• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa .L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa .L)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

ERWIN SAPUTRA

07C10407046

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

PENGARUH BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK

KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

TANAMAN PADI (Oryza sativa

.L)

SKRIPSI

OLEH

ERWIN SAPUTRA

07C10407046

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa.L)

Nama Mahasiswa : Erwin Saputra

N I M : 07C10407046

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Ir. Rusdi Faizin, M.Si NIDN

Ir. T. Sarwanidas

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

Diswandi Nurba, S.TP, M.Si NIDN 01-2804-8202

Jasmi, S.P, M.Sc NIDN 01-2708-8002

(4)

1

I. PENDAULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa .L) merupakan bahan makanan yang

mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya

terkandung bahan bahan yang mudah diubah menjadi energi. Dalam usaha

mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia memenuhi kebutuhan

primernya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan (AAK,

1990).

Menurut sejarahnya, tanaman padi termasuk genusOryza yang meliputi

lebih kurang 25 spesies. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput

berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika

Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi

di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah

ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan

India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand,

Laos, Vietnam (AAK, 1990).

Dalam upaya untuk meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani

maka perlu adanya penggunaan varietas varietas unggul dan pemupukan yang

berimbang. Penggunaan varietas – varietas unggul akan meningkatkan hasil

pendapatan petani dibandingkan dengan varietas biasa, umumnya varietas unggul

berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama penyakit. Dengan tingginya

(5)

penelitian tentang varietas padi unggul, karena varietas padi unggul mempunyai

beberapa kelebihan antara lain: umur panen yang pendek dan produksi yang

tinggi, varietas unggul memiliki kualitas yang tinggi dalam meningkatkan

produktivitas. Keunggulan suatu varietas dibatasi oleh berbagai faktor, termasuk

penurunan ketahanannya terhadap hama dan penyakit tertentu (Bambang et al.,

2004 ).

Varietas varietas unggul merupakan salah satu usaha petani untuk

meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani. Varietas unggul merupakan

salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi,

baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan

ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik (Sembiring, 2008).

Selain menggunakan varietas varietas unggul maka perlu adanya untuk

meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani dengan penggunaan pupuk

kandang. Pemberian bahan organik (pupuk kandang) mampu meningkatkan

kelembaban tanah dan membantu dalam membangun kesuburan tanah terutama

apabila dilakukan dalam waktu yang relatif panjang (Sutanto, 2002).

Pemberian bahan organik dapat menambahkan unsur hara dalam tanah dan

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, apabila dilakukan dalam waktu yang

relatif panjang. Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan

tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang, hijauan tanaman rerumputan,

semak perdu dan pohon (Sutanto, 2002).

Salah satu pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(6)

3

mempunyai unsur hara mikro dan makro yang dapat menyuburkan tanaman

walaupun unsur hara yang dikandung pupuk kandang sangat rendah dan

bervariasi, pupuk kandang juga dapat menjaga kelembaban tanah.

Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang yang

tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang optimum.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa varietas

dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah,

serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

1.3. Hipotesis

1. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah.

2. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

padi sawah.

3. Terdapat interaksi antara varietas dan dosis pupuk kandang terhadap

(7)

4

2.1. Botani Tanaman padi

a. Sistematika

Menurut AAK (1990) tanaman padi merupakan tanaman semusim

termasuk golongan rumputrumputan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies :Oryza sativaL.

b. Morfologi

Akar adalah yang pertama muncul yaitu akar tunggang kemudian setelah

5-6 hari akan tumbuh akar serabut. Akar ini hanya dapat menembus lapisan tanah

bagian atas/ lapisan olah tanah yaitu berkisar antara 10-12 cm. Pada umur 30 hari

setelah tanam, akar akan dapat menembus hingga kedalaman 18 cm dan pada

umur 50 hari akar sudah mulai dapat menembus lapisan tanah di bawahnya (sub

soil) yaitu berkisar 25 cm (AAK, 1990).

Batang padi mempunyai batang yang beruas-ruas. panjang batang

tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih

(8)

5

lebih panjang lagi, yaitu atara 2 6 meter. Rangkaian ruas-ruas pada batang padi

mempunyai panjang yang berbeda-beda. Pada ruas batang bawah pendek, semakin

ke atas menpunyai ruas batang yang makin panjang. Ruas pertama dari atas

merupakan ruas terpanjang (AAK, 1990).

Daun padi terdiri dari, halaian daun yang berbentuk memanjang seperti

pelepah daun yang menyelubungi batang, berguna untuk memberikan dukungan

kepada bagian buku yang jaringannya empuk. Panjang dengan warna lidah daun

berbeda- beda tergantung pada varietas padi yang ditanam. Lidah daun duduknya

air hujan diantara batang daun upih daun keadaan ini dapat mencegan infeksi dan

penyakit- penyakit. Panjang dari helai daun juga tergantun pada varietas padi yang

akan ditanam dan letaknyan pada batang.daun ketiga dari atas biasanya

merupakan daun terpanjang. daun bendera yang paling atas mempuyai daun

terpendek dengan lebar daun yang terbesar

Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8 10

buku yang menghasilkan cabang – cabang primer selanjutnya menghasilkan

cabang cabang sekunder. Dari buku pangkal malai akan muncul hanya satu

cabang primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2

– 3 cabang primer. Jumlah cabang setiap malai berkisar antara 15 – 20 buah dan

setiap malai bisa mencapai 100 120 bunga ataupun bisa lebih tergantung pada

varietas (Tobinget al., 1995).

Biji ditempati oleh sebagian besar endoperm yang mengandung aleuro

yakni butir-butir yang mengandung protein terdapat pada vacuola. Endosperm

umumnya terdiri atas zat tepung yang terdiri dari selaput protein, gula, lemak, dan

(9)

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi

a. Iklim

Tanaman padi akan berproduksi dengan baik di daerah yang berhawa

panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan

berkisar 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan

curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1.5002.000 mm. Tanaman padi

dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi

dapat tumbuh pada ketinggian 0650 m dpl dengan temperatur 22,50C26,50C

sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian antara 650

1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,7 0C – 22,5

0

C (AKK,

1990).

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang

rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu

proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi

akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting

juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari

(Luh, 1991).

b. Tanah

Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya

antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4– 7. Pada lapisan tanah atas

untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan

warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan

kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (AAK,

(10)

7

2.3. Varietas

Varietas padi unggul merupakan varietas yang memiliki hasil yang tinggi

dan tahan terhadap hama penyakit. Varietasvarietas unggul dapat meningkatkan

produktivitas dan pendapatan petani meski digunakan dalam kondisi lahan yang

kurang optimum. Penggunaan varietas padi unggul berdaya hasil tinggi dan

bernilai ekonomi yang tinggi ( Basriet al., 2010 ).

Penggunaan varietas varietas unggul dapat mengurangi resiko kegagalan

budidaya padi karena bebas dari serangan hama dan penyakit, mampu tumbuh

baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Varietas padi merupakan

teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini murah dan

penggunaannya sangat praktis (Bambanget al., 2004).

2.4. Deskripsi Varietas

Varietas Cigelis merupakan asal persilangan Ciliwung, Cikapundung,

IR64. Umur tanaman 115-125 hari, memiliki tinggi tanaman 100-110 cm, anakan

produktif 14-16 batang. Rata-rata hasil 5 ton/ha dan potensi hasil 8 ton/ha.

Varietas cigelis juga tahan terhadap hama tahan terhadap wereng coklat biotipe 2

dan rentan biotipe 3 dan penyakit tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV,

yang dilepas pada tahun 2002.

Varietas Ciherang dengan umur 116 125 hari, tinggi tanaman 107 115

cm. Anakan produktif 14 17 batang, rata rata produksi 6.0 ton ha-1. Varietas

ciherang memiliki ketahanan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3, tahan

(11)

Varietas cibogo merupakan varietas golongan Cere, umur tanaman 115-125

hari, tinggi tanaman 100-120 cm, anakan produktif 12 -19 batang. Varietas cibogo

memiliki hasil tinggi rata-rata hasil 7 ton ha-1. Ketahanan terhadap hama wereng

coklat biotipe 2, agak tahan wereng coklat biotipe 3 dan tahan terhadap penyakit

hawar daun bakteri strain IV, rentan terhadap penyakit tungro, yang dilepas pada

tahun 2003.

2.5. Pupuk Kandang

Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara,

juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Pemberian bahan organik mampu

meningkatkan kelembaban tanah dan membantu dalam membangun kesuburan

tanah terutama apabila dilakukan dalam waktu yang relatif panjang (Sutanto,

2002).

Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah tanah yang

paling baik, unsur hara yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan

sangat bervariasi. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembaban

tanah dan membantu dalam membangun kesuburan tanah terutama apabila

dilakukan dalam waktu yang relatif panjang (Sutanto, 2002).

Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk yang dapat menjaga

kelembaban tanah apabila dilakukan dalam waktu yang relatif panjang meski

unsur hara yang dikandung pupuk kandang kurang, tapi sangat berfariasi. Dosis

anjuran pupuk kandang untuk tanaman padi adalah 5 ton/ha, agar kesuburan tanah

(12)

10

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Pulo Ie Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 2 Mei sampai dengan tanggal 2

Agustus 2012.

3.2. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahanbahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Benih

Varietas padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Varietas

Cigelis, Ciherang dan Cibogo yang di produksi oleh PT. Petani (Persero).

b. Tanah

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah sawah yang

langsung ditanam pada areal persawahan di Gampong Pulo Ie Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya.

c. Pupuk Kandang

Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran sapi

yang sudah terdekomposisi dengan sempurna yang diambil di Gampong Pulo Ie

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

d. Pupuk yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk Urea, SP36 dan KCl

(13)

e. Pestisida

Insektisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Poksindo.

Fungisida yang digunakan Dithane M-45 masing-masing disediakan sebanyak

200 ml.

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,

hand traktor, parang, cangkul, hand spayer, meteran, jaring dan alat-alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4, dengan 3 ulangan. Faktor

yang diteliti meliputi varietas dan dosis pupuk kandang.

Faktor Varietas ( V ) terdiri atas 3 taraf, yaitu :

V1 = Cigelis

V2 = Ciherang

V3 = Cibogo

Faktor dosis pupuk kandang ( D ) terdiri atas 4 taraf, yaitu :

D0 = 0 ton/ha

D1 = 2 kg bedengan-1(5 ton ha-1)

D2 = 3 kg bedengan-1( 7,5 ton ha-1)

D3 = 4 kg bedengan-1( 10 ton ha-1)

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan 3 ulangan maka

terdapat 36 unit perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat

(14)

11

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis Pupuk Kandang

No Kombinasi perlakuan Varietas Dosis Pupuk Kandang

( Ton ha-1)

Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor varietas taraf ke-j, faktor dosis

pupuk taraf ke-k dan ulangan ke-i

 = Nilai tengah umum

i = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3)

Vj = Pengaruh faktor varietas ke-j ( j = 1, 2 dan 3)

(15)

(VD)jk = Interaksi varietas dan dosis pupuk pada taraf varietas ke-j, taraf

dosis pupuk ke-k

ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor varietas taraf ke-j,

faktor dosis pupuk taraf ke-k.

Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan

dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Dengan

persamaan sebagai berikut:

BNJ0,05 = q0,05( p;dbg)

Dimana :

BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %

q0,05( p;dbg) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat

bebas galat )

KTg = Kuadrat tengah galat

r = Jumlah ulangan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Perlakuan dan penyemaian benih

Sebelum penyemaian benih dimasukkan dalam goni kecil, dan dilakukan

perendaman dengan air bersih selama 12 jam dan ditiriskan. Benih

dikecambahkan selama 2 hari. Setelah berkecambah benih tersebut ditabur ke

(16)

13

pupuk kandang dicampur dengan tanah mineral (1:1) dalam wadah tampah (niru).

Yang masing-masing telah ditandai dengan jenis varietas.

Pemberian pupuk tambahan hanya diberikan pupuk Urea dalam bentuk

cair, sebanyak 2 sendok teh/ 8 liter air.

2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan hand traktor dengan cara dibajak atau dicangkul, 3 hari sebelum

dilakukan pembajakan terlebih dahulu diberikan air untuk melunakkan tanah.

Pembajakan pertama dilakukan untuk membalikan tanah, selanjutnya sawah

digenangi air lagi selama 3-4 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan

kedua untuk meratakan tanah. Kemudian dibuat plot dengan ukuran 2 x 2 m.

Dengan jarak antar plot 50 cm untuk pembuatan drainase supaya pupuk yang

diberikan pada setiap plot tidak mengalir pada plot yang lain. Pupuk kandang

diberikan sesuai dengan perlakuan, selanjutnya dilakukan pelumpuran tanah

menggunakan garu untuk meratakan tanah menjadi lebih sempurna dan lahan siap

ditanam.

3. Penanaman

Penanaman diawali dengan pencabutan bibit dipersemaian pada umur 12

hari setelah semai (HSS). Penanaman dilakukan dengan 2 bibit setiap lubang

tanam, dalam satu bedengan ditanam sebanyak 64 rumpun dengan jarak tanam

25 x 25 cm. Keadaan lahan pada saat tanam dalam bentuk berlumpur. Tanaman

(17)

4. Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea

diberikan dua kali, pertama sebagai pupuk dasar sebanyak 150 kg ha-1 (60 gr

plot-1), SP-36 100 kg ha-1 (40 gr plot-1) dan KCl 50 kg ha-1 (20 gr plot-1). Pupuk

tersebut diberikan pada saat tanam. Sedangkan pupuk susulan adalah pupuk Urea

100 kg ha-1 (40 gr plot-1) diberikan waktu tanaman berumur 35 HST (AAK,

1990).

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman padi meliputi pengairan, penyulaman dan

penyiangan, pengendalian hama dan penyakit. Pengairan dilakukan dengan cara

dialirkan air melalui saluran irigasi ke saluran drainase yang dibagikan keareal

persawahan. Penyulaman dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) dengan

bibit yang sama, apabila tanaman ada yang mati. Penyiangan gulma akan

dilakukan pada umur 20 HST dan penyiangan selanjutnya pada umur 42 HST.

Penyiangan dilakukan terhadap rumput-rumput yang tumbuh disekitar tanaman

padi, dengan cara mencabut menggunakan tangan. Pengendalian hama walang

sangit dan penyakit pada tanaman padi dengan cara menyemprot dengan

menggunakan Dithane M-45 30 gram/ tangki semprot. Sedangkan hama burung

pipit pengendaliannya dilakukan dengan cara memasang jaring pada lahan

penelitian.

6. Panen

Panen dilakukan ketika biji telah menunjukkan masak fisiologis atau 90

95 % malai telah menguning. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit

dan hasil panen masing masing per plot percobaan dipisahkan agar tidak

(18)

15

3.5. Pengamatan

Adapun peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman akan diamati pada umur 30 dan 45 hari setelah tanam

(HST). Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal batang tanaman yang telah

diberikan tanda sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran dalam

satuan cm.

2. Jumlah Anakan Per Rumpun

Pengamatan jumlah anakan dilakukan pada umur 30 dan 45 HST dengan

menghitung jumlah anakan per rumpun.

3. Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun

Pengamatan jumlah anakan produktif dilakukan pada saat panen dengan

menghitung jumlah anakan produktif (anakan yang menjadi malai) per rumpun.

4. Bobot 1000 Butir Gabah

Pengamatan bobot 1000 butir gabah akan dilakukan dengan menimbang

secara acak 1000 butir gabah kering dalam satuan gram.

5. Bobot Gabah Kering Per Plot

Bobot gabah berisi per plot dilakukan dengan cara menimbang seluruh

gabah berisi per plot, ditimbang dalam satuan kilogram (kg).

6. Produksi Hasil Per Ha

Perhitungan produksi hasil per hektar akan dilakukan dengan

(19)

16

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Pengaruh Varietas

Hasil Uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 16) menunjukkan

bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada umur

30 dan 45 HST serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan umur 30

dan 45 HST, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah, bobot gabah

kering per plot dan produksi hasil per hektar.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Rata-rata tinggi tanaman padi umur 30 dan 45 HST pada beberapa varietas

setelah diuji dengan BNJ0,05disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 30 dan 45 HST Pada Beberapa Varietas.

Varietas Tinggi Tanaman (cm)

Simbol Varietas 30 HST 45 HST

V1 Cigeulis 46.38 b 60.51 b

V2 Ciherang 43.94 a 56.60 a

V3 Cibogo 41.98 a 55.23 a

BNJ0,05 3.44 3.73

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).

Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman padi tertinggi umur 30 dan 45 HST

dijumpai pada varietas Cigeulis (V1) yang berbeda nyata dengan varietas Cibogo

(V3) dan varietas Ciherang (V2). Adapun hubungan antara tinggi tanaman padi

(20)

17

Gambar 1. Tinggi Tanaman Padi pada Umur 30 dan 45 HST dengan Beberapa

Varietas

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada umur 30 HST tinggi tanaman

tertinggi pada varietas Cigeulis (V1). Pada umur 45 HST tinggi tanaman padi

meningkat sampai pada varietas Cigeulis (V1) dan lebih rendah pada varietas

Cibogo (V3).

2. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman padi

Rata-rata jumlah anakan tanaman padi umur 30 dan 45 HST pada beberapa

varietas disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Padi Pada Umur 30 dan 45 HST Pada Beberapa Varietas.

Varietas Jumlah Anakan Per Rumpun

(batang)

Simbol Varietas 30 HST 45 HST

V1 Cigeulis 18.70 21.18

V2 Ciherang 18.02 21.24

V3 Cibogo 18.92 22.47

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun terbanyak pada

umur 30 dan 45 HST dijumpai pada varietas Cibogo (V3) meskipun secara

(21)

Rata-rata jumlah anakan produktif tanaman padi pada beberapa varietas

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Pada Beberapa Varietas.

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif per rumpun

terbanyak dijumpai pada varietas Cigeulis (V1), meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

4. Bobot 1000 Butir Gabah (gr)

Rata-rata bobot 1000 butir gabah padi pada beberapa varietas disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Bobot 1000 Butir Gabah Padi Pada Beberapa Varietas.

Varietas Bobot 1000 Butir Gabah

Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah padi dijumpai pada

varietas Cigeulis (V1) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang

(22)

19

5. Bobot Gabah Kering Per Plot (kg)

Rata-rata bobot gabah kering per plot tanaman padi pada beberapa varietas

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Bobot Gabah Kering Per Plot Tanaman Padi Pada Beberapa Varietas.

Varietas Bobot Gabah Kering Per Plot

(kg)

Simbol Varietas

V1 Cigeulis 1.43

V2 Ciherang 1.64

V3 Cibogo 1.56

Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot gabah kering per plot tanaman padi

dijumpai pada varietas Ciherang (V2) meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

6. Produksi Hasil Per Hektar (ton)

Rata-rata produksi hasil per hektar tanaman padi pada beberapa varietas

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Produksi hasil per hektar Tanaman Padi Pada Beberapa Varietas.

Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi hasil per hektar tanaman padi

dijumpai pada varietas Ciherang (V2) meskipun secara statistik menunjukkan

(23)

Hasil Uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 16) menunjukkan

bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman

padi pada umur 45 HST, jumlah anakan umur 30 dan 45 HST, jumlah anakan

produktif, bobot 1000 butir gabah, bobot gabah kering per plot dan produksi hasil

per hektar, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman padi pada

umur 30 HST.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Rata-rata tinggi tanaman padi umur 30 dan 45 HST pada beberapa dosis

pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 30 dan 45 HST Pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Dosis pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)

Simbol Ton ha-1 30 HST 45 HST

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).

Tabel 8 menunjukkan bahwa tanaman padi tertinggi umur 30 HST

dijumpai pada pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3) meskipun secara

statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

umur 45 HST tanaman padi tertinggi dijumpai pada pemberian pupuk kandang

7.5 ton ha-1 (D2) berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk kandang (D0),

pemberian pupuk kandang 5 ton ha-1 (D1) dan pemberian pupuk kandang 10 ton

ha-1 (D3). Adapun hubungan antara tinggi tanaman padi dengan dosis pupuk

(24)

21

Dosis Pupuk Kandang (ton ha-1)

30 H

45 H

Gambar 2. Tinggi Tanaman Padi pada Umur 30 dan 45 HST dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada umur 30 HST tanaman meningkat

dengan pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1(D3). Pada umur 45 HST tanaman

padi tertingi dijumpai dengan pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) serta

terjadi penurunan tinggi tanaman pada pemberian 10 ton ha-1(D3).

2. Jumlah Anakan Per Rumpun

Rata-rata jumlah anakan per rumpun tanaman padi umur 30 dan 45 HST

pada beberapa dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan

pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 30

dan 45 HST Pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Dosis pupuk Kandang Jumlah Anakan Per Rumpun

Simbol ton ha-1 30 HST 45 HST

(25)

umur 30 dan 45 HST dijumpai pada pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2)

yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk kandang (D0), pemberian

pupuk kandang 5 ton ha-1 (D1) dan pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1(D3).

Adapun hubungan antara jumlah anakan per rumpun tanaman padi dengan dosis

pupuk kandang pada umur 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 3.

0

Dosis Pupuk Kandang (ton ha-1)

30 HS

45 HS

Gambar 3. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Umur 30 dan 45

HST dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada umur 30 dan 45 HST jumlah anakan

per rumpun tanaman padi meningkat pada dosis pupuk kandang 7.5 ton ha-1(D2)

dan terendah pada dosis pupuk kandang 0 ton ha-1(D0).

3. Jumlah Anakan Produktif

Rata-rata jumlah anakan produktif tanaman padi pada beberapa dosis

(26)

23

Tabel 10. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Dosis pupuk Kandang Jumlah Anakan Produktif

(batang)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif tanaman padi

terbanyak dijumpai dengan pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) yang

berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk kandang (D0), 5 ton ha-1(D1), dan

pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3). Adapun hubungan antara jumlah

anakan produktif tanaman padi dengan dosis pupuk kandang dapat dilihat pada

Gambar 4.

Dosis pupuk Kandang (ton ha-1)

Gambar 4. Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan produkitf tanaman padi

meningkat dengan pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1(D2) dan terendah pada

(27)

Rata-rata bobot 1000 butir gabah padi pada beberapa dosis pupuk kandang

setelah diuji dengan BNJ0,05disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Bobot 1000 Butir Gabah Padi Pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Dosis pupuk Kandang Bobot 1000 Butir Gabah

(gr)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).

Tabel 11 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah padi tertinggi

dijumpai pada pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3) yang berbeda nyata

dengan tanpa pemberian pupuk kandang (D0), pemberian pupuk kandang 5 ton ha

-1

(D1) dan 7.5 ton ha-1(D2). Adapun hubungan antara bobot 1000 butir gabah padi

dengan dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 5.

20

Dosis Pupuk Kandang (ton ha-1)

Gambar 5. Bobot 1000 Butir Gabah Padi dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Gambar 5 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah padi meningkat

pada pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3) dan menurun pada pemberian

(28)

25

5. Bobot Gabah Kering Per Plot (kg)

Rata-rata bobot gabah kering per plot pada beberapa dosis pupuk kandang

setelah diuji dengan BNJ0,05disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Bobot Gabah Kering Per Plot Pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Dosis pupuk Kandang Bobot Gabah Kering Per Plot (kg)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).

Tabel 12 menunjukkan bahwa bobot gabah kering per plot dijumpai pada

pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) yang berbeda nyata dengan tanpa

pemberian pupuk kandang (D0) dan 10 ton ha-1 (D3) namun tidak berbeda nyata

dengan pemberian pupuk kandang 5 ton ha-1(D1). Adapun hubungan antara bobot

gabah kering per plot dengan dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 6.

0

Dosis pupuk Kandang (ton ha-1)

Gambar 6. Bobot Gabah Kering Per Plot dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Gambar 6 menunjukkan bahwa bobot gabah kering per plot meningkat

pada pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) dan menurun pada pemberian

(29)

Rata-rata produksi hasil per hektar pada beberapa dosis pupuk kandang

setelah diuji dengan BNJ0,05disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata Produksi Hasil Per Hektar Pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang.

Dosis pupuk Kandang Produksi Hasil Per Hektar (ton)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).

Tabel 13 menunjukkan bahwa produksi hasil per hektar dijumpai pada

pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) yang berbeda nyata dengan tanpa

pemberian pupuk kandang (D0), pemberian pupuk kandang 5 ton ha-1(D1) dan 10

ton ha-1 (D3). Adapun hubungan antara produksi hasil per hektar dengan dosis

pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 7.

0

Dosis pupuk Kandang (ton ha-1)

(30)

27

Gambar 7 menunjukkan bahwa produksi hasil per hektar meningkat pada

pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) dan menurun pada pemberian pupuk

kandang 5 ton ha-1(D1).

4.1.3. Pembahasan

1. Pengaruh Varietas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata

terhadap tinggi tanaman padi umur 30 dan 45 HST serta berpengaruh tidak nyata

terhadap jumlah anakan umur 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif, bobot

1000 butir gabah, bobot gabah kering per plot dan produksi hasil per hektar.

Dari berbagai varietas yang dicobakan, tinggi tanaman padi pada umur

30 dan 45 HST meniningkat pada varietas Cigelis (V1), diduga karena perbedaan

sifat genetik dari varietas yang digunakan, dimana varietas Cigelis mempunyai

masa adaptasi yang lebih baik dan pertumbuhan serta produksi yang lebih cepat

dan lebih baik terhadap kondisi lingkungan yang berbeda dibandingkan dengan

varietas Ciherang dan Cibogo. Hal ini sesuai dengan pendapat Simatupang (1997),

yang menyatakan bahwa perbedaan pertumbuhan dan produksi suatu varietas

dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi terhadap lingkungan

tempat tumbuhnya. Meskipun secara genetis ada varietas yang memiliki potensi

produksi yang lebih baik, tetapi karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat

tumbuhnya sangat dapat menurunkan produksi. Harjadi (1996) menambahkan

bahwa setiap varietas selalu terdapat perbedaan respon genotip pada kondisi

lingkungan tempat tumbuhnya.

Bedasarkan penelitian yang telah dilaksanakan bahwa varietas Cigelis

(31)

(1996) menyatakan bahwa pada setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan

respon genotipe pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini memberikan

pengaruh pada penampilan fenotipe dari setiap varietas terhadap lingkungan

tumbuhnya sehingga kondisi ini juga dapat mempengaruhi tingkat produksinya.

Selain itu tinggi rendahnya pertumbuhan serta hasil tanaman dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang dipengaruhi oleh sifat genetik atau sifat turunan seperti

umur tanaman, morfologi tanaman, daya hasil, kapasitas menyimpan cadangan

makanan, ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain. Faktor eksternal merupakan

faktor lingkungan, seperti iklim, tanah dan faktor biotik (Gardneret al., 1991).

2. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh

sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada umur 45 HST, jumlah anakan

umur 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah, bobot

gabah kering per plot dan produksi hasil per hektar. Berpengaruh tidak nyata

terhadap tinggi tanaman padi pada umur 30 HST.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk kandang

memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman padi yang terbaik dijumpai pada

perlakuan dosis pupuk kandang 7.5 ton ha-1(D2) dibandingkan dengan perlakuan

dosis pupuk kandang 0 ton ha-1(D0), 5 ton ha-1(D1) dan 10 ton ha-1(D3).

Meningkatnya pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada perlakuan

(32)

29

untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cukup tersedia sehingga mampu

mendorong pertumbuhan dan hasil kearah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan

pendapat Wibawa (1998) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman yang

baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

hasil tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis yang

optimum. Selanjutnya Hardjowigeno (1987) menambahkan tanaman dapat

tumbuh dengan baik harus didukung oleh ketersediaan unsur hara yang sesuai

dengan kebutuhan tanaman dan dalam keadaan yang seimbang. Hal yang sama

dikemukakan oleh Darmawan dan Baharsyah (1983), ketersediaan unsur hara

dalam keadaan cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses metabolisme

pada jaringan tanaman.

Hasil penelitian juga menunjukkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi

terendah dijumpai pada pemberian tanpa pupuk kandang (D0). Hal ini disebabkan

bahwa pada dosis pupuk kandang (D0) tidak mampu memberikan unsur hara

organik yang cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002), menyatakan

bahwa pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik. Pada

umumnya pupuk kandang mengandung unsur hara makro N, P dan K rendah.

Menurut Henry (1988) Nitrogen yang terdapat di dalam pupuk kandang tersedia

perlahan-lahan bagi tanaman. Selanjutnya Rinsema (1986) menyatakan bahwa

bila tanaman kekurangan unsur hara maka proses metabolismenya terganggu

sehingga produksi daun berkurang dan akan mengakibatkan pertumbuhan

(33)

Tidak terdapat interaksi yang nyata antara varietas dengan dosis pupuk

kandang terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang

diamati. Hal tersebut bermakna perbedaan pengaruh tanaman padi terhadap

(34)

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada umur 30

dan 45 HST serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan umur 30

dan 45 HST, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah, bobot gabah

kering per plot dan potensi hasil per hektar. Pertumbuhan dan hasil tanaman

padi terbaik dijumpai pada varietas Cigeulis.

2. Pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada

umur 45 HST, jumlah anakan umur 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif,

bobot 1000 butir gabah, bobot gabah kering per plot dan potensi hasil per

hektar, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman padi pada

umur 30 HST. Pertumbuhan dan hasil tanaman padi terbaik dijumpai pada

dosis pupuk kandang 7,5 ton ha-1.

3. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dengan dosis pupuk kandang

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

5.2. Saran

1. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang tinggi dianjurkan

penggunaan varietas Cigelis dan pemberian pupuk kandang 7,5 ton ha-1.

2. Perlu dilakukan lebih lanjut penggunaan varietas dan dosis pupuk kandang

(35)

32

Anonymous. 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Sawah. Kantor Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan. Aceh Barat.

Bambang, S. Zulkifli, Z, Diah, W. 2004. Kebijakan perbesaran dan inovasi teknologi padi. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. 899 hlm.

Basri A, Ir. M.Si, Iskandar T. Ir.M.Si, Khalid J. Ir, Nasir Ali M.Ir. 2010. Petunjuk Praktis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Aceh.

Darmawan. J dan J. Baharsyah. 1983. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Suryandaru Utama. Semarang 88 hal.

Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Terjemahan oleh: Herawati Susilo. University of Indonesia

Press. Jakarta. 428h.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 90 hal.

Harjadi, M. 1998. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta. 197 hlm.

Henry. 1988. Rice Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural Service, Malaya. Longmans Green and Co Ltd : London.

Luh, B. S., 1991. Rice Production, Volume I. Published by Van Nostrand Reinhold, New York.

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan (Terjemahan H.M. Saleh). Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Sembiring H, 2008. Kebijakan penelitian dan rangkuman hasil penelitian BB Padi dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.

(36)

33

Sutanto. R . 2002. Pertanian Organik. Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanius, Yogyakarta.

Tobing, M. P. L., Opor, G., Sabar, G., Damanik. R. K., 1995. Agronomi Tanaman Makanan–I, FP USU-Press, Medan.

Gambar

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis Pupuk Kandang
Tabel 2.Rata-rata Tinggi Tanaman Padi
Gambar 1.Tinggi Tanaman Padi pada Umur 30 dan 45 HST dengan Beberapa
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Pada BeberapaVarietas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST, jumlah cabang umur 15, 30, dan 45 HST, persentase ginofor gagal

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 20 dan 30 HST, jumlah daun umur 20 dan 30 HST, berat segar per

Pada tanaman padi umur 42 HST, varietas yang mempunyai jumlah anakan per rumpun yang relatif rendah adalah Inpari 30, Inpari 4, Mekongga, dan Inpari 33, jumlah anakan per

Begitupula dengan tanaman tanpa pemupukan nitrogen, pada umur 30 hst jumlah daun tanaman meningkat dengan pemberian pupuk kandang ayam 10 ton ha -1 namun tidak

Jumlah daun yang terbentuk pada awal pertumbuhan sampai umur 60 hst diduga pada masa pertumbuhan awal dengan penerapan teknik budidaya tanaman padi dan pemberian pupuk yang

Begitupula dengan tanaman tanpa pemupukan nitrogen, pada umur 30 hst jumlah daun tanaman meningkat dengan pemberian pupuk kandang ayam 10 ton ha -1 namun tidak

hasil tanaman padi yaitu 20 hst dan tidak terdapat interaksi antara dosis pupuk urea dengan umur bibit padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi... The Influence

Hasil analisis statistic (Tabel 6) menunjukan bahwa jumlah anakan padi Mekongga pada umur 30 HST dengan perlakuan pupuk Amagro-S disertai pupuk P dan K pada dosis standar