• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KCl

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

KACANG TANAH (

Arachis hypogaea

L.)

SKRIPSI

OLEH

ADE SUWARNA PUTRA

07C10407005

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

RESPON BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KCl

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

KACANG TANAH (

Arachis hypogaea

L.)

SKRIPSI

OLEH

ADE SUWARNA PUTRA

07C10407005

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Respon Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)

Nama Mahasiswa : Ade Suwarna Putra

N I M : 07C10407005

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Muhammad Jalil, S.P, M.P Irvan Subandar, S.P, M.P NIDN. 0115068302 NIDN. 0129067903

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

Diswandi Nurba, S.TP, M.Si

NIDN. 0128048202 Jasmi, S.P, M.Sc NIDN. 0127088002

(4)

Ya Allah…..

Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagiankecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu:

“sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”

(Al-Kahfi : 109) Alhamdulillah…..

Hari ini telah Engkau penuhi harapanku

Harapan untuk membahagiakan orang-orang tercinta Walau hari depan masih sebuah tanda tanya

Ayahanda...

Dengan iringan do’amu hari ini telah ku gapai cita-citaku yang engkau amanahkan dan harapkan. Ayah….hari ini ku buktikan segala usahamu, terima kasih ayah Do’aku selalu mengiringi langkahmu...

Ibunda...

Lelahmu menanti keberhasilanku, do’amu membuat aku semangat, kasih sayangmu menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran walaupun beragam cobaan yang menghalangi...

Ibunda….tiada lagi yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa membahagiakanmu...

Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulusnya do’a, kupersembahkan karya tulis ini kepada yang mulia Ayahanda Razali Ibunda tercinta Rosmaniar Juga orang-orang yang kusayangi Abangku Riza Mubaraq, adikku David dan Fajri (Terimakasih atas canda tawa dan do’a kalian s’lama ini, semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua).

Terima Kasih yang tak terhingga ku ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi hari-hariku; Wira, SP. Soni, SP. Fajar, SP. Eka, SP. Erwin CM. Khairilfuddin. Fuadi, Icut, Mutti, Imus, Ibrahim, serta Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, Thank’s for Attention.

Special Thank's For :

Kekasihku Tercinta Adinda Yuli Sri Diana, S.Sos terimakasih karena telah menjagaku dalam iringan do’amu, Somoga

kasih sayang dan keikhlasanmu

yang tiada berujung masanya sehingga senantiasa memberiku semangat

untuk lebih maju kedepan dan menyongsong hari depan yang cerah...

Ya Allah...

Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan Jiwaku Agar Selalu Melangkah di Jalan Mu...Amin...!!!

(5)

RINGKASAN

ADE SUWARNA PUTRA ”Respon Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)” dibawah bimbingan Muhammad Jalil sebagai pembimbing utama dan Irvan Subandar sebagai pembimbing anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan dosis pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat mulai dari Tanggal 15 Januari sampai dengan 16 April 2013.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa benih kacang tanah, kapur dolomit, pupuk Urea, SP36 dan pupuk KCl. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, garu, tugal, meteran, timbangan analitik, papan nama, tali ajir dan alat-alat tulis.

Rancangan percobaaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 5 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah faktor varietas dan dosis pupuk KCl, faktor varietas terdiri dari lima taraf yaitu : Bison, Domba, Gajah, Jerapah dan NagaUmbang sedangkan faktor dosis pupuk KCl terdiri dari tiga taraf yaitu :(87 kg ha-1), (112 kg ha-1) dan (137 kg ha-1).

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST, persentase ginofor gagal, persentase polong berisi, persentase polong hampa, berat polong kering per rumpun, bobot100 biji kering, berat polong per plot netto dan produksi per hektar.

(6)

Dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST, persentse ginofor gagal, persentase polong berisi, persentase polong hampa, berat polong kering per rumpun, bobot 100 biji kering, berat polong kering per plot netto dan produksi per hektar. Dosis pupuk KCl terbaik bagi tanaman kacang tanah dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat-Nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Respon Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)” Salawat beriring salam kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Muhammad Jalil, SP, MP. Selaku pembimbing utama dan Irvan Subandar, SP, MP. Selaku pembimbing anggota yang telah memberikan masukan dan bimbingan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

2. Jasmi, SP, M. Sc. Selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.

3. Diswandi Nurba S.TP, M. Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar dan Civitas Akademika yang telah menyediakan sarana dan prasarana selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.

4. Ayahanda dan Ibunda, serta saudara-saudara saya atas doa, kasih sayang, pengorbanan dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi hingga selesai.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap

Amal dan bantuan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Meulaboh, Januari 2014

(8)

DAFTAR ISI

2.1.Botani Tanaman Kacang Tanah ... 4

2.2.Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah ... 7

2.3.Varietas ... 8

3.4.Pelaksanaan Penelitian ... 13

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis Pupuk KCl ... 12

2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanahpada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan 45 HST ... 17

7. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas . 25

8. Rata-rata Berat Polong KeringPer Plot Netto Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas ... 26

9. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas ... 27

10.Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis KCl Umur 15, 30 dan 45 HST ... 28

11.Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis KClUmur 15, 30 dan 45 HST ... 29

(10)

Nomor Teks Halaman 16.Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah Pada

Berbagai Dosis KCl ... 34

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Varietas umur15, 30 dan 45 HST ... 18

2. Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Varietas umur 15, 30 dan 45 HST ... 20

3. Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas... 21

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15 HST (cm) ... 40 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

Umur 15 HST ... 40

3. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 30 HST (cm) ... 41

4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 30 HST ... 41 5. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur

45 HST (cm) ... 42 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

Umur 45 HST ... 42 7. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai

Varietas Umur 15 HST (cm) ... 43 8. Analisis Ragam Jumlah Cabang TanamanKacang Tanah Pada Berbagi

Varietas Umur 15 HST ... 43 9. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai

Varietas Umur 30 HST (cm) ... 44

10. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagi Varietas Umur 30 HST ... 44

11. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 45 HST (cm) ... 45 12. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagi

VarietasUmur 45 HST ... 45 13. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai

Varietas (%) ... 46 14. Analisis Ragam Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada

Berbagai Varietas ... 46 15. Rata-rata Persentase Polong berisi Kacang Tanah Pada Berbagai

(13)

Nomor Teks Halaman 16. Analisis Ragam Persentase Polong Berisi Kacang Tanah Pada Berbagai

Varietas... 47 17. Rata-rata Persentase Polong Hampa Kacang Tanah Pada Berbagai

Varietas(%) ... 48 18. Analisis Ragam Persentase Polong Hampa Kacang Tanah Pada

Berbagai Varietas ... 48 19. Rata-rata Berat Polong Kering Per Rumpun Kacang Tanah Pada

Berbagai Varietas (g) ... 49

20. Analisis Ragam Berat Polong KeringPer Rumpun Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas ... 49

21. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas (g) ... 50 22. Analisis Ragam Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai

Varietas... 50 23. Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah Pada

Berbagai Varietas (kg) ... ... 51 24. Analisis Ragam Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah

Pada Berbagai Varietas ... 51 25. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

(ton) ... 52

26. Analisis Ragam Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas... 52 27. Deskripsi Varietas

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari Brasilia. Penanaman

kacang tanah pertama kali dilakukan oleh orang Indian. Setelah ditemukan di

Benua Amerika tanaman ini ditanam oleh pendatang dari Eropa. Daerah pusat

penyebarannya mulai terkonsentrasi di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan

Gambia, kemudian meluas ke berbagai negara di dunia (Rukmana, 1995).

Di Indonesia kacang tanah mulai ditanam pada awal abat ke-17. Masuknya

kacang tanah ke wilayah Nusantara dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis,

pada mulanya produksi kacang tanah terpusat di Pulau Jawa. Selanjutnya

menyebar ke berbagai Daerah (Provinsi), terutama Sumatra Utara dan Sulawesi

Selatan (Rukmana, 1995).

Kacang tanah merupakan tanaman legum terpenting setelah kedelai yang

memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan

minyak nabati. Sebagai bahan pangan dan makanan yang bergizi tinggi, kacang

tanah mengandung lemak, protein, karbohidrat dan vitamin (Suprapto, 1999).

Produksi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 836. 295 ton

dengan produktivitas 1,8 - 2,0 ton ha-1, produksi kacang tanah terus menurun dari

tahun ketahun. Untuk peningkatan produksi kacang tanah dapat dilakukan dengan

penggunaan varietas-varietas unggul (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Penggunaan varietas unggul sangat berperan dalam peningkatan

produktivitas tanaman karena varietas unggul merupakan salah satu paket

teknologi budidaya yang secara nyata dapat meningkatkan produktivitas dan

(15)

Varietas unggul kacang tanah memiliki sifat keunggulan tertentu

dibandingkan dengan varietas lokal diantaranya daya hasil lebih tinggi, murni,

memiliki ukuran, warna dan bentuk yang seragam, serta memiliki ketahanan

terhadap serangan penyakit tertentu (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Selain penggunaan varietas unggul usaha lain untuk dapat meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah juga dapat dilakukan dengan

penggunaan pupuk anorganik yaitu pupuk KCl. KCl diserap tanaman dalam

bentuk K+ berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi,

enzim dan mineral, membantu mempertahankan kadar air dalam tanaman,

meskipun ia tidak (seperti magnesium) memasuki susunan molekulnya

(Soegiman, 1982).

KCl adalah unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman setelah nitrogen

dan phosfor, fungsi KCl sangat penting dalam proses fisiologi tanaman, berperan

sebagai katalosator aktivitas enzim esensial dalam reaksi-reaksi metabolisme dan

enzim yang terlibat dalam sitesis pati dan protein, berperan mengatur tekanan

turgor sel dalam proses membuka dan menutup stomata (Lakitan, 1993).

Dengan demikian keberadaan KCl pada tanaman berkaitan pula dengan

ketersediaan air tanaman, yang berakibat pada tekanan turgor sel dan proses

membuka stomata, serta kandungan air pada tanah yang berhubungan pula dengan

kelembaban tanah.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui varietas dan dosis pupuk KCl yang tepat

agar diperoleh petumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah yang optimal.

(16)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan dosis

pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah serta nyata

tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

1.3. Hipotesis

1. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang

tanah.

2. Dosis pupuk KCl berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman kacang tanah.

3. Terdapat interaksi antara varietas dan dosis KCl terhadap pertumbuhan

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Kacang Tanah 1. Sistematika

Kacang tanah termasuk dalam famili leguminoceae yang sistematikanya sebagai berikut (Suprapto, 1991) :

Division : Spermathophyta

Sub-division : Angiospermae Class : Dicotyledonae

Ordo : Polypetales Family : Leguminoceae

Genus : Arachis Species : hypogaea L.

2. Morfologi a. Akar (Radix)

Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas akar tunggang (radix

primaria). Dan akar cabang (radix lateralis). Pertumbuhan akar menyebar

kesemua arah sedalam lebih dari 30 cm dari permukaan tanah. Akar berfungsi

sebagai organ penyerap unsur hara dan air untuk pertumbuhan tanaman, namun

fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah bereaksi jelek, kadar airnya kurang,

kandungan senyawa Al dan Mn tinggi, serta derajat keasaman (pH) tanah tinggi.

Khusus pada varietas-varietas kacang tanah tipe menjalar pada masing-masing

cabang yang buku-bukunya menyentuh tanah, akan tumbuh akar liar (adventious

(18)

dengan sistem perakaran kacang tanah bisa bertahan hidup pada kondisi tanah

yang kurus (AAK, 1989).

b. Batang (Caulis)

Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku dengan

tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya batang tumbuh tunggal,

namun lambat laun cabang banyak seolah-olah merunpun. Panjang batang

berkisar antara 30 cm – 40 cm lebih tergantung pada jenis atau varietas kacang

tanah dan kesuburan tanah. Buku-buku (ruas-ruas) batang yang terletak di dalam

tanah merupakan tempat melekat akar, bunga dan buah. Ruas-ruas batang yang

berada di atas permukaan tanah merupakan tempat tumbuh tangkai daun

(Rukmana, 2000).

c. Daun (Folium)

Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk dan berpasangan

bersirip genap. Setiap tangkai terdiri dari empat helai anak daun. Daun muda

berwarna hijau kekuning-kuningan, setelah tua menjadi hijau tua. Daun-daun tua

akan menguning dan berguguran mulai dari bawah keatas bersamaan dengan

stadium polong tua. Helaian daun bersifat nitritopic, yakni mampu menyerap

cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daunnya memiliki bulu yang

berfungsi sebagai penahan atau penyimpanan debu (Rukmana, 2000).

d. Bunga (Flos)

Bunga kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning, dan

bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Setiap bunga mempunyai

(19)

bukan tangkai bunga yang sebenarnya, melainkan tabung kelopak. Bagian

mahkota bunganya berwarna kuning dari semua bunga yang tumbuh, hanya 70%

– 75% yang membentuk bakal polong (Ginofora). Bunga mekar selama sekitar 24

jam kemudian layu dan gugur. Ujung tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi

bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah, memanjang, dan masuk kedalam

tanah sedalam lebih kurang 30 cm (Rukmana, 2000).

e. Buah (Fructus)

Buah kacang tanah terbentuk polong dan dibentuk ditanah didalam tanah.

Polong kacang tanah berkulit keras, dan berwarna putih kecoklat-coklatan. Tiap

polong berisi satu sampai tiga biji atau lebih. Ukuran polong bervariasi,

tergantung jenis atau varietasnya dan tingkat kesuburan tanah. Polong berukuran

besar biasanya mencapai panjang 6 cm dengan diameter 1,5 cm (Rukmana, 2000).

f. Biji (Semen)

Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit

biji tipis berwarna putih, merah atau ungu. Perbedaan-perbedaan itu tergantung

pada varietas-varietasnya. Misalnya: warna biji kacang tanah dari varietas gajah,

banteng dan macan adalah merah kesumba atau agak putih, sedangkan biji kacang

tanah dari varietas kidang berwarna merah tua. Pada umumnya biji kacang tanah

kurang mangandung unsur-unsur vitamin, namun mengandung sekitar 27%

protein dan 45% lemak.

Ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari kecil sampai besar. Biji

kecil beratnya antara 250 g – 400 g per 1000 butir, sedangkan biji besar lebih

(20)

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah

a. Iklim

Iklim yang dibutuhkan tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi

(panas) antara 28°C - 32°C. Pada suhu tanah kurang dari 18°C kecepatan

berkecambah akan lambat. Suhu tanah yang maksimum untuk tanaman kacang

tanah adalah 30°C - 34°C. Suhu udara sangat berpengaruh pada proses

pembungaan (Adisarwanto, 2000).

Curah hujan yang cocok untuk kacang tanah yaitu 800 – 1.300 mm per

tahun. Keragaman dalam jumlah dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh

atau dapat menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil kacang

tanah. Curah hujan yang cukup pada saat tanam sangat dibutuhkan agar tanaman

dapat berkecambah dengan baik. Curah hujan yang banyak pada awal tumbuh

akan menekan pertumbuhan dan dapat menurunkan hasil. Demikian pula curah

hujan agak banyak pada periode pemasakan polong maka polong akan pecah dan

biji akan berkecambah karena penundaan saat panen. Oleh karena itu, kelembaban

tanah yang cukup pada periode awal tumbuh, saat berbunga, serta saat

pembentukan dan pengisian polong sangat penting untuk memperoleh hasil

polong yang tinggi (Adisarwanto, 2000).

b. Tanah

Tanaman kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir,

liat berpasir atau lempung liat berpasir. Persyaratan sifat fisik dan kimia tanah

yang berperan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah dipengruhi oleh

keasaman tanah (pH), kandungan bahan organik, struktur tanah dan kandungan

(21)

kacang tanah. Kacang tanah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dengan

syarat tanah dapat menyerap air dengan baik dan dapat pula mengalirkan kembali

dengan lancar (Anonymous, 1989).

2.3. Varietas

Secara botani varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies

yang menunjukkan ciri yang berbeda. Sedangkan secara agronomi varietas atau

disebut juga kultivar adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih

ciri yang dibedakan secara jelas, dan tetap mempertahankan ciri khas tersebut jika

direproduksi baik secara seksual maupun secara aseksual. Varietas unggul

merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang diperoleh bila

persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan

tanaman. Suatu vaietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan

keunggulannya, tetapi semakin lama produksi akan semakin menurun tergantung

pada komposisi genetiknya (Mangoendidjojo, 2003).

Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman

tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan

yang berbeda dapat diekspresikan pada suatu sifat tanaman yang mencakup

berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman

pertumbuhan tanaman. Keanekaragaman penampilan tanaman akibat susunan,

selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis

yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

2.4. Pupuk KCl

(22)

sebagai pengatur tekanan turgor sel dalam proses membuka dan menutupnya

stomata. Pupuk KCl berfungsi mengurangi efek negatif dari pupuk N, membantu

mempertahankan kadar air dalam tanaman, membantu pembentukan protein dan

karbohidrat serta meningkatkan mutu buah dan biji atau hasil tanaman,

meningkatkan daya tahan atau kekebalan tanaman terhadap penyakit dan

kekeringan, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau

daun dan karbohidrat pada buah ( Anonymous ,2003).

Kekurangan KCl dapat menyebabkan tanaman kerdil, lemah, ujung daun

menguning dan kering, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis

terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan KCl dapat

menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat

menurun. Status K dalam tanah : <0,40> 0,80 m (tinggi), status K dalam daun

<0,80> 1,00% (tinggi). KCl bersifat mobil, seringkali diserap tanaman dalam

jumlah berlebihan tetapi P tidak merusak, antagonis terhadap N, Mg dan Ca.

Senyawanya sangat mudah larut dalam air, mudah difiksasi mineral liat illit,

(23)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Teuku Umar Meulaboh, mulai dari tanggal 15 Januari sampai dengan

16 April 2013.

3.2. Bahan dan Alat 1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Benih

Benih yang digunakan adalah benih unggul hasil penanaman uji adaptasi

kacang tanah pada lahan gambut musim tanam I (2012). Benih yang digunakan

adalah Bison, Domba, Gajah, Jerapah, dan Naga Umbang.

b. Kapur Dolomit

Kapur dolomit yang digunakan sebanyak 180 kg dengan kadar MgO 19 %,

dan CaO 30 %.

c. Pupuk Dasar

Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk Urea dan SP-36 masing-masing

disediakan sebanyak (6,75 kg) dan (10,08 kg), sedangkan pupuk KCl adalah

pupuk yang diteliti disediakan sebanyak (10,08 kg).

2. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, parang, garu, meteran, timbangan

(24)

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok

(RAK) pola faktorial 5 x 3 dengan 3 ulangan, faktor yang diteliti adalah faktor

varietas (V) dan dosis pupuk KCl (K).

Faktor varietas (V) yang terdiri atas 5 taraf yaitu :

V1 : Bison

V2 : Domba

V3 : Gajah

V4 : Jerapah

V5 : Naga Umbang

Faktor dosis pupuk KCl (K) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

K1 : 87 kg ha-1 (130.50 g plot-1)

K2 : 112 kg ha-1 (168.00 g plot-1)

K3 : 137 kg ha-1 (205.50 g plot-1)

Dengan demikian terdapat 15 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan,

maka didapat 45 satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan antara varietas

(25)

Tabel. 1 Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Varietas dan Dosis Pupuk KCl.

Model matematis yang digunakan adalah :

Yijk = µ +

β

i + Vj +Kk + (VK)jk +

ε

ijk.

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan untuk faktor varietas (V) taraf ke-j, faktor dosis

pupuk KCl taraf ke-k dan pada ulangan ke i.

µ = Rata-rata umum

β

i = Pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2 dan 3)

Vj = Pengaruh faktor varietas (V) taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4 dan 5)

Kk = Pengaruh faktor dosis pupuk KCl (K) taraf ke-k (k = 1, 2 dan 3)

(VK)jk = Pengaruh faktor varietas (V) pada taraf ke-j dan faktor pupuk KCl (K)

pada taraf ke-k

(26)

Bila hasil uji F menunjukan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan

dengan uji lanjut BNJ pada level 5% (BNJ 0.05).

BNJ,05 = q0.05 (p;dbg) KT g r Keterangan :

BNJ0.05 = Beda Nyata Jujur pada level 5%

q0.05(p;dbg) = Nilai baku q pada level 5%; (jumlah perlakuan p dan derajat

bebas galat )

KT g = Kuadrat Tengah Galat

r = Jumlah Ulangan

3.4. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengolahan lahan

Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma, kemudian lahan dicangkul,

digemburkan dan dibentuk plot dengan ukuran 5m x 3m sebanyak 45 plot dengan

3 ulangan dan ukuran drainasenya/jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50

cm dengan kedalaman 30 cm.

2. Pengapuran

Untuk mengurangi keasaman tanah maka dilakukan pengapuran.

Pengapuran dilakukan dengan cara menabur kapur dolomit di atas bedengan yang

sudah disiapkan dengan dosis 2 ton ha-1 (3 kg plot-1) yang diberikan 7 hari

sebelum tanam.

3. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara menabur di atas bedengan

(27)

Pupuk Urea diberikan dengan dosis 75 kg ha-1 (112.50 g plot-1), SP-36 112 kg ha-1

(168.00 g plot-1) dan pupuk KCl diberikan dengan tiga perlakuan dosis yaitu

dengan dosis (K1) 87 kg ha-1 (130.50 g plot-1), (K2) 112 kg ha-1 (168.00 g plot-1)

dan (K3) 137 kg ha-1 (205.50 g plot-1).

4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam,

masing-masing ditanam satu benih per lubang tanam dengan jarak tanam 35 cm x 15 cm.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman, penyiangan gulma dan

pembumbunan. Penyulaman dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam (MST)

apabila ada tanaman yang mati. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara

mencabut rumput-rumput disekitar tanaman kacang tanah dengan menggunakan

tangan atau cangkul kecil. Pembunbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 15

HST.

6. Panen

Panen dilakukan pada umur 92 HST dengan kriteria sebagian besar

daunnya mulai mengering dan berwarna kuning, pemanenan dilakukan dengan

cara mencabut tanaman dengan menggunakan tangan dan dibantu dengan alat

pengungkit supaya polong tidak tertingggal di dalam tanah.

3.5. Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai

ke titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan meteran dalam satuan (cm) yang

(28)

Jumlah Cabang

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seluruh cabang per rumpun dari

setiap lima tanaman sampel pada umur 15, 30, dan 45 HST.

Persentase Ginofor Gagal (%)

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh ginofor

gagal pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :

Persentase ginofor gagal = x100%

polong

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh polong

berisi pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :

Persentase polong berisi = x100%

polong

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh polong

hampa pada setiap perlakuan, dengan mengunakan rumus :

Persentase polong hampa = x100%

polong

Berat Polong Per Rumpun (g)

Pengamatan dilakukan dengan menjumlahkan berat polong berisi tanaman sampel dibagi dengan jumlah tanaman sampel

Berat 100 Biji Kering (g)

Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik setelah

polong dijemur selama 4 hari dan biji dipipil lalu diambil secara acak dari setiap

unit percobaan sebanyak 100 biji.

(29)

Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik setelah polong

dijemur selama 4 hari dan ditimbang dari setiap unit percobaan.

Produksi Per Hektar (ton)

Perhitungan produksi dilakukan dengan mengkonversikan berat polong per plot

(30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Varietas

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 26)

menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman

umur 30 HST, jumlah cabang umur 15, 30, dan 45 HST, persentase ginofor gagal

dan bobot 100 biji kering serta berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

umur 15 dan 45 HST, persentase polong berisi, persentase polong hampa, berat

polong per rumpun, berat polong kering per plot dan produksi per hektar.

4.1.1 Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa

varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST serta

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST. Rata-rata

tinggi tanaman pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST setelah di uji

dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan 45 HST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15 dan 45 HST

dijumpai pada variertas Jerapah meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan

(31)

juga dijumpai pada varietas Jerapah yang berbeda nyata dengan varietas Bison,

Domba dan Gajah namun berbeda tidak nyata dengan varietas Naga Umbang.

Hubungan antara tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas

umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST.

Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman umur 30 HST meningkat

pada varietas Jerapah dan menurun pada varietas Domba.

Meningkatnya tinggi tanaman kacang tanah pada varietas Jerapah diduga

karena perbedaan pertumbuhan dari setiap varietas yang berkaitan dengan

tanaman itu sendiri yang mempunyai keunggulan dari masing-masing varietas dan

juga dipengaruhi oleh respon genetik pada tempat tumbuhnya, hal ini sejalan

dengan pendapat Astanto (1995) menyatakan bahwa varietas adalah sekelompok

tanaman yang mempunyai ciri khas seragam dan stabil serta mengandung

perbedaan yang jelas dari berbagai varietas lain. (Harjadi, 1996) menambahkan

bahwa setiap varietas selalu terdapat perbedaan respon genetik pada kondisi

(32)

4.1.2. Jumlah Cabang

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan

bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang umur 15, 30 dan

45 HST. Rata-rata jumlah cabang pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST

setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan 45 HST.

Perlakuan Jumlah Cabang

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata taraf 5% (uji BNJ).

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak umur 15 HST

dijumpai pada varietas Naga Umbang yang berbeda nyata dengan varietas Bison,

Domba, dan Jerapah namun berbeda tidak nyata dengan varietas Gajah. Pada

umur 30 HST jumlah cabang terbanyak dijumpai pada varietas Jerapah yang

berbeda nyata dengan varietas Bison, Domba dan Gajah namun berbeda tidak

nyata dengan varietas Naga Umbang. Pada umur 45 HST dijumpai pada varietas

Naga Umbang, yang berbeda nyata dengan varietas Bison, Domba, Gajah dan

Jerapah.

Hubungan antara jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai

(33)

Gambar 2. Jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST.

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah cabang umur 15 dan 45 HST

meningkat pada varietas Naga Umbang dan menurun pada varietas Domba,

sedangkan pada umur 30 HST jumlah cabang meningkat pada varietas Jerapah

dan menurun pada varietas Domba.

Dari berbagai varietas yang dicobakan, meningkatnya jumlah cabang pada

varietas Naga Umbang dan jerapah disebabkan dari perbedaan genetik dan

karakter dari setiap varietas kacang tanah seperti yang disebutkan oleh Purnomo et

al. (2007) menyatakan bahwa varietas menunjukkan respon beragam tinggi pada

semua parameter lingkungan tumbuh, pertumbuhan dan hasil kacang tanah

ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, varietas kacang tanah yang

berbeda akan memberikan pertumbuhan dan hasil yang berbeda karena perbedaan

faktor genetiknya. Sitompul dan Guritno (1995) menambahkan penampilan

tanaman dikendalikan oleh sifat genetik dibawah faktor-faktor lingkungan.

4.1.3. Persentase Ginofor Gagal

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa varietas

berpengaruh sangat nyata terhadap persentase ginofor gagal. Rata-rata persentase

(34)

ginofor gagal pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

Perlakuan Persentase Ginofor Gagal (%) Simbol Varietas

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

( ) : Rata-rata transformasi arsin

Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal tertinggi dijumpai

pada varietas Domba yang berbeda nyata dengan varietas Bison, Gajah, Naga

Umbang dan varietas Jerapah. Persentase ginofor gagal kacang tanah terbanyak

pada berbagai varietas dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Persentase ginofor gagal kacang tanah pada berbagai varietas.

56.06

Bison Domba Gajah Jerapah Naga Umbang

(35)

Gambar 3 meunjukkan bahwa persentase ginofor gagal meningkat pada

varietas Domba dan menurun pada varietas Gajah. Hal ini diduga karena ginofor

yang terbentuk tidak masuk kedalam tanah dan gagal terbentuknya polong dan

juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Ginofor yang terbentuk dibagian cabang atas

dan tidak masuk kedalam tanah akan gagal membentuk polong. (Anonymous,

2006). Sumarno (2003) menambahkan bahwa pertumbuhan kacang tanah dilahan

kering sangat baik apabila ada hujan dalam seminggu sekali diselingi hari yang

cerah, kekeringan yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan

vegetatif, pembungaan dan pengisian polong tanaman kacang tanah yang akan

mempengaruhi hasil produksi.

4.1.4. Persentase Polong Berisi dan Polong Hampa

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16 dan 18) menunjukkan bahwa

varietas berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong berisi dan persentase

polong hampa. Rata-rata persentase polong berisi dan hampa pada berbagai

varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Persentase Polong Berisi dan Polong Hampa Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

Perlakuan Persentase Polong

Simbol Varietas Berisi Hampa

V1 Bison (55,73) 68,03 (34,27) 31,97

V2 Domba (49,14) 57,13 (40,86) 42,87

V3 Gajah (55,98) 68,21 (34,02) 31,79

V4 Jerapah (54,49) 66,17 (35,51) 33,83

V5 Naga Umbang (55,28) 67,31 (34,72) 32,69

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

(36)

Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase polong berisi tertinggi dijumpai pada

varietas Gajah meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

dengan varietas lainnya. Persentase polong hampa tertinggi dijimpai pada varietas

Domba meskipun secara statistik berbeda tidak nyata dengan varietas lainnya.

Dari berbagai varietas yang dicobakan persentase polong berisi tertinggi

dijumpai pada varietas Gajah dan menurun pada varietas Domba sedangkan

persentase polong hampa tertinggi dijumpai pada varietas Domba dan menurun

pada varietas Gajah. Hal ini diduga karena perbedaan respon genetik dari setiap

varietas pada lingkungannya dan juga dipengaruhi oleh pemberian KCl yang

sependapat dengan Purnomo (2007) menyatakan bahwa meskipun kacang tanah

toleran terhadap tanah kering dan masam kondisi tersebut akan berpengaruh pada

banyaknya polong yang terisi. Muchidin (1991) menambahkan pola genetik

merupakan suatu takaran baku yang menentukan potensi untuk tumbuh maksimal

pada lingkungan yang menguntungkan.

4.1.5. Berat Polong Kering Per Rumpun

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa varietas

berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per rumpun. Rata-rata berat

polong kering per rumpun pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05

disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Berat Polong Kering Per Rumpun Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

(37)

Simbol Varietas

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

Tabel 6 menunjukkan bahwa berat polong kering per rumpun tertinggi

dijumpai pada varietas Naga Umbang meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan varietas lainnya.

Dari berbagai varietas yang dicobakan berat polong kering per rumpun

meningkat pada varietas Naga Umbang dan menurun pada varietas Jerapah. Hal

ini diduga karena varietas Naga Umbang mempunyai daya adaptasi yang lebih

cepat terhadap kondisi lingkungan yang berbeda dan juga dipengaruhi oleh faktor

genetik, sesusai dengan pendapat Nungrahaeni dan Kasno (1992) yang

menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti keadaan tanah dan iklim serta cara

bercocok tanam yang tidak selalu pada kondisi yang optimum akan

mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga seringkali tanaman tidak mampu

berkembang sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki. Sitompul dan Guritno

(1995) menambahkan bahwa penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat genetik

dibawah faktor-faktor lingkungan.

4.1.6. Bobot 100 Biji Kering

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 22) menunjukkan bahwa varietas

berpengaruh sangat nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata bobot 100 biji

kering kacang tanah pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan

(38)

Tabel 7. Rata-rata Bobot 100 biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

Perlakuan Bobot 100 Biji Kering (g)

Simbol Varietas

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi dijumpai pada

Varietas Gajah yang berbeda nyata dengan varietas Bison, Domba, Jerapah dan

Naga Umbang. Bobot 100 biji kering terbanyak pada berbagai varietas dapat lihat

pada Gambar 4.

Gambar 4. Bobot 100 biji kering kacang tanah pada berbagai varietas.

Gambar 4 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering meningkat pada

varietas Gajah dan menurun pada varietas Domba. Meningkatnya bobot 100 biji

kering pada varietas gajah diduga karena pada varietas gajah mempunyai

kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya dan memiliki

potensi produksi yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Simatupang

(1997) yang menjelaskan bahwa perbedaan pertumbuhan dan produksi suatu

varietas dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi terhadap

40.92

Bison Domba Gajah Jerapah Naga Umbang

Bo

bot 100

Biji Kering (

g)

(39)

lingkungan tempat tumbuhnya. Meskipun secara genetik ada varietas yang

memiliki potensi produksi yang lebih baik, tetapi karena dipengaruhi oleh faktor

lingkungan tempat tumbuhnya sangat dapat menurunkan produksi.

4.1.7. Berat Polong Kering Per Plot Netto

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa varietas

berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong per plot netto. Rata-rata berat

polong kering kacang tanah pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05

disajikan pada tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

Perlakuan Berat Polong Kering Per Plot (kg)

Simbol Varietas

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

Tabel 8 menunjukkan bahwa berat polong kering per plot netto tertinggi

dijumpai pada varietas Naga Umbang meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan varietas lainnya.

Dari berbagai varietas yang dicobakan berat polong kering per plot

meningkat pada varietas Naga Umbang dan menurun pada varietas Jerapah. Hal

ini diduga karena varietas Naga Umbang mempunyai daya adaptasi yang lebih

cepat terhadap kondisi lingkungan yang berbeda, sesusai dengan pendapat

Adisarwanto (2001) yang menyatakan bahwa produksi yang tinggi akan dicapai

apabila varietas tanaman yang ditanam memiliki potensi hasil yang tinggi dan

(40)

4.1.8. Produksi Per Hektar

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 26) menunjukkan bahwa varietas

berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi per

hektar kacang tanah pada berbagai varietas setelah di uji dengan BNJ 0,05 disajikan

pada tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

Perlakuan Produksi Per Hektar (ton)

Simbol Varietas

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

Tabel 9 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi dijumpai pada

varietas Naga Umbang meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang

tidak nyata dengan varietas lainnya.

Dari berbagai varietas yang dicobakan produksi per hektar meningkat pada

varietas Naga Umbang dan menurun pada varietas Jerapah, hal ini diduga karena

setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan respon genotip pada kondisi

lingkungan tempat tumbuhnya. (Gardner et,al., 1991) menyatakan bahwa

perbedaan respon genotip dari setiap varietas terhadap lingkungan tumbuhnya

juga dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan produksinya. Sehingga dapat

menurunkan produksi dari suatu tanaman. Selain itu tinggi rendahnya

pertumbuhan serta hasil tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal merupakan faktor yang

(41)

tanaman, daya hasil, kapasitas menyimpan cadangan makanan, ketahanan

terhadap penyakit dan lain-lain. Faktor ekternal merupakan faktor lingkungan,

seperti iklim, tanah dan biotik.

4.2. Pengaruh Dosis Pupuk KCl

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 26)

menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat

tinggi tanaman dan jumlah cabang umur 15, 30, dan 45 HST, persentase ginofor

gagal, persentase polong berisi, persentase polong hampa, berat polong kering per

rumpun, berat 100 biji kering, berat polong kering per plot netto dan produksi per

hektar.

4.2.1 Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa

dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30

dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis KCl

umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk KCl Umur 15, 30 dan 45 HST.

Tabel 10 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15, 30 HST

dijumpai pada dosis KCl 137 kg ha-1, tanaman tertinggi pada umur 45 HST

dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1, meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Hal ini diduga karena pada

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Simbol KCl (kg ha-1) 15 HST 30 HST 45 HST

K1 87 5,46 16,46 32,32

K2 112 5,58 16,58 32,07

(42)

dosis tersebut unsur hara yang diberikan tersedia dalam jumlah optimal. Sesuai

dengan pendapat Darmawan dan Baharsyah (1983) yang menyatakan bahwa

ketersediaan hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses

metabolisme pada jaringan tanaman. Proses metabolisme merupakan

pembentukan dan perombakan unsur-unsur hara dalam tubuh tanaman untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dwidjoseputro (1986) menambahkan

bahwa tanaman akan tumbuh dengan subur apabila unsur hara yang dibutuhkan

tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap

diabsorsi.

4.2.2. Jumlah Cabang

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 8, 10 dan 12)

menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah

cabang umur 15, 30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah

pada berbagai dosis KCl umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl Umur 15, 30 dan 45 HST.

Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak umur 15 HST

dijumpai pada dosis KCl 112 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Jumlah cabang terbanyak

umur 30 dan 45 HST dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara

statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Hal

Perlakuan Jumlah Cabang

Simbol KCl (kg ha-1) 15 HST 30 HST 45 HST

K1 87 3,14 6,25 6,72

K2 112 3,37 6,15 6,52

(43)

ini diduga karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis

yang optimal. Sesuai dengan pendapat Wibawa (1998) bahwa pertumbuhan

tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang

dan dalam dosis yang optimal.

4.2.3. Persentase Ginofor Gagal

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis

pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap persentase ginofor gagal. Rata-rata

persentase ginofor gagal kacang tanah pada berbagai varietas disajikan pada Tabel

12.

Tabel 12. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl

Perlakuan Persentase Ginofor Gagal (%)

Simbol KCl (kg ha-1)

K1 87 (57,47) 70,48

K2 112 (56,45) 68,89

K3 137 (58,26) 71,63

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

( ) : Rata-rata transformasi arsin

Tabel 12 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal tertinggi dijumpai

pada dosis KCl 137 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan

yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Hal ini diduga karena pupuk yang

diterima oleh tanaman tidak tercukupi atau tidak sesuai dengan kebutuhan

tanaman dan juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Hasibuan (2009) menyatakan

(44)

sedikit atau terlalu banyak karna dapat menyebabkan pemborosan atau dapat

merusak akar tanaman. Bila dosis pupuk terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya

terhadap pertumbuhan tanaman dan apabila dosis terlalu banyak maka sangat

mengganggu keseimbangan hara dan dapat meracuni akar. Sumarno (2003)

menambahkan bahwa pertumbuhan kacang tanah dilahan kering sangat baik

apabila ada hujan dalam seminggu sekali diselingi hari yang cerah. Kekeringan

yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan

pengisian polong tanaman kacang tanah yang akan mempengaruhi hasil produksi.

4.2.3. Persentase Polong Berisi dan Polong Hampa

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16 dan 18) menunjukkan bahwa

dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong berisi dan

polong hampa. Rata-rata persentase polong berisi dan polong hampa pada

berbagai dosis KCl disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata Persentase Polong Berisi dan Polong Hampa Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl.

Perlakuan Persentase Polong (%)

Simbol KCl (kg ha-1) Berisi Hampa

K1 87 (53,74) 64,72 (36,26) 35,28

K2 112 (54,31) 65,65 (35,69) 34,35

K3 137 (54,32) 65,74 (35,68) 34,26

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

( ) : Rata-rata transformasi arsin

Tabel 13 menunjukkan bahwa persentase polong berisi tertinggi dijumpai

pada dosis KCl 137 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan

(45)

dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata terhadap dosis KCl lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase polong berisi kacang

tanah terbaik meningkat pada dosis KCl 137 kg ha-1 dan menurun pada dosis KCl

87 kg ha-1 sedangkan persentase polong hampa meningkat pada dosis KCl 87 kg

dan menurun pada dosis KCl 137 kg ha-1 memberikan hasil yang berbanding

terbalik dari keduanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rinsema (1986)

menyatakan bahwa KCl mempunyai pengaruh positif dan mendorong tanaman

menjadi baik dan meningkatkan kualitas biji yang dihasilkan.

4.2.4. Berat Polong Kering Per Rumpun

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis

pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per rumpun.

Rata-rata berat polong kering per rumpun kacang tanah pada berbagai dosis KCl

disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata Berat Polong Kering Per Rumpun Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl

Perlakuan Berat Polong Per Rumpun (g)

Simbol KCl (kg ha-1)

K1 87 21,86

K2 112 21,33

K3 137 21,33

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ )

Tabel 14 menunjukkan bahwa berat polong kering per rumpun tertinggi

dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya.

Meningkatnya berat polong kering per rumpun pada dosis KCl 87 kg ha-1

(46)

dibutuhkan tersedia dalam jumlah optimum dan seimbang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Lingga (1995) yang menyatakan bahwa respon tanaman terhadap

pemupukan akan meningkat jika pemberian pupuk sesuai dengan dosis, waktu dan

cara yang tepat. Ketersediaan unsur hara bagi tanaman merupakan salah satu

faktor yang sangat mempengaruhi produksi tanaman.

4.2.5. Bobot 100 Biji Kering

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 22) menunjukkan bahwa dosis

pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata

bobot 100 biji kering kacang tanah pada berbagai dosis KCl disajikan pada Tabel

15.

Tabel 15. Rata-rata Bobot 100 biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl

Perlakuan Bobot 100 Biji Kering (g)

Simbol KCl (kg ha-1)

K1 87 42,98

K2 112 41,49

K3 137 42,33

Tabel 15 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi dijumpai

pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang

tidak nyata dengan dosis KCl lainnya.

Meningkatnya bobot 100 biji kering kacang tanah pada dosis KCl 87 kg

ha-1 diduga karena pada dosis tersebut kebutuhan dosis KCl tersedia dalam kondisi

yang cukup, seimbang sehingga telah mampu meningkatkan produksi kacang

tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam (2002), menyatakan bila

tanaman kacang tanah kekeurangan unsur K, maka banyak proses yang tidak

(47)

kadar pati dan akumulasi senyawa nitrogen dalam tanaman, karena fungsi K

adalah : membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam

pembentuk protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi

dalam sel terutama dalam asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan

meristem, mengatur pergerakan stomata, memperkuat tegakan batang,

mengaktifkan enzim, meningkatkan karbohidrat dan gula dalam buah, dan biji

tanaman menjadi lebih berisi dan padat.

4.2.6. Berat Polong Kering Per Plot Netto

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa dosis

pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot netto.

Rata-rata berat polong kering per plot netto kacang tanah pada berbagai dosis KCl

disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ )

Tabel 16 menunjukkan bahwa berat polong kering plot netto tertinggi

dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya.

Meningkatnya berat polong kering per plot netto pada dosis KCl 87 kg ha-1

diduga karena pada dosis tersebut tanaman mencukupi unsur hara yang

dibutuhkan sehingga dapat merangsang pertumbuhan yang baik serta hasil yang

(48)

bahwa produksi suatu tanaman dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia.

Wibawa (1998) menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman yang baik dapat

tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan hasil

tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis yang optimum.

4.2.7. Produksi Per Hektar

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 26) menunjukkan bahwa dosis

pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata

produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis KCl disajikan pada Tabel

17.

Tabel 17. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl

Perlakuan Produksi Per Hektar (Ton)

Simbol KCl (kg ha-1)

K1 87 4,16

K2 112 4,06

K3 137 4,06

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ )

Tabel 17 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi dijumpai pada

dosis KCl 87 kg ha-1 meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata dengan dosis KCl lainnya.

Meningkatnya produksi kacang tanah pada dosis KCl 87 kg ha-1 diduga

bahwa pemberian pupuk KCl yang tepat dapat merangsang perkembangan

tanaman sehingga produksi tanaman yang diperoleh juga tinggi dan meningkatkat

kualitas biji yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (1995)

menyatakan bahwa respon tanaman terhadap pemupukan akan meningkat jika

pemberian pupuk sesuai dengan dosis, waktu dan cuaca yang tepat. Ketersediaan

(49)

produksi tanaman. Hardjowigeno (1983) menambahkan bahwa agar tanaman

dapat tumbuh dan berproduksi maksimum perlu adanya keseimbangan unsur hara

sesuai kebutuhan tanaman.

4.3. Interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 26)

menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dan dosis

pupuk KCl terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah

yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan respon beberapa varietas

tanaman kacang tanah tidak tergantung pada dosis pupuk KCl dan begitu pula

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata

terhadap tinggi tanaman umur 30 HST, jumlah cabang umur 15, 30, dan 45

HST, persentase ginofor gagal dan bobot 100 biji kering serta berpengaruh

tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST, persentase polong

berisi, persentase polong hampa, berat polong kering per rumpun, berat polong

kering per plot netto dan produksi per hektar. Produksi kacang tanah terbaik

dijumpai pada varietas Naga Umbang.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata

terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST,

persentase ginofor gagal, persentase polong berisi, persentase polong hampa,

berat polong kering per rumpun, bobot 100 biji kering, berat polong kering per

plot netto dan produksi per hektar. Dosis pupuk KCl terbaik bagi tanaman

kacang tanah dijumpai pada dosis KCl 87 kg ha-1.

3. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dan dosis pupuk KCl

terhadap semua peubah yang diamati.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaaan

varietas-varietas unggul dan pengunaan pupuk KCl pada tanaman kacang tanah untuk

(51)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1989. Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta. 84 hal.

Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Malang. 88 hal.

__________2001. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai Pada Lahan Sawah dan Lahan kering. Penebar Swadaya, Jakarta. 88 Hal.

Anonymous, 1989. Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh. 20 Hal.

__________2003. Bokashi Fermentasi Bahan Organic dengan Teknologi Effective Microorganisme, Jakarta.

__________2006. Budidaya Kacang tanah Tanpa Olah tanah, available at: http/www.deptan.co.id/tenologi/tp/tkctanah 1.htm.

Astanto, K. 1995. Perkembangan Varietas Kacang Tanah. Monograt Balittan Malang No. 12, Malang. 31 Hal.

Darmawan, J, Baharsyah, J. 1983. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. Gardner, F. P. R. B. Pearce, and R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Terjemahan Oleh: Herawati Susilo. University Of Indonesia Press. Jakarta. 428 Hal.

Hardjowigeno. M. 1983, Ilm Tanah. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta. Harjadi, M. 1996. Pengantar Agronomi, Jakarta. 197 Hal.

Hasibuan. B. E. 2009. Pupuk dan Pemupukan. USU Press, Medan.

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta. 205 hal.

Leiwakabessy, F.M. 1977. Ilmu Kesuburan Tanah. Lembaga Penelitian Tanah Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk, Jakarta. 162 Hal.

(52)

Muchidin, A.1991. Pengantar agronomi. Erlangga, Jakarta. 437 Hal.

Nungrahaeni, N dan Kasno, A. 1992. Plasma Nulfah Kacang Tanah Toleran Terhadap Cekaman Fisik. Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang.

Purnomo, 2007. Keragaan Varietas Kacang Tanah Unggul di Lahan Ultisol Masam. Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. 61 Hal.

Purwono dan Purnamawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.Penebar Swadaya, Jakarta

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

Rukmana, R. 1995. Kacang Tanah. Kanasius, Yogyakarta.

Sitompul, S.M dan guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan tanaman. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta

Simatupang, S. 1997. Sifat dan ciri-ciri tanah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 86 Hal.

Soegiman, 1982, Ilmu Tanah Terjemahan, Bratara Karya Aksara, Jakarta.

Sumarno, 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah.Penerbit Sinar Baru Algesindo, Bandung. 79 Hal.

Suprapto, 1991. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta. 26 Hal. ________1999. Keunggulan Komparatif dan proteksi Efektif Komoditas Jagung

dan Kedelai di Propinsi Jawa Timur. Tesis. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sutarto, V, S. Hutami, dan B.Soeherdy.1985. Pengapuran dan Pemupukan Molibdenum, Magnesium, dan Sulfur pada Kacang Tanah. Dalam seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan volume 1 Palawija. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 227 : 146-155.

(53)

Lampiran 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

(54)

Lampiran 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

(55)

Lampiran 6. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

(56)

Lampiran 8. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai

Lampiran 9. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15 HST

(57)

Lampiran 10. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai

Lampiran 11. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 30 HST

(58)

Lampiran 12. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai

Lampiran 13. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 45 HST

(59)

Lampiran 14. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas (%)

Ȳ = 57,39

(60)

Lampiran 16. Rata-rata Persentase Polong Berisi Kacang Tanah Pada Berbagai

(61)

Lampiran 18. Rata-rata Persentase Polong Hampa Kacang Tanah Pada Berbagai

(62)

Lampiran 20. Rata-rata Berat Polong Kering Per Rumpun Kacang Tanah Pada

(63)

Lampiran 22. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah Pada Berbagai

(64)

Lampiran 24. Rata-rata Berat Polong Kering Per Plot Netto Kacang Tanah Pada

(65)

Lampiran 26. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai

(66)

DESKRIPSI VARIETAS

Asal : Silang tunggal varietas Kelinci (K) dengan mutan varietas Gajah (SHM2)

Hasil rata-rata : 2,0 ton ha-1 polong kering Potensi hasil : 3,6 ton ha-1 polong kering

Tipe pertumbuhan : Tegak

Percabangan : Tegak

Warna batang : Keunguan

Warna daun : Hijau

Warna bunga : Pusat bendera: kuning muda

Warna matahari : Ungu kemerahan

Warna ginofor : Ungu

Warna kulit biji : Rose (merah muda)

Bentu biji : Lonjong (oval)

Bentuk polong : Agak berpinggang

Jaring kulit polong : Jelas (nyata)

Ketahanan thd penyakit : Agak tahan karat, bercak daun dan A. flavus Toleransi abiotik : Toleran naungan instensitas 25 %, toleran kahat

Fedan adaptif di Alkasol alkalis

Pemulia : Astanto Kasno,Joko Purnomo, Novita Nugrahaeni,

Trustinah, Mujiono, dan Paidi Ekofisiologis : Abdullah Taufik

(67)

VARIETAS DOMBA

Dilepas tahun : 17 Maret 2004

SK Mentan : 172/Kpts/LB. 240/3/2004

Nomor induk : MLG 7926

Kode galur : G/PI 259747-92-B-28

Asal : Silang tunggal varietas Gajah (G) dengan ICGV

259747

Hasil rata-rata : 2,1 ton ha-1 polong kering Potensi hasil : 3,6 ton ha-1 polong kering

Tipe pertumbuhan : Tegak

Percabangan : Tegak

Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau tua

Warna bunga : Kuning

Warna ginofor : Hijau

Warna kulit biji : Rose (merah muda)

Bentu biji : Pipih

Bentuk polong : Tidak berpinggang Jaring kulit polong : Agak dalam

Ketahanan thd penyakit : Agak tahan karat, bercak daun dan A. flavus Toleransi abiotik : Toleran kahat Fe dan adaptif di Alkasol alkalis

Pemulia : Astanto Kasno,Joko Purnomo, Novita Nugrahaeni,

Trustinah, Mujiono, dan Paidi Ekofisiologis : Abdullah Taufik

(68)

VARIETAS GAJAH

Dilepas tahun : 1998

Nomor induk : 6 1

Asal : Seleksi keturunan persilangan schwarz-2 spanish

Hasil rata-rata : 1,8 ton ha-1

Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau

Warna bunga : Kuning

Warna ginofor : Ungu

Warna biji : Merah muda

Bentuk tanaman : Tegak

Umur berbunga : 30 hari

Umur polong tua : 100 hari

Bobot 100 biji : 53 g

Kadar protein : 29 %

Kadar lemak : 48 %

Ketahanan thd penyakit : Tahan penyakit layu, peka penyakit karat dan

bercak daun

Sifat-sifat lain : Rendemen biji dari polong 60-70 %

Benih penjenis : Dipertahankan di Balitan Bogor

Gambar

Gambar 1. Tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan 45 HST
Gambar 2.  Jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai varietas  umur 15, 30 dan 45 HST
Gambar 3. Persentase ginofor gagal kacang tanah pada berbagai varietas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan tersebut meliputi; pengembangan manajemen sumber daya manusia, pengembangan staf berkuali- tas, pelatihan untuk tujuan bisnis, pening- katan motivasi, evaluasi,

Tahap terakhir dalam metode historis adalah Historiografi yakni proses penulisan yang utuh dan masuk akal atas interpretasi dan eksplanasi yang telah dilakukan

Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Terminal dan Retribusi Terminal, pada saat ditetapkan belum terdapat ketentuan tegas yang

Respon dalam studi ini merupakan skor pengetahuan siswa mengenai efek dari penggunaan rokok dan kesehatan (skor THKS). Skor THKS dari siswa didefinisikan sebagai total jawaban

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lapangan yang berkenaan dengan tanggung jawab orangtua dalam pemeliharaan anaknya

Hubungan cryotherapy terhadap mukositis oral pada pasien kanker payudara dengan obat kemoterapi kombinasi 5-fluorouracil pada kelompok kontrol, tanpa diberikan

Nasionalisme merupakan nilai luhur Pancasila yang perlu dimiliki peserta didik sebagai generasi penerus bangsa untuk mengisi kemerdekaan dan mampu memberikan

Untuk yang jenis SBSN sendiri terbagi menjadi dua versi yaitu dengan mekanisme project underlying dan project financing dimana penerbitan dengan mekanisme project