RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KCl
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KACANG TANAH (
Arachis hypogaea
L.)
SKRIPSI
OLEH
ADE SUWARNA PUTRA
07C10407005
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KCl
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KACANG TANAH (
Arachis hypogaea
L.)
SKRIPSI
OLEH
ADE SUWARNA PUTRA
07C10407005
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Respon Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Nama Mahasiswa : Ade Suwarna Putra
N I M : 07C10407005
Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Muhammad Jalil, S.P, M.P Irvan Subandar, S.P, M.P NIDN. 0115068302 NIDN. 0129067903
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Diswandi Nurba, S.TP, M.Si
NIDN. 0128048202 Jasmi, S.P, M.Sc NIDN. 0127088002
Ya Allah…..
Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagiankecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu:
“sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”
(Al-Kahfi : 109) Alhamdulillah…..
Hari ini telah Engkau penuhi harapanku
Harapan untuk membahagiakan orang-orang tercinta Walau hari depan masih sebuah tanda tanya
Ayahanda...
Dengan iringan do’amu hari ini telah ku gapai cita-citaku yang engkau amanahkan dan harapkan. Ayah….hari ini ku buktikan segala usahamu, terima kasih ayah Do’aku selalu mengiringi langkahmu...
Ibunda...
Lelahmu menanti keberhasilanku, do’amu membuat aku semangat, kasih sayangmu menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran walaupun beragam cobaan yang menghalangi...
Ibunda….tiada lagi yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa membahagiakanmu...
Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulusnya do’a, kupersembahkan karya tulis ini kepada yang mulia Ayahanda Razali Ibunda tercinta Rosmaniar Juga orang-orang yang kusayangi Abangku Riza Mubaraq, adikku David dan Fajri (Terimakasih atas canda tawa dan do’a kalian s’lama ini, semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua).
Terima Kasih yang tak terhingga ku ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi hari-hariku; Wira, SP. Soni, SP. Fajar, SP. Eka, SP. Erwin CM. Khairilfuddin. Fuadi, Icut, Mutti, Imus, Ibrahim, serta Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, Thank’s for Attention.
Special Thank's For :
Kekasihku Tercinta Adinda Yuli Sri Diana, S.Sos terimakasih karena telah menjagaku dalam iringan do’amu, Somoga
kasih sayang dan keikhlasanmu
yang tiada berujung masanya sehingga senantiasa memberiku semangat
untuk lebih maju kedepan dan menyongsong hari depan yang cerah...
Ya Allah...
Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan Jiwaku Agar Selalu Melangkah di Jalan Mu...Amin...!!!
RINGKASAN
ADE SUWARNA PUTRA ”Respon Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)” dibawah bimbingan Muhammad Jalil sebagai pembimbing utama dan Irvan Subandar sebagai pembimbing anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan dosis pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat mulai dari Tanggal 15 Januari sampai dengan 16 April 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa benih kacang tanah, kapur dolomit, pupuk Urea, SP36 dan pupuk KCl. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, garu, tugal, meteran, timbangan analitik, papan nama, tali ajir dan alat-alat tulis.
Rancangan percobaaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 5 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah faktor varietas dan dosis pupuk KCl, faktor varietas terdiri dari lima taraf yaitu : Bison, Domba, Gajah, Jerapah dan NagaUmbang sedangkan faktor dosis pupuk KCl terdiri dari tiga taraf yaitu :(87 kg ha-1), (112 kg ha-1) dan (137 kg ha-1).
Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST, persentase ginofor gagal, persentase polong berisi, persentase polong hampa, berat polong kering per rumpun, bobot100 biji kering, berat polong per plot netto dan produksi per hektar.
Dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST, persentse ginofor gagal, persentase polong berisi, persentase polong hampa, berat polong kering per rumpun, bobot 100 biji kering, berat polong kering per plot netto dan produksi per hektar. Dosis pupuk KCl terbaik bagi tanaman kacang tanah dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat-Nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Respon Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)” Salawat beriring salam kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Muhammad Jalil, SP, MP. Selaku pembimbing utama dan Irvan Subandar, SP, MP. Selaku pembimbing anggota yang telah memberikan masukan dan bimbingan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Jasmi, SP, M. Sc. Selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
3. Diswandi Nurba S.TP, M. Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar dan Civitas Akademika yang telah menyediakan sarana dan prasarana selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
4. Ayahanda dan Ibunda, serta saudara-saudara saya atas doa, kasih sayang, pengorbanan dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi hingga selesai.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap
Amal dan bantuan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Meulaboh, Januari 2014
DAFTAR ISI
2.1.Botani Tanaman Kacang Tanah ... 4
2.2.Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah ... 7
2.3.Varietas ... 8
3.4.Pelaksanaan Penelitian ... 13
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis Pupuk KCl ... 12
2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanahpada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan 45 HST ... 17
7. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas . 25
8. Rata-rata Berat Polong KeringPer Plot Netto Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas ... 26
9. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas ... 27
10.Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis KCl Umur 15, 30 dan 45 HST ... 28
11.Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis KClUmur 15, 30 dan 45 HST ... 29
Nomor Teks Halaman 16.Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah Pada
Berbagai Dosis KCl ... 34
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Varietas umur15, 30 dan 45 HST ... 18
2. Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Varietas umur 15, 30 dan 45 HST ... 20
3. Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15 HST (cm) ... 40 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Umur 15 HST ... 40
3. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 30 HST (cm) ... 41
4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 30 HST ... 41 5. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur
45 HST (cm) ... 42 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Umur 45 HST ... 42 7. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai
Varietas Umur 15 HST (cm) ... 43 8. Analisis Ragam Jumlah Cabang TanamanKacang Tanah Pada Berbagi
Varietas Umur 15 HST ... 43 9. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai
Varietas Umur 30 HST (cm) ... 44
10. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagi Varietas Umur 30 HST ... 44
11. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 45 HST (cm) ... 45 12. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagi
VarietasUmur 45 HST ... 45 13. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai
Varietas (%) ... 46 14. Analisis Ragam Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada
Berbagai Varietas ... 46 15. Rata-rata Persentase Polong berisi Kacang Tanah Pada Berbagai
Nomor Teks Halaman 16. Analisis Ragam Persentase Polong Berisi Kacang Tanah Pada Berbagai
Varietas... 47 17. Rata-rata Persentase Polong Hampa Kacang Tanah Pada Berbagai
Varietas(%) ... 48 18. Analisis Ragam Persentase Polong Hampa Kacang Tanah Pada
Berbagai Varietas ... 48 19. Rata-rata Berat Polong Kering Per Rumpun Kacang Tanah Pada
Berbagai Varietas (g) ... 49
20. Analisis Ragam Berat Polong KeringPer Rumpun Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas ... 49
21. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas (g) ... 50 22. Analisis Ragam Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai
Varietas... 50 23. Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah Pada
Berbagai Varietas (kg) ... ... 51 24. Analisis Ragam Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah
Pada Berbagai Varietas ... 51 25. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
(ton) ... 52
26. Analisis Ragam Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas... 52 27. Deskripsi Varietas
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari Brasilia. Penanaman
kacang tanah pertama kali dilakukan oleh orang Indian. Setelah ditemukan di
Benua Amerika tanaman ini ditanam oleh pendatang dari Eropa. Daerah pusat
penyebarannya mulai terkonsentrasi di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan
Gambia, kemudian meluas ke berbagai negara di dunia (Rukmana, 1995).
Di Indonesia kacang tanah mulai ditanam pada awal abat ke-17. Masuknya
kacang tanah ke wilayah Nusantara dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis,
pada mulanya produksi kacang tanah terpusat di Pulau Jawa. Selanjutnya
menyebar ke berbagai Daerah (Provinsi), terutama Sumatra Utara dan Sulawesi
Selatan (Rukmana, 1995).
Kacang tanah merupakan tanaman legum terpenting setelah kedelai yang
memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan
minyak nabati. Sebagai bahan pangan dan makanan yang bergizi tinggi, kacang
tanah mengandung lemak, protein, karbohidrat dan vitamin (Suprapto, 1999).
Produksi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 836. 295 ton
dengan produktivitas 1,8 - 2,0 ton ha-1, produksi kacang tanah terus menurun dari
tahun ketahun. Untuk peningkatan produksi kacang tanah dapat dilakukan dengan
penggunaan varietas-varietas unggul (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Penggunaan varietas unggul sangat berperan dalam peningkatan
produktivitas tanaman karena varietas unggul merupakan salah satu paket
teknologi budidaya yang secara nyata dapat meningkatkan produktivitas dan
Varietas unggul kacang tanah memiliki sifat keunggulan tertentu
dibandingkan dengan varietas lokal diantaranya daya hasil lebih tinggi, murni,
memiliki ukuran, warna dan bentuk yang seragam, serta memiliki ketahanan
terhadap serangan penyakit tertentu (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Selain penggunaan varietas unggul usaha lain untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah juga dapat dilakukan dengan
penggunaan pupuk anorganik yaitu pupuk KCl. KCl diserap tanaman dalam
bentuk K+ berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi,
enzim dan mineral, membantu mempertahankan kadar air dalam tanaman,
meskipun ia tidak (seperti magnesium) memasuki susunan molekulnya
(Soegiman, 1982).
KCl adalah unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman setelah nitrogen
dan phosfor, fungsi KCl sangat penting dalam proses fisiologi tanaman, berperan
sebagai katalosator aktivitas enzim esensial dalam reaksi-reaksi metabolisme dan
enzim yang terlibat dalam sitesis pati dan protein, berperan mengatur tekanan
turgor sel dalam proses membuka dan menutup stomata (Lakitan, 1993).
Dengan demikian keberadaan KCl pada tanaman berkaitan pula dengan
ketersediaan air tanaman, yang berakibat pada tekanan turgor sel dan proses
membuka stomata, serta kandungan air pada tanah yang berhubungan pula dengan
kelembaban tanah.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui varietas dan dosis pupuk KCl yang tepat
agar diperoleh petumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah yang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan dosis
pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah serta nyata
tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
tanah.
2. Dosis pupuk KCl berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang tanah.
3. Terdapat interaksi antara varietas dan dosis KCl terhadap pertumbuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kacang Tanah 1. Sistematika
Kacang tanah termasuk dalam famili leguminoceae yang sistematikanya sebagai berikut (Suprapto, 1991) :
Division : Spermathophyta
Sub-division : Angiospermae Class : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales Family : Leguminoceae
Genus : Arachis Species : hypogaea L.
2. Morfologi a. Akar (Radix)
Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas akar tunggang (radix
primaria). Dan akar cabang (radix lateralis). Pertumbuhan akar menyebar
kesemua arah sedalam lebih dari 30 cm dari permukaan tanah. Akar berfungsi
sebagai organ penyerap unsur hara dan air untuk pertumbuhan tanaman, namun
fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah bereaksi jelek, kadar airnya kurang,
kandungan senyawa Al dan Mn tinggi, serta derajat keasaman (pH) tanah tinggi.
Khusus pada varietas-varietas kacang tanah tipe menjalar pada masing-masing
cabang yang buku-bukunya menyentuh tanah, akan tumbuh akar liar (adventious
dengan sistem perakaran kacang tanah bisa bertahan hidup pada kondisi tanah
yang kurus (AAK, 1989).
b. Batang (Caulis)
Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku dengan
tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya batang tumbuh tunggal,
namun lambat laun cabang banyak seolah-olah merunpun. Panjang batang
berkisar antara 30 cm – 40 cm lebih tergantung pada jenis atau varietas kacang
tanah dan kesuburan tanah. Buku-buku (ruas-ruas) batang yang terletak di dalam
tanah merupakan tempat melekat akar, bunga dan buah. Ruas-ruas batang yang
berada di atas permukaan tanah merupakan tempat tumbuh tangkai daun
(Rukmana, 2000).
c. Daun (Folium)
Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk dan berpasangan
bersirip genap. Setiap tangkai terdiri dari empat helai anak daun. Daun muda
berwarna hijau kekuning-kuningan, setelah tua menjadi hijau tua. Daun-daun tua
akan menguning dan berguguran mulai dari bawah keatas bersamaan dengan
stadium polong tua. Helaian daun bersifat nitritopic, yakni mampu menyerap
cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daunnya memiliki bulu yang
berfungsi sebagai penahan atau penyimpanan debu (Rukmana, 2000).
d. Bunga (Flos)
Bunga kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning, dan
bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Setiap bunga mempunyai
bukan tangkai bunga yang sebenarnya, melainkan tabung kelopak. Bagian
mahkota bunganya berwarna kuning dari semua bunga yang tumbuh, hanya 70%
– 75% yang membentuk bakal polong (Ginofora). Bunga mekar selama sekitar 24
jam kemudian layu dan gugur. Ujung tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi
bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah, memanjang, dan masuk kedalam
tanah sedalam lebih kurang 30 cm (Rukmana, 2000).
e. Buah (Fructus)
Buah kacang tanah terbentuk polong dan dibentuk ditanah didalam tanah.
Polong kacang tanah berkulit keras, dan berwarna putih kecoklat-coklatan. Tiap
polong berisi satu sampai tiga biji atau lebih. Ukuran polong bervariasi,
tergantung jenis atau varietasnya dan tingkat kesuburan tanah. Polong berukuran
besar biasanya mencapai panjang 6 cm dengan diameter 1,5 cm (Rukmana, 2000).
f. Biji (Semen)
Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit
biji tipis berwarna putih, merah atau ungu. Perbedaan-perbedaan itu tergantung
pada varietas-varietasnya. Misalnya: warna biji kacang tanah dari varietas gajah,
banteng dan macan adalah merah kesumba atau agak putih, sedangkan biji kacang
tanah dari varietas kidang berwarna merah tua. Pada umumnya biji kacang tanah
kurang mangandung unsur-unsur vitamin, namun mengandung sekitar 27%
protein dan 45% lemak.
Ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari kecil sampai besar. Biji
kecil beratnya antara 250 g – 400 g per 1000 butir, sedangkan biji besar lebih
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah
a. Iklim
Iklim yang dibutuhkan tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi
(panas) antara 28°C - 32°C. Pada suhu tanah kurang dari 18°C kecepatan
berkecambah akan lambat. Suhu tanah yang maksimum untuk tanaman kacang
tanah adalah 30°C - 34°C. Suhu udara sangat berpengaruh pada proses
pembungaan (Adisarwanto, 2000).
Curah hujan yang cocok untuk kacang tanah yaitu 800 – 1.300 mm per
tahun. Keragaman dalam jumlah dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh
atau dapat menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil kacang
tanah. Curah hujan yang cukup pada saat tanam sangat dibutuhkan agar tanaman
dapat berkecambah dengan baik. Curah hujan yang banyak pada awal tumbuh
akan menekan pertumbuhan dan dapat menurunkan hasil. Demikian pula curah
hujan agak banyak pada periode pemasakan polong maka polong akan pecah dan
biji akan berkecambah karena penundaan saat panen. Oleh karena itu, kelembaban
tanah yang cukup pada periode awal tumbuh, saat berbunga, serta saat
pembentukan dan pengisian polong sangat penting untuk memperoleh hasil
polong yang tinggi (Adisarwanto, 2000).
b. Tanah
Tanaman kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir,
liat berpasir atau lempung liat berpasir. Persyaratan sifat fisik dan kimia tanah
yang berperan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah dipengruhi oleh
keasaman tanah (pH), kandungan bahan organik, struktur tanah dan kandungan
kacang tanah. Kacang tanah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dengan
syarat tanah dapat menyerap air dengan baik dan dapat pula mengalirkan kembali
dengan lancar (Anonymous, 1989).
2.3. Varietas
Secara botani varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies
yang menunjukkan ciri yang berbeda. Sedangkan secara agronomi varietas atau
disebut juga kultivar adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih
ciri yang dibedakan secara jelas, dan tetap mempertahankan ciri khas tersebut jika
direproduksi baik secara seksual maupun secara aseksual. Varietas unggul
merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang diperoleh bila
persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan
tanaman. Suatu vaietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan
keunggulannya, tetapi semakin lama produksi akan semakin menurun tergantung
pada komposisi genetiknya (Mangoendidjojo, 2003).
Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman
tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan
yang berbeda dapat diekspresikan pada suatu sifat tanaman yang mencakup
berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman
pertumbuhan tanaman. Keanekaragaman penampilan tanaman akibat susunan,
selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis
yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).
2.4. Pupuk KCl
sebagai pengatur tekanan turgor sel dalam proses membuka dan menutupnya
stomata. Pupuk KCl berfungsi mengurangi efek negatif dari pupuk N, membantu
mempertahankan kadar air dalam tanaman, membantu pembentukan protein dan
karbohidrat serta meningkatkan mutu buah dan biji atau hasil tanaman,
meningkatkan daya tahan atau kekebalan tanaman terhadap penyakit dan
kekeringan, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau
daun dan karbohidrat pada buah ( Anonymous ,2003).
Kekurangan KCl dapat menyebabkan tanaman kerdil, lemah, ujung daun
menguning dan kering, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis
terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan KCl dapat
menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat
menurun. Status K dalam tanah : <0,40> 0,80 m (tinggi), status K dalam daun
<0,80> 1,00% (tinggi). KCl bersifat mobil, seringkali diserap tanaman dalam
jumlah berlebihan tetapi P tidak merusak, antagonis terhadap N, Mg dan Ca.
Senyawanya sangat mudah larut dalam air, mudah difiksasi mineral liat illit,
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh, mulai dari tanggal 15 Januari sampai dengan
16 April 2013.
3.2. Bahan dan Alat 1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Benih
Benih yang digunakan adalah benih unggul hasil penanaman uji adaptasi
kacang tanah pada lahan gambut musim tanam I (2012). Benih yang digunakan
adalah Bison, Domba, Gajah, Jerapah, dan Naga Umbang.
b. Kapur Dolomit
Kapur dolomit yang digunakan sebanyak 180 kg dengan kadar MgO 19 %,
dan CaO 30 %.
c. Pupuk Dasar
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk Urea dan SP-36 masing-masing
disediakan sebanyak (6,75 kg) dan (10,08 kg), sedangkan pupuk KCl adalah
pupuk yang diteliti disediakan sebanyak (10,08 kg).
2. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, parang, garu, meteran, timbangan
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) pola faktorial 5 x 3 dengan 3 ulangan, faktor yang diteliti adalah faktor
varietas (V) dan dosis pupuk KCl (K).
Faktor varietas (V) yang terdiri atas 5 taraf yaitu :
V1 : Bison
V2 : Domba
V3 : Gajah
V4 : Jerapah
V5 : Naga Umbang
Faktor dosis pupuk KCl (K) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :
K1 : 87 kg ha-1 (130.50 g plot-1)
K2 : 112 kg ha-1 (168.00 g plot-1)
K3 : 137 kg ha-1 (205.50 g plot-1)
Dengan demikian terdapat 15 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan,
maka didapat 45 satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan antara varietas
Tabel. 1 Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Varietas dan Dosis Pupuk KCl.
Model matematis yang digunakan adalah :
Yijk = µ +
β
i + Vj +Kk + (VK)jk +ε
ijk.Dimana :
Yijk = Hasil pengamatan untuk faktor varietas (V) taraf ke-j, faktor dosis
pupuk KCl taraf ke-k dan pada ulangan ke i.
µ = Rata-rata umum
β
i = Pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2 dan 3)Vj = Pengaruh faktor varietas (V) taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4 dan 5)
Kk = Pengaruh faktor dosis pupuk KCl (K) taraf ke-k (k = 1, 2 dan 3)
(VK)jk = Pengaruh faktor varietas (V) pada taraf ke-j dan faktor pupuk KCl (K)
pada taraf ke-k
Bila hasil uji F menunjukan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan
dengan uji lanjut BNJ pada level 5% (BNJ 0.05).
BNJ,05 = q0.05 (p;dbg) KT g r Keterangan :
BNJ0.05 = Beda Nyata Jujur pada level 5%
q0.05(p;dbg) = Nilai baku q pada level 5%; (jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat )
KT g = Kuadrat Tengah Galat
r = Jumlah Ulangan
3.4. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengolahan lahan
Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma, kemudian lahan dicangkul,
digemburkan dan dibentuk plot dengan ukuran 5m x 3m sebanyak 45 plot dengan
3 ulangan dan ukuran drainasenya/jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50
cm dengan kedalaman 30 cm.
2. Pengapuran
Untuk mengurangi keasaman tanah maka dilakukan pengapuran.
Pengapuran dilakukan dengan cara menabur kapur dolomit di atas bedengan yang
sudah disiapkan dengan dosis 2 ton ha-1 (3 kg plot-1) yang diberikan 7 hari
sebelum tanam.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara menabur di atas bedengan
Pupuk Urea diberikan dengan dosis 75 kg ha-1 (112.50 g plot-1), SP-36 112 kg ha-1
(168.00 g plot-1) dan pupuk KCl diberikan dengan tiga perlakuan dosis yaitu
dengan dosis (K1) 87 kg ha-1 (130.50 g plot-1), (K2) 112 kg ha-1 (168.00 g plot-1)
dan (K3) 137 kg ha-1 (205.50 g plot-1).
4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam,
masing-masing ditanam satu benih per lubang tanam dengan jarak tanam 35 cm x 15 cm.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman, penyiangan gulma dan
pembumbunan. Penyulaman dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam (MST)
apabila ada tanaman yang mati. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara
mencabut rumput-rumput disekitar tanaman kacang tanah dengan menggunakan
tangan atau cangkul kecil. Pembunbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 15
HST.
6. Panen
Panen dilakukan pada umur 92 HST dengan kriteria sebagian besar
daunnya mulai mengering dan berwarna kuning, pemanenan dilakukan dengan
cara mencabut tanaman dengan menggunakan tangan dan dibantu dengan alat
pengungkit supaya polong tidak tertingggal di dalam tanah.
3.5. Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai
ke titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan meteran dalam satuan (cm) yang
Jumlah Cabang
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seluruh cabang per rumpun dari
setiap lima tanaman sampel pada umur 15, 30, dan 45 HST.
Persentase Ginofor Gagal (%)
Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh ginofor
gagal pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :
Persentase ginofor gagal = x100%
polong
Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh polong
berisi pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :
Persentase polong berisi = x100%
polong
Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh polong
hampa pada setiap perlakuan, dengan mengunakan rumus :
Persentase polong hampa = x100%
polong
Berat Polong Per Rumpun (g)
Pengamatan dilakukan dengan menjumlahkan berat polong berisi tanaman sampel dibagi dengan jumlah tanaman sampel
Berat 100 Biji Kering (g)
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik setelah
polong dijemur selama 4 hari dan biji dipipil lalu diambil secara acak dari setiap
unit percobaan sebanyak 100 biji.
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik setelah polong
dijemur selama 4 hari dan ditimbang dari setiap unit percobaan.
Produksi Per Hektar (ton)
Perhitungan produksi dilakukan dengan mengkonversikan berat polong per plot
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Varietas
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 26)
menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
umur 30 HST, jumlah cabang umur 15, 30, dan 45 HST, persentase ginofor gagal
dan bobot 100 biji kering serta berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
umur 15 dan 45 HST, persentase polong berisi, persentase polong hampa, berat
polong per rumpun, berat polong kering per plot dan produksi per hektar.
4.1.1 Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST serta
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST. Rata-rata
tinggi tanaman pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST setelah di uji
dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan 45 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15 dan 45 HST
dijumpai pada variertas Jerapah meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan
juga dijumpai pada varietas Jerapah yang berbeda nyata dengan varietas Bison,
Domba dan Gajah namun berbeda tidak nyata dengan varietas Naga Umbang.
Hubungan antara tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas
umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST.
Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman umur 30 HST meningkat
pada varietas Jerapah dan menurun pada varietas Domba.
Meningkatnya tinggi tanaman kacang tanah pada varietas Jerapah diduga
karena perbedaan pertumbuhan dari setiap varietas yang berkaitan dengan
tanaman itu sendiri yang mempunyai keunggulan dari masing-masing varietas dan
juga dipengaruhi oleh respon genetik pada tempat tumbuhnya, hal ini sejalan
dengan pendapat Astanto (1995) menyatakan bahwa varietas adalah sekelompok
tanaman yang mempunyai ciri khas seragam dan stabil serta mengandung
perbedaan yang jelas dari berbagai varietas lain. (Harjadi, 1996) menambahkan
bahwa setiap varietas selalu terdapat perbedaan respon genetik pada kondisi
4.1.2. Jumlah Cabang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang umur 15, 30 dan
45 HST. Rata-rata jumlah cabang pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST
setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan 45 HST.
Perlakuan Jumlah Cabang
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata taraf 5% (uji BNJ).
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak umur 15 HST
dijumpai pada varietas Naga Umbang yang berbeda nyata dengan varietas Bison,
Domba, dan Jerapah namun berbeda tidak nyata dengan varietas Gajah. Pada
umur 30 HST jumlah cabang terbanyak dijumpai pada varietas Jerapah yang
berbeda nyata dengan varietas Bison, Domba dan Gajah namun berbeda tidak
nyata dengan varietas Naga Umbang. Pada umur 45 HST dijumpai pada varietas
Naga Umbang, yang berbeda nyata dengan varietas Bison, Domba, Gajah dan
Jerapah.
Hubungan antara jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai
Gambar 2. Jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST.
Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah cabang umur 15 dan 45 HST
meningkat pada varietas Naga Umbang dan menurun pada varietas Domba,
sedangkan pada umur 30 HST jumlah cabang meningkat pada varietas Jerapah
dan menurun pada varietas Domba.
Dari berbagai varietas yang dicobakan, meningkatnya jumlah cabang pada
varietas Naga Umbang dan jerapah disebabkan dari perbedaan genetik dan
karakter dari setiap varietas kacang tanah seperti yang disebutkan oleh Purnomo et
al. (2007) menyatakan bahwa varietas menunjukkan respon beragam tinggi pada
semua parameter lingkungan tumbuh, pertumbuhan dan hasil kacang tanah
ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, varietas kacang tanah yang
berbeda akan memberikan pertumbuhan dan hasil yang berbeda karena perbedaan
faktor genetiknya. Sitompul dan Guritno (1995) menambahkan penampilan
tanaman dikendalikan oleh sifat genetik dibawah faktor-faktor lingkungan.
4.1.3. Persentase Ginofor Gagal
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh sangat nyata terhadap persentase ginofor gagal. Rata-rata persentase
ginofor gagal pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Perlakuan Persentase Ginofor Gagal (%) Simbol Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
( ) : Rata-rata transformasi arsin √
Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal tertinggi dijumpai
pada varietas Domba yang berbeda nyata dengan varietas Bison, Gajah, Naga
Umbang dan varietas Jerapah. Persentase ginofor gagal kacang tanah terbanyak
pada berbagai varietas dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Persentase ginofor gagal kacang tanah pada berbagai varietas.
56.06
Bison Domba Gajah Jerapah Naga Umbang
Gambar 3 meunjukkan bahwa persentase ginofor gagal meningkat pada
varietas Domba dan menurun pada varietas Gajah. Hal ini diduga karena ginofor
yang terbentuk tidak masuk kedalam tanah dan gagal terbentuknya polong dan
juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Ginofor yang terbentuk dibagian cabang atas
dan tidak masuk kedalam tanah akan gagal membentuk polong. (Anonymous,
2006). Sumarno (2003) menambahkan bahwa pertumbuhan kacang tanah dilahan
kering sangat baik apabila ada hujan dalam seminggu sekali diselingi hari yang
cerah, kekeringan yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan
vegetatif, pembungaan dan pengisian polong tanaman kacang tanah yang akan
mempengaruhi hasil produksi.
4.1.4. Persentase Polong Berisi dan Polong Hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16 dan 18) menunjukkan bahwa
varietas berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong berisi dan persentase
polong hampa. Rata-rata persentase polong berisi dan hampa pada berbagai
varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Persentase Polong Berisi dan Polong Hampa Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Perlakuan Persentase Polong
Simbol Varietas Berisi Hampa
V1 Bison (55,73) 68,03 (34,27) 31,97
V2 Domba (49,14) 57,13 (40,86) 42,87
V3 Gajah (55,98) 68,21 (34,02) 31,79
V4 Jerapah (54,49) 66,17 (35,51) 33,83
V5 Naga Umbang (55,28) 67,31 (34,72) 32,69
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase polong berisi tertinggi dijumpai pada
varietas Gajah meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
dengan varietas lainnya. Persentase polong hampa tertinggi dijimpai pada varietas
Domba meskipun secara statistik berbeda tidak nyata dengan varietas lainnya.
Dari berbagai varietas yang dicobakan persentase polong berisi tertinggi
dijumpai pada varietas Gajah dan menurun pada varietas Domba sedangkan
persentase polong hampa tertinggi dijumpai pada varietas Domba dan menurun
pada varietas Gajah. Hal ini diduga karena perbedaan respon genetik dari setiap
varietas pada lingkungannya dan juga dipengaruhi oleh pemberian KCl yang
sependapat dengan Purnomo (2007) menyatakan bahwa meskipun kacang tanah
toleran terhadap tanah kering dan masam kondisi tersebut akan berpengaruh pada
banyaknya polong yang terisi. Muchidin (1991) menambahkan pola genetik
merupakan suatu takaran baku yang menentukan potensi untuk tumbuh maksimal
pada lingkungan yang menguntungkan.
4.1.5. Berat Polong Kering Per Rumpun
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per rumpun. Rata-rata berat
polong kering per rumpun pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05
disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Berat Polong Kering Per Rumpun Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Simbol Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
Tabel 6 menunjukkan bahwa berat polong kering per rumpun tertinggi
dijumpai pada varietas Naga Umbang meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan varietas lainnya.
Dari berbagai varietas yang dicobakan berat polong kering per rumpun
meningkat pada varietas Naga Umbang dan menurun pada varietas Jerapah. Hal
ini diduga karena varietas Naga Umbang mempunyai daya adaptasi yang lebih
cepat terhadap kondisi lingkungan yang berbeda dan juga dipengaruhi oleh faktor
genetik, sesusai dengan pendapat Nungrahaeni dan Kasno (1992) yang
menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti keadaan tanah dan iklim serta cara
bercocok tanam yang tidak selalu pada kondisi yang optimum akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga seringkali tanaman tidak mampu
berkembang sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki. Sitompul dan Guritno
(1995) menambahkan bahwa penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat genetik
dibawah faktor-faktor lingkungan.
4.1.6. Bobot 100 Biji Kering
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 22) menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata bobot 100 biji
kering kacang tanah pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan
Tabel 7. Rata-rata Bobot 100 biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Perlakuan Bobot 100 Biji Kering (g)
Simbol Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi dijumpai pada
Varietas Gajah yang berbeda nyata dengan varietas Bison, Domba, Jerapah dan
Naga Umbang. Bobot 100 biji kering terbanyak pada berbagai varietas dapat lihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Bobot 100 biji kering kacang tanah pada berbagai varietas.
Gambar 4 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering meningkat pada
varietas Gajah dan menurun pada varietas Domba. Meningkatnya bobot 100 biji
kering pada varietas gajah diduga karena pada varietas gajah mempunyai
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya dan memiliki
potensi produksi yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Simatupang
(1997) yang menjelaskan bahwa perbedaan pertumbuhan dan produksi suatu
varietas dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi terhadap
40.92
Bison Domba Gajah Jerapah Naga Umbang
Bo
bot 100
Biji Kering (
g)
lingkungan tempat tumbuhnya. Meskipun secara genetik ada varietas yang
memiliki potensi produksi yang lebih baik, tetapi karena dipengaruhi oleh faktor
lingkungan tempat tumbuhnya sangat dapat menurunkan produksi.
4.1.7. Berat Polong Kering Per Plot Netto
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong per plot netto. Rata-rata berat
polong kering kacang tanah pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05
disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Perlakuan Berat Polong Kering Per Plot (kg)
Simbol Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
Tabel 8 menunjukkan bahwa berat polong kering per plot netto tertinggi
dijumpai pada varietas Naga Umbang meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan varietas lainnya.
Dari berbagai varietas yang dicobakan berat polong kering per plot
meningkat pada varietas Naga Umbang dan menurun pada varietas Jerapah. Hal
ini diduga karena varietas Naga Umbang mempunyai daya adaptasi yang lebih
cepat terhadap kondisi lingkungan yang berbeda, sesusai dengan pendapat
Adisarwanto (2001) yang menyatakan bahwa produksi yang tinggi akan dicapai
apabila varietas tanaman yang ditanam memiliki potensi hasil yang tinggi dan
4.1.8. Produksi Per Hektar
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 26) menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi per
hektar kacang tanah pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan
pada tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Perlakuan Produksi Per Hektar (ton)
Simbol Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
Tabel 9 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi dijumpai pada
varietas Naga Umbang meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata dengan varietas lainnya.
Dari berbagai varietas yang dicobakan produksi per hektar meningkat pada
varietas Naga Umbang dan menurun pada varietas Jerapah, hal ini diduga karena
setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan respon genotip pada kondisi
lingkungan tempat tumbuhnya. (Gardner et,al., 1991) menyatakan bahwa
perbedaan respon genotip dari setiap varietas terhadap lingkungan tumbuhnya
juga dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan produksinya. Sehingga dapat
menurunkan produksi dari suatu tanaman. Selain itu tinggi rendahnya
pertumbuhan serta hasil tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal merupakan faktor yang
tanaman, daya hasil, kapasitas menyimpan cadangan makanan, ketahanan
terhadap penyakit dan lain-lain. Faktor ekternal merupakan faktor lingkungan,
seperti iklim, tanah dan biotik.
4.2. Pengaruh Dosis Pupuk KCl
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 26)
menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat
tinggi tanaman dan jumlah cabang umur 15, 30, dan 45 HST, persentase ginofor
gagal, persentase polong berisi, persentase polong hampa, berat polong kering per
rumpun, berat 100 biji kering, berat polong kering per plot netto dan produksi per
hektar.
4.2.1 Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30
dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis KCl
umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk KCl Umur 15, 30 dan 45 HST.
Tabel 10 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15, 30 HST
dijumpai pada dosis KCl 137 kg ha-1, tanaman tertinggi pada umur 45 HST
dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1, meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Hal ini diduga karena pada
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Simbol KCl (kg ha-1) 15 HST 30 HST 45 HST
K1 87 5,46 16,46 32,32
K2 112 5,58 16,58 32,07
dosis tersebut unsur hara yang diberikan tersedia dalam jumlah optimal. Sesuai
dengan pendapat Darmawan dan Baharsyah (1983) yang menyatakan bahwa
ketersediaan hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses
metabolisme pada jaringan tanaman. Proses metabolisme merupakan
pembentukan dan perombakan unsur-unsur hara dalam tubuh tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dwidjoseputro (1986) menambahkan
bahwa tanaman akan tumbuh dengan subur apabila unsur hara yang dibutuhkan
tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap
diabsorsi.
4.2.2. Jumlah Cabang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 8, 10 dan 12)
menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
cabang umur 15, 30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah
pada berbagai dosis KCl umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl Umur 15, 30 dan 45 HST.
Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak umur 15 HST
dijumpai pada dosis KCl 112 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Jumlah cabang terbanyak
umur 30 dan 45 HST dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Hal
Perlakuan Jumlah Cabang
Simbol KCl (kg ha-1) 15 HST 30 HST 45 HST
K1 87 3,14 6,25 6,72
K2 112 3,37 6,15 6,52
ini diduga karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis
yang optimal. Sesuai dengan pendapat Wibawa (1998) bahwa pertumbuhan
tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang
dan dalam dosis yang optimal.
4.2.3. Persentase Ginofor Gagal
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap persentase ginofor gagal. Rata-rata
persentase ginofor gagal kacang tanah pada berbagai varietas disajikan pada Tabel
12.
Tabel 12. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl
Perlakuan Persentase Ginofor Gagal (%)
Simbol KCl (kg ha-1)
K1 87 (57,47) 70,48
K2 112 (56,45) 68,89
K3 137 (58,26) 71,63
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
( ) : Rata-rata transformasi arsin √
Tabel 12 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal tertinggi dijumpai
pada dosis KCl 137 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Hal ini diduga karena pupuk yang
diterima oleh tanaman tidak tercukupi atau tidak sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Hasibuan (2009) menyatakan
sedikit atau terlalu banyak karna dapat menyebabkan pemborosan atau dapat
merusak akar tanaman. Bila dosis pupuk terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman dan apabila dosis terlalu banyak maka sangat
mengganggu keseimbangan hara dan dapat meracuni akar. Sumarno (2003)
menambahkan bahwa pertumbuhan kacang tanah dilahan kering sangat baik
apabila ada hujan dalam seminggu sekali diselingi hari yang cerah. Kekeringan
yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan
pengisian polong tanaman kacang tanah yang akan mempengaruhi hasil produksi.
4.2.3. Persentase Polong Berisi dan Polong Hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16 dan 18) menunjukkan bahwa
dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong berisi dan
polong hampa. Rata-rata persentase polong berisi dan polong hampa pada
berbagai dosis KCl disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Persentase Polong Berisi dan Polong Hampa Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl.
Perlakuan Persentase Polong (%)
Simbol KCl (kg ha-1) Berisi Hampa
K1 87 (53,74) 64,72 (36,26) 35,28
K2 112 (54,31) 65,65 (35,69) 34,35
K3 137 (54,32) 65,74 (35,68) 34,26
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
( ) : Rata-rata transformasi arsin √
Tabel 13 menunjukkan bahwa persentase polong berisi tertinggi dijumpai
pada dosis KCl 137 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan
dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata terhadap dosis KCl lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase polong berisi kacang
tanah terbaik meningkat pada dosis KCl 137 kg ha-1 dan menurun pada dosis KCl
87 kg ha-1 sedangkan persentase polong hampa meningkat pada dosis KCl 87 kg
dan menurun pada dosis KCl 137 kg ha-1 memberikan hasil yang berbanding
terbalik dari keduanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rinsema (1986)
menyatakan bahwa KCl mempunyai pengaruh positif dan mendorong tanaman
menjadi baik dan meningkatkan kualitas biji yang dihasilkan.
4.2.4. Berat Polong Kering Per Rumpun
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per rumpun.
Rata-rata berat polong kering per rumpun kacang tanah pada berbagai dosis KCl
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata Berat Polong Kering Per Rumpun Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl
Perlakuan Berat Polong Per Rumpun (g)
Simbol KCl (kg ha-1)
K1 87 21,86
K2 112 21,33
K3 137 21,33
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ )
Tabel 14 menunjukkan bahwa berat polong kering per rumpun tertinggi
dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya.
Meningkatnya berat polong kering per rumpun pada dosis KCl 87 kg ha-1
dibutuhkan tersedia dalam jumlah optimum dan seimbang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lingga (1995) yang menyatakan bahwa respon tanaman terhadap
pemupukan akan meningkat jika pemberian pupuk sesuai dengan dosis, waktu dan
cara yang tepat. Ketersediaan unsur hara bagi tanaman merupakan salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi produksi tanaman.
4.2.5. Bobot 100 Biji Kering
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 22) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata
bobot 100 biji kering kacang tanah pada berbagai dosis KCl disajikan pada Tabel
15.
Tabel 15. Rata-rata Bobot 100 biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl
Perlakuan Bobot 100 Biji Kering (g)
Simbol KCl (kg ha-1)
K1 87 42,98
K2 112 41,49
K3 137 42,33
Tabel 15 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi dijumpai
pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata dengan dosis KCl lainnya.
Meningkatnya bobot 100 biji kering kacang tanah pada dosis KCl 87 kg
ha-1 diduga karena pada dosis tersebut kebutuhan dosis KCl tersedia dalam kondisi
yang cukup, seimbang sehingga telah mampu meningkatkan produksi kacang
tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam (2002), menyatakan bila
tanaman kacang tanah kekeurangan unsur K, maka banyak proses yang tidak
kadar pati dan akumulasi senyawa nitrogen dalam tanaman, karena fungsi K
adalah : membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam
pembentuk protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi
dalam sel terutama dalam asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan
meristem, mengatur pergerakan stomata, memperkuat tegakan batang,
mengaktifkan enzim, meningkatkan karbohidrat dan gula dalam buah, dan biji
tanaman menjadi lebih berisi dan padat.
4.2.6. Berat Polong Kering Per Plot Netto
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot netto.
Rata-rata berat polong kering per plot netto kacang tanah pada berbagai dosis KCl
disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ )
Tabel 16 menunjukkan bahwa berat polong kering plot netto tertinggi
dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya.
Meningkatnya berat polong kering per plot netto pada dosis KCl 87 kg ha-1
diduga karena pada dosis tersebut tanaman mencukupi unsur hara yang
dibutuhkan sehingga dapat merangsang pertumbuhan yang baik serta hasil yang
bahwa produksi suatu tanaman dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia.
Wibawa (1998) menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman yang baik dapat
tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis yang optimum.
4.2.7. Produksi Per Hektar
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 26) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata
produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis KCl disajikan pada Tabel
17.
Tabel 17. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl
Perlakuan Produksi Per Hektar (Ton)
Simbol KCl (kg ha-1)
K1 87 4,16
K2 112 4,06
K3 137 4,06
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ )
Tabel 17 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi dijumpai pada
dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata dengan dosis KCl lainnya.
Meningkatnya produksi kacang tanah pada dosis KCl 87 kg ha-1 diduga
bahwa pemberian pupuk KCl yang tepat dapat merangsang perkembangan
tanaman sehingga produksi tanaman yang diperoleh juga tinggi dan meningkatkat
kualitas biji yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (1995)
menyatakan bahwa respon tanaman terhadap pemupukan akan meningkat jika
pemberian pupuk sesuai dengan dosis, waktu dan cuaca yang tepat. Ketersediaan
produksi tanaman. Hardjowigeno (1983) menambahkan bahwa agar tanaman
dapat tumbuh dan berproduksi maksimum perlu adanya keseimbangan unsur hara
sesuai kebutuhan tanaman.
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 26)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dan dosis
pupuk KCl terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah
yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan respon beberapa varietas
tanaman kacang tanah tidak tergantung pada dosis pupuk KCl dan begitu pula
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman umur 30 HST, jumlah cabang umur 15, 30, dan 45
HST, persentase ginofor gagal dan bobot 100 biji kering serta berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST, persentase polong
berisi, persentase polong hampa, berat polong kering per rumpun, berat polong
kering per plot netto dan produksi per hektar. Produksi kacang tanah terbaik
dijumpai pada varietas Naga Umbang.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST,
persentase ginofor gagal, persentase polong berisi, persentase polong hampa,
berat polong kering per rumpun, bobot 100 biji kering, berat polong kering per
plot netto dan produksi per hektar. Dosis pupuk KCl terbaik bagi tanaman
kacang tanah dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1.
3. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dan dosis pupuk KCl
terhadap semua peubah yang diamati.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaaan
varietas-varietas unggul dan pengunaan pupuk KCl pada tanaman kacang tanah untuk
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1989. Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta. 84 hal.
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Malang. 88 hal.
__________2001. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai Pada Lahan Sawah dan Lahan kering. Penebar Swadaya, Jakarta. 88 Hal.
Anonymous, 1989. Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh. 20 Hal.
__________2003. Bokashi Fermentasi Bahan Organic dengan Teknologi Effective Microorganisme, Jakarta.
__________2006. Budidaya Kacang tanah Tanpa Olah tanah, available at: http/www.deptan.co.id/tenologi/tp/tkctanah 1.htm.
Astanto, K. 1995. Perkembangan Varietas Kacang Tanah. Monograt Balittan Malang No. 12, Malang. 31 Hal.
Darmawan, J, Baharsyah, J. 1983. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. Gardner, F. P. R. B. Pearce, and R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan Oleh: Herawati Susilo. University Of Indonesia Press. Jakarta. 428 Hal.
Hardjowigeno. M. 1983, Ilm Tanah. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta. Harjadi, M. 1996. Pengantar Agronomi, Jakarta. 197 Hal.
Hasibuan. B. E. 2009. Pupuk dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta. 205 hal.
Leiwakabessy, F.M. 1977. Ilmu Kesuburan Tanah. Lembaga Penelitian Tanah Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk, Jakarta. 162 Hal.
Muchidin, A.1991. Pengantar agronomi. Erlangga, Jakarta. 437 Hal.
Nungrahaeni, N dan Kasno, A. 1992. Plasma Nulfah Kacang Tanah Toleran Terhadap Cekaman Fisik. Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang.
Purnomo, 2007. Keragaan Varietas Kacang Tanah Unggul di Lahan Ultisol Masam. Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. 61 Hal.
Purwono dan Purnamawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.Penebar Swadaya, Jakarta
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Kacang Tanah. Kanasius, Yogyakarta.
Sitompul, S.M dan guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan tanaman. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta
Simatupang, S. 1997. Sifat dan ciri-ciri tanah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 86 Hal.
Soegiman, 1982, Ilmu Tanah Terjemahan, Bratara Karya Aksara, Jakarta.
Sumarno, 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah.Penerbit Sinar Baru Algesindo, Bandung. 79 Hal.
Suprapto, 1991. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta. 26 Hal. ________1999. Keunggulan Komparatif dan proteksi Efektif Komoditas Jagung
dan Kedelai di Propinsi Jawa Timur. Tesis. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutarto, V, S. Hutami, dan B.Soeherdy.1985. Pengapuran dan Pemupukan Molibdenum, Magnesium, dan Sulfur pada Kacang Tanah. Dalam seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan volume 1 Palawija. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 227 : 146-155.
Lampiran 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Lampiran 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Lampiran 6. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
Lampiran 8. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai
Lampiran 9. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15 HST
Lampiran 10. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai
Lampiran 11. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 30 HST
Lampiran 12. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai
Lampiran 13. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 45 HST
Lampiran 14. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas (%)
Ȳ = 57,39
Lampiran 16. Rata-rata Persentase Polong Berisi Kacang Tanah Pada Berbagai
Lampiran 18. Rata-rata Persentase Polong Hampa Kacang Tanah Pada Berbagai
Lampiran 20. Rata-rata Berat Polong Kering Per Rumpun Kacang Tanah Pada
Lampiran 22. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai
Lampiran 24. Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah Pada
Lampiran 26. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai
DESKRIPSI VARIETAS
Asal : Silang tunggal varietas Kelinci (K) dengan mutan varietas Gajah (SHM2)
Hasil rata-rata : 2,0 ton ha-1 polong kering Potensi hasil : 3,6 ton ha-1 polong kering
Tipe pertumbuhan : Tegak
Percabangan : Tegak
Warna batang : Keunguan
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Pusat bendera: kuning muda
Warna matahari : Ungu kemerahan
Warna ginofor : Ungu
Warna kulit biji : Rose (merah muda)
Bentu biji : Lonjong (oval)
Bentuk polong : Agak berpinggang
Jaring kulit polong : Jelas (nyata)
Ketahanan thd penyakit : Agak tahan karat, bercak daun dan A. flavus Toleransi abiotik : Toleran naungan instensitas 25 %, toleran kahat
Fedan adaptif di Alkasol alkalis
Pemulia : Astanto Kasno,Joko Purnomo, Novita Nugrahaeni,
Trustinah, Mujiono, dan Paidi Ekofisiologis : Abdullah Taufik
VARIETAS DOMBA
Dilepas tahun : 17 Maret 2004
SK Mentan : 172/Kpts/LB. 240/3/2004
Nomor induk : MLG 7926
Kode galur : G/PI 259747-92-B-28
Asal : Silang tunggal varietas Gajah (G) dengan ICGV
259747
Hasil rata-rata : 2,1 ton ha-1 polong kering Potensi hasil : 3,6 ton ha-1 polong kering
Tipe pertumbuhan : Tegak
Percabangan : Tegak
Warna batang : Hijau
Warna daun : Hijau tua
Warna bunga : Kuning
Warna ginofor : Hijau
Warna kulit biji : Rose (merah muda)
Bentu biji : Pipih
Bentuk polong : Tidak berpinggang Jaring kulit polong : Agak dalam
Ketahanan thd penyakit : Agak tahan karat, bercak daun dan A. flavus Toleransi abiotik : Toleran kahat Fe dan adaptif di Alkasol alkalis
Pemulia : Astanto Kasno,Joko Purnomo, Novita Nugrahaeni,
Trustinah, Mujiono, dan Paidi Ekofisiologis : Abdullah Taufik
VARIETAS GAJAH
Dilepas tahun : 1998
Nomor induk : 6 1
Asal : Seleksi keturunan persilangan schwarz-2 spanish
Hasil rata-rata : 1,8 ton ha-1
Warna batang : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Kuning
Warna ginofor : Ungu
Warna biji : Merah muda
Bentuk tanaman : Tegak
Umur berbunga : 30 hari
Umur polong tua : 100 hari
Bobot 100 biji : 53 g
Kadar protein : 29 %
Kadar lemak : 48 %
Ketahanan thd penyakit : Tahan penyakit layu, peka penyakit karat dan
bercak daun
Sifat-sifat lain : Rendemen biji dari polong 60-70 %
Benih penjenis : Dipertahankan di Balitan Bogor