• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Secara umum ruangan yang dimiliki oleh Lafi Ditkesad telah memenuhi persyaratan ruangan yang telah ditentukan oleh CPOB, seperti sarana dan prasarana, personalia, serta pengawasan mutu dan dokumentasi, sehingga menjamin kualitas dari bahan baku obat sampai dengan obat jadi.

2. Sistem HVAC ruang produksi obat-obat golongan non betalaktam belum beroperasi secara maksimal.

3. Penyimpanan barang di instalasi penyimpanan tidak disusun secara alfabetis dan tidak terdapat gudang obat jadi.

4. Higiene karyawan belum diterapkan dengan maksimal dan belum terdapat ruangan khusus untuk pengeringan pakaian karyawan.

5. Tim inspeksi diri belum mempunyai jadwal yang jelas sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal.

5.2Saran

1. Sebaiknya penyimpanan barang di instalasi penyimpanan disusun secara alfabetis dan gudang obat jadi sebaiknya disediakan.

2. Sebaiknya higiene karyawan diterapkan secara optimal dan terdapat ruangan khusus untuk pengeringan pakaian karyawan.

3. Sebaiknya tim inspeksi diri memiliki jadwal yang jelas untuk menilai penerapan CPOB dalam seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu di Lafi Ditkesad.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1988, Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 43/SK/Menkes/II/1988 tentang pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1989, Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 05410/A/SK/XII/1989 tentang Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1990, Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 245/SK/Menkes/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Izin Usaha Industri farmasi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2006, Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Anonim, 2006, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Anonim, 2007, Kepala Staf TNI AD, Peraturan Kasad Nomor Perkasad/219/XII/2007 tentang Organisasi dan Tugas Lembaga Farmasi,

Ditkesad (Orgas Lafi Ditkesad), Bandung.

Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama, Yogyakarta. Hal. 45-67, 78-109.

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat DITKESAD

POKPIM ITDIT

SESDITKESAD INFOLAHTA

Keterangan:

Ditkesad : Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Pokpim : Kelompok Pimpinan

Itdit : Inspektorat Direktorat

Sesditkesad : Sekretaris Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Infolahta : Informasi dan Pengolahan Data

Subdit Bincab : Sub direktorat Pembinaan Kecabangan

Subdit Binyankes : Sub direktorat Pembinaan Pelayanan Kesehatan Subditbin Matkes : Sub direktorat Pembinaan Material Kesehatan Subdit Bindukkes : Sub direktorat Pembinaan Dukungan Kesehatan RSPAD : Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Lafi : Lembaga Farmasi Lakesmil : Lembaga Kesehatan Militer Labiomed : Lembaga Biologi Medis

Lakesgilut : Lembaga Kesehatan Gigi dan Mulut Lapalkes : Lembaga Peralatan Kesehatan Gupus I : Gudang Pusat I

Gupus II : Gudang Pusat II

RSPAD LABIOMED SUBDITBIN MATKES SUBDIT BINDUKKES LAFI GUPUS II SUBDIT BINCAB SUBDIT BINYANKES LAKESMIL LAKESGILUT GUPUS I LAPALKES

Lampiran 2. Struktur Organisasi Lembaga Farmasi Ditkesad Kalafi Wakalafi Eselon pimpinan Eselon Pembantu Pimpinan Eselon pelayanan Kabagminlog Paahli Kasituud Eselon Pelaksana Kainstalhar & Sisjang

Kainstalprod Kainstalwastu Kainstallitbang Kainstalsimpan

Keterangan:

Kalafi : Kepala Lembaga Farmasi Wakalafi : Wakil Kepala Lembaga Farmasi Paahli : Perwira Ahli

Kabagminlog : Kepala Bagian Administrasi dan Logistik Kasituud : Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam Kainstalprod : Kepala Instalasi Produksi

Kainstalwastu : Kepala Instalasi Pengawasan Mutu

Kainstalhar & Sisjang : Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang Kainstallitbang : Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan Kainstalsimpan : Kepala Instalasi Penyimpanan

Lampiran 3. Blanko Laporan Hasil Pengujian Laboratorium LEMBAGA FARMASI

DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU

LAPORAN HASIL PENGUJIAN

NOMOR : / /200 1. NAMA CONTOH 2. NAMA PABRIK : 3. NAMA PENYALUR : 4. JUMLAH : 5. KEMASAN : 6. TGL DALUWARSA : 7. RUMUS KIMIA : 8. DITERIMA TANGGAL : 9. MULAI DIUJI TANGGAL : 10. SELESAI DIUJI TANGGAL : 11. PERMINTAAN DARI

Panitia Penerimaan Matkes/Matum No... Tanggal ....-....-200..., TA 200.. Contoh :..No.. 12. MAKSUD PENGUJIAN : Quality Control 13. HASIL PENGUJIAN a. Pemerian b. Identifikasi c. Kemurnian d. Kelarutan e. Keasaman/Kebasaan

f. Suhu Lebur : (Syarat : - ) g. Rotasi Jenis : (Syarat : - ) h. Indeks Bias : (Syarat : - ) i. Bobot Jenis : (Syarat : - ) j. Susut Pengeringan : % (Syarat : - ) k. Kadar Abu : % (Syarat : - ) l. Kadar : % (Syarat : - ) 14. PEMERIKSAAN LAIN :

15. PUSTAKA : Farmakope Indonesia Ed. IV Th. 1995/Prosedur Tetap

16. CATATAN : 17. KESIMPULAN :

Memenuhi Syarat 18. PEMERIKSA :

BANDUNG, 2010

KA. INS. WASTU

( )

Lampiran 5. Blanko Laporan Hasil Pengujian Larutan/ Sirup/Injeksi LEMBAGA FARMASI

DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU

LAPORAN HASIL PENGUJIAN

NOMOR : / P /200 1. NAMA OBAT JADI :

2. NAMA PABRIK : 3. NO. BATCH : 4. - JUMLAH : Botol - SELESAI KEMAS TGL : - -200 5. KEMASAN : 6. TGL DALUWARSA : 7. TANGGAL PEMBUATAN : - - 200 Pem. Lab. :

8. KOMPOSISI : Tiap 5 ml Sirup/tiap ml Larutan mengandung :

9. DITERIMA TANGGAL : - - 200

10.MULAI DIUJI TANGGAL : - - 200

7. SELESAI DIUJI TANGGAL : - - 200

12. PERMINTAAN DARI : Ins. Produksi No. /Sie / / 200 , Tgl. - - 200 13. MAKSUD PENGUJIAN : Quality Control 14. HASIL PENGUJIAN a. Pemerian : b. Identifikasi : c. pH Larutan :

d. Bobot jenis : g/ml (Syarat : - g/ml) e. Volume rata-rata tiap Botol : ml

f. Kadar :

(Syarat : % - %) g. Hasil Jadi :

15. PUSTAKA : Farmakope Indonesia Ed. IV Th. 1995/Prosedur Tetap

16. CATATAN : 17. KESIMPULAN :

18. PEMERIKSA :

BANDUNG, 2010

KA. INSTAL. WASTU

( )

Lampiran 6. Blanko Laporan Hasil Pengujian Salep/Krim LEMBAGA FARMASI

DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU

LAPORAN HASIL PENGUJIAN

NOMOR : / P /200 1. NAMA OBAT JADI : SALEP

2. NAMA PABRIK : 3. NO. BATCH : 4. - JUMLAH : Tube - SELESAI KEMAS TGL : - -200 5. KEMASAN : Dus @ 25 Tube 6. TGL DALUWARSA : 7. TANGGAL PEMBUATAN : - - 200 Pem. Lab. :

8. KOMPOSISI : Tiap gram Salep mengandung :

11.DITERIMA TANGGAL : - - 200

12.MULAI DIUJI TANGGAL : - - 200

8. SELESAI DIUJI TANGGAL : - - 200

12. PERMINTAAN DARI : Ins. Produksi No. /Sie / / 200 , Tgl. - - 200

13. MAKSUD PENGUJIAN : Quality Control

14. HASIL PENGUJIAN

a. Pemerian : Salep warna b. Identifikasi :

c. Bobot rata-rata isi tube : gram d. pH :

e. Homogenitas : Memenuhi syarat

f. Kadar : mg/gram atau % (Syarat : % - %)

g. Kadar Berdasarkan Potensi : mg/gram atau % (Syarat : % - %)

h. Persen Batas Ralat : % - % (Syarat : % - %)

i. Hasil Jadi : Koli @ Dus @ 25 Tube @ 10 gram Koli @ Dus @ 25 Tube @ 10 gram 15. PUSTAKA : Farmakope Indonesia Ed. IV Th. 1995/Prosedur Tetap

16. CATATAN : 17. KESIMPULAN :

18. PEMERIKSA :

BANDUNG, 2010

KA. INSTAL. WASTU

Lampiran 7. Alur Proses Produksi Tablet Biasa/Salut Secara Granulasi Basah

Dilakukan oleh petugas di ruang Kelas III Penimbangan Pencampuran Granulasi Wastu/IPC Wastu/IPC Wastu/IPC Wastu/IPC Wastu/QC Pengeringan Pengayakan Tablet Non coating Wastu/IPC Pencampuran Fase Luar

Pencetakan

Penyalutan

Stripping

Pengemasan Sekunder

Lampiran 8. Alur Produksi Tablet Biasa/ Salut dengan Metode Cetak Langsung

Penimbangan

Dilakukan oleh petugas di ruang Kelas III Pencampuran Wastu/IPC Wastu/IPC Wastu/IPC Wastu/QC Wastu/IPC Pencetakan Tablet non coating Pengemasan Sekunder Penyalutan Stripping Obat Jadi

Lampiran 9. Alur Produksi Kapsul Wastu/IPC Wastu/IPC Wastu/IPC Wastu/QC Penimbangan Pencampuran Pengemasan Sekunder Stripping

Pengisian kapsul & Polishing

Obat Jadi

Dilakukan oleh petugas di ruang Kelas III

Lampiran 10. Alur Proses Produksi Sirup kering Wastu/IPC Wastu/IPC QC Instalsimpan Penimbangan Pencampuran

Pengisian & Penutupan

Labelling & Pengemasan

Botol Bersih Pencucian Gudang Botol

Pengeringan

Lampiran 11. Alur Produksi Salep

Dilakukan oleh petugas di ruang Kelas III

Penimbangan Pelelehan Basis Pencampuran Wastu/IPC Pengisian Wastu/IPC Pengemasan Sekunder Wastu/QC Obat Jadi

Lampiran 12. Alur Proses Produksi Sediaan Cairan Obat Luar Instalsimpan Botol Wastu/IPC Penimbangan Pengisian/Penutupan Pengemasan Sekunder Pencucian Botol Bersih Pengeringan Wastu/IPC Obat Jadi Pencampuran/ Pelarutan Wastu/IPC

Lampiran 13. Alur Proses Produksi Sirup Instalsimpan Botol Wastu/IPC Penimbangan Pengisian/Penutupan Pengemasan Sekunder Pencucian Botol Bersih Pengeringan Wastu/IPC Obat Jadi Pencampuran/ Pelarutan Wastu/IPC

Lampiran 14. Skema IPAL

KETERANGAN GAMBAR: 1. Bak Penampung Awal 2. Bak Sedimentasi Awal 3. Bak Equalisasi

4. Bak Aerasi (Aeration Tank) 5. Bak Sedimentasi Dua (Clarifier) 6. Bak Koagulasi

7. Bak Flokulasi

8. Bak Sedimentasi Ketiga 8a. Bak Sedimentasi Ketiga

BAK KONTROL 10 BAK PENAMPU NGAN Pump Bidang Miring BAK FLOKULASI Dosing Pump Pengaduk 8b Dosing Pump Pengaduk BAK KOAGULASI BAK SEDIMENTASI 3 Karung Penyaring Endapan BAK SEDIMENTASI 2 (CLARIFIER)

BAK AERASI DAN STABILISASI BAK EQUALISASI Pump BAK SEDIMENTASI AWAL Aerator BAK PENAMPUNGAN AWAL Pengaduk 9 8a 7 6 1 5 4 1 3 2

Lampiran 15. Denah Lokasi Lafi Ditkesad

Lampiran 16 Tugas Khusus

STUDY PRAFORMULASI 1.1 Spesifikasi Zat Aktif

a. Klordiazepoksida

Rumus molekul : C16H14ClN3O Bobot molekul : 299,76

Klordiazepoksida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C16H14ClN3O, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian: Serbuk hablur; kuning; tidak berbau; peka terhadap cahaya matahari

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam kloroform P dan dalam etanol (95%P)

Susut pengeringan: tidak lebih dari 0,3%; pengeringan dilakukan pada suhu 1050 selama 3 jam

Stabilitas penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Indikasi: derivat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang berhubungan dengan rasa cemas, hipnotik, antikonvulsi, dan pelemas otot.

Farmakologi: Klordiazepoksid merupakan prototype derivat benzodiazepine yang digunakan secara meluas sebagai antiansietas.

Mekanisme kerja: Merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediatornya.

Dosis: tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg.

Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap klordiazepoksid.

Efek samping: Mual, nyeri kepala, gangguan fungsi seksual, dan vertigo. b. Thyamin Hidroklorida (Vitamin B1)

Rumus molekul : C12H17ClN4OS,HCl Bobot molekul : 337,27

Thyamin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C12H17ClN4OS,HCl dihitung terhadap zat aktif yang telah dikeringkan.

Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur; putih; bau khas lemah mirip ragi; rasa pahit

Kelarutan : Mudah larut dalam air. Sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam eter P dan dalam Benzen P; larut dalam gliserol P

Susut pengeringan : Tidak lebih dari 5%; pengeringan dilakukan pada suhu 1050 selama 2 jam.

Indikasi: Pencegahan dan pengobatan defisiensi thyamin: dengan dosis 2-5 mg per hari untuk pencegahan defisiensi dan 5-10 mg untuk pengobatan defisiensi. Berguna untuk pengobatan berbagai neuritis, yang disebabkan oleh defisiensi vitamin.

Farmakologi: Sebagai katalisator dalam metabolisme karbohidrat terutama glukosa.

Kontraindikasi: Alergi

c. Piridoksina Hidroklorida (Vitamin B6)

Rumus molekul : C8H11NO3,HCl Bobot molekul : 205,64

Piridoksina hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98% C8H11NO3.HCl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau, rasa asin

Kelarutan : Mudah larut dalam air. Sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam eter P

Susut pengeringan : Tidak lebih dari 0,5%

Stabilitas penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya Indikasi: Pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B6

Kontraindikasi: Alergi

d. Sianokobalamin (Vitamin B12)

Rumus molekul : C63H88CON14O14P Bobot molekul : 1355,35

Sianokobalamin mengandung tidak kurang dari 96,0% C63H88CON14O14P dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian: Hablur atau serbuk hablur; merah tua; tidak berbau. Bentuk anhidrat sangat higroskopik

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol 95% (P); praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam aseton P

Susut pengeringan: Tidak lebih dari 12%

Stabilitas penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya Indikasi: Anemia pernisiosa

1.2 Spesifikasi Bahan Tambahan a. Microcrystalline Cellulose (Avicel®)

Pemerian : Putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang terdiri dari partikel berpori.

Kelarutan : Sedikit larut dalam 5% b/v larutan NaOH; praktis tidak larut dalam air; asam encer; dan banyak pelarut organik.

pH : 5,0 – 7,5

Inkompatibilitas: Microcrystalline cellulose inkompatibel dengan oksidator kuat.

Kegunaan: suspending agent; pengisi tablet dan kapsul; disintegran tablet. Aplikasi dalam formulasi farmasi: Secara luas digunakan sebagai pengisi atau pengikat pada formulasi tablet oral dan kapsul dimana digunakan pada proses granulasi basah dan cetak langsung. Disamping sebagai pengisi atau pengikat, juga mempunyai sifat sebagai lubrikan dan disintegran dalam pembuatan tablet.

b. Primogel

Pemerian: Serbuk warna putih, tidak berbau, free-flowing.

Identifikasi: Pada larutan yang sedikit asam bila ditambahkan pereaksi KI dan I2 memberikan warna biru.

pH: Suspensi 1 g bahan dalam 30 ml air pH diantara 5,5-7,5

Aplikasi dalam formulasi farmasi: digunakan sebagai bahan penghancur pada pembuatan tablet. Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300%.

Pemakaian 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%. Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh besarnya tekanan pengempaan.

c. Amilum

Amilum terdiri dari amilosa dan amilopektin, dua polisakarida yang didasarkan α-glukosa.

Pemerian: Tidak berbau dan tidak berasa, serbuk halus, berwarna putih.

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan dalam air dingin. Amilum mengembang dalam air 5-10% pada suhu 37oC.

Inkompatibilitas : -

Kegunaan: Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan kapsul; pengikat tablet.

Aplikasi dalam formulasi farmasi: Merupakan eksipien utama dalam formulasi padat sebagai pengisi, pengikat dan penghancur. Amilum yang tidak dimodifikasi mempunyai sifat kempa yang kurang baik dan cenderung meningkatkan friabilitas tablet dan terjadi capping jika digunakan pada konsentrasi tinggi.

d. Talkum

Pemerian : Serbuk sangat halus (fines), putih atau putih keabu-abuan, tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam dan basa, pelarut organik dan air. Kegunaan : Anticaking, glidan, pengisi tablet dan kapsul, lubrikan tablet dan kapsul.

Aplikasi dalam formulasi farmasi :

Digunakan secara luas dalam formulasi padat oral sebagai lubrikan dan pengisi.

e. Magnesium Stearat [CH3(CH2)16COO]2Mg Berat molekul : 591,34

Pemerian : Sangat halus, putih terang, serbuk tidak berasa, dan rasa yang khas. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter, dan air. Sedikit larut dalam benzene hangat dan etanol hangat (95%).

Sifat alir : Sifat alir buruk, serbuk kohesif. Titik lebur : 126 – 130oC

Kegunaan : Lubrikan tablet dan kapsul

Aplikasi dalam formulasi farmasi: terutama digunakan sebagai lubrikan tablet dan kapsul.

f. Aerosil

Aerosil memiliki luas permukaan spesifik yang tinggi dan terbukti sangat menguntungkan sebagai bahan pengatur aliran. Produk ini dapat mengatasi lengketnya partikel satu sama lain sehingga mengurangi gesekan antar partikel. Aerosil mampu mengikat lembab dan sebagai serbuk masih mampu mempertahankan daya alirnya yang baik.

g. L-HPC® (Low-Substituted Hydroxypropyl Cellulose)

L-HPC® dapat digunakan sebagai penghancur dan pengikat. Sangat bagus untuk mengurangi kekerasan tablet. Dapat digunakan untuk metode cetak langsung dan granulasi basah. Stabil terhadap obat-obatan yang higroskopis. L-HPC® tidak larut dalam air tetapi mengembang.

1.3 Formulasi

A. Formula I (Metode Granulasi Basah) Bobot tablet 500 mg per tablet

Klordiazepoksid 5 mg Vitamin B1 100 mg Vitamin B6 200 mg Vitamin B12 200 mcg Mucilago Starch 1500® 10 % Avicel® 6 % Primogel 4 % Mg Stearat 1 % Talk 1 % Aerosil 0,1% Starch 1500® qs

Formula satu bets (20.000 tablet):

Klordiazepoksid 100 g

Vitamin B1 2 kg

Vitamin B6 4 kg

Vitamin B12 4 g

Mucilago Starch 1500® 939 g Avicel® (Penghancur dalam) 600 g Primogel® (Penghancur luar) 400 g

Mg Stearat 100 g

Aerosil 10 g Starch 1500® ad 10 kg Larutan Penyalut HPMC 10 % Triethyl citrate 2 % Titanium dioksida 1 % Sorbitan sesquioleat 0,0025% Water 85 %

Fungsi Bahan Tambahan:

a) Starch 1500® merupakan eksipien dalam formulasi sebagai pengisi

b) Mucilago Starch 1500® merupakan eksipien dalam formulasi sebagai pengikat.

c) Avicel® merupakan eksipien dalam formulasi sebagai penghancur dalam d) Primogel merupakan eksipien dalam formulasi sebagai penghancur luar e) Talk sebagai glidant (pelicin)

f) Mg stearat sebagai lubrikan (pelincir)

g) Aerosil untuk melindungi sifat higroskopis vitamin B12

Prosedur pembuatan:

1) Pembuatan mucilago starch 1500®

2) Semua bahan aktif dan bahan tambahan ditimbang

3) Dimasukkan Starch 1500® ke dalam super mixer untuk melapisi pori-pori mesin, lalu ditambahkan vitamin B6, B1, klordiazepoksid dan B12.

4) Dimasukkan mucilago Starch 1500® dan avicel® lalu dimixer ± 10 menit sampai terbentuk massa yang bisa dikepal.

5) Massa diayak dengan mesh ukuran 12

6) Lalu granul dikeringkan dalam oven ± 15 jam suhu 38-40oC

7) Granul yang setengah kering diayak kembali dengan mesh no 14, dan selanjutnya dikeringkan dalam oven selama ± 15 jam, suhu 38-40oC. 8) Lalu ditambahkan primogel, aerosil, magnesium stearat dan talkum, lalu

dimasukkan ke dalam mesin lubrikasi yang diputar ± 100 putaran.

9) Massa di atas dimasukkan ke dalam Feeder Container, ambil sampel untuk IPC granul, tutup rapat dan karantina selama proses pemeriksaan. 10)Setelah lulus QC, lakukan pencetakan tablet dengan ukuran diameter 12

mm sambil dilakukan pemeriksaan setiap 15 menit.

11)Setelah pencetakan selesai masukkan dalam container, ambil tablet untuk IPC tablet, tutup rapat dan karantina selama proses pemeriksaan.

12)Setelah lulus QC, tablet disalut dengan larutan penyalut.

13)Setelah lulus QC, tablet dikemas dengan kemasan blister sambil dilakukan pemeriksaan, ambil sampel untuk IPC dan karantina selama proses pemeriksaan.

14)Setelah lulus QC, kemas lebih lanjut dengan kemasan sekunder. B. Formula II (Metode Cetak Langsung)

Bobot tablet 500 mg per tablet

Klordiazepoksid 5 mg

Vitamin B1 100 mg

Vitamin B6 200 mg

Vitamin B12 200 mcg

Mg Stearat 1%

Talk 1 %

Aerosil 0,1%

Starch 1500® qs

Formula dua (20.000 tablet):

Klordiazepoksid 100 g Vitamin B1 2 kg Vitamin B6 4 kg Vitamin B12 4 g L-HPC ® 600 g Mg Stearat 100 g Talk 100 g Aerosil 10 g Starch 1500® ad 10 kg Larutan Penyalut HPMC 10 % Triethyl citrate 2 % Titanium dioksida 1 % Sorbitan sesquioleat 0,0025% Water 85 %

Fungsi Bahan Tambahan:

1. L-HPC® merupakan eksipien dalam formulasi sebagai pengikat dan penghancur

3. Talk sebagai glidant (pelicin)

4. Mg stearat sebagai lubrikan (pelincir)

5. Aerosil melindungi sifat higroskopis vitamin B12 Prosedur pembuatan:

1) Semua bahan aktif dan bahan tambahan ditimbang

2) Dimasukkan Starch 1500® ke dalam super mixer untuk melapisi pori-pori mesin, lalu ditambahkan vitamin B6, B1, klordiazepoksid dan B12.

3) Dimasukkan L-HPC® lalu dimixer ± 10 menit sampai homogen.

4) Lalu ditambahkan aerosil, magnesium stearat dan talkum, lalu dimasukkan ke dalam mesin lubrikasi yang diputar ± 100 putaran.

5) Massa diatas dimasukkan ke dalam Feeder Container, diambil sampel untuk IPC granul, tutup rapat dan karantina selama proses pemeriksaan. 6) Setelah lulus QC, lakukan pencetakan tablet dengan ukuran diameter 12

mm sambil dilakukan pemeriksaan setiap 15 menit. Metode pencetakan adalah cetak langsung.

7) Setelah pencetakan selesai masukkan dalam container tertutup rapat, ambil tablet untuk IPC tablet, tutup rapat dan karantina selama proses pemeriksaan.

8) Setelah lulus QC, tablet disalut dengan menggunakan larutan penyalut. 9) Setelah lulus QC, tablet dikemas dengan kemasan strip sambil dilakukan

pemeriksaan, ambil sampel untuk IPC dan karantina selama proses pemeriksaan.

1.4 PEMBAHASAN

Pada formula I (granulasi basah), penggunaan starch 1500® memiliki dua fungsi yang berbeda yaitu sebagai pengisi dan pengikat. Starch 1500® dalam air dingin mempunyai efektifitas yang tinggi sebagai pengikat terhadap sediaan padat dan mempunyai viskositas lebih rendah daripada mucilago amili lainnya. Penambahan starch 1500® pada granulasi basah akan memberikan daya ikat yang kuat sehingga tablet menjadi lebih kuat tetapi lebih cepat hancur. Daya ikat starch 1500® sebesar 15% jika digunakan dengan metode granulasi basah dan daya hancurnya kurang dari 1 menit.

Avicel® (mikrokristalin selulosa) sangat baik bila digunakan sebagai penghancur. Avicel berfungsi memasukan air ke dalam matriks tablet melalui pori-pori. Kadarnya sebagai penghancur di bawah 10%, dan kadar optimumnya adalah 6% .

Primogelmerupakan bahan penghancur yang umumnya digunakan dengan konsentrasi 1%-20%, dengan konsentrasi optimum 4%. Keunggulan primogel adalah waktu desintegrasinya tidak dipengaruhi oleh bahan tambahan lain yang bersifat hidrofob, seperti lubricant. Tablet yang menggunakan zat ini cenderung berada dalam kondisi yang baik selama penyimpanan.

Magnesium stearat merupakan lubricant yang umumnya digunakan dengan konsentrasi 0,25%–5,0%, jika terlalu besar maka akan terjadi laminasi. Pada rancangan formula, digunakan Mg stearat sebanyak 1%. Fungsi Mg stearat sebagai lubrikan dalam formulasi tablet adalah mengurangi friksi antar partikel dan memfasilitasi keluarnya tablet dari die (fungsi lubrikan), serta mencegah lengketnya pada permukaan punch dan die (anti adheren).

Talk berfungsi sebagai glidant untuk memperbaiki sifat alir granul atau serbuk dari massa tablet dan memperbaiki gesekan sesama partikel. Dengan meningkatnya laju alir dari granul maka dapat mengurangi penyimpangan bobot tablet. Talk merupakan bahan yang mudah didapat dan tidak bersifat higroskopis sehingga tidak melekat pada alat cetak tablet. Aerosil digunakan untuk menutupi sifat higroskopis dari vitamin B12.

Pada formula I, digunakan metode granulasi basah dimana pada metode ini dilakukan proses pemanasan. Vitamin B12 bersifat tidak tahan terhadap panas dan lembab, sehingga penggunaan metode granulasi basah untuk memformulasikan tablet klordiazepoksid dengan vitamin B1, B6, dan B12 kurang tepat.

Pada formula II dilakukan dengan metoda cetak langsung. Pada metode cetak langsung, tidak terdapat proses pemanasan sehingga vitamin B12 bersifat stabil ketika diformulasi. Formula II menggunakan L-HPC® sebagai pengikat dimana L-HPC® relatif lebih mahal, akan tetapi metode cetak langsung dapat menghemat biaya listrik, personil, dan waktu.

L-HPC® merupakan bahan pengikat yang memiliki kemampuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan bahan pengikat yang lain serta memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya capping pada proses pencetakan. L-HPC® dapat digunakan untuk metode cetak langsung dan granulasi basah, stabil terhadap obat-obatan yang higroskopis. L-HPC® tidak larut dalam air tetapi dapat mengembang sehingga juga dapat berfungsi sebagai bahan penghancur. Konsentrasi optimumnya adalah 6%, dimana pada konsentrasi ini sudah dapat mengikat tablet dengan sangat baik.

1.5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Formula II (metode cetak langsung) lebih baik digunakan untuk memproduksi tablet vitamin B1, B6 dan B12 yang dikombinasikan dengan klordiazepoksid. 5.2 Saran

Sebaiknya digunakan formula II (metode cetak langsung) untuk memproduksi tablet vitamin B1, B6 dan B12 yang dikombinasikan dengan klordiazepoksid.

Dokumen terkait