• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Koefisien regresi (β3) sebesar 0,010 maka menunjukkan adanya pengaruh positif yang akan memperkuat hubungan jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hasil dari signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,960 yang lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05 maka pengaruhnya tidak signifikan.

Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha pada counter HP di Jogja Phone Market. Koefisien regresi (β3) sebesar -1,040 maka menunjukkan adanya pengaruh negatif yang akan memperlemah hubungan jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hasil dari signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,002 yang lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05 maka pengaruhnya signifikan.

2. Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Koefisien regresi (β3) sebesar 0,180 maka menunjukkan adanya pengaruh positif yang akan memperkuat hubungan jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hasil dari signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,314 yang lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05 maka pengaruhnya tidak signifikan.

Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha pada counter HP di Jogja Phone Market. Koefisien regresi (β3) sebesar -0,373 maka menunjukkan adanya pengaruh negatif yang akan memperlemah hubungan jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hasil dari signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,238 yang lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05 maka pengaruhnya tidak signifikan

3. Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja (power distance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Koefisien regresi (β3) sebesar power distance (0,234 ) maka menunjukkan adanya pengaruh positif yang akan memperkuat hubungan jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hasil dari signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar power distance (ρ= 0,314 > α= 0,05)

pengaruhnya tidak signifikan. Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja (individualism vs collectivism, femininity vs masculinity) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Koefisien regresi (β3) sebesar individualism vs collectivism (-0,313 ), femininity vs masculinity (-0,114) maka menunjukkan adanya pengaruh negatif yang akan memperlemah variabel efektivitas mengelola usaha. Hasil dari signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar individualsm vs collectivsm (ρ= 0,110 > α= 0,05) tidak ada pengaruh yang signifikan, femininity vs masculinity (ρ= -0,771 > α= 0,05) tidak ada pengaruh yang signifikan.

Sebaliknya ada pengaruh kultur lingkungan kerja (uncertainty avoidance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Koefisien regresi (β3) sebesar uncertainty avoidance (-0,419) maka menunjukkan adanya pengaruh negatif yang akan memperlemah hubungan jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hasil dari signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar uncertainty avoidance (ρ= 0,018 < α= 0,05) maka ada pengaruh yang signifikan.

Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja (power distance, individualism vs collectivism, femininity vs masculinity, uncertanty avoidance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha pada counter HP di Jogja Phone Market.

Koefisien regresi (β3) sebesar power distance (-0,387), individualism vs collectivism (-0,347), femininity vs masculinity ( -0,328 ) dan uncertanty avoidance (-0,419) maka menunjukkan adanya pengaruh negatif yang akan memperlemah hubungan jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Hasil dari signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar power distance (ρ= 0,243 > α= 0,05) tidak ada pengaruh yang signifikan, individualsm vs collectivsm (ρ= 0,238 > α= 0,05) tidak ada pengaruh yang signifikan, femininity vs masculinity (ρ= 0,336 > α= 0,05) tidak ada pengaruh yang signifikan. dan uncertainty avoidance (ρ= 0,162 > α= 0,05) tidak ada pengaruh yang signifikan.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti hanya memfokuskan pada faktor kultur lingkungan kerja, jiwa kewirausahaan, permodalan, dan pendidikan yang dapat mempengaruhi efektivitas mengelola usaha HP. Kemungkinan besar penelitian dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Seperti faktor internal yang mempengaruhi efektivitas mengelola usaha, yaitu faktor kecerdasan emosional, locus of control yang dapat diteliti pada penelitian selanjutnya. 2. Peneliti tidak dapat menelusuri lebih lanjut bagaimana kejujuran dan

keseriusan responden dalam mengisi kuesioner karena pemilik yang jarang ada di tempat usaha.

3. Peneliti mengalami kesulitan dalam pengambilan koesioner karena keterbatasan waktu peneliti dan responden yang sibuk dan tidak berada di tempat.

C. Saran Penelitian

1. Bagi counter HP di sepanjang jalan Gejayan: modal sendiri maupun modal yang dipinjam bukan menjadi jaminan seorang pengusaha dapat mengelola usahanya dengan efektif , modal yang dimiliki baik dikembangkan untuk usaha tetapi kalau tidak memiliki semangat untuk berusaha maka tidak ada hasilnya.

Bagi Counter HP di Jogja Phone Market : modal yang dimiliki baik modal sendiri maupun modal (sendiri+asing) perlu ditingkatkan dan digunakan dengan baik agar dalam mengelola usaha dapat efektif.

2. Kebanyakan pengusaha memiliki pendidikan yang tinggi, maka diharapkan para pengusaha tidak menggantungkan pada pendidikan yang tinggi saja tetapi dengan semangat jiwa kewirausahaan. Dengan mengikuti pelatihan yang ada semoga dapat menjadi inspirasi dalam mengelola usaha yang lebih baik.

3. Kultur lingkungan kerja perlu dikembangkan pada arah yang lebih baik, yaitu power distance kecil (menghargai dan menghormati karyawan dan adanya dominasi dari satu pihak), collectivsm (mementingkan kepentingan kelompok agar tujuan kelompok dapat tercapai lebih dahulu), masculinity

(tegas dalam kepemimpinan), uncertainty avoidance lemah (penetapan aturan yang fleksibel, dan tidak cemas pada situasi yang tidak pasti).

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu. (1975). Ilmu JiwaUmum. Semarang : Rahmadi.

Ahyari, Agus.(1979). Lingkungan dalam Perusahaan. Yogyakarta: Lembaga Manjemen Perusahaan YKPN.

Arikunto, Suharsimi, (2000). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:. Rineka Cipta.

Drucker, P. (1994). Inovation and entrepreunership. Practice and Principles. Terj. Rusdi Naib. Jakarta: Erlangga.

Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate, Semarang: Badan Penerbitan UNDIP.

Gujarati, D. N. (1995). Basic Econometris. Third Edition. Singapore: Mc. Graw- Hill. Inc

Hoffstede, G.(1980). Culture’s Consequens: International Differences in Work Related Values Beverly Hills and London: Sage Publications.

Husein, Umar. (2001). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Bandung:Raja Grafindo Persada.

Idris, Zahara (1981). Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.

Ikhsan, A. Meningkatkan Etos Kerja Melalui Budaya Bangsa (http://www.bexi.co.id/artkel/artikel/2005/Nomer5/)

Kisni, Daya dan Tri Salis Yuhardi. (2003). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM.

Kiswantoro, Victorianus.(1998) Hubungan Antara Sikap Mental Wiraswasta dengan Tingkat Keberhasilan Berusaha. Skripsi Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.

Komaruddin. (1981). Analisa Manajemen Permodalan. Bandung: Alumni

Longenecker, Justin. dkk. (2000). Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta:. Salemba Empat.

Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta.: Kanisius.

Meridith, G.G.(1996). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo

Ndraha, Taliziduhu. (1999). Teori dan Budaya Organisasi. Pegangan belajar bahan diskusi: Bidang Kajian Utama Ilmu Sosial Kerjasama IIP-UNPAD Nitisemito S, Alex. (1982). Manajemen Personalia. Jakarta:Ghalia Indonesia Prawirokusumo, Soeharto. (1997). Peranan Perguruan Tinggi dalam Menciptkan

Wirausaha Tangguh. Makalah Seminar. Jatinangor: PIBI-IKOPIN dan FNST

Sanusi, Ahmad. (1974). Menelaah Potensi Perguruan Tingi untuk Membina Program Kewirausahaan dan Mengantar Pewirausaha Muda, Makalah Seminar. Bandung: KOPMA IKIP.

Sari, Amalia. (2005). Pengaruh Kreativitas, Harga diri, dan Pengetahuan Kewiraswastaan terhadap Minat Berwiraswasta Siswa Kelas III SMK YPKK 1 Sleman. Skripsi .Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma

Schein, H. E. (1950). Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bass Publ. Siegel, S. (1985). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu sosial. Jakarta:

Gramedia.

Soemita. R. (1974). Masalah Permodalan. Bandung:Tarsito.

Sugiyono, (2001). Manajemen Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

Surjawati, Elies Juniar. Pengaruh Faktor-Faktor Dukungan Manajemen, Lingkungan Kerja, Motivasi dan Internalisasi Terhadap Pelaksanaan Tugas Pokok Kerperawatan bagi Perawat yang telah Mengikuti Pelatihan Di Paviliun RSUD DR. Soetomo Surabaya (http://digilib.unair.ac.id/go.id) Suryana. (2003). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat

Susanta, B.S.D. (1967). Ilmu Djiwa Umum. Solo:. Seribu Satu

Wibowo, Wahyu. (2004). Membangun Kultur Perusahaan: Melalui Kesadaran Komunikasi Abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Wijandi, Soesarsono.(1987). Pengantar Kewiraswastaan. Bandung: Sinar Baru. Zimmerer, W. T. dan Scarborough N. M. (1996). Entrepreneurship and the New

Dokumen terkait