atas daun

9. H15B Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 15.2 ml/ember disemprotkan di bawah daun

10. H15T Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara

dengan 15.2 ml/ember disemprotkan ke tanah

Analisis data dengan menggunakan Analisis of Variances (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Model linear pada penelitian ini adalah:

Yij = µ + i + εij

i = perlakuan, i = K, H5A, H5B, H5T, H10A, dst.

j = ulangan, j = 1, 2, 3.

(58)

µ = rataan umum

i = pengaruh perlakuan ke-i

εij = erroratau galat pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Benih padi disortasi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih dengan kondisi baik, kemudian benih direndam dalam air selama 24 jam. Media persemaian menggunakan tanah dan casting dengan perbandingan 1:1. Persemaian dilakukan selama 2 minggu, setelah dua minggu bibit padi ditransplanting ke pot. Satu pot berisi 4 bibit padi, pemberian pupuk dasar SP-18 dan KCl dilakukan setelah proses transplanting, sedangkan pupuk Urea diberikan pada saat 7 hari setalah tanam (HST) dan 30 HST Ketika tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) dilakukan penjarangan tanaman sehingga menjadi 2 tanaman setiap pot. Pemberian asam humat dengan perlakuan diberikan pada permukaan atas daun, permukaan bawah daun, serta disemprotkan langsung ke permukaan tanah, dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat fase vegetatif pada 2 MST dan 4 MST (Gambar 2).

(59)

15

 

Pelumpuran Penyemaian

Penyemprotan asam humat Transplanting

(60)

4.1 Sifat Kimia

Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) menunjukkan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai reaksi tanah yang agak masam (pH H2O 5.62), C-organik rendah (1.2%), N-total rendah

(0.13%), KTK sedang (19 me/100g), P-tersedia rendah (6.7 ppm), Ca-dd tinggi (11.66 me/100g), Mg- dd tinggi (2.75 me/100g), K-dd sangat rendah (0.09 me/100g), dan Na-dd rendah (0.37 me/100g). Berdasarkan peta tanah Bogor (Syakur, 2010) contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini termasuk Inceptisol, yang berbahan induk dari batu liat yang diperkaya oleh tuff volkan dari gunung Salak. Curah hujan yang sangat tinggi di Bogor menyebabkan basa-basa tercuci. Tingginya nilai Ca-dd dan Mg-dd diatas, diduga berhubungan dengan pola tanaman yang diterapkan petani setempat yaitu dua kali sawah dan 1 kali tegalan, dimana pada saat menjadi tegalan tanah ditanami jagung yang selain diberi pupuk juga diberi kapur.

(61)

17

 

Tabel 2. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Sifat-Sifat

Tanah.

Menurut Tan (1993) asam humat memiliki nilai KTK yang tinggi, sehingga penambahan asam humat yang disemprotkan ke tanah dengan dosis 15 L/Ha dapat meningkatkan KTK. Hal ini disebabkan karena asam humat mengandung –COOH (karboksil) dan –OH (fenolik), yang merupakan sumber muatan negatif. Semakin tinggi asam humat maka sumbangan gugus fungsional dari karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH) semakin besar, yang berarti pula muatan negatif tanah semakin meningkat. Peningkatan muatan negatif ini terukur sebagai peningkatan KTK tanah.

(62)

Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang, sehingga fosfat tersedia akan lebih banyak.

4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman Padi

Pertumbuhan tinggi tanaman mulai terlihat cepat ketika tanaman memasuki 5 MST (Tabel 3), yaitu setelah diberi perlakuan asam humat yang kedua. Hal ini disebabkan karena pemberian asam humat meningkatkan N-total (N-total). Unsur N pada tanaman berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif terutama untuk memperbesar dan mempertinggi tanaman (Yusuf, 2011).

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Asam Humat terhadap Tinggi Tanaman

Perlakuan Waktu pengamatan (minggu ke-) dalam cm

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KONTROL 29.2 44.5 55.4 65.3 78.8 89.6 93.0 97.9 99.5 100.8

H5A 31.9 48.8 59.5 67.2 83.1 91.2 97.5 98.9 102.3 102.6

H10A 31.9 50.1 60.4 70.5 81.8 90.3 93.9 96.5 98.3 101.0

H15A 32.3 49.4 62.7 69.4 80.3 92.7 98.4 100.4 100.9 102.1

H5B 30.6 48.7 59.1 67.9 80.1 92.4 98.6 100.8 102.0 103.1

H10B 30.6 48.9 59.4 67.9 80.4 89.5 95.5 100.7 100.6 102.5

H15B 32.3 49.6 61.7 68.6 82.4 91.4 96.0 97.9 99.7 100.6

H5T 29.7 46.9 58.5 67.6 84.3 91.3 96.9 100.6 102.3 103.3

H10T 31.6 49.8 62.0 70.0 81.6 93.0 98.3 101.0 103.3 104.7

H15T 32.4 48.9 61.1 67.9 79.6 94.7 98.6 102.3 104.4 105.1

Gambar

Gambar 1. Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat menjadi Berbagai Fraksi
Tabel 1. Dosis Asam Humat dan Cara Pemberian
Gambar 2.  Skema Pelaksanaan Penelitian
Tabel 2. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Sifat-Sifat Tanah.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pemberian dengan konsentrasi yang lebih tinggi, perlakuan asam humat memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan selnaian karena selain mengandung zat yang

Perlakuan UZA 3% dibenam merupakan kombinasi terbaik dari cara pemberian dan kadar asam humat yang didapat di penelitian ini, pelepasan NH4 + pada perlakuan UZA 3% selaras

Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dosis yaitu : kontrol (tanpa asam humat dan asam fulvat), asam humat dan asam fulvat dengan dosis 50 ml/kg, 75 ml/kg,

Tinggi Tanaman Padi pada Umur 30 dan 45 HST dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang. Gambar 2 menunjukkan bahwa pada umur 30 HST

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asam humat dosis 20 mg/L melalui daun maupun akar menyebabkan peningkatan tinggi tajuk, diameter batang, jumlah daun, biomassa

Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dosis yaitu : kontrol (tanpa asam humat dan asam fulvat), asam humat dan asam fulvat dengan dosis 50 ml/kg, 75 ml/kg,

1) Kombinasi asam humat, jarak tanam, dan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L. ‘Pandan Puteri’). 2) Kombinasi

Pemberian asam humat tidak berpengaruh terhadap produksi kapsul, biji, kadar dan produksi timokuinon, tetapi pemberian asam humat 4.5 ton ha -1 menurunkan produksi tanaman