• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

BAB II

PILKADA KABUPATEN ACEH TENGGARA 2006

A.Sejarah

Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) beribukota Kota Cane berda di Lembah Alas, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sebuah hikayat menyebutkan bahwa Tanah Alas dulunya adalah sebuah danau besar, yang tebentuk pada masa Kwartnaire. Secara faktual hal ini dapat dilihat dari banyaknya suku, terutama suku Alas, Gayo, Batak Toba, Karo, Padang, Jawa, dan suku Aceh Sendiri. Nama desa satu daerah yang masih menggunakan kata pulo(pulau), ujung, dan tanjung, seperti Pulo Piku, Pulonas, Pulo Kembiri, Pulo Gadung, Pulo Latong, Tanjung, Kuta Great, Kuta Ujung, dan Ujung Barat, selain itu, ditemukan banyak kuburan yang berada diatas gunung, seperti kuburan Raja Dewa di atas gunung Lawe Sikap, kuburan Panglima Seridane diatas Gunung Batu Bergoh, dan kuburan Panglima Panjang. Nama Alas sendiri diyakini berasal dari kata Alas yang bermakna tikar atau landasan karena berbentuk lapangan yang sangat luas.

Sejarah pejuang rakyat Indonesia membebaskan diri dari penjajahan khususnya di Aceh tidak dapat dilepaskan dari perang yang terjadi di Lembah Alas dan dataran Tinggi Gayo Luwes, dua wilayah yang menjadi cikal bakal lahirnya Kabupaten Aceh Tenggara (AGARA). Beberapa pertempuran yang terjadi di Tanah Alas dan Gayo Lues, seperti Perang Liket dan perang Kuta Rih. Untuk susunan pemerintahan di seluruh Aaceh mulai dibenahi pada awal pada tahun 1946 dengan mengelompokkan Daerah-daerah yang berada “di tengah” Aceh, yakni Takengon, Gayo Lues, dan Tanah Alas kedalam suatu

keluhakan yang disebut keluhakan (kekuasaan, pemerintahan) Aceh Tengah (Takengon). Ibukota keluhakan direncanakan digilir setiap enam bulan antara Takengon, Belangkejeren, dan Kutacane.44

Jarak yang sangat jauh dan waktu tempuh yang sangat lama antara Kutacane dan Takengon sekitar 250 Km ditempuh dalam waktu 5-8 hari dengan jalan kaki atau kalau menggunakan kenderaan harus melalui Medan, Aceh Timur, dan Aceh Utara dengan menempuh jarak sekitar 850 Km, menyebabkan pelaksanaan Pemerintahan tidak berjalan efektif. Terlebih lagi pada tanggal 21 September 1953 meletus peristiwa Aceh (Daud Bereueh), yang mendorong beberapa tokoh yang berasal dari Sumatera Utara yang mencoba memasukan daerah Tanah Alas kedalam wilayah Sumatera Utara. Namun upaya ini tidak mendapat dukungan dari rakyat Tanah Alas. Pada tahun 1956 Pemerintah pusat menyadari bahwa salah satu penyebab meletusnya peristiwa Aceh di leburnya Provinsi Aceh kedalam Provinsi Sumatera Utara dan untuk memutuskan untuk mengembalikan status Provinsi pada Aceh. Hal ini semakain mendorong pemimpin di Tanah Alas dan Gayo Lues untuk membentuk Kabupaten sendiri, terlepas dari Kabupaten Aceh Tengah seperti saat ini, membentuk pemerintahan sendiri.

44

B. Geografi B. 1. Iklim

Secara geografis, Kabupaten Aceh Tenggara terletak antara 3055,23”- 4016,37” LU dan 96043,23-98010,32” BT. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Luwes, di sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Aceh Timur, di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, dan Provinsi Sumatera Utara, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Selatan. Wilayah AGARA terletak di ketinggian 25-1000 meter di atas permukaan laut, berupa daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagai kawasanya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Loser (TNGL). Suhu udara berkisar 25 sampai 320 Co. Hingga tahu 2003, jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tenggara adalah 169.406 jiwa dengan kepadatan 37 jiwa/Km2. Komposisi penduduk terdiri dari 77.385 laki-laki dan 92.024 perempuan dengan tingkat pertumbuhan 1,67% per tahun. Secara atministratif, Kabupaten Aceh Tenggara tebagi dalam 11 kecamatan, 1 kelurahan dan 249 desa. Penyelenggaraan pemerintahan saat ini di pimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati yang membawahi unsur sekretariat daerah, 7 badan, 16 dinas, dan 7 kantor, 11 kecamatan yang ada di AGARA adalah: Lawe Alas, Lawe Sigala-gala, Babul Makmur, Bambel, Babussalam, Badar, Darul Hasanah, Lawe Bulan, Bukit Tusam, Semadam, dan Babul Rahmah.

Tabel 1

POTENSI LAHAN DI KABUPATEN ACEH TENGGARA PADA TAHUN 2005

No KECAMATA

STATUS TANAH (Ha)

Hak Milik Tanah Adat/Ulayat Tanah Negara Tanah Kehutanan HGU HGB 1. Lawe Alas 4.933 3.738 - - - - 2. Babul Rahmat 6.053 2.593 - 12.059 395 84 3. Lawe Sigala-gala 510 4.524 - 2.957 - - 4. Babul makmur 1.696 14.950 - 11.191 - - 5. Semadam 3.032 3.640 - - - - 6. Bambel 2.102 5.143 - - - - 7. Bukit Tusam 1.429 11.518 - 19.538 - - 8. Babussalam 1.578 9.382 2.670 8.630 - - 9. Lawe Bulan 505 425 - 9.902 - - 10. Badar 1.788 7.430 500 10.044 - - 11. Darul Hasanah 30.408 63.163 6.790 78.699 395 84 (Sumber:http://www.agaramedia.go.id/online/open.php?=Agara)

B. 2. Letak Wilayah

Kabupaten Aceh Tenggara terletak pada posisi Secara geografis, Kabupaten Aceh Tenggara terletak antara 3055,23”- 4016,37” LU dan 96043,23-98010,32” BT. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Luwes, di sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Aceh Timur, di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, dan Provinsi Sumatera Utara, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Selatan. Wilayah AGARA terletak di ketinggian 25-1000 meter di atas permukaan laut, berupa daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagai kawasanya

merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Loser (TNGL). Suhu udara berkisar 25 sampai 320 Co.

Tabel 2

LETAK WILAYAH KABUPATEN ACEH TENGGARA MENURUT LUASNYA

No KECAMATAN LUAS/KM2 JUMLAH

DESA MUKIM 1. Lawe Alas 86,71 23 - 2. Babul Rahmat 211,84 18 - 3. Lawe Sigala-gala 79,91 26 - 4. Babul Makmur 278,37 23 - 5. Semadam 64,45 16 - 6. Bambel 72,45 32 - 7. Bukit Tusam 324,85 18 - 8. Babussalam 108,32 19 1 9. Lawe Bulan 222,60 24 - 10. Badar 203,21 32 - 11. Darul Hasanah 159 18 - Jumlah 1811,71 249 1

(Sumber:Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Tenggara )

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Badar 32 Desa, dan Kecamatan Bambel 32 Desa.Kecamatan yang terkenal adalah Babussalam.

B.3. Penduduk

Kabupaten Aceh Tenggara jumlah penduduknya pada tahun 2005 berjumlah 168.874 jiwa dengan jumlah rumah tangganya mencapai 573.727 Rt. Hal ini dapat dilihat pada tabel tiga (3):

Tabel 3

DATA PENDUDUK KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2005 BERDASARKAN JENIS KELAMINNYA

No KECAMATAN LK PR JUMLAH 1. Lawe Alas 7316 7447 14763 2. Babul Rahmat 4422 4307 8729 3. Lawe Sigala-gala 8407 8567 16974 4. Babul Makmur 7326 7481 14807 5. Semadam 4980 5134 10114 6. Bambel 9887 10252 20139 7. Bukit Tusam 4591 4630 9221 8. Babussalam 11599 11849 23448 9. Lawe Bulan 8257 8351 16608 10. Badar 11792 11460 23252 11. Darul Hasanah 5403 5416 10819 Jumlah/Total 83.980 84.894 168.874

C. Pemerintahan

Kabupaten Aceh Tenggara Ibukota Kuta Cane, berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut, yakni bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Taman Nasional Gunung Lauser yang merupakan daerah cagar alam nasional terbesar terdapat di kabupaten ini. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Aceh Tenggara kaya akan potensi wisata alam, salah satu diantaranya adalah Sungai Alas yang sudah di kenal luas sebagai tempat olah raga Arung Sungai (Arung Jeram) yang sangat menantang.

Secara umum ditinjau dari potensi pengembangan ekonomi, wilayah ini termasuk Zona pertanian. Potensi ekonomi daerah berhawa sejuk ini adalah kopi dan hasil hutan. Dalam bidang pertambangan, Aceh Tenggara memiliki deposit bahan galian golongan -C yang sangat beragam dan potensial dalam jumlah cadanganya.

(Sumber:http://www.agaramedia.go.id/online/open.php?id=Agara

D. Infrastruktur D.1. Jalan

Jalan merupakan pasar pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkat usaha di bidang ekonomi menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah kedaerah lain.

Panjang jalan di seluruh Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2004 mencapai 2.292,40km yang tebagi atas jalan Negara 85,31 km, jalan provinsi 65,63 km dan jalan

kabupaten 2.141,55 km. Setiap tahunya baik prasarana jalan maupun jembatan selalu mendapatkan prioritas untuk perbaikan dengan menggunakan berbagai sumber dana.

Panjang jalan di seluruh Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2005 sepanjang 1.682,52 km yang terdiri dari jalan Negara 92,58 km, jalan provinsi 126,14 km, dan jalan kabupaten 1.463,79 km mengalami kemajuan pada tahun 2006, yaitu kondisi baik 132,29 km atau 9,04%, kondisi sedang sepanjang 315,35 km tau 21,54%, kondisi rusak sepanjang 775,50 km atau 52,98%.

D.2. Pos dan Telkomunikasi

Tabel 4

POS DAN TELKOMUNIKASI KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2005

No JENIS KIRIMAN JUMLAH

1. Surat Biasa 7080 Buah

2. Surat Kilat 7080 Buah

3. Paket Pos 107 Unit

4. Wesel Pos 4685 Buah

JUMLAH 4806,16 Buah

(Sumber: Pos dan Telkomunikasi Kabupaten Aceh Tenggara)

Pembangunan pos dan telkomunikasi mencakup jangkauan baik pelayanan dan peningkatan kerja sama internasional maupun peningkatan jasa telkomunikasi dan informasi dan data berjalan lancer. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperlancar pelayanan bersama dan semakin meningkatnya permintaan akan jasa pos. Banyaknya surat yang di kirim oleh kantor Pos dan Giro pada tahun 2005 sebanyak

14,160 surat yang terdiri dari surat yang tercatat, biasa dan kilat. Sedangkan untuk kirim paket pos telah terkirim sebanyak 107 unit dan untuk wesel pos telah terkirim sebanyak 4685 buah.

E. Pendidikan

Tabel 5

DATA PENDIDIKAN KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2002 JUMLAH SEKOLAH, MURID DAN GURU

NO SEKOLAH MURID GURU JUMLAH

1. SD/MI 24.461 1.174 25.635

2. SMP/MTS 8015 443 8458

3. SMA/SMK 4138 202 5951

JUMLAH 36.614 1819 14434.635

(Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Aceh Tenggara)

Pembangunan di bidang pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pada tahun 2002 jumlah SD/ MI Negri/Swasta = 24461 orang, SMP/MTS= 8015 orang,SMA/SMK= 4138 orang. Sasaran pendidikan yang telah di capai saat ini menunjukan Angka Partisipasi Besar (APK) pada tahun ajaran 2002 untuk SD/MI sebesar 66,81%, SMP/MTS sebesar 21,9%, dan SMA/MA sebesar 11,30% sedangkan ajaran 2004/2005 SD/MI sebesar 116.042, SMP/MTS sebesar 34.912, dan SMA/MA sebesar 94.00. Selain itu yang perlu meundapat perhatian dalah prasarana dan sarana SD/MI yang hamper 20% yang tidak layak di pakai, hal ini perlu segera ditingkatkan kondisinya.

F. Kesehatan

Pembangunan kesehatan mengalami peningkatan, terlihat dari tingkat kelahiran hidup (TFR), pasangan hidup subur (PUS), pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 38,50/1000 kelahiran hidup dibanding dengan tahun 2004 yaitu 2,3 rata-rata kelahiran PUS. Demikian juga Angka Kematian Bayi (AKB), pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 38,50/1000 kelahiran hidup dibanding dengan tahun 2004 yaitu39/1000 (UHA) kelahiran hidup.

Umur Harapan Hidup (UHH) tahun 2005 adalah 67,8 naik di banding dengan usia harapan hidup tahun 2004 adalah 67 tahun. Angka kematian ibu 325/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama angka kematian anak 34/1000 kelahiran hidup, Berat Badan Lahir Rendah(BBLR) 19 % tahun 2005, kekurangan energi protein 9,5 % tahun 2005 (masih tinggi).

Hal ini di sebabkan tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat masih rendah, prasarana dan sarana kesehatan masih rendah kurang memadai, kurang meratanya retribusi tenaga medis dan para medis, disamping pengadaan obat dan alat kedoktoran masih tebatas,dan terbatasnya doktor spesialis walaupun adanya rumah sakit Umum Daerah(RSUD).

G. Peta Politk

G.1 Dasar Hukum

Pemilihan Bupati Kabupaten Aceh Tenggara yang akan di selenggarakan pada 11 Desember 2006 dan menyusul telah habisnya masa jabatan Drs.H.Armen Deski dan Wkil Bupati Drs.H.Darmansyah. yang hanya bertugas selama lima (5) tahun menjabat sebagai Bupati dan wakil Bupati Aceh Tenggara. Hal ini sesuai dengan dasar hukum pemerintahan Aceh, No. 7 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Qanun No. 2 Tahun 2004 Tentang Pemilihan Gubenur/Wakil Gubenur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota, pasal 1 poin 13 dan pasal 1 poin 1.

(13). Pemilihan Gubenur/Wakil Gubenur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota yang selanjutnya disebut pemilihan adalah semua kegiatan pemilihan yang meliputi tahapan persiapan pemilihan, pendaftaran pemilih, penetapan pemilih, pencalonan, kampanye, pelaksanaan pemilihan, penetapan pengesahan hasil pemilihan dan pelantikan Gubenur/Wakil Gubenur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota.

Qanun Nomor 7 tahun 2006 tentang perubahan kedua atas Qanun Nomor 2 tahun 2004. Tentang pemilihan Gubenur/Wakil Gubenur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pasal I Aceh adalah Daerah Provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyrakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistim prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubenur.45

45

Lihat Rancangan Qanun Aceh No.7, Tahun 2006, Tentang Perubahan Kedua Atas Qanun No. 2, Tahun 2004,

G.2 Penyelengara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh Tenggra

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Peraturan Aceh pasal 56 tentang penyelenggara pemilih.

1. KIP Aceh menyelenggarakan pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyar, anggota Dewan Perwakilan Daerah, anggota DPRA, dan Pemilihan Gubenur/Wakil Gubenur.

2. KIP Kabupaten/Kota menyelenggarakan pemilihan Presiden/Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, anggota DPRA, anggota DPRK, dan pemiliha Gubenur/Wakil Gubenur, Bupati/Wakil Bupatai, Walikota/Wakil Walikota.

3. Dalam hal pemilihan Gubenur/Wakil Gubenur sebagaimana yang dimaksud pada ayat(1) KIP Kabupaten/Kota merupakan bagian dari penyelenggara pemilihan Gubenur/Wakil Gubenur.

4. Anggota KIP Aceh diusulkan oleh DPRA dan ditetapkan oleh KPU dan diresmikan oleh Gubenur.

5. Anggota KIP Kabupaten/Kota di usulkan oleh DPRK di tetapkan oleh KPU dan diresmikan oleh Bupati/Walikota.

6. Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5), DPRA/DPRK membentuk tim independent yang bersifat ad hoc

untuk melakukan penjaringan dan penyaringan calon anggota KIP.

7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, mekanisme kerja, dan masa kerja tim independent sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) di atur dengan qanun.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang pemerintahan Aceh, menyebutkan bahwa KIP memiliki tugas, Wewenang, dan Kewajiban diantaranya.46

1. Merancang dan menyelenggarakan pemilihan Gubenur/Wakil Gubenur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota.

2. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan Gubenur/wakil gubenur, bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota.

3. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahap pelaksanaan pemilihan Gubenur/wakil gubenur, bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota.

4. Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye serta pemungutan suara pemilihan Gubenur/wakil gubenur, bupatai/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota.

5. Menerima pendaftaran pasangan calon sebagai peserta pemilihan.

6. Meneliti persaratan calon Gubenur/wakil gubenur, bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota yang diusulkan.

7. Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persaratan. 8. Menerima pendaftaran dan mengumumkan tim kampanye.

9. Melakukan audit dan mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye. 10. Menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil

pemilihan Gubenur/waakil gubenur, bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota melalui rapat peleno.

11. Melakukan evaluasi dan memberikan laporan kepada DPRA/DPRK terhadap pelaksanaan pemilihan Gubenur/wakil gubenur, bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dan,

12. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pemilihan Kepala Daerah yang akan berlangsung ini telah memenuhi syarat (ketentuan) yang berlaku mengingat telah habisnya masa jabatan Bupati Drs.H. Armen Deski dan Wakil Bupati Drs.H.Darmansyah, MM. Jarak antara tahun 2001 telah mencapai lima (5) tahun. Ini merupakan pemilihan Gubenur/Wakil Gubenur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota pertama, Indonesia terutama di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sepanjang sejarah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pemilihan Kepala Daerah yang melalui Independen (Perseorangan non partisan) dan multipartai, dimana partai-partai banyak setelah jatuhnya era Soeharto. Namun demikian, bagi Kabupaten Aceh Tenggara hanya sedikit partai yang mampu merebut suara pemilih dari beragam etnik yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara

(Alas,Gayo,Batak Toba, Karo, dan lain-lain) yang berada di dalam 11 kecamatan dan 249 desa/kelurahan. Dapat di katakana hanya dua partai saja yang betul-betul mampu

menepatkan dirinya (posisi) secara dominan yakni, Partai Golkar dan Partai Bulan

Bintang (PBB), dimana partai Golkar mendapatkan 10 kursi dan partai PBB mendapatkan 4 kursi dari 22 korsi disusul oleh partai lain dengan jumlah kursi yang lebih rendah dibandingkan dengan kedua partai di atas. Dominasi kedua partai tersebut tercermin dari penguasaan kursi DPRD. Hal ini dapat dilihat pada tabel enam (6)

Tabel 6

DAFTAR NAMA-NAMA PARTAI YANG MEMPEROLEH KURSI PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2004

KABUPATEN ACEH TENGGARA

No NAMA PARTAI JUMLAH KURSI

1 PARTAI GOLONGAN KARYA 10

2 PARTAI BULAN BINTANG 4

3 PARTAI AMANAT NASIONAL 2

4 PARTAI SERIKAT INDONESIA 1

5 PARTAI PATRIOT INDONESIA 1

6 P K B (paratai kebangkitan bangsa) 1

7 P P D I (partai penegak demokrasi Indonesia) 1

8 PDI PERJUANGAN 1

9 P B S D 1

JUMLAH 22

H. Profil Kandidat/Calon

Pemilihan Kepala Daerah langsung di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2006 diikuti oleh lapan (8) pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati. Adapun nama-nama calon tersebut (berdasarkan nomor urut) dapat dilihat pada tabel tujuh (7):

Tabel 7

DATABASE CALON KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 20006

No Nama Calon Bupati NamaCalonWakilBupati

Pencalonan dari Parpol/Gabungan Parpol Pasangan Calon Perseorangan 1 H.Armen Deki H.m.SalimFakhry,SE.MM Partai Golkar - 2 H. Hasan Basri Selian Tgk.Drs.Saribun Selian - Perseorangan 3 Tgk. Appan Husni Js Drs.H.Abdurrahim Skd - Perseorangan 4 Ir.H.Hasanuddin,B.MM Drs.H. Samsul Bahri Gabungan Parpol -

5 Muhamad Rido Supri Yunus, Spd - Perseorangan

6 Ir.H. Abustian,ME Djalidun Keruas - Perseorangan

7 Gundhi Bangko Rajadun Pagan - Perseorangan

8 Drs.H.Darmansyah,MM Kasim Junaidi,SE - Perseorangan

JUMLAH 8 2 6

BAB III

PENYEBAB KONFLIK ELIT POLITIK

PADA PILKADA KABUPATAE ACEH TENGGARA 2006

A. Awal mula Terjadinya Konflik Elit Politik

A. I. Penyebab Konflik di Kabupaten Aceh Tenggara a. Penghitungan hasil suara terlalucepat.

Selama kurun waktu transisi (1998-2002) terjadi kurang lebih enam (6) kasus pemilihan gubenur, yang bermasalah dan sepuluh kasus pemilihan Bupati/walikota di seluruh Indonesia yang menyebabkan terjadinya konflik politik. Konflik di picu oleh isu-isu yang berbeda-beda antara satu kasus dengan kasus lainya, tetapi secara umum, isu yang muncul adalah.47

a. Terjadi perbedaan penafsiran dari segi hukum atas asil pemilihan. b. Adanya kelompok pendukung yang tidak menerima hasil pemilihan

sehingga menimbulkan perotes.

c. Hasil pemilihan di anggap cacat hukum.

Pasca pemilihan Bupati/wakil Bupati aceh Tenggara, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Tenggara Surat Gubenur Nomor: 270/391/X1/2006 pada tanggal 20 Nopember 2006 mempercepat pengumuman hasil perolehan suara yang seharusnya pada tanggal 9 Juni 2007 berubah menjadi tanggal 11 Juni 2007 dengan alas an suhu politik siapa pemenang Pilkada Yang cukup tinggi di Kabupaten Aceh Tenggara Pasca

47

Pilkada. Hasil Perolehan Suara yang di umumkan 11 Jini 2007 oleh Komisi Independen Pemilihan Provinsi Nanggroe Darussalam menyatakan bahwa pasangan Ir.H. Hasanuddin.B.MM/Drs.H.Syamsul Bahri lebih unggul di antara kandidat atau calon lainya dengan perolehan suara sebanyak 33,091 (28,8%), kemudian disusul oleh pasangan Drs.H.Armen Desky/H.M.Salim Fakhry,SE,MM dengan perolehan suara sebanyak 30,746 (26,76%).

Ketika hasil perolehan suara ini di umumkan ke publik, ratusana massa pendukung pasasangan Drs H.Armen Desky/H.M.Salim Fakhry SE.MM merasa tidak puas dengan hasil yang di umumkan oleh KIP, massa melakukan aksi demontrasi ke jalan-jalan, bahkan ke Komisi Independen Pemilihan (KIP), dan kegedung olah raga (Gor) tempat rekapitulasi penghitungan suara nantinya dilakukan. Untuk menolak hasil perolehan suara yang terlalu cepat dan tidak memenuhi aturan yang berlaku dinilai penuh dengan nilai kecurangan dan rekayasa. Karena proses pengumuman hasil suara terlalu cepat dan tidak memenuhi aturan yang berlaku. Massa pendukung pasangan Drs H.Armen Desky/H.M.Salim Fakhry SE.MM. Mengalami luka-luka demi memenangkan pilihanya terbukti melakukan aksi mereka Minggu 25 Maret 2007 di gedung olah raga (GOR) Aaceh tenggara. Tim pendukun Armen/Fakhry menilai bahwa kemenangan pasangan Ir.H.Hasanuddin, B.MM / Drs.H.Syamsul Bahri tidak murni dan penuh dengan rekayasa. Oleh karenanya massa pendukung Armen Desky/ H.M.Salim Fakhry SE.MM meminta komisi independen pemilihan (KIP) Kabupaten Aceh Tenggara untuk menyelenggarakan Rekapitulasi penghitungan suara pemilih Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Aceh Tenggara diulang, karena proses pemilihan Bupati Kabupaten Aceh Tenggara dinilai penuh dengan nuansa politik kepentingan elit-elit tertentu

b. Adanya indikasai pengelembungan suara pada pemilihan Bupati Aceh tenggara Tahun 2006.

Massa pendukung Armen/Fakhry menilai adanya indikasi pengelembungan suara, yang dilakukan oleh pasangan Ir.H.Hasanuddin,B.MM/Drs.H.Syamsul Bahri didalam pemilihan Kepala Daerah secara langsung pada Tanggal 11 Desember 2006 di Kabupaten Aceh Tenggara. Sehingga banyak calon pemilih dikantong-kantong suara lawan, tidak terdaftar sebagai pemilih. “Perilaku dan sistem pendataan pemilih ini yang banyak di gunakan sebagai senjata untuk melakukan gugatan. Yang intinya merekomendasikan kepada KIP Aceh Tenggara untuk melakukan penghitungan ulang suara. Namun rekomendasi dari panwaslih Kabupaten Aceh Tenggara tersebut di abaikan begitu saja oleh KIP Aceh Tenggara.48

Awal mula diumumkan kepublik tempat penghitungan suara ulang oleh anggota KIP Aceh Tenggara bahwa penghitungan suara akan di selenggarakan di kantor KIP Aceh Tenggara. Namun ada perubahan dari KIP, pindah ke Gedung Olah Raga (GOR) tampa pengumuman pemberitahuan kembali pada publik. KIP menilai kalau di lakukannya penghitungan suara di kantor KIP, mengingat keamanan kurang terjamin

c. Terjadinya ketidakdisplinnya anggota KIP Aceh Tenggara tentang tempat penghitungan suara.

48

Hasil wawancara dengan beberapa orang (nama dirahasiakan) dari pendukung pasangan Drs.H. Armen Desky/H.M.Salim Fakhry.SE.MM. Rabu 3 Oktober 2007.

karena kondisi politik Agara sedang panas, dan mengingat arel lokasi KIP Agara tidak mengijinkan untuk melakukan penghitungan suara.

d. Terjadi perbedaan penafsiran dari segi hukum atas hasil pemilihan.

Karena kekurangsiapan kandidat yang kalah membuat mereka berusaha mencari celah untuk melakukan gugatan hukum. Akibatnya, apapun hasil dari pilkada, akan terus memuai gugatan karena celah- celah untuk menggugat terus dicari oleh peserta Pilkada yang kalah. “Penyebab utama adalah perilaku politik yang kurang siap menerima kekalahan,” tegas Endang, dalam beberapa bulan terakhir, berbagai gugatan hukum terhadap hasil Pilkada di ajukan kepengadilan oleh kandidat yang kalah, karena tidak adanya kenetralan penyelenggara Pilkada, karena dukungananya merasa tidak puas terhadap keputusan dari pihak penyelenggara Pemilu (KIP), adanya pengelembungan suara, dan setelah masyarakat mengetahui kemenengan salah satu kandidat kemudian kemenangan itu di kalahkan kembali. Beberapa putusan hukum atas

Dokumen terkait